Anda di halaman 1dari 11

Otitis Media Akut (OMA)

Etiologi dan Faktor Resiko


Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling
sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh Haemophilus
influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus.
Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan adalah Mycoplasma
pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia tracomatis.
Broides et al menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah H.influenza
48%, S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus grup A 4,3% pada
pasien usia dibawah 5 tahun pada tahun 1995-2006 di Negev, Israil. Sedangkan Titisari
menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan RSAB
Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%,
S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%.
Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA, dan
terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA. Virus yang sering
sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan
virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus,
enterovirus, dan koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes
simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain
(Broides, 2009).
Patofisiologi
Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh. Sumbatan
pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini.
Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan.
Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di
telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus
terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya
OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. morfologi tuba
eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh
masih dalam perkembangan; 3. adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang
dewasa dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah.
Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya penyakit telinga
tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung dan/atau sinus, dan kelainan
sistem imun.
Tanda Dan Gejala
Penyakitnya muncul mendadak (akut)
Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

o menggembungnya gendang telinga

o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

o cairan yang keluar dari telinga
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:

o kemerahan pada gendang telinga

o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun
telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit
makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari
telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada
riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan
gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan
suram, serta cairan di liang telinga.

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan
telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara
kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan
gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun
umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap
gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi
perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu
dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh,
anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala
sangat berat dan komplikasi.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.


Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi
Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +


Klasifikasi
Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu:
1. Stadium Oklusi
Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan
negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram.
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh
membran timpani, membrane timpani tampak hiperemis disertai edem.
3. Stadium Supurasi
Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran
timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4. Stadium Perforasi
Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari
telinga tengah ke liang telinga.
5. Stadium Resolusi
Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani
kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau
virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
Ada juga yang membagi OMA menjadi 5 stadium yang sedikit berbeda yaitu: 1.
stadium kataralis; 2. stadium eksudasi; 3. stadium supurasi; 4. Stadium penyembuhan;
dan 5. stadium komplikasi.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut: 1. Penyakitnya muncul
mendadak (akut); 2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan
dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: menggembungnya gendang telinga,
terbatas /tidak adanya gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan di belakang
gendang telinga, cairan yang keluar dari telinga; 3. Adanya tanda / gejala peradangan
telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas
normal.
Diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada
anak anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam. Biasanya ada
riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa
biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh. Pada
bayi gejala khas adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-
kejang dan sering memegang telinga yang sakit.
Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
OMA, seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri, dan timpanosintesis.Dengan
otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna
gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik.
Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat
dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.
Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.
Untuk mengkonfirmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan timpanometri.
Timpanometri dapat memeriksa secara objektif mobilitas membran timpani dan rantai
tulang pendengaran. Timpanometri merupakan konfirmasi penting terdapatnya cairan di
telinga tengah. Timpanometri juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan
mudah menilai patensi tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan volume
liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70-90% untuk
deteksi cairan telinga tengah, tetapi tergantung kerjasama pasien.
Timpanosintesis, diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga tengah, bermanfaat
pada anak yang gagal diterapi dengan berbagai antibiotika, atau pada imunodefisiensi.
Timpanosintesis merupakan standar emas untuk menunjukkan adanya cairan di telinga
tengah dan untuk mengidentifikasi patogen yang spesifik. Menurut beratnya gejala,
OMA dapat diklasifikasi menjadi OMA berat dan tidak berat. OMA berat apabila
terdapat otalgia sedang sampai berat, atau demam dengan suhu lebih atau sama dengan
39C oral atau 39,5C rektal, atau keduanya. Sedangkan OMA tidak berat apabila
terdapat otalgia ringan dan demam dengan suhu kurang dari 39C oral atau 39,5C
rektal, atau tidak demam.
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi
pengobatan terutama dilakukan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachii,
sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. untuk itu diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (untuk <12 Tahun) atau HCl efedrin
1% dala, larutan fisiologis (untuk >12 Tahun dan orang dewasa).
Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila
penyebab utamanya adalah kuman, bukan virus atau alergi.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.
Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat
dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan
selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin bisa diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/Kg BB per hari dibagi
dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB per hari dibagi dalam 3 dosis, atau
eritromisin 40 mg/kg BB per hari
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai
dengan mirigotomi, bila membrane timpani masih utuh, dengan miringotomi gejala
gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan kadang
terlihat secret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat
cuci telinga H202 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup (Djaafar, 2007).
Komplikasi
Komplikasi yang serius adalah:
a. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
b. Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
c. Kelumpuhan pada wajah
d. Tuli
e. Peradangan pada selaput otak (meningitis)
f. Abses Otak
g. Tanda-tanda terjadinya komplikasi:
h. Sakit kepala
i. Tuli yang terjadi secara mendadak
j. Vertigo (perasaan berputar)
k. Demam dan menggigil. (Boies, 2012).


Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus
menerus atau hilang timbul.Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
nanah.Biasanya disertai gangguan pendengaran (Kapita Selekta, 2000).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek.Yang disebut otitis media supuratif
kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media kronis adalah perforasi yang perforasi yang parmanen dari
membrana timpani, dengan atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga tengah
(Helmi, 2002 ).
Epidemiologi
Penyakit ini terdapat pada semua bangsa di seluruh dunia baik di negara
berkembang maupun negara yang sudah maju. Di negara-negara sedang berkembang
angka kejadian OMSK jauh lebih tinggi oleh karena beberapa hal misalnya higiene
yang kurang, faktor sosio ekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk serta masih
ada pengertian masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak
berobat sampai tuntas. (Djaafar, 2002).
Menurut survei yang dilakukan pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996
ditemukan insiden Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam dikenall
sebagai congek) sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta
penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita
ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya
mengingat kondisi ekonomi yang masih buruk, kesadaran akan kesehatan yang
masyarakat yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan
(Djaafar, 2002).
Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan
sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma
telinga.Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob
(Djaafar, 2002).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),
Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif
lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi
telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit
tenggorokan.Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba
Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar
sampai mengenai telinga (Djaafar, 2002).
Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.Sumbatan
tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.Karena fungsi tuba
Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.(Djafar, 2000).
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang
dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan
tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk (Djafar, 2000).
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan.Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat,
terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan
buruk.Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut.. Peradangan atau infeksi dari telinga
tengah terjadi ketika tuba eustachius tersumbat (blacked). Tuba eustachius adalah
saluran yang menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah.Otitis media kronis
terjadi karena tuba eustachius tersumbat berulang-ulang (tersumbat dalam jangka waktu
yang lama).Hal ini dapat terjadi karena alergi, infeksi multiperl, trauma telinga dan
pembesaran adenoid.Ketika telinga tengah terinfeksi oleh bakteri atau kadang-kadang
virus, ini bisa menjadi serius. Kemungkinan otitis media kronis merupakan sebab dari
OMA yang tidak diobati secara optimal atau merupakan sebab dari infeksi telinga yang
terjadi secara berulang
Klasifikasi
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau
tipe tulang.Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal
tipe aktif dan tipe tenang.
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tenang.OMSK aktif
ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan
OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik
sering kali disertai mastoiditis kronik.Kedua peradangan ini dapat dianggap aktif atau
inaktif.Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga
atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan
granulasi.Inaktif merujuk pada sekucle dari infeksi aktif terdahulu yang telah terbakar
habis, dengan demikian tidak ada ottorhoe.
Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh gangguan
pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh
dalam telinga. Biasanya tampak perforasi membran timpani yang kering. Perubahan
lain dapat menunjukkan timpanosklerosis (bercak-bercak putih pada membran timpani),
hilangnya osikula yang terkadang dapat terlihat lewat perforasi membrana timpani,
serta fiksasi atau terputusnya rangkaian osikula akibat infeksi terdahulu. Bila gangguan
pendengaran dan cacat cukup berat, dapat dipertimbangkan koreksi bedah atau
timpanoplasti.
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai
tulang.Perforasi terletak di sentral.Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak
terdapat kolesteatom (Djaafar, 2002).
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe
benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.Pada OMSK tipe benigna
tidak terdapat koleasteatom (Djaafar, 2003).
OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom.Perforasi terletak marginal,
subtotal, atau di atik.Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal
(Djaafar, 2000).
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma.OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang.Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik, kadang-
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
Diagnosis Klinis
Mengingat bahaya komplikasi, OMSK maligna harus dideteksi sejak
dini.Diagnosis pasti ditegakkan pada penemuan di kamar operasi. Beberapa tanda klinis
sebagai pedoman adalah perforan pada marginal atau atik, abses atau fistel
petroanrikuler, polip atau jaringan granulasi ditelinga tengah, sekret pembentuk nanah
dan berbau khas .
Pada inspeksi telinga didapatkan mukosa telinga hiperemisi gelembung udara
atau cairan di belakang membrana tympani.Membrani tympani tampak kering atau
perforasi (terdapat lubang pada membran tympani) membrana tympani tampak reetraksi
ke dalam.
Kultur dari sekret didapatkan bakteri, bakteri tersebut dapat merupakan penyebab
dari OMA yang resisten. X-ray atau CT scan kepala didapat penyebaran dari infeksi
telinga tengah
Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah kronik
dengan riwayat vertigo.Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membrana timpani dan dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.Untuk tujuan ini dapat digunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan
pemasangan yang erat.Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien-pasien dengan otitis
media kronik, karena fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo.Akan tetapi uji
fistula yang berhasil negatif, belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya fistula.
Terapi
Penatalaksanaan
Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa.Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci
telinga, berupa larutan H
2
O
2
3% selama 3-5 hari.Setelah sekret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kartikosteroid.Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran
saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik.Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1
atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.Secara oral diberikan antibiotika
dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin),
sebelum tes resistensi diterima.Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.Jadi,
bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti.Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan.Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Pencegahan
Pengobatan yang cepat dari OMA akan mencegah berkembangnya OMA menjadi
OMC. Pemeriksaan ulangan sesudah pengobatan dari telinga yang terinfeksi akan
menyakinkan bahwa penderita sudah sembuh.
Komplikasi
Menurut Shanbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a. Komplikasi Intratemporal
i. Perforasi membrane timpani.
ii. Mastoiditis akut.
iii. Parese nervus fasialis.
iv. Labirinitis.
v. Petrositis.
b. Komplikasi Ekstratemporal.
i. Abses subperiosteal.
c. Komplikasi Intrakranial.
i. Abses otak.
ii. Tromboflebitis.
iii. Hidrocephalus otikus.
iv. Empiema subdural/ ekstradural

Anda mungkin juga menyukai