Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH BURUNG GARUDA

Pemangku Republik Indonesia


Sejak 11 Februari 1950
Perisai
Di bagian tengah Garuda, melambangkan Pancasila,
ideologi nasional Indonesia
Penopang Garuda (penopang tunggal)
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Elemen
Jumlah bulu Garuda melambangkan tanggal 17
Agustus 1945, hari kemerdekaan Republik Indonesia
Penggunaan
- Lambang Negara (contoh pada Paspor
Indonesia dan dokumen resmi kenegaraan)
- sebagai lambang kenegaraan dan ideologi nasional
- penggunaan resmi kenegaraan lainnya

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah
kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Berbeda-
beda tetapi tetap satu ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang
oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno,
dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang
KabinetRepublik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No.
43/1958.

Jika ditelaah lebih jauh, keberadaan dan sejarah burung garuda ternyata sudah tercipta sejak
zaman berdirinya Indonesia. Burung garuda yang menjadi dasar ideologi dan lambang negara ini,
yaitu Garuda Pancasila sebenarnya adalah representasi dari elang jawa atau Javan Hawk Eagle
Nisaetus bartelsi yang memiliki warna bulu berwarna emas.
Burung garuda yang akhirnya menjadi Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia tersebut
ditemukan dalam sejarah mitologi Hindu dan Buddha. Di dalam Mitologi Buddha, burung
garuda ini digambarkan sebagai burung pemakan daging yang hebat dan memiliki kemampuan
berorganisasi secara sosial.
Dalam mitologi Hindu, burung garuda yang nantinya lebih dikenal sebagai Garuda Pancasila ini
digambarkan sebagai setengah manusia dan setengah burung yang sering digunakan oleh Dewa
Wisnu sebagai kendaraannya. Burung garuda juga menjadi raja dari para burung. Bahkan pada
tradisi Bali sejak zaman dahulu kala, burung garuda ini dimuliakan sebagai tuan segala makhluk
yang dapat terbang serta dimuliakan pula sebagai raja agung para burung.
Posisi mulia burung garuda sejak zaman kuno telah menjadikan burung garuda sebagai Garuda
Pancasila yang menjadi lambang serta ideologi bangsa Indonesia. Bahkan menurut Peraturan
Pemerintahan No. 66 Tahun 1951, menjelaskan bahwa lukisan garuda tersebut diambil dari
beberapa candi sejak abad ke-6 sampai ke-16. Raja-raja di Indonesia ternyata sudah sejak lama
menggunakan burung garuda sebagai lambang kerajaan mereka.

Sejarah Penciptaan Lambang Garuda Pancasila
Hampir seluruh penduduk Indonesia mengetahui bahwa Garuda Pancasila adalah lambang
negara sekaligus menjadi ideologi banga Indonesia. Namun, pastilah masih banyak di antaranya
yang tidak mengetahui sejarah penciptaan Garuda Pancasila sebagai lambang negara kita.
Bahkan mungkin sama sekali tidak mengetahui siapa orang yang sangat berjasa dalam
merancang Garuda Pancasila ini.
Tokoh yang sangat berperan dalam perancangan Garuda Pancasila adalah Sultan Hamid II yang
terlahir dengan nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie. Sultan Hamid II ini adalah putra
sulung Sultan Pontianak. Ia lahir di Pontianak pada 12 juli 1913.
Ketika Republik Indonesia Serikat terbentuk, Sultan Hamid II ini diangkat menjadi Menteri
Negara Zonder Poto Folio dan selama menjabat sebagai menteri negara tersebut, ia mendapatkan
tugas dari Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang dan merumuskan gambar
lambang negara. Perintah inilah yang kemudian menjadi dasar penciptaan Garuda Pancasila.
Ide perisai Pancasila muncul ketika Sultan Hamid II yang sedang merancang lambang negara
teringat dengan ucapan Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa hendaknya lambang negara
itu seharusnya mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar Indonesia, yang sila-sila dari dasar
negara tersebut adalah Pancasila sehingga akhirnya nanti dapat tercipta Garuda Pancasila.
Dengan menambahkan pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika akhirnya jadilah lambang
negara Indonesia tersebut menjadi Garuda Pancasila. Namun, gambar Garuda Pancasila itu
dahulu terlihat sebagai kepala burung rajawali yang masih gundul dan tidak berjambul seperti
sekarang.
Presiden Soekarno untuk pertama kalinya memperkenalkan lambang negara Garuda Pancasila ini
kepada seluruh penduduk Indonesia pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes Jakarta.
Selanjutnya setelah pengumuman tersebut, Presiden Soekarno terus melakukan perbaikan pada
bentuk Garuda Pancasila.
Lalu pada 20 Maret 1950, Presiden Soekarno memberikan perintah kepada pelukis istana
bernama Dullah untuk kembali melukiskan lambang Garuda Pancasila tersebut dengan
melakukan penambahan dan perbaikan.
Penambahan dan perbaikan yang dilakukan adalah pemberian jambul pada kepala Garuda
Pancasila. Terjadi perubahan pula pada posisi cakar kaki Garuda Pancasila yang mencengkeram
pita di belakang pita menjadi di depan pita.
Rancangan Garuda Pancasila yang terakhir yang setelah diberikan skala ukuran dan tata warna
oleh Sultan Hamid II, akhirnya patung besar Garuda Pancasila yang terbuat dari bahan perunggu
berlapis emas pun diciptakan. Patung itu disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen
Nasional.





MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM GARUDA PANCASILA
Garuda Pancasila terbagi menjadi tiga bagian dalam pemaknaannya, yaitu gambar Garuda
Pancasila sebagai burung garuda yang tegak perkasa dengan kedua sayap membentang lebar dan
kepala menoleh ke arah kanan.
Bagian yang kedua dalam lambang Garuda Pancasila ini adalah perisai yang berbentuk jantung
dengan lukisan sila-sila pancasila tergantung di leher garuda tersebut dengan menggunakan
rantai.
Bagian yang ketiga adalah pita putih yang bertuliskan semboyan negara Indonesia yaitu
Bhinneka Tunggal Ika

1. Makna Bagian Garuda Pancasila - Makna pada Tubuh Garuda
Bulu pada masing-masing sayap pada Garuda Pancasila berjumlah tujuh belas helai yang
artinya melambangkan tanggal 17.
Bulu ekor pada Garuda Pancasila ini berjumlah 8 yang melambangkan bulan delapan.
Bulu leher pada gambar Garuda Pancasila yang berjumlah empat puluh lima ini
melambangkan tahun 45.
Jadi jika dirangkai secara keseluruhan maka memiliki makna bahwa bahwa yang
tercantum dan angka-angka yang digambarkan pada Garuda Pancasila itu adalah Hari
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Lambang perisai yang terdapat dibagian depan Garuda Pancasila tersebut melambangkan
perjuangan dan perlindungan bangsa Indonesia.

2. Makna Gambar yang Terdapat di Perisai Garuda Pancasila
Gambar bintang melambangkan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Gambar rantai melambangkan sila kedua dalam Pancasila yang artinya Kemanusiaan
yang Adil dan beradab.
Gambar pohon beringin yang terdapat pada perisai Garuda Pancasila ini melambangkan
sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia.
Sedangkan Kepala Banteng melambangkan kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan yang menjadi sila keempat.
Sila yang terakhir dilambangkan dengan padi dan kapas yang artinya adalah Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

3. Makna Warna pada Garuda Pancasila
Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila ini. Warna-warna yang
dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki arti dan makna tersendiri.
Warna merah memiliki artian keberanian.
Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.
Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran.
Dan warna yang terakhir adalah hitam yang memiliki makna keabadian.
4. Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila
Warna-warna yang dipakai dalam lambang Garuda Pancasila ini tidak boleh diletakkan
sembarangan karena warna-warna tersebut sudah ditentukan diletakkan pada bagian-bagian yang
mana saja di lambang Garuda Pancasila.
Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang, rantai,
kapas, dan padi.
Untuk warna merah digunakan sebagai warna perisai kanan bawah dan kiri atas yang
terdapat pada lambang Garuda Pancasila ini.
Warna putih dipakai untuk memberikan warna perisai kanan atas dan kiri bawah. Pita
yang dicengkeram dalam Garuda Pancasila ini juga diberikan warna putih.
Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
Sedangkan Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat dalam lambang
Garuda Pancasila ini. Warna hitam juga digunakan untuk warna perisai tengah latar belakang
bintang, serta untuk mewarnai garis datar tengah perisai. Warna hitam ini juga digunakan
sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

5. Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam Garuda Pancasila
Makna dari semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang terdapat pada lambang Garuda Pancasila ini
memiliki arti Walau berbeda-beda, tetapi tetap satu jua yaitu Indonesia.


Arti Lambang Pancasila
Seberapa ingatkah anda sebagai warga negara Indonesia mengartikan bagian-bagian
gambar pada lambang burung Garuda?
Sudah pasti hanya sedikit orang yang betul-betul mengingatnya diluar kepala. Mari kita
mengingat kembali pelajaran di masa Sekolah Dasar.

Garuda Pancasila
Burung Garuda melambangkan kekuatan dan Warna emas pada burung Garuda melambangkan
kejayaan.
Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia
Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)
Rantai melambangkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia (sila ke-3)
Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (sila ke-4)
Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
(sila ke-5)
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.
Itu merupakan kalimat penggalan dari bait kakawin Sutasoma.
Saya akan mencoba menguraikannya, menurut pandangan berbagai sumber dan juga
pengetahuan saya sendiri, karena kata-kata Bhineka Tunggal Ika tersebut berasal dari Bahasa
Jawa Kuno, dimana maknanya masih sama dengan bahasa Jawa yang ada saat ini.
Kata Bhineka Tunggal Ika jika dipisah menurut maknanya menjadi: Bhina-Ika-Tunggal-Ika.
Kalau diterjemahkan menjadi bahasa Jawa saat ini, paling tidak menjadi Beda-Iku-Tunggal-Iku.
Kalau dijadikan Bahasa Indonesia menjadi Berbeda itu kesatuan itu.
Setelah kata-kata tersebut diolah agar mudah dipahami, maka menjadi Terpecah belahlah itu,
tetapi satu jualah itu.
Sedangkan untuk kata Tan-Hana-Dharma-Mangrwa, jika diartikan dalam bahasa Jawa sekarang
menjadi
Tan-Ana-Kasunyatan-(duh yg ini bahasa Jawanya apa ya? ada yg bisa bantu? kalau Bhs
Indonesianya sih berarti Rancu).
Sehingga ketika diolah menjadi Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.





Pancasila Sebagai Falsafah Negara

Sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi obyek aneka
kajian filsafat. Antara lain terkenallah temuan Notonagoro dalam kajian filsafat hukum, bahwa
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Sekalipun nyata bobot dan latar
belakang yang bersifat politis, Pancasila telah dinyatakan dalam GBHN 1983 sebagai "satu-
satunya azas" dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Tercatat ada pula sejumlah naskah
tentang Pancasila dalam perspektif suatu agama karena selain unsur-unsur lokal ("milik dan ciri
khas bangsa Indonesia") diakui adanya unsur universal yang biasanya diklim ada dalam setiap
agama. Namun rasanya lebih tepat untuk melihat Pancasila sebagai obyek kajian filsafat politik,
yang berbicara mengenai kehidupan bersama manusia menurut pertimbangan epistemologis yang
bertolak dari urut-urutan pemahaman ("ordo cognoscendi"), dan bukan bertolak dari urut-urutan
logis ("ordo essendi") yang menempatkan Allah sebagai prioritas utama.

Pancasila sebagai falsafah kategori pertama adalah perwujudan bentuk bangunan yang diangan-
angankan dalam penggambaran diatas kertas, dan Pancasila sebagai falsafah kategori yang kedua
adalah adanya lokasi serta tingkat ketersediaan bahan-bahan untuk merealisasikan bangunan
yang dicita-citakan. Pancasila sebagai falsafah yang dimaksudkan adalah tiap sila didalamnya
yang (oleh karena perkembangan sejarah) selain masih tetap berfungsi sebagai landasan
ideologis, iapun telah memperoleh nilai-nilai falsafi didalam dirinya, yang dapat kita masukkan
kedalamnya adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Persatuan Indonesia.

Menurut Hardono Hadi, jika Pancasila menjadi obyek kajian filsafat, maka harus ditegaskan
lebih dahulu apakah dalam filsafat Pancasila itu dibicarakan filsafat tentang Pancasila (yaitu
hakekat Pancasila) atau filsafat yang terdapat dalam Pancasila (yaitu muatan filsafatnya).
Mengenai hal ini evidensi atau isyarat yang tak dapat diragukan mengenai Pancasila terdapat
naskah Pembukaan UUD 1945 dan dalam kata "Bhinneka Tunggal Ika" dalam lambang negara
Republik Indonesia. Dalam naskah Pembukaan UUD 1945 itu, Pancasila menjadi "defining
characteristics" = pernyataan jatidiri bangsa = cita-cita atau tantangan yang ingin diwujudkan =
hakekat berdalam dari bangsa Indonesia. Dalam jatidiri ada unsur kepribadian, unsur keunikan
dan unsur identitas diri. Namun dengan menjadikan Pancasila jatidiri bangsa tidak dengan
sendirinya jelas apakah nilai-nilai yang termuat di dalamnya sudah terumus jelas dan terpilah-
pilah.

Sesungguhnya dalam kata "Bhinneka Tunggal Ika" terdapat isyarat utama untuk mendapatkan
informasi tentang arti Pancasila, dan kunci bagi kegiatan merumuskan muatan filsafat yang
terdapat dalam Pancasila. Dalam konteks itu dapatlah diidentifikasikan mana yang bernilai
universifal dan mana yang bersifat lokal = ciri khas bangsa Indonesia.

Tugas. "Bhinneka Tunggal Ika" secara harafiah identik dengan "E Pluribus Unum" pada lambang
negara Amerika Serikat. Demikian pula dokumen Pembukaan UUD 1945 memiliki bobot sama
dengan "Declaration of Independence" negara tersebut. Buatlah suatu analisis mengenai
perbedaan muatan dalam kedua teks itu.
Suatu kajian atas Pancasila dalam kacamata filsafat tentang manusia menurut aliran
eksistensialisme disumbangkan oleh N Driyarkara. Menurut Driyarkara, keberadaan manusia
senantiasa bersifat ada-bersama manusia lain. Oleh karena itu rumusan filsafat dari Pancasila
adalah sebagai berikut:

Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada-bersama-dalam-ikatan-cintakasih
("liebendes Miteinadersein") dengan sesamaku. Perwudjudan sikap cintakasih dengan sesama
manusia itu disebut "Perikemanusiaan yang adil dan beradab".

Perikemanusiaan itu harus kujalankan dalam bersama-sama menciptakan, memiliki dan
menggunakan barang-barang yang berguna sebagai syarat-syarat, alat-alat dan perlengkapan
hidup. Penjelmaan dari perikemanusiaan ini disebut "keadilan sosial".

Perikemanusiaan itu harus kulakukan juga dalam memasyarakat. Memasyarakat berarti
mengadakan kesatuan karya dan agar kesatuan karya itu betul-betul merupakan pelaksanaan dari
perikemanusiaan, setiap anggauta harus dihormati dan diterima sebagai pribadi yang sama
haknya. Itulah demokrasi = "kerakyatan yang dipimpin ".

Perikemanusiaan itu harus juga kulakukan dalam hubunganku dengan sesamaku yang oleh
perjalanan sejarah, keadaan tempat, keturunan, kebudayaan dan adat istiadat, telah menjadikan
aku manusia konkrit dalam perasaan, semangat dan cara berfikir. Itulah sila kebangsaan atau
"persatuan Indonesia".

Selanjutnya aku meyakini bahwa adaku itu ada-bersama, ada-terhubung, serba-tersokong, serba
tergantung. Adaku tidak sempurna, tidak atas kekuatanku sendiri. Adaku bukan sumber dari
adaku. Yang menjadi sumber adaku hanyalah Ada-Yang-Mutlak, Sang Maha Ada, Pribadi
(Dhat) yang mahasempurna, Tuhan yang Maha Esa. Itulah dasar bagi sila pertama: "Ketuhanan
yang Maha Esa".








Perbedaan Ideologi Komunis, Liberal, dan Pancasila

Ideologi komunis

Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Ciri-ciri:

-Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia
-Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan
-Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata.
-Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya
-komunisme juga disebut anti liberalisme.
-komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu
yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional
dan nyata.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad
ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian
dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut
komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara
perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang
disebutnya sebagai masyarakat utopia.



Ideologi liberalisme

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Liberalisme tumbuh dari konteks
masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika itu masyarakat ditandai dengan dua
karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi
kompleks dan kukuh, dan pola hubungan dalam system ini bersifat statis dan sukar berubah.


Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi
tumbuhnya kapitalisme.

Ciri-ciri ideologi liberalisme:

1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik
2. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
3. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat
keputusan diri sendiri.
4. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
5. Semua masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia.
6. Hak-hak tertantu yang tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh kekuasaan
manapun.

Ideologi pancasila

Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal
dari bahasa Yunani, yaitu edos yang berarti bentuk. Pengertian ideologi secara umum dapat
dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka.
Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan
suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khasnya.
Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat melainkan merupakan cita-cita
suatu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbarui
masyarakat. Sedangkan Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya
tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka diciptakan oleh Negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik
semua masyarakat dalam menemukan dirinya dan kepribadiannya dalam Ideologi tersebut.


Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius yaitu nilai yang terkait dengan keterikatan individu dengan suatu hal yang
dianggapnya mempunyai kemampuan sakral, suci, agung dan mulia.

Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu pembentukan satu kesadaran perihal kedisiplinan, jadi
asas kehidupan, karena tiap-tiap manusia memiliki potensi untuk jadi manusia prima, yakni
manusia yang beradab.

Persatuan (Kebangsaan) indonesia
Persatuan yaitu paduan yang terdiri atas bagian-bagian, kehadiran indonesia dan bangsanya di
muka bumi ini bukan hanya untuk bersengketa.

Permusyawaratan dan Perwakilan
Jadi makhluk sosial, manusia memerlukan hidup berdampingan dengan orang lain, didalam
interaksi itu umumnya terjadi kesepakatan, dan saling menghormati satu sama lain atas basic
tujuan dan keperluan berbarengan.

Keadilan Sosial
Nilai keadilan yaitu nilai yang menjunjung norma menurut ketidak berpihakkan, keseimbangan,
dan pemerataan terhadap satu perihal.

Anda mungkin juga menyukai