Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAKTERIOLOGI



Oleh :
Kaim Maspudin
140410130067




FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bakteriologi merupakan cabang ilmu mikrobiologi yang membahas tentang bakteri. Di
dalam bakteriologi dipelajari struktur sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi
antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan hidupnya.
Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita.
Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat
bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Pengetahuan dalam cabang
ilmu ini bermanfaat dalam kesehatan, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri.
Oleh karena itu kita perlu mempelajari bakteriologi yang mencakup struktur sel bakteri,
pengaruh lingkungan terhadap bakteri dan jenis bakteri penyebab penyakit pada tanaman.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur bakteri secara umum?
2. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap bakteri?
3. Apa saja jenis bakteri penyebab penyakit pada tanaman?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
1. Struktur bakteri secara umum.
2. Pengaruh lingkungan terhadap bakteri.
3. Jenis bakteri penyebab penyakit pada tanaman.








BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Sel Bakteri
Beberapa sel bakteri, misalnya pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, dikelilngi
oleh suatu lapisan bahan kental yang disebut kapsul atau lapisan lendir. Ukuran kapsul sangat
dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri itu. Kapsul bakteri penting artinya
baik bagi bakterinya maupun bagi organisme lain. Bagi bakteri, kapsul merupakan penutup
lindung dan juga berfungsi sebagai gudang makanan cadangan makanan. Kapsul bakteri-
bakteri penyebab penyakit tertentu menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi.
Beberapa spesies bakteri, terutama dari lingkungan air tawar dan marin, terbungkus di
dalam selongsong, atau tubul. Selongsong tersebut terdiri dari senyawa-senyawa logam tak
larut seperti feri dan mangan okside, yang mengendap di sekeliling sel sebagai produk
metaboliknya. Selongsong bukanlah suatu bagian yang amat diperlukan sel.
Spesies-spesies bakteri tertentu dicirikan oleh pembentukan suatu embel-embel setengah
kaku yang disebut tangkai yang memanjang dari sel. Tangkai itu mempunyai suatu substansi
yang lengket pada ujungnya yang memungkinkan sel tersebut melekat pada permukaan padat.
Bakteri bertangkai dijumpai di lingkuangan air tawar dan marin.
Bakteri termasuk ke dalam prokariot. Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki
selaput inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.
Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi
dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur
dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan
yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar,
lipopolisakarida - terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada
periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).
Struktur dasar bakteri :
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.

3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan
RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan.


Struktur tambahan bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan
lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang
menonjol dari dinding sel.

3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom
hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora
yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan,
radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora
akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.


Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul
atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm
formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki
granula makanan, vakuola gas dan magnetosom.Beberapa bakteri mampu membentuk
endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
Jenis bakteri berdasarkan letak dan banyaknya flagela :







Tabel 1-1. Beberapa ciri bakteri gram positif dan gram negatif


Bahan sel yang dikandung di dalam membran sitoplasma dibagi menjadi : (1) daerah
sitoplasma, mempunyai penampilan granular, kaya akan RNA ; (2) daerah kromatin atau
nukleus, kaya akan DNA ; dan (3) bagian zat alir, mengandung nutrien terlarut dan bahan
partikulat yang disebut tubuh inklusi.
Bila dinding sel suatu bakteri dibuang, maka tubuh yang tersisa terbungkus oleh membran
sitoplasma rapuh yang biasanya akan meletus pecah karena adanya perbedaan yang besar
antara konsentrasi substansi terlarut di dalam dan di luar sel. Ini disebut renjatan osmotik.
(Pelczar & Chan, 1986)

B. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Bakteri
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi
dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan
optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga
menunjukkan respon yang berbeda beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar dan Chan, 2006).
Pola pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies bakteri tumbuh
pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai
psikrofil, yang tumbuh pada 0 sampai 30 derajat selsius; mesofil, yang tumbuh pada 25
sampai 40 derajat selsius; termofil, yang tumbuh pada suhu 50 derajat selsius atau lebih.
Atmosfer gas juga berpengaruh pada pertumbuhan bakteri. Gas-gas utama yang mempe
ngaruhi pertumbuhan bakteri ialah oksigen dan karbon dioksida. Bakteri memperlihatkan
keragaman yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas, dan atas dasar ini maka
mudah sekali untuk membagi mereka menjadi empat kelompok: aerobik (organisme yang
membutuhkan oksigen), anaerobik (tumbuh tnapa oksigen molekular), anaerobik fakultatif
(tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada
sedikit oksigen atmosferik). Beberapa bakteri tidak hanya anaerobik tetapi juga sangat
sensitif terhadap oksigen; bila terkena oksigen maka akan terbunuh.
Kemasaman (pH) optimum bagi pertumbuhan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun,
beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam, atau sangat alkalin. Bagi
kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9.
Bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pH nya,
misalnya 7, maka mungkin sekali pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-
senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH ini dapat
sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan seterusnya organisme itu.
Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama yang harus
dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri. Beberapa
bakteri memiliki persyaratan tambahan sebagai contoh, organisme fotoautotrofik
(fotosintetik) harus diberi sumber pencahayaan, karena cahaya adalah sumber energinya.
Pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi oleh keadaan osmotik (tenaga atau tegangan yang
terhimpun ketika air berdifusi melalui suatu membran) atau tekanan hidrostatik (tegangan zat
alir). Bakteri halofilik yang ditemukan di air asin, hanya tumbuh bila mediumnya
mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Mikroorganisme yang membutuhkan NaCl
untuk pertumbuhannya disebut halofil obligat, mereka tidak akan tumbuh kecuali konsentrasi
garamnya tinggi. Sedangkan yang dapat tumbuh dalam larutan natrium klorida tetapi tidak
mensyaratkannya disebut halofil fakultatif.
(Pelczar dan Chan, 2006).



C. Bakteri Penyebab Penyakit Pada Tanaman
1. Penyakit Kanker
Bakteri Penyebab : Xanthomonas citri Bacterium citri
Pseudomonas citri Phytomonas citri
Tanaman inang : Jeruk dan beberapa tanaman keras lainnya.
Gejala : Bakteri menyerang daun, batang dan buah jeruk. Pada daun
timbul bercak bundar, berair dan tembus cahaya.
Perkembangan selanjutnya bercak menjadi kasar, berwarna
kuning kecoklatan, bergabus dan menyerupai lubang kepundan.
2. Penyakit busuk lunak (soft rot)
Bakteri penyebab : Erwinia carotovora, E. atroseptica, E. aroideae, dan Basillus
mesentricus.
Tanaman inang : Kubis, tomat, kentang, terong, wortel, ketimun, dan jenis
sayuran lainnya serta buah-buahan.
Gejala : Patogen menyerang tanaman sejak dari persemaian hingga di
tempat penyimpanan. Patogen menginfeksi tanaman melalui
luka, baik luka karena serangga, nematoda, atau karena ulah
manusia sewaktu mengadakan penyiangan maupun
pendangiran. Bagian tanaman yang terserang menimbukan bau
tidak sedap (busuk), lunak dan berair.
3. Penyakit layu pembuluh
Bakteri penyebab : Pseudomonas solanacearum.
Tanaman inang : Tomat, tembakau, kentang, melon, dan semangka.
Gejala : Sebagian tanaman akan layu pada siang hari, sore, atau malam
hari akan segar kembali. Lama-kelamaan bagian tanaman yang
layu tidak sebagian-sebagian lagi, melainkan layu secara
keseluruhan; dan waktunya layu tidak siang hari lagi,
melainkan layu terus-menerus. Jika batang tanaman yang layu
diiris dan diletakkan di dalam air, maka akan keluar cairan
kuning atau keruh. tanaman layu karena cendawan, nematoda,
atau faktor lingkungan tidak menunjukkan gejala demikian.
4. Penyakit bercak daun
Bakteri penyebab : Bacterium robici.
Tanaman inang : Ubi kayu.
Gejala : Daun tanaman akan timbul bercak hijau kecoklatan, lama-
kelamaan warna bercak menjadi coklat dan mengering. Daun
yang terserang akan layu sebelum waktunya. Patogen ini dapat
pula menimbulkan bercak pada batang.
5. Penyakit kresek (Bacterial light)
Bakteri penyebab : Xanthomonas oryzae.
Tanaman inang : Padi.
Gejala : Daun tanaman yang terserang mengalami pengeringan yang
dimulai dari daun bagian bawah. Gejala tersebut tampak setelah
7-14 hari setelah pemindahan dari persemaian ke lapang. Pada
serangan berat, tanaman akan kering seluruhnya dan akhirnya
mati.
6. Penyakit kudis (scab)
Bakteri penyebab : Streptomyces scabies.
Tanaman inang : Kentang, wortel, terong, dan sebagainya.
Gejala : Tanaman yang terserang menunjukkan bercak yang lama-
kelamaan berkembang menjadi kudis. Kudis berbentuk seperti
kutil yang merupakan penebalan jaringan tanaman (membentuk
sel gabus). Pada tanaman kentang, umbi yang terserang tidak
terlalu dalam (kudisnya), sehingga umbi tersebut masih bisa
dimakan tetapi tidak laku dijual.
7. Penyakit puru (Gals)
Bakteri penyebab : Agrobacterium tumefaciens.
Tanaman inang : Jeruk, jati, dan tanaman berkayu lain.
Gejala : Puru atau pertumbuhan luar biasa akibat bakteri pada tanaman
mengeluarkan enzim yang merangsang pertumbuhan sel secara
cepat. Gejala puru bakteri sering dijumpai pada bagian bawah
batang yang berhubungan dengan permukaan tanah. Bakteri
masuk ke dalam tanaman melalui luka mekanis, bentuk puru
biasanya mengikuti jaringan yang terserang.Jika akar yang
terserang puru yang terbentuk kecil. tapi jika batang yang
terserang puru dapat berukuran sangat besar.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
a) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan
b) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospora.
2. Pertumbuhan bakteri pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi. Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor
fisik utama yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum
bagi pertumbuhan bakteri.
3. Bakteri menyebabkan penyakit tanaman dengan cara menyebabkan busuk pada
akr, batang, daun dan buah dengan mengeluarkan enzim penyebab busuk. Bakteri
juga mengeluarkan enzim hipertropi yang mengakibatkan tanaman menderita
puru/kanker/bengkak pada akar, batang, daun, dan buah. Dan bakteri juga
mengeluarkan racun yang dapat mengakibatkan tanaman menjadi layu.













DAFTAR PUSTAKA

Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 1 terjemahan. Jakarta :
Universitas Indonesia.

Mudge, C. S. dan F. R. Smith. 1936. Physical Factors Influencing Bacterial Growth. Journal
of Bacteriology. 31(1):2.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : KANISIUS.

http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/SMA/Biologi/Bakteri/materi02.html
(diakses pada 7 September 2014)

Anda mungkin juga menyukai