Anda di halaman 1dari 2

Studi Tokoh-Tentang Syahrir-Wildo Fajar Pridana Putra / 16413187 (82)

Banyak tokoh mahasiswa Indonesia yang memiliki peran dalam masyarakat. Salah satunya
adalah Sutan Syahrir. Sebelum membahas lebih jauh siapakah seorang Syahrir itu saya akan membahas
tentang latar belakangnya. Syahrir lahir dari pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin
Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari Koto Gadang, Agam, Sumatera
Barat. Ayahnya menjabat sebagai penasehat sultan Deli dan kepala jaksa (landraad) di Medan. Syahrir
bersaudara seayah dengan Rohana Kudus, aktivis serta wartawan wanita yang terkemuka.
Syahrir mengenyam sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah (MULO) terbaik di Medan, dan
membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel Belanda. Pada 1926, ia
selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung, sekolah termahal di Hindia Belanda
saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai
sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang
ia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya Universitas Rakyat.
Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Syahrir menjadi seorang bintang. Syahrir
bukanlah tipe siswa yang hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan rumah. Ia
aktif dalam klub debat di sekolahnya. Syahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf
secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit.
Aksi sosial Syahrir kemudian menjurus jadi politis. Ketika para pemuda masih terikat dalam
perhimpunan-perhimpunan kedaerahan, pada tanggal 20 Februari 1927, Syahrir termasuk dalam
sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesi. Perhimpunan itu
kemudian berubah nama jadi Pemuda Indonesia yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda
Indonesia. Kongres monumental yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Dari sekian cerita tersebut menggambarkan peran Syahrir bukan hanya sebagai mahasiswa yang
mengenyam pendidikan tetapi juga sebagai pelaksana peran mahasiswa dalam masyarakat seperti
berkecimpung dalam aksi pendidikan secara gratis bagi anak-anak keluarga tak mampu, serta peran
penting lainnya di dalam pergerakan pemuda-pemuda nasional. Dari segi potensi Syahrir dapat
mengembangkan potensinya secara baik dalam segi hardskill, softskill, maupun lifeskill yang dan
didukung sesuai posisinya sebagai akademia masyarakat sipil dan diaplikasikan dalam masyarakat
berupa perannya sebagai mahasiswa.
Dalam gerakan kemerdekaan, gerakan Syahrir bahkan lebih radikal dibandingkan oleh Soekarno,
karena itu tidak heran pemerintah kolonial Belanda menangkap, memenjarakan, kemudian membuang
Syahrir ke Boven-Digoel. Hampir setahun dalam kawasan malaria di Papua itu, Syahrir dipindahkan ke
Banda Neira untuk menjalani masa pembuangan selama enam tahun. Karena sebagai pemuda yang
memiliki sifat terlalu radikal inilah yang menjadi ciri dari Syahrir. Tapi dibawah di kepemimpinan Syahrir,
pemuda bergerak di bawah tanah, menyusun kekuatan subjektif, sambil menunggu perkembangan
situasi objektif dan tibanya saat-saat psikologis untuk merebut kekuasaan dan kemerdekaan. Yang
dianggap bahwa tokoh ini merupakan tokoh bangsa yang mengabdikan dirinya bagi pergerakan negara.

Anda mungkin juga menyukai