Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada betina, pola sekresi hormone dan berbagai peristiwa reproduktif yang diatur oleh
hormon terjadi secara bersiklus, sangat berbeda dari pola jantan. Sementara jantan
menghasilkan sperma secara kontinu, betina membebaskan hanya satu atau beberapa telur
selama setiap satu siklus. Pengontrolan siklus betina sangat komples. Dua jenis siklus yang
berbeda ditemukan pada mamalia betina (Campbell. 2000).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa adalah proses yang terus-menerus
dan folifik pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta
sel sperma dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan
untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit. Struktur sel sperma sesuai dengan
fungsinya. Pada sebagian besar kepala yang mengandung nukleus haploid ditudungi oleh
badan khusus yaitu akrosom yang mengandung enzim yang membantu sperma menembus
sel telur. Dibelakang kepala, sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang
menyediakan ATP untuk pergerakan ekor, yang berupa sebuah flagela. Bentuk sperma
mamalia bervariasi dari spesies ke spesies, dengan kepala berbentuk koma bentuk hampir
bulat. Spermatogenesis terjadi dalam tubula seminferus testes (Campbell. 2004).
Organ reproduksi utama laki-laki adalah sepasang testis. Testis terdiri dari tubulus
seminiferus yang berbentuk tabung berkelok-kelok seperti tumpukan benang di dalam
kantong. Diantara tubulus terdapat area intersisial, terdiri dari sel-sel intersisisal leydig
yang memproduksi hormon testosteron. Sperma yang terbentuk akan diteruskan ke
epididimis (Irfanuddin. 2004).
Dalam bahasa dunia industri, testis dan ovarium di ibaratkan sebagai pabrik. Testis
adalah pabrik penghasil dua macam produk, yaitu sel kelamin jantan (spermatozoa) dan
hormon kelamin jantan (testosteron). Ovarium adalah pabrik penghasil sel kelamin betina
(sel telur atau ovum) dan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan progesteron yang
dihasilkan ovarium pada waktu betina sedang bunting (Sukra. 2000).
Sel-sel yang bergabung dan berkembang menjadi individu baru disebut sel kelamin atau
gamet yaitu ovum (sel telur) pada wanita/betina dan spermatozoa pada pria/jantan. Gamet
dibentuk oleh sel-sel khusus yang disebut sel-sel germinal, dan sel-sel badan yaitu sel
somatik; kedua macam sel ini terdapat pada kelenjar kelamin atau gonad. Gonad pada
wanita/betina adalah ovarium dan pada pria/jantan adalah testis (Syahrum. 1994).
Pembentukan telur mulai terjadi ketika oogonia mulai tumbuh dan berubah menjadi
oosit primer. Sel-sel diploid ini memasuki profase dari pembelahan meiosis pertama dan
sejak itu perkembangannya berhenti. Perkembangan oosit primer lebih lanjut tak terjadi
sampai saat hewan siap memasuki periode kegiatan reproduksi. Pada kodok, hal ini terjadi
sekali setahun, biasanya dalam musim semi-setelah dewasa. Kemudian ribuan oosit primer
mulai suatu periode pertumbuhan yang menyolok dan masing-masing terselubung dalam
seberkas sel yang disebut folikel. Bahan makanan dialihkan dari sel-sel folikel tersebut ke
oosit yang sedang tumbuh. Volume telur kodok meningkat lebih dari sejuta kali dalam
periode ini (Kimball. 2003).
Pada hewan akuatik lingkungan basah untuk fertilisasi bukanlah sautu persoalan.
Fertilisasi dapat terjadi langsung dalam air setiap induk melepaskan gamet. Untuk
menambah peluang pertemuan gamet, biasanya gamet-gamet tadi dilepaskan cukup
berdekatan. Ini membutuhkan adanya hewan jantan dan betina dewasa kelamin, dalam
waktu dan di tempat yang kira-kira sama. Perilaku periodik yang analaog terlihat banyak
pada hewan. Pada sejenis ikan grunion. Kalifornia, kedua jenis kelamin berenang ke
perairan dangkal untuk berpijah (melepaskan gamet-gametnya) pada waktu bulan purnama.
Pada spesies lainnya, salah satu jenis kelamin (biasanya jantan) melakukan aktivitas
perilaku tertentu (peminangan) dengan adanya yang betina. Aktivitas ini menyebabkan
hewan betina bertelur pada waktu yang tepat (Kimball. 2003).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari proses perkembangan sel kelamin jantan
(spermatogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan spermatozoon, serta jaringan
reproduksi betina (oogenesis) dan hal-hal yang berhubungan dengan sel telur pada mencit,
tikus dan ayam.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pembentukan sel kelamin disebut dengan gametogenese. Dalam perkembangan
embrional, kelenjar kelamin awalnya disebut dengan gonad, dan dalam proses
perkembangan selanjutnya, pada jenis kelamin jantan gonad berkembang menjadi testis,
dam pada betina gonad berkembang menjadi ovarium. Proses perkembangan bakal sel
kelamin atau gamet menjadi sel kelamin disebut dengan gametogenesis. Proses
pembentukan sel kelamin jantan yang terjadi di dalam testis disebut dengan
spermatogenesis, dan pembentukan sel kelamin betina di dalam ovarium disebut dengan
oogenesis (Sukra. 2000).
Gametogenesis terjadi pralahir, diawali dengan proliferasi bakal sel kelamin menjadi
sejumlah sel spermatogonia pada fetus jantan dan oogonia pada fetus betina. Sejak individu
yang bersangkutan mencapai usia dewasa kelamin, gametogenesis diteruskan ke tahap
pertumbuhan dan tahap pendewasaan, menghasilkan hasil akhir berupa spermatozoa pada
individu jantan dan sel telur pada individu betina. Sejak individu lahir sampai mencapai
usia usia dewasa kelamin, gametogenesis berhenti atau istirahat (Sukra. 2000).
Beberapa spesies hewan tingkat tinggi berkembang biak dengan cara menarik yang
disebut partenogenesis. Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak
tanpa dibuahi. Parthenogenesis terdapat pada ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga, dan
beberapa jenis kadal. Pada beberapa kasus, parthenogenesis adalah satu-satunya cara yang
dilakukan hewan tertentu untuk berkembang biak. Tetapi yang lebih lazim, hewan tersebut
melakukan parthenogenesis hanya pada waktu tertentu (Kimball. 2003).
Oogenesis adalah proses pembentukan ovum, berasal dari oogonia yang diploid menjadi
ovum yang haploid. Pada hewan mamalia, bakal ovum berada di dalam perlindungan sel-
sel folikel, bakal ovum dengan sel-sel folikel tersebut dinamakan folikel telur atau folikel
ovaria. Berarti perkembangan folikel ovaria terjadi secara simultan dengan oogenesis, dan
perkembangan folikel telur berkaitan dengan produksi hormon seks arau fungsi endokrin
ovaria (Slamet. 2000).
Tidak seperti pada tumbuhan, pada hewan tidak terdapat generasi haploid dan diploid
secara bergantian. Fertilisasi tetap didahului oleh meiosis, sedang hasil meiosis adalah
gamet itu sendiri. Pada semua hewan dihasilkan heterogamete. Bila direnungkan sejenak
akan terungkaplah nilai adaptif (penyesuaian) dari modifikasi ini. Untuk melakukan
fungsinya secara efektif, gamet harus motil (sehingga dapat bertemu dan bersatu) dan
disediakan makanan untuk energi dan bahan untuk perkembangan embrio. Kedua syarat ini
tidak dapat disatukan. Penyelesaiannya ialah satu gamet, sperma, yang bersifat motil dan
kecil dan gamet lainnya, telur, yang penuh dengan persediaan makanan
(Kimball. 2003).
Gamet jantan spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan,
disebut testis. Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma
dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia
bersifat diploid, ini dapat membelah dan secara mitosis dapat membentuk spermatogonia
atau berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel
haploid yaitu spermatid. Spermatid dalam proses tersebut kemudian kehilangan banyak
sitoplasma dan berkembang menjadi sel sperma (Yatim. 1990).
Meskipun sperma dapat berenang beberapa milimeter dalam setiap detik, perjalanannya
ke tuba falopii mungkin dibantu oleh pengerutan otot dinding uterus dan tuba tersebut.
Sperma dapat mencapai telur dalam 15 menit dari saat ejakulasi. Perjalanan ini penuh
dengan mortalitas yang tinggi. Ejakulasi rata-rata berisi beberapa ratus juta sperma tetapi
hanya beberapa saja yang dapat menyelesaikan perjalanannya dan dari ini hanya ada satu
yang dapat memasuki telur dan membuahinya (Basoeki. 1988).
Produksi sperma dapat terjadi di dalam testis dan setiap testis penuh dengan ribuan
saluran tubulus seminifer, dinding tubulus ini terdiri dari spermatogonia diploid. Proses
perubahan sebuah spermatogonium ke dalam sperma meliputi dua pembelahan sel yang
beruntun, secara meiosis setiap spermatogonium menghasilkan empat sel sperma
(Noviar. 1994).
Spermatozoa tersusun dari kepala, badan dan ekor. Dalam kepala ada bahan inti dan
suatu granula yang gelap disebut dengan akrosom dan berisi enzim yang memudahkan
penembusan sperma ke dalam ovum. Sejumlah mitokondria dalam badan melakukan
metabolisme yang memberi energi untuk lokomosi dan ekor menggerakkan sperma
spanjang perjalanan (Basoeki. 1988).
Struktur sel sperma sesuai dengan fungsinya, pada sebagian besar spesies, kepala
mengandung nukleus haploid yang ditudungi oleh badan khusus yaitu akrosom, di belakang
kepala sel sperma mengandung sejumlah besar mitokondria yang menyediakan energi atau
ATP untuk pergerakan ekor yang berupa sebuah flagel (Salisbury. 1985).
Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi menjadi
oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir
perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel
yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler
(Muchtaromah, 2007).
Sebagian besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan
tumbuh membesar menjadi oosi tprimer, Oosit primer kemudian mengadakan replikasi
DNA dan memasuki proses miosis pertama sampai tahap profase.Pada bulan ke-5 sampai
ke-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai 5-7 juta sel. Pada saat itu sel-sel mulai
berdegenerasi, sehingga banyak oogonium dan oosit primer berhenti tumbuh dan menjadi
atretik. Tetapi oosit primer yang telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap
bertahan pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya oosit
primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel primordial). Folikel primordial tetap
pada stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase diktioten / diplotene stage), sampai sesudah
kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta
folikel (Soewardiati, 1989).
Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel primordial /
oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yangberbeda-beda. Pada
saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya
perdarahan haid berikutnya, hanya satu sel folikel yang mengalami pematangan sampai
tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap dibuahi. Pertumbuhan / pematangan
diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer / folikel primordial menjadi membesar,
dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah menjadi kuboid dan berlapis-lapis
(Soewardiati, 1989).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 September 2014, pukul 13.20-
15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa mikroskop. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain Mus musculus, preparat testis mencit (Mus musculus), preparat
ovarium ayam (Gallus gallus), preparat ovarium mencit (Mus musculus).

3.3 Cara Kerja
A. Spermatogenesis
Disiapkan preparat irisan melintang testis mencit dan letakkan di bawah mikroskop.
Amati preparat dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. Selanjutnya
gambar penampang tubulus seminiferus yang berisi macam-macam tingkatan
perkembangan sel kelamin jantan. Beri keterangan hasil dan catat perbesaran mikroskop
yang digunakan.

B. Oogenesis
Disiapkan preparat irisan melintang ovarium ayam dan mencit putih dan letakkan di
bawah mikroskop. Amati preparat dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat.
Selanjutnya gambar penampang ovarium yang berisi macam-macam tingkatan
perkembangan sel kelamin betina. Beri keterangan hasil dan catat perbesaran mikroskop
yang digunakan.



4.1 HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Gambar : spermatozoa Rana sp.


keterangan :
1. kepala
2. leher
3. badan
4. flagel




4.1.2 Gambar : spermatozoa Mus muculus


keterangan :
1. kepala
2. leher
3. badan
4. flagel







4.1.2 Gambar : spermatozoa Mabouya multifasciata


keterangan :
I. Badan
II. Leher
III. Ujung ekor
1. Akrosome
2. Inti sel
3. Sentriol
4. Mitokondria
5. Membran sel


















4.2 Pembahasan
Pada spermatogenesis, spermatogonia, sel-sel germinativum primitif yang terletak di
samping lamina basalis tubulus seminiferus, berkembang menjadi spermatosit
primer.Menurut Ganong (2003) mengatakan bahwa Proses ini dimulai pada saat akil baligh.
Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis, sehingga jumlah kromosomnya
berkurang. Dalam proses dua tahap ini, sel-sel tersebut membelah menjadi spermatosit
sekunder, lalu menjadi spermatid, yang mengandung jumlah kromosom haploid. Spermatid
berkembang menjadi spermatozoa (sperma). Sewaktu sebuah spermatogonium membelah
dan menjadi matang, turunan-turunannya tetap terikat oleh jembatan sitoplasma sampai
stadium spermatid lanjut. Hal ini tampaknya memastikan sinkronisitas diferensiasi setiap
klon sel germinativum. Perkiraan jumlah spermatid yang terbentuk dari sebuah
spermatogonium adalah 512. Pada manusia, melalui proses spermatogenesis yang teratur
ini diperlukan waktu rata-rata 74 hari untuk membentuk sebuah sperma matang dari sel
germinativum primitif.
Oviduk merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di
ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi
infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct.
Oleh karena itu, di dalam oviduk, sel telur berjalan ke arah uterus. Menurut
Kimball (2003) mengatakan bahwa uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang
terhuung pada oviduct. Jalan dari kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus
berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan
menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus
mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah
kanan dan kiri. Menurut Santoso (2009) mengatakan bahwa besarnya ovari sekitar 1,5 inci
dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungan ovarian
bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan
produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu
cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle
Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan
dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary
hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH).
Pada tikus dan mencit, testisnya hanya terdiri atas satu ruangan saja. Menurut Anonim
(2014) mengatakan bahwa di dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang melilit-lilit
yang disebut tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis. Ruang-ruang di
antara tubulus seminiferus diisi oleh jaringan interstitial yang kaya dengan pembuluh darah
dan limf. Jaringan interstitial ini mengandung sel-sel leydig yang berasal dari mesenkim.
Sel-sel leydig bekerja mensintesis hormon testosteron dari prekuersor kolesterol.
Jenis ovarium memiliki beberapa jenis. Menurut Kimball (2003) mengatakan bahwa
secara umum dikenal ada tiga jenis ovarium adalah (i) ovarium yang berbentuk kantung,
dan rongga ovarium (ovacoel) langsung berhubungan dengan oviduk. Telur yang matang
diovulasikan langsung ke dalam ovocoel. Tipe ovarium ini dijumpai pada teleostei (ii)
Ovarium berongga, namun telur yang masak diovulasikan ke coelom, dan (iii) ovarium
berbentuk pipih misalnya pada mamalia. Permukaan ovarium dibatasi oleh epitel selapis
pipih atau epitel kubus dan dinamakan epitel germinativum. Di bawah epitel germinativum,
stroma membentuk suatu lapisan padat yang disebut tunica albugenia dan menyebabkan
ovarium tampak agak keputih- putihan.
Pada penampang ovarium tikus (Rattus rattus), dapat dilihat adanya oogonium yang
berukuran kecil dan biasanya bergerombol,dikelilingi oleh sel-sel folikel selapis, pada inti
sentral sering terdapat gambaran kromatin, dan sitoplasmanya homogen; oocyt dalam
pertumbuhan mempunyai ukuran yang besar dengan inti yang besar dan eksentrik, dibagian
tepi terdapat ooplasma cortecal, di bagian sentral tampak gelembung-gelembung minyak
atau lemak, zona radiata tampak sebagai garis-garis radier, membrana vitellina tampak
garis jecil yang tebal, sel-sel folikel terdapat pada daerah yang terpulas jelas, dan thecca
folikuli merupakan serabut-serabut; oocyt sekunder mempunyai ukuran yang sangat besar,
vesiula germativa ditepi bawah membrana vitellina, dan kadang-kadang dijumpai
penampang yang tidak mengandung inti.



V KESIMPULAN

berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis.
2. Pada gamet jantan anakan yang dihasilkan 4 buah yang fungsional
3. Fungsi utama testis adalah menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi
jantan, utamanya androgen.
4. Tempat bertemunya sperma dan ovum di tuba fallopi
5. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi
telur yang baik untuk dibuahi.






















DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. 2000. Biologi. Penerbit Erlangga. Jakarta : xxi + 436
Irfanuddin, M, Dr. SpKO dan Nasution ; Nursiah,Drg. 2004. Fisiologi Sistem Reproduksi.
FK UNSRI. Inderalaya.
Kimball, J.W. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta. Erlangga : vii + 592 hlm.
Soewardiati.1989. Reproduksi dan Embriologi, Surabaya : IKIP
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. DIRJEN.
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS : Jakarta.
Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : vii + 217 hlm.

Anda mungkin juga menyukai