mol
mol
mol
mol gr
gram
gram Massa
Metil salisilat + NaOH +H
2
SO
4
asam salisilat + Na
2
SO
4
M 0,078 mol 0,125 mol - -
R 0,078 mol 0,078 mol 0,078 mol 0,078 mol
S 0 0,047 mol 0,078 mol 0,078 mol
Mol asam salisilat = 0,078 mol, sehingga massa asam salisilat menurut teori adalah
Massa asam salisilat = mol asam salisilat x Mr asam salisilat
= 0,078 mol x 138, 12 gr/mol
= 10,77 gram
Massa asam salisilat hasil percobaan = 10,37 gram
Rendemen =
Rendemen =
Rendemen = 96,2 %
Hasil
No. Gambar Keterangan
1. a. b.
Persiapan bahan
a. Minyak gondopuro 10
mL
b. NaOH 5 N sebanyak 25
mL
2.
Hasil reaksi antara NaOH
dengan minyak gondopuro
membentuk padatan seperti
bubuk berwarna putih. Padatan
tersebut terbentuk spontan.
3.
Rangkaian reflux yang terdiri
dari labu leher tiga, kondensor,
termometer, dan pemanas air.
Reflux dilakukan pada suhu 80
C selama kurang lebih 1 jam.
4.
a. b.
Gambar sebelah kiri (a) adalah
hasil reflux. Gambar sebelah
kanan (b) adalah labu leher tiga
yang didinginkan hingga
mencapai suhu kamar.
5.
Endapan putih yang terbentuk
setelah penambahan H
2
SO
4
2 M.
6. a. b.
Gambar a : Penyaringan
menggunakan corong buchner.
Gambar b : hasil filtrasi
menggunakan corong buchner.
7.
Hasil pengeringan menggunakan
oven yang berbentuk padatan
halus berwarna putih.
8. a. b.
Uji kelarutan pada air panas (a),
hasilnya adalah padatan larut
dalam air panas. Uji kelarutan
pada air dingin (b), padatan
sedikit larut.
Pembahasan Hasil
Minyak gondopuro merupakan suatu ester yang memiliki gugus vinil dan hidroksi pada
posisi orto dari benzena. Sintesis minyak gondopuro untuk menghasilkan asam salisilat
menggunakan proses esterifikasi atau hidrolisis ester. Percobaan ini menggunakan metode
esterifikasi menggunakan NaOH dan katalis asam sulfat (H
2
SO
4
). Senyawa minyak
gondopuro perlu diubah menjadi garamnya dengan penambahan basa. Hal ini terjadi karena
penggunaan basa yang mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis. Ion hidroksida dapat
bersifat sebagai basa maupun sebagai nukleofil seperti terdapat pada mekanisme reaksi di
atas.
Ion hidroksida bersifat sebagai basa yang akan menyerang atom H, hal ini
mengakibatkan atom O bermuatan negatif karena atom O lebih elektronegatif dari pada atom
H. Ion hidroksida lainnya berperan sebagai nukliofil yang menyerang atom C karbonil. Ikatan
rangkap gugus karbonl terputus dan 2 pasang elektronnya diberikan pada atom O karena sifat
keelektronegatifan atom O lebih elektronegatif daripada atom C. Atom C pada keadaan ini
terhibridisasi sp3 yang membuat keadaan molekul yang terikat pada atom C yang terikat pada
gugus metoksi dalam keadaan tetrahedral. Satu pasangan elektron bebas pada atom O yang
bermuatan negatif akan kembali menjadi ikatan rangkap untuk menstabilkan molekul. Gugus
metoksi langsung terlepas dan selanjutnya untuk memperoleh kestabilan metoksi yang
bersifat sebagai basa akan menyerang atom H pada gugus hidroksil yang akan membuat atom
O bermuatan negative (Rosita, 2014).
Tahapan yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan minyak gondopuro
sebanyak 10 mL dan 25 mL NaOH 5 N ke dalam labu leher tiga. Reaksi kedua bahan tersebut
membentuk padatan berwarna putih seperti bubur. Endapan ini terbentuk karena adanya
gugus karbonil dan hidroksi merupakan gugus yang memungkinkan terbentuknya garam
salisilat sehingga saat minyak gondopura ditambahkan larutan NaOH larutan berubah
menjadi endapan putih.
Padatan tersebut kemudian direflux pada suhu kisaran 80 C dan berlangsung selama 60
menit 5 detik. Tujuan dari pemanasan ini agar reaksi dapat terjadi dengan laju yang lebih
cepat. Selain itu, proses ini menyebabkan senyawa yang direaksikan tidak mudah menguap
ke udara sehingga tidak mengalami pengurangan volume zat yang terkandung didalamnya
karena adanya kondensor yang mendinginkan suhu sistem. Labu ini dilengkapi dengan
termometer sebagai pengukur suhu. Termometer ini sebisa mungkin dekat dengan padatan
pada alas labu agar perubahan suhu yang terjadi di dalamnya segera terukur. Labu leher tiga
tertutup rapat ketika proses reflux berlangsung. Hal ini untuk menghindari gas hasil
penguapan yang hilang.
Padatan dalam labu mencair secara keseluruhan pada suhu 73 C. Cairan yang
didapatkan dari proses ini berwara kuning jernih. Hasil reflux yang masih terdapat pada labu
leher tiga kemudian didinginkan. Hal ini untuk menurunkan suhu cairan pada suhu ruang.
Pendinginan ini untuk mengubah gas yang menguap pada labu leher tiga untuk berwujud cair
kembali. Larutan hasil reflux ini dituang ketika larutan sudah mencapai suhu ruang agar tidak
ada gas yang hilang akibat menguap karena akan mengurangi hasil yang didapatkan. Hasil
reflux xmemiliki bau yang harum seperti balsam. Hal ini menunjukkan bahwa hasil reflux
merupakan senyawa ester yang memiliki aroma yang khas. Asam salisilat adalah salah
senyawa ester dan terkandung dalam minyak gondopuro.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menambahkan asam sulfat hingga
membentuk endapan. Penambahan asam sulfat ini bertujuan untuk memprotonasi garam
salisilat menjadi asam salisilat. Endapan ini kemudian disaring menggunakan corong
buchner. Endapan ini dicuci menggunakan aquades dingin agar tidak ada pengotor yang
terdapat pada endapan, karena asam salisilat memiliki sifat yang tidak mudah larut dalam air.
Endapan yang telah disaring kemudian dikeringkan di oven pada suhu sekitar 80 C.
proses pengeringan ini berlangsung selama kurang lebih 30 menit. Suhu pada oven diatur
tidak terlalu tinggi karena dapat merusak susunan dalam senyawa asam salisilat dan endapan
akan gosong. Berat asam salisilat yang didapatkan adalah 10,37 gram dengan rendemen
sebesar 96,2 %. Rendemen yang didapatkan ini sangat besar bila dibandingkan dengan
kandungan asam salisilat dalam minyak gondopuro. Kandungan asam salisilat dalam minyak
gondopuro adalah sekitar 96%. Rendemen 96,2 % menunjukkan bahwa sebagian besar asam
salisilat terbentuk dan sisanya adalah senyawa lain.
Uji titik leleh dilakukan untuk memastikan bahwa endapan tersebut adalah asam
salisilat. Titik leleh yang didapatkan yaitu 170 C, sedangkan pada literatur menunjukkan 159
C. Uji kelarutan juga dilakukan pada asam salisilat yang didapatkan dengan menggunakan
air panas dan air dingin. Hasilnya adalah asam salisilat larut dalam air panas dan sedikit larut
dalam air dingin. Proses pelarutan ini berlangsung cukup lama, diperlukan pengocokan agar
dapat larut. Sifat asam salisilat yang tidak larut dalam air akan terbukti apabila jumlah asam
salisilat yang dihasilkan sedikit lebih banyak.
Kesimpulan
1. Sintesis asam salisilat dari minyak gondopuro dilakukan dengan metode esterifikasi
menggunakan asam kuat.
2. Asam salisilat yang didapatkan berbau harum, bersifat larut dalam air panas dan
sedikit larut pada air dingin.
3. Titik leleh asam salisilat yang didapatkan adalah 170 C.
4. Rendemen yang didapatkan adalah 96,2 %.
Referensik
Ani, Voierfflich. 2013. Laporan Lengkap Sintesis Metil Salisilat.
www.sharepdf.com/afe818e26ad0464097a7068d504c44aa/120362905-Laporan-
Lengkap-Sintesis-Metil-Salisilat.pdf. [Serial Online]. [Diakses 9 September 2014].
Fessenden & Fessenden. 1986. KIMIA ORGANIK Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Heyne, K., 1987.Tumbuhan berguna Indonesia Jilid II. Jakarta : Litbang Kehutanan.
Ningrum, Kusuma dan Rosida Ipa. 2014. Sintesis Asam Salisilat dari Minyak Gondopuro.
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential
Oil No19. Prosea, Bogor, Indonesia.
Rosita, Ipa Ida. 2014. Pembuatan Asam Salisilat dari Minyak Gondopuro. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah.
Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember : Universitas
Jember.
Saran
1. Praktikan harus berhati hati karena menggunakan asam pekat.
2. Pemanas yang digunkan sebaiknya menggunakan alat yang lebih baik karena apabila
tidak menggunkan alat yang tidak standar akan didapatkan hasil yang tidak akurat dan
berlangsung lama.
Nama Praktikan
Marena Thalita Rahma (121810301031).