Anda di halaman 1dari 3

Cerita Satu Malam

Pengarang : Ikrima R. Sofiya


Pemain : Litha dan Adi
(di sebuah ruangan kerja. Adi sedang sibuk bermain dengan komputernya dan Litha sedang asik bermain
gadget di sampingnya)
Litha : mas, sekarang saatnya bikin kopi ya?
Adi : (hanya mengangguk, tanpa mengalihkan perhatiannya dari computer yang ada di hadapannya)
(beberapa saat kemudian, Litha datang membawa secangkir kopi)
Litha : ini, mas. Di minum dulu. Istirahat sebentar.
Adi : (menoleh kea rah Litha, lalu tersenyum lelah) Terimakasih ya, sayang.
Litha : selalu. (membalas senyuman Adi) sampai kapan kita akan berada disini, mas?
Adi : sampai kapanpun.
Litha : Apa mas ngga lelah? Ngga mau ngelanjutin di kos aja?
Adi : lelahku hilang, lit. kalo sama kamu.
Litha : (memandang mas Adi dalam) mas..
Adi : (meletakkan kopi diatas meja) jangan bahas lagi, Lit. aku sedang lelah.
Litha : tapi, sampai kapan mas?
Adi : sampai kita lelah.
Litha : aku lelah.
Adi : (memandang Litha dalam, lalu memeluknya) aku jatuh cinta sama kamu, Lit. apa salah, aku
memperjuangkan apa yang harus aku perjuangkan dan aku bertahan dan membuatmu terus bertahan seolah
semua ini tidak dilarang.
Litha : kita beda, mas.
Adi : aku cinta kamu, Lit.
Litha : aku juga.
adi : bagaimana waktu itu aku mengenalmu?
Litha : aku yang menghubungimu duluan, mas. (tertawa kecil) mas ganteng sih.
Adi : sekarang masih ganteng? (memasang ekspresi jelek)
Litha : kamu ganteng karena aku mencintaimu (lalu menjulurkan lidahnya)
Adi : jadi, diam-diam kamu udah jatuh cinta duluan?
Litha : (tertawa agak keras) geer kamu, mas. Mana mungkin. Akukan bercanda. Aku ngesms kamu kan karena
aku lagi butuh orang yang ngerti masalah pelajaran matematika.
Adi : kamu bohong, pasti kamu suka duluan. (mencubit pipi Litha). Cinta itu datangnya suka ga bisa ditebak
ya, Lit. sebenernya, siapasih sutradaranya? Produsernya? Kok aku bisa segini cinta sama kamu.
Litha : (tersenyum kecil) mas, tau nggak? Kita tuh udah jalanin hubungan ini lima tahun. Tapi, sampai
sekarang kita ngga pernah tau mau dibawa kemana hubungan kita. Orang bilang, kita Cuma sia-sia. Soalnya, kita
ga bakal pernah bisa bersatu. Aku Cuma bisa ketawa, mas. Mana mungkin Tuhanku sejahat itu, mempertemukan
kita, lalu membuat kita bertahan, lalu akhirnya memisahkan. (berbicara sambil tertawa agak dipaksakan)
Adi : gimana kalo mba?
Litha : ngawur kamu, mas. Udah cinta terlarang, mau dibikin semakin kacau.
(adi dan Litha saling bertatapan, lalu tertawa)
Adi : pasti ada caranya, Lit. umurmu juga masih 23 tahun dan umurku masih 24 kan? Masih ada 6 tahun lagi
untukku, kalo aku mau menikah di usia 30.
Litha : ada rencana buat ninggalin aku, mas?
Adi : ada dong. (muka serius)
Litha : (terdiam, lalu agak membuang muka dan melayangkan pandangannya ke luar)
Adi : ketika aku meninggal, Lit.
Litha : (menoleh) bullshit. Brengsek kamu mas, cowo kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu. Kamu brengsek
atau homo mas? (tertawa)
Adi : aku homo, soalnya aku cinta sama kamu Lit. kamukan cowok. (tertawa makin keras)
Litha : ini cobaan dari tuhan apa anugrah atau apa ya mas sebenernya? Apa Tuhan lagi nguji keimananku?
Adi : (muka serius) udah Lit, aku bosen bahasnya.
Litha : (menyeruput kopinya) semangat terus ya, mas. Mungkin suatu saat tangan yang menengadah bisa
bersatu dengan melipat tangan. Atau mungkin
(adi memeluk Litha erat. Sampai nanti. Sampai esok. Sampai hari kemudian. Sampai akhirnya mereka
ditemukan.)

Ketika yang lain sibuk mencumbu tanpa pernah mengerti arti cinta yang sesungguhnya, mereka sibuk mengeja dan merapal doa
yang sama; meskipun diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap
sentuhan Al-Quran, dan dalam setiap sentuhan Alkitab mereka saling mendoakan, meskipun tahu segalanya tak memungkinkan.

Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, apakah salah mereka? Hingga dunia menatap mereka layaknya penjahat kecil
yang pasti bersalah dan tak berhak untuk membela diri. Apa salah mereka, jika mereka sama-sama mengenal Tuhan walaupun
memanggilNya dengan panggilan berbeda?

Jika Tuhan inginkan sebuah penyatuan, mengapa Dia ciptakan perbedaan? Apa gunanya cinta dan Bhinneka Tungga Ika jika
semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?
(Dwitasari)

Anda mungkin juga menyukai