TENTANG
ANTISIPASI PEMERINTAH TERHADAP TIDAK TERCAPAINYA
TARGET PENDAPATAN PAJAK DALAM APBN 2016
T.A. 2017
PENDAHULUAN
Target penerimaan negara yang tidak mencapai target hingga akhir September
mengakibatkan pemerintah mengajukan pemangkasan anggaran belanja negara secara besar-
besaran yaitu untuk K/L sebesar Rp65 triliun dan anggaran transfer daerah sebesar Rp68,8 triliun.
Namun, dalam pemangkasan anggaran belanja ini diperlukan antisipasi agar tidak berisiko
terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu diperlukan evaluasi terhadap keefektifan
pengampunan pajak (tax amnesty) dan paket kebijakan ekonomi lainnya yang mulai diragukan
keberhasilannya dalam kontribusi terhadap kas negara. Selain itu, diperlukan pembahasan
mengenai regulasi yang dibutuhkan demi menciptakan iklim investasi dan perekonomian yang
lebih baik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 5,3%.
PEMBAHASAN
Pemangkasan ini dilakukan dalam rangka pencegahan terhadap defisit negara yang
ditargetkan akan meleset jauh hingga menyentuh angka 3% sehingga bisa melanggar undang-
undang. Tax Amnesty yang menjadi program andalan dari pendapatan negara hingga akhir
September ini mulai diragukan keberhasilannya mengingat pencapaiannya yang hanya baru sekitar
5,2 persen. Dengan rincian uang tebusan program pengampunan pajak baru menyentuh angka
Rp8,5 triliun dari proyeksi awal sebesar Rp165 triliun. Sedangkan dana repatriasi dari luar negeri
baru terkumpul Rp18,8 triliun dengan target Rp1.000 triliun. Tingkat partisipasi program
pengampunan pajak paling banyak diperoleh dari WP-OP non UMKM yaitu sebesar Rp7,17
triliun, Badan non UMKM yaitu Rp911 miliar, OP UMKM yaitu Rp430 miliar, dan WP Badan
UMKM yaitu Rp15,8 miliar.
Pendapatan
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi defisit anggaran ini, bisa dilakukan
dengan melakukan pemangkasan anggaran, penambahan utang, atau melakukan revisi terhadap
batas masimum defisit melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Pemangkasan
anggaran dianggap merupakan pilihan yang paling tepat karena jika memilih pada pilihan kedua
yaitu penambahan utang, posisi utang negara Indonesia pada enam tahun terakhir selalu meningkat
(Tabel 1). Sedangkan jika pemerintah memilih pilihan ketiga sebagai jalan keluarnya, hal tersebut
hanya akan menunjukkan kelemahan kredibilitas pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut dan seiring perkembangan ekonomi yang dinamis maka untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak diperlukan basis data yang kuat sebagai sumber
dan otoritas yang profesional dan akuntabel dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang di
bidang perpajakan. DPR dan Pemerintah bersepakat melakukan revisi terhadap UU Ketentuan
Umum Perpajakan (KUP) yang akan menjadi payung bagi seluruh ketentuan formal perpajakan.
Belanja
Defisit APBN tidak boleh melebihi tiga persen setiap tahunnya, hal ini sesuai dengan
amanat yang ditetapkan undang-undang. Pemerintah perlu menguatkan sisi pendapatan dan sisi
belanja negara. Penguatan sisi pendapatan dapat dilakukan salah satunya dengan pemberharuan
system perpajakan termasuk memperluas akses penerimaan pajak serta lebih mengefektifkan
penerimaan pajak menggunakan tax amnesty dengan berbagai macam promosi yang dapat
dijalankan. Pada sisi belanja, pemangkasan diharapkan dilakukan sesuai dengan koridornya, yang
mana tidak hanya asal potong melainkan harus banyak mempertimbangkan hal-hal demi tidak
menghambatnya pertumbuhan suatu daerah. Sementara itu, DPR diharapkan mampu mengawasi
pelaksaan APBN yang diajukan pemerintah setiap tahunnya dengan baik agar APBN yang dibuat
menjadi wujud kapasitas, kapabilitas, dan kredibilitas negara demi membantu pembangunan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com, Jakarta.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/06/184900626/pemerintah.akan.pangkas.belanj
a.lagi.jika.target.amnesti.pajak.tak.tercapai.
Viva.co.id. http://politik.news.viva.co.id/news/read/782784-pemotongan-anggaran-transfer-
daerah-tak-sesuai-nawacita