Disusun oleh:
Enggri Harba, NPM 1302160382
KELAS 3A
1. Domisili
Domisili adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang artinya tempat tinggal. Menurut Prof.
Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan SH., Domisili atau tempat kediaman itu adalah
Tempat dimana seseorang dianggap hadir mengenai hal melakukan hak-haknya dan memenuhi
kewajibannya juga meskipun kenyataannya dia tidak berada di tempat tersebut. Menurut kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, tempat kediaman itu acapkali diartikan sebagai rumah atau kota.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat tinggal
dimana ia sehari-harinya melakukan kegiatannya atau dimana ia berkediaman. Menetapkan tempat
kediaman seseorang itu cukup sulit karena selalu berpindah-pindah. Untuk memudahkan hal tersebut,
maka dibedakan antara tempat kediaman hukum (secara yuridis).
Tempat kediaman hukum adalah tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir dan berhubungan
dengan hal untuk melakukan hak-haknya serta kewajiban-kewajibannya, meskipun sesungguhnya
mungkin ia bertempat tinggal di lain tempat. Menurut Pasal 77, Pasal 1393; 2 KUHPerdata, tempat
tinggal itu adalah Tempat tinggal dimana sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan. Bagi orang
yang tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, maka tempat tinggal dianggap dimana ia sungguh-
sungguh berada.
a. Tempat tinggal sesungguhnya adalah tempat yang bertalian dengan hak-hak melakukan
wewenang pada umumnya. Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan antara lain:
1) Tempat tinggal sukarela/bebas yang tidak terikat/tergantung hubungannya dengan orang
lain.
2) Tempat tinggal yang wajib/tidak bebas yang ditentukan oleh hubungan yang ada antara
seseorang dengan orang lain. Misalnya: tempat tinggal suami istri, tempat tinggal anak
yang belum dewasa di rumah orang tuanya, orang di bawah pengampuan di tempat
kuratornya.
b. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal yang berhubungan dengan hal-hal melakukan
perbuatan hukum tertentu saja. Tempat tinggal yang dipilih ini untuk memudahkan pihak lain
atau untuk kepentingan pihak yang memilih tempat tinggal tersebut. Tempat tinggal yang
dipilih ada 2 (dua) macam yaitu:
1) Tempat kediaman yang dipilih atas dasar undang-undang misalnya dalam hukum acara
dalam menentukan waktu eksekusi dari vonis.
2) Tempat kediaman yang dipilih secara bebas misalnya dalam melakukan pembayaran
memilih kantor notaris. (Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi M. Sofwan, SH.)
Menurut Prof. Subekti SH., ada juga yang disebut rumah kematian atau domisili penghabisan,
yaitu rumah di mana seseorang meninggal dunia. Rumah penghabisan ini mempunyai arti penting
sebagai berikut:
Sedangkan tempat kediaman untuk Badan Hukum disebut tempat kedudukan badan hukum ialah
tempat dimana pengurusnya menetap. Menurut KUHPerdata domisili/tempat tinggal itu ada dua jenis,
yaitu:
Arti pentingnya domisili untuk seseorang domisili itu penting untuk seseorang dalam hal sebagai
berikut:
a. Untuk menentukan atau menunjukan suatu tempat dimana berbagai perbuatan hukum harus
dilakukan. Misalnya mengajukan gugatan maka pengadilan mana yang berwenang mengadili.
(Menurut Prof. Dr. Sri Soedewi M Sofwan, SH)
b. Untuk mengetahui dengan siapakah seseorang itu melakukan hubungan hokum serta apa yang
menjadi hak dan kewajiban masing-masing. (Menurut H. Riduan Syahrani, SH)
c. Untuk membatasi kewenangan berhak seseorang.
2. Catatan Sipil
Akta Catatan Sipil adalah akta yang memuat catatan peristiwa-peristiwa penting kehidupan seseorang
yaitu : kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan/pengesahan anak dan kematian. Kegunaan akta
catatan sipil antara lain:
a. Akta catatan sipil merupakan surat bukti paling kuat dalam menentukan kedudukan hukum
seseorang.
b. Merupakan akta otentik yang mempunyai kekuatan hukum pembuktian sempurna di depan
hakim.
c. Memberikan kepastian hukum sebesar-besarnya tentang kejadian-kejadian mengenai kelahiran,
perkawinan, perceraian, pengakuan/pengesahan anak dan kematian.
d. Dari segi praktisnya akta-akta kelahiran dari catatan sipil dapat dipergunakan untuk tanda bukti
otentik dalam hal pengurusan pasport Kewarganegaraan dan KTP.
e. Keperluan sekolah, Masuk ABRI dan utama menentukan status ahli waris dan sebagainya.
PEMBAHASAN
Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang telah
disahkan oleh DPR RI pada tanggal 26 November 2013 merupakan perubahan yang mendasar dibidang
administrasi kependudukan. Tujuan utama dari perubahan UU dimaksud adalah untuk meningkatkan
efektivitas pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat, menjamin akurasi data
kependudukan dan ketunggalan Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta ketunggalan dokumen
kependudukan.
Perubahan substansial yang mendasar dalam perubahan UU Nomor 23 Tahun 2006 yang terdapat pada
UU Nomor 24 Tahun 2013 adalah sebagai berikut: