= 7,25%
Larutan Pb
2+
%galat Rf =
=
= 8,60%
Larutan Ag
+
%galat Rf =
=
= 10,0%
Komponen Faktor retensi Galat
(%)
Standar Sampel
Hg
2+
0,69 0,74 7,25
Pb
2+
0,70 0,64 8,60
Ag
+
0,60 0,66 10
G. Pembahasan
Pada percobaan ini, sampel akan diuji dengan kromatografi planar yakni
melalui kromatografi kertas untuk diuji nilai faktor retensi (Rf) tiap komponen logam
dalam sampel. Fasa diam yang dipakai dalam percobaan ini adalah selulosa pada
kertas, dan fasa gerak yang dipakai adalah asam asetat-air (1:1). Sampel diteteskan
pada bagian tepi bawah kertas. Kertas kromatografi digantung dalam bejana yang
telah dijenuhkan dengan asam asetat-air 1:1. Eluen perlahan bergerak ke bagian atas
kertas karena adanya gaya kapiler pada fasa diamnya. Bejana yang telah dijenuhkan
membantu gaya kapiler pada fasa gerak yang mengakibatkan mempercepat proses
elusi. Ketika eluen bergerak, sampel yang di kromatografi akan mengikuti eluen dan
tertahan dalam fasa diam. Hal ini terjadi karena adanya afinitas sampel terhadap fasa
diam. Jika afinitas sampel kuat maka sampel akan lebih tertahan dalam fasa diam,
dan sebaliknya. Dari perbedaan jarak migrasi komponen dengan jarak migrasi eluen
dapat ditentukan nilai (Retention Factor) atau R
f
dari senyawa yang di elusi.
Sampel dan standar yang digunakan pada kertas adalah larutan tak berwarna,
maka diperlukan suatu indicator yang disebut pemayar untuk membuat komponen
sampel maupun standar tampak pada layar kromatografi. Pemayar yang digunakan
untuk mendeketsi masing-masing sampel tentu berbeda jenis. Demikian, dilakukan
pengujian warna pemayar pada masing-masing komponen dengan cara disemprot
dengan botol semprot. Namun diuji terlebih dahulu untuk warna pemayar pada
masing masing komponen dengan cara meneteskan larutan pemayar yang disediakan.
Larutan pemayar yang digunakan adalah (K
2
CrO
4
, difenilkarbazida dan KI) pada
larutan standar Ag
+
, Pb
2+
, dan Hg
2+
. Berikut ini adalah hasil pengujian larutan
pemayar :
(dapat dilihat diatas)
Berdasarkan pengamatan warna komponen sampel dan larutan pemayar dapat
disimpulkan :
Untuk identifikasi adanya Ag
+
, digunakan larutan pemayar K
2
CrO
4
Untuk identifikasi adanya Pb
2+
, digunakan larutan pemayar KI
Untuk identifikasi adanya Hg
2+
, digunakan larutan pemayar Difenil karbazida
Pada percobaan ini, didapat nilai faktor retensi untuk larutan sampel Hg
2+
sama dengan 0,74 sedangkan untuk larutan standar Hg
2+
sama dengan 0,69.
Rretention factor untuk larutan sampel dan larutan standar Pb
2+
berturut-turut sama
dengan 0,64 dan 0,70 dan Dan Rretention factor larutan Ag
+
sampel serta standar
berturut-turut adalah 0,66 dan 0,60. Dengan galat yang diperoleh berturut turut Hg
2+
,
Pb
2+
, Ag
+
adalah 7,25%, 8,60%, 10% di simpulkan sudah cukup karena persen galat
masing masing tidak terlalu besar ( 10%) sehingga dapat ditoleransi. Dengan kata
lain nilai Rf sampel sudah mendekati nilai Rf standarnya.
Berdasarkan nilai faktor retensi, maka dapat diidentifikasi sifat kepolaran
masing-masing larutan. Jika ditinjau ulang, fasa diam yang digunakan adalah kertas
yang mengandung selulosa, yang bersifat non polar. Sedangkan fasa gerak yang
digunakan adalah asam asetat air 1:1 yang sifatnya polar. Maka, nilai factor retensi
akan kecil apabila komponen tersebut bersifat lebih kea rah non-polar. Sedangkan
yang memiliki migrasi lebih jauh lebih bersifat polar. Dapat disimpulkan berdasarkan
kepolarannya bahwa urutan kepolarannya dari yang paling tidak polar adalah larutan
Ag
+
, Hg
2+
, dan Pb
2+
H. Kesimpulan
nilai faktor retensi berdasarkan jarak migrasi komponen dan larutan sampel serta
larutan standar :
Komponen Jarak komponen (cm) Faktor retensi
standar sampel standar sampel
Hg
2+
9,7 10,3 0,69 0,74
Pb
2+
9,8 9,0 0,70 0,64
Ag
+
8,4 9,3 0,60 0,66
I. Daftar Pustaka
Day, R.A., A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. USA : The McGraw-Hill