Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus kanker serviks menempati urutan ketiga terbanyak di dunia pada wanita
setelah kanker payudara dan kolorektum. Prevalensi kasus kanker serviks di dunia
mencapai 1,5 juta dengan 530.000 kasus baru dan 275.000 kematian. Lebih dari 85%
kematian akibat kanker serviks terjadi di negara berkembang. Kematian akibat
kanker serviks di Afrika mencapai 53.000, 31.700 kematian di Amerika Latin dan
Karibia, serta 159.800 kematian di Asia (Ferlay et al., 2010).
Kanker serviks menempati peringkat kedua dari sepuluh peringkat utama
penyakit neoplasma ganas di Indonesia dengan perkiraan insidensi 40 per 100.000
penduduk (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Menurut data WHO tahun 2008,
kanker serviks merupakan 8,8% dari seluruh kanker perempuan dan 4,7% dari
seluruh kanker di Indonesia dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.762 kasus
(Ferlay et al., 2010). Data tersebut diperkirakan bukan angka yang sebenarnya karena
penelitian tidak dilakukan di seluruh pusat pelayanan kesehatan (Schellekens et al.,
2004) dan hanya 25-30% dari seluruh penderita yang datang ke fasilitas kesehatan
(de Boer et al., 2004).
Kanker serviks masih menjadi masalah besar dalam pelayanan kesehatan
karena kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut. Tanda dini kanker serviks
yang tidak spesifik seperti adanya sekret yang agak banyak dan kadang-kadang
dengan bercak darah sering diabaikan oleh penderita, sehingga kanker dapat sudah
dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis (Azis et al., 2006). Penelitian yang
dilakukan oleh Tricia et al. (2011) menunjukkan bahwa 70,2% kasus kanker serviks
di Indonesia terdiagnosis pada stadium lanjut. Hal tersebut diperkirakan akibat
program skrining yang masih belum efekif di Indonesia (Kim, 1995; Nuranna, 1999).
Meski demikian, Symonds et al. (2000) menyatakan bahwa progresi kanker serviks
lebih dipengaruhi oleh sifat biologis dari tumor itu sendiri daripada keterlambatan
diagnosis. Sifat biologis dari tumor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tipe onkogenik, memiliki banyak mitra
2

seksual, koitus pertama sangat dini, menikah usia muda, hamil pertama pada usia
muda, paritas tinggi, status sosial ekonomi rendah dan merokok (Berek, 2007).
Kanker serviks terjadi mulai dari dekade-2 kehidupan (Crum et al., 2007).
Insiden puncak terjadi pada usia 45-54 tahun untuk kanker invasif (Moore & Tajima,
2003) dan 30 tahun untuk lesi prakanker (Crum et al., 2007). Penelitian yang
dilakukan oleh Tricia et al. di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
menunjukkan bahwa kanker serviks dengan stadium lanjut mendominasi kelompok
usia yang lebih tua. Meningkatnya risiko kanker serviks uteri pada usia lanjut
tersebut diduga akibat bertambah lamanya waktu pemaparan karsinogen didukung
dengan semakin melemahnya sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan wanita
pada usia lanjut lebih rentan terinfeksi HPV (Diananda, 2007).
Multiparitas sering dihubungkan dengan kemungkinan menikah pada usia
muda, koitus pertama sangat dini, hamil pertama pada usia muda, sosial ekonomi
yang rendah dan hygiene yang buruk (Schellekens et al., 2004). Dari hasil penelitian
Setyarini (2009), ditemukan bahwa pasien rawat jalan di RSUD Dr Moewardi
Surakarta yang mempunyai paritas lebih dari tiga kali berisiko terkena kanker leher
rahim 5,5 kali lebih besar daripada pasien yang mempunyai paritas kurang dari tiga
kali. Penelitan yang dilakukan Garner (2003) menunjukkan bahwa wanita dengan
paritas lebih dari lima (grandemultipara) lebih cenderung terkena kanker serviks
stadium lanjut. Wanita yang sering melahirkan lebih berisiko mengalami perlukaan
dan trauma di organ reproduksinya karena persalinan yang berulang kali, sehingga
memudahkan infeksi HPV (Tambunan, 1995; Dalimartha, 2004; Perunovic, 2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana hubungan usia dan paritas dengan stadium klinik kanker serviks di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) pada Januari 2010
hingga Desember 2012.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil
adalah mengetahui bagaimana hubungan antara usia dan paritas dengan stadium
klinik kanker serviks.

3

1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana hubungan antara usia dan paritas dengan stadium klinik
kanker serviks di RSUDZA pada Januari 2010 hingga Desember 2012.
2. Mengetahui distribusi kanker serviks berdasarkan usia, paritas dan stadium
klinik di RSUDZA pada Januari 2010 hingga Desember 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan hubungan antara usia dan paritas dengan stadium klinik kanker
serviks dalam upaya mendapatkan data dasar untuk program skrining dan
tindakan pencegahan.
2. Memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai data dasar untuk studi
perbandingan dengan institusi lain mengenai distribusi kanker serviks
berdasarkan usia, paritas dan stadium klinik di RSUDZA pada Januari 2010
hingga Desember 2012.
1.5 Hipotesis
Terdapat hubungan antara usia dan paritas dengan stadium klinik kanker
serviks.

Anda mungkin juga menyukai