Anda di halaman 1dari 40

Presentasi Kasus

Atrial Fibrillasi

Nasrul Nashar
0907101010027

Pembimbing
Dr. Fouzal Aswad Sp.JP

Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi adalah suatu irama atrium yang cepat, yang tidak
beraturan. Gejalanya meliputi rasa berdebar-debar dan kadang-kadang
disertai kelemahan, dyspnea dan presyncope. Sering terbentuk
trombus di atrium, yang dapat menyebabkan resiko terjadinya stroke
embolic. Diagnosa ditegakkan dengan EKG peningkatan frekuensi
denyut jantung, yaitu sebesar <200 atau >250 x/menit.

Pada
umur
dibawah 50 tahun
prevalensi FA kurang
dari
1%
dan
meningkat lebih dari
9% pada usia 80
tahun.

Lebih
banyak
dijumpai
pada
laki-laki
dibandingkan
wanita.

FA
merupakan
faktor
resiko
independen yang
kuat
terhadap
kejadian
stroke
emboli.

Epidemiologi

Pada studi Framingham


resiko terjadinya stroke
emboli 5,6 kali lebih
banyak pada FA non
valvular dan 17,6 kali lebih
banyak pada FA valvular
dibandingkan
dengan
kontrol.

Kejadian stroke iskemik


pada pasien FA non
valvular
ditemukan
sebanyak
5%
per
tahun, 2-7 kali lebih
banyak
dibanding
pasien tanpa FA.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Suku
Status Perkawinan
No. CM
Tanggal Masuk

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. FR
28 Tahun
Wanita
Meulaboh
IRT
ISLAM
ACEH
Sudah Menikah
0-91-45-97
26 Agustus 2014

Keluhan Utama
Jantung Berdebar-debar

Keluhan Tambahan :
Nyeri dada
Nafsu makan menurun
mual-muntah
BAB keras

Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. FR berusia 28 tahun pada tanggal 26 Agustus
2014 datang dengan keluhan jantung berdebardebar. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri
dada sesekali terasa seperti di tusuk tusuk dan
dada berdebar-debar . Keluhan ini sudah di
rasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga
mengeluhkan mudah lelah apabila beraktivitas
ringan dan hilang dengan istirahat. Pasien juga
sudah pernah berobat ke dokter spesialis jantung
dan direncanakan untuk echocardiografi.

RPD
- Riwayat Hipertensi dan DM disangkal
- Pasien pernah mengalami hipertensi stage II

RPK
RPO

RKS

Ibu pasien mengalami Hipertensi (+)

ISDN 2x5mg
Aspilet 1x80mg
Digoxin 2 x1/2 tab

Pasien sering makan makanan yang berlemak


dan bersantan.

Faktor Resiko Dapat Diubah


Pola makan
Olahraga
Obisitas

Faktor Resiko Tidak Dapat Diubah


Usia
Ras
Jenis kelamin

STATUS PRESENT

Kesadaran
TD
N
RR
T

= Compos mentis
= 100/90 mmHg
= 85 kali/menit
= 20 kali/menit
= 36,7 oC

STATUS GENERALIS
KULIT
KEPALA
LEHER

Dalam Batas Normal


Telinga Hidung dan Mulut dalam batas
normal
Pembesaran KGB (-),
TVJ R- 2 cm H2O

THORAK

Paru dalam batas normal, terdapat, ves


(+/+), Rh (+/+), Wh(-/-)
Cor : BJ 1> BJ2 bervariasi, Irreg (+),
bising (-)

ABDOME
N

Peristaltik (+), Hepar dan Lien tidak


teraba, Ballotment Renal (-)

Kulit

Warna
Turgor
Ikterus
Pucat
Sianosis
Oedema

: Putih
: Kembali cepat
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

Kepala
Bentuk
Rambut
Mata

Telinga
Hidung

: Kesan Normocephali
: Berwarna hitam, sukar
dicabut
: Cekung (-), refleks cahaya
(+/+), konj. Palp inf pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan (-/-)
: Sekret (-/-), perdarahan
(-/-), NCH (-/-)

Mulut

Bibir
: Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi
: Karies (-), Gigi tanggal (-)
Lidah
: Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa
: Basah (+)
Tenggorokan: Tonsil terlihat peradangan
Faring
: Hiperemis (-)

Leher
Bentuk
: Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris,
Pembesaran KGB (-)
Peningkatan TVJ : R-2 cmH2O

Axilla

Pembesaran KGB (-)

Thoraks
Inspeksi
: Normochest, Simetris
(+), retraksi (-)
Palpasi
: Nyeri (-), Fremitus taktil
normal
Perkusi
: Sonor (+)
Auskultasi : Ves (+), Rh (+/+), Wh (-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi

Perkusi

Auskultasi

: Ictus cordis terlihat jelas


: Ictus cordis teraba 3 cm ke
arah lateral ICS V linea
midclavicula sinistra
: Batas atas
: ICS III LMCS
Batas kanan
: ICS V Linea
parasternalis dextra
Batas Kiri : ICS V, 3 cm ke arah
lateral linea Midclavicula sinistra
: BJ I dan BJ II Bervariasi ,
Irreguler(+), bising (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: Kesan simetris, distensi (-)


: Distensi abdomen (-), Nyeri
tekan (-)
Limpa/ Hati dan ginjal tidak teraba
Perkusi
: Timpani (+), asites (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal.

Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
CYTO 22/08/14
Jenis
Pemeriksaan

Hasil

Nilai
rujukan

Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit

Hasil
14.2
45
5.6*
12.9*
275

Nilai rujukan
12-14 gr/dl
40-55 %
4.5-6.0 x 106/ul
4.1-10.5 x 103/ul
150-400 x 103/ul

Hitung Jenis Leukosit


Eosinofil
Basofil
Neutrofil Segmen
Limfosit

2
1
66
20*

1-3 %
0-1 %
50-70 %
25-40 %

Jenis
Pemeriksaan
Monosit

Hasil

Nilai
rujukan

11*

2-8 %

Natrium

143

135 - 145 mmol/L

Kalium

3.9

3.5 - 4.5 mmol/L

Clorida

101

90 - 110 mmol/L

128

< 200 mg/dl

Ureum

29

13 43 mg/dl

Creatinin

0.60

0,5 0,95 mg/dl

ELEKTROLIT

DIABETES
Gula Darah Sewaktu
GINJAL-HIPERTENSI

FOTO TORAKS

Pemeriksaan
foto thorax AP
Kesimpulan :
Cardiomegali
+ edema

pulmonal
CTR= 60%

EKG
28/08/14

Bacaan EKG (01 September 2014):


Irama/ritme
Rate
Regularitas
Axis
Morfologi
Gelombang P
PR interval
Kompleks QRS
T inverted
Segmen ST
ST depresi
ST elevasi
Q patologis
Hipertrofi

Infark

Kesan

:
:
:
:

AF
80 x/i
irreguler
Normoaxis

:
:
:
:

Tidak ada gelombang P


Sulit dinilai
0,08 s
V2,V3,V4

:
:
:
:

V3,V4 anterior
Atrium
(-)
Ventrikel kanan
Ventrikel kiri

(-)
(+)

T-inverted
:ST- elevasi
:AF NVR+ LVH, Irreguler

PLANNING DIAGNOSTIK
Cek laboratorium ( Hb, Ht, Tromb Leu, elektrolit, Ur, Cr,
troponin i, CKMB)
Echocardiografi

DIAGNOSA SEMENTARA

1. AF NVR e.c dd :
HHD
IHD
susp. Mitral Stenosis

PENATALAKSAAN UMUM
UMUM
-

Bed rest
Oksigen 2-4L/menit
Diet Jantung II

KHUSUS
Inj. NaCl 0,9 % 7 gtt/i
Aspilet 1 x 80 mg
Inj. Digoxin 1 amp/8 jam
Inj. Lasix 1 amp/hari
Omeprazole 2x1
Rivaroxaban 1 x 20 mg
Simvastatin 1 x 20 mg
Spironolactone 1x 25 mg
Laxadine syr 3 C I

Atrial fibrilasi adalah suatu


gangguan pada jantung
(aritmia) yang ditandai dengan
ketidakteraturan irama denyut
jantung dan peningkatan
frekuensi denyut jantung, yaitu
sebesar 350-650 x/menit

Fibrilasi atrial (FA)


dapat timbul dari
fokus ektopik ganda
atau daerah reentri
multiple.

Karena tidak ada depolarisasi


yang menyeluruh, tidak
terbentuk gambaran
gelombang P, melainkan
defleksi yang disebut
gelombang f yang bentuk dan
iramanya sangat tidak teratur.

Atrial Fibrilasi

Aktivitas atrium sangat cepat,


namun setiap rangsangan
listrik itu hanya mampu sedikit
mendepolarisasi miokardium
atrium, sehingga sebenarnya
tidak ada kontraksi atrium
secara menyeluruh

Hantaran melalui nodus


AV berlangsung sangat
acak dan sebagian tidak
dapat melalui nodus AV
sehingga irama QRS yang
sangat tidak teratur

Etiologi
Peningkatan tekanan/resistensi atrium
o Penyakit katup jantung
o Aritmia jantung : takikardia atrial, fluter atrial, AVNRT, sindrom WPW, sick sinus
syndrome
o Hipertrofi jantung
o Kardiomiopati hipertrofik
o Kardiomiopati Dilatasi
o Hipertensi pulmo (chronic obstructive pulmonary disease dan cor pulmonal
chronic)
o Tumor intracardiac
Proses infiltratif dan inflamasi
o Pericarditis/miocarditis
o Amiloidosis dan sarcoidosis
o Faktor peningkatan usia
Proses infeksi
o Demam dan segala macam infeksi

Etiologi
Penyakit paru
o Penyakit paru obstruktif kronik
o Hipertensi pulmonal primer
o Emboli paru akut
Kelainan Endokrin
o Hipertiroid
o Feokromositoma
o Diabetes mellitus
Neurogenik
o Stroke
o Perdarahan subarachnoid
o sistem saraf autonom dapat
mencetuskan AF pada pasien
yang sensitive melalui
peniggian tonus vagal atau
adrenergik.

Iskemik Atrium
o Infark miocardial
Obat-obatan
o Alkohol
o Kafein

Keturunan/genetik

Pada dasarnya AF, tidak


memberikan tanda dan gejala
yang khas pada perjalanan
penyakitnya

Tanda dan
Gejala

Umumnya gejala dari AF


adalah peningkatan denyut
jantung, ketidakteraturan irama
jantung dan ketidakstabilan
hemodinamik.

Disamping itu, AF juga memberikan gejala


lain yang diakibatkan oleh penurunan
oksigenisasi darah ke jaringan, seperti
pusing, kelemahan, kelelahan, sesak nafas
dan nyeri dada. Tetapi, lebih dari 90%
episode dari AF tidak menimbulkan gejalagejala tersebut

Faktor Resiko
Beberapa orang mempunyai faktor resiko terjadinya AF,
diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Diabetes Melitus
Gagal Jantung Kongestif
Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Reumatik
Penyakit Katup Mitral
Penyakit Tiroid
Penyakit Paru-Paru Kronik
Post. Operasi jantung

10. Riwayat stroke sebelumnya


atau TIA ( Transient
Ischemic Attack )
11. Terdapat gambaran kontras
echo spontan di atrium kiri
12. Left atrial appendage
vilowcity < 20 cm/dt
13. Atheroma aortic kompleks
14. Usia 60 tahun
15. Life Style

Patofisiologi

1.proses aktivasi lokal

Proses aktivasi lokal bisa melibatkan


proses depolarisasi tunggal atau
depolarisasi berulang.
Pada proses aktivasi lokal, fokus
ektopik yang dominan adalah berasal dari
vena pulmonalis superior.
Selain itu, fokus ektopik bisa juga
berasal dari atrium kanan, vena cava
superior dan sinus coronarius.
Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal
elektrik yang mempengaruhi potensial
aksi pada atrium dan menggangu
potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus
SA

2.

multiple wavelet reentry.

Mekanisme multiple wavelet reentry tidak


tergantung pada adanya fokus ektopik seperti
pada proses aktivasi lokal, tetapi lebih
tergantung pada sedikit banyaknya sinyal
elektrik yang mempengaruhi depolarisasi.
Pada multiple wavelet reentry, sedikit
banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu periode refractory, besarnya
ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini
bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran
atrium biasanya akan disertai dengan
pemendekan
periode
refractory
dan
penurunan kecepatan konduksi.
Ketiga faktor tersebutlah yang akan
meningkatkan
sinyal
elektrik
dan
menimbulkan peningkatan depolarisasi serta
mencetuskan terjadinya AF

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik

Laboratorium

Pemeriksaan EKG
Penegakan diagnosis
Fibrilasi Atrial
Foto Rontgen Toraks

Ekokardiografi

Pemeriksaan fungsi tiroid:

Uji latih

1. pengobatan farmakologi
(Pharmacological
Cardioversion)

Penatalaksanaan
2. pengobatan elektrik
(Electrical Cardioversion)

Sasaran utama pada


penatalaksanaan AF adalah
mengontrol ketidakteraturan irama
jantung, menurunkan peningkatan
denyut jantung dan
menghindari/mencegah adanya
komplikasi tromboembolisme

Algoritma Penatalaksanaan
Fibrilasi Atrial
1. FA yang baru ditemukan atau episode pertama FA

Algoritma Penatalaksanaan
Fibrilasi Atrial
2. FA paroksismal rekuren

Algoritma Penatalaksanaan
Fibrilasi Atrial
3. FA persisten rekuren

Pencegahan Terjadinya
Tromboemboli

Prognosis Atrial Fibrilasi

Penelitian epidemiologi telah menunjukan bahwa pasien dengan irama


sinus hidup lebih lama dibandingkan dengan seseorang kelainan atrium.
Penelitian juga menunjukkan penggunaan antikoagulan dan pengontrolan
secara rutin bertujuan untuk asimtomatik pada pasien usia lanjut.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terapi medis yang ditujukan
untuk mengendalikan irama jantung tidak menghasilkan keuntungan
keberhasilan dibandingkan dengan terapi kontrol rate dan antikoagulan.
Terapi AF secara keseluruhan memberikan prognosis yang lebih baik pada
kejadian tromboemboli terutama stroke.
AF dapat mencetuskan takikardi cardiomiopati bila tidak terkontrol dengan
baik.
Terbentuknya AF dapat menyebabkan gagal jantung pada individu yang
bergantung pada komponen atrium dari cardiac output dimana pasien
dengan penyakit jantung hipertensi dan pada pasien dengan penyakit katup
jantung termasuk dalam resiko tinggi akan terjadinya gagal jantung saat
terjadi AF.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai