dr. Taufiqurrahman Rahim, Sp. OG (K) dr. Dino Rinaldy, Sp. OG (K) Onk dr. Ody Wijaya, Sp. OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD ABDUL MOELOEK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014 2
BAB I LAPORAN KASUS
1.1 STATUS OBSTETRI
Tanggal masuk RS : 22 Juli 2014 Pukul 03.20 WIB Tanggal pemeriksaan : 22 Juli 2014 Pukul 03.20 WIB No MR : 372084
A. ANAMNESIS Diambil dari : Autoanamnesa Tanggal/Pukul : 22 Juli 2014 Pukul 03.20 WIB
I. Identifikasi Nama : Ny. R Umur : 23 tahun Suku bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : SMK Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Jl. Jati Rinjin, Kelumbaya Barat, Padang Cermin MRS : 22 Juli 2014 Pukul 03.20 WIB
Suami : Tn. K Umur : 33 tahun Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam
II. Keluhan Utama Hamil cukup bulan dengan letak bayi sungsang.
III. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke UGD RSAM dengan keluhan perut kencang mules 1 hari SMRS dan 15 jam SMRS pasien mengeluhkan perut mules yang menjalar ke pinggang, semakin lama mules dirasakan semakin sering dan semakin kuat. Sejak 8 jam SMRS pasien merasakan keluar lendir bercampur darah. Riwayat keluar air-air (-). Pasien mengalami trauma dalam kehamilannya saat usia kehamilan 6 bulan, riwayat post coital (-), riwayat diurut-urut (+), riwayat minum obat-obatan selama hamil (-). Pasien mengatakan hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.
IV. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun Siklus haid : 28 hari Lamanya : 5-7 hari Banyaknya : 2-3 x ganti celana dalam Warnanya : Merah Kehitaman Baunya : Normal Dismenore : Tidak HPHT : 24-10-2013 TP : 31-07-2014
V. Riwayat perkawinan Pernikahan yang pertama dan sudah berlangsung selama 2 tahun. 4
VI. Riwayat kehamilan persalinan nifas terdahulu
Tahun Persalinan Tempat Pertolongan Usia Kehamilan Jenis Persalinan Penolong Penyulit Kehamilan dan Persalinan Anak JK BB (gram) Keadaan 2014 Hamil ini
VII. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada
VIII. Riwayat operasi Tidak ada
IX. Riwayat kontrasepsi Belum pernah menggunakan Kb.
X. Riwayat antenatal a. Selama bidan diperiksa di dan oleh dokter, sebanyak 8x kunjungan b. Keluhan : Tidak ada c. Imunisasi : tetanus toksoid 2x
B. PEMERIKSAAN FISIK I. Status Present KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 92 x/menit (reguler, tegangan cukup)
Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36,3 0 C (aksila) Tinggi badan : 160 cm Berat badan saat ini : 65 kg BB sebelum hamil : 55 kg
II. Status Generalis Kulit : Chloasma gravidarum (-) Kepala : Normocephalic, wajah edema (-), bibir sianosis (-) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera anikterik, palpebra edema (-/-) Gigi / mulut : Karies (+) Leher : Peningkatan JVP (-) , pulsasi vena leher tidak terlihat, massa abnormal (-)
Thoraks Mammae : simetris, membesar dan tegang, hiperpigmentasi areolla (+) Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di ICS 6 linea midclavicularis sinistra, Auskultasi bunyi jantung I-II (+/+) reguler, murmur (-), gallop (-), Paru : Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis, palpasi paru fremitus vokal dan taktil simetris, perkusi paru sonor (+/+), Auskultasi vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi : Abdomen datar, bekas luka operasi (-). Palpasi : Nyeri tekan ulu hati (-), hepar dan lien sulit dinilai, kandung kemih dbn Perkusi : Nyeri ketuk (-) Auskultasi : Bising usus (+) Normal 6
Ekstremitas Edema kedua tangan (-/-), edema kedua tungkai (+/+) Refleks patella (+/+), Sensibilitas : dbn
III. Status Obstetri 1. Pemeriksaan Luar Inspeksi : Abdomen tampak sesuai dengan usia kehamilan Palpasi : Leopold 1 : TFU 3 jbpx (30 cm), pada fundus ibu teraba satu massa bundar, melenting dengan konsistensi keras, diperkirakan kepala janin. Leopold 2 : Teraba bagian keras dan memanjang di sisi kiri perut ibu, diperkirakan punggung janin, dan di sisi kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil, diperkirakan ekstremitas janin. Leopold 3 : Teraba 1 massa bundar, tidak melenting dan konsitensinya lunak, masih dapat digoyangkan. Diperkirakan bokong janin belum masuk PAP. Leopold 4 : kedua tangan konvergen, bokong janin mulai masuk PAP, penurunan 4/5.
DJJ :138 x/ menit His : 2x/10/25 TBJ : (30-12) x 155 : 2790 gr
Pemeriksaan Dalam : Portio : Lunak Posisi : posterior Pendataran : 50%
Pembukaan : 3 cm Ketuban : positif Bagian terendah : bokong Penurunan : Hodge II Penunjuk : bagian terbawah bokong
Pemeriksaan panggul : Arkus pubis : 90 0
Dinding samping : lurus Spina ischiadika : tidak teraba Linea inominata : 1/3 1/3 Promontorium : tidak teraba Conjugata diagonalis : >12 cm Conjugata vera : >10,5 cm Ujung sacrum : konkaf Kesan panggul : Luas
D. Diagnosis G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup intrauterine presentasi bokong.
E. Prognosis Ibu Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Anak Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam
F. Penatalaksanaan
Observasi TVI, His, dan DJJ IVFD RL gtt XX/menit R/ partus pervaginam Cek lab DR
G. Follow Up
Partus Spontan dengan presentasi bokong Ny. R/23 th/372084
1. 22 Juli 2014 (03.20) D/ G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup intrauterine presentasi bokong Status present : TD : 130/80 mmHg, RR : 24x/m, N : 92 x/m, T : 36,3 o C Status obstetri : PL: TFU 30cm, memanjang, puki, bokong, DJJ 138x/m, his 2x/10/20, TBJ 2790gr VT : portio lunak, eff 50%, 3cm, ketuban positif, bagian terbawah bokong
Th/ Observasi TVI, His, dan DJJ IVFD RL gtt XX/menit R/ partus pervaginam Cek lab DR 2. 22 Juli 2014 (07.20) D/ G1P0A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterine presentasi bokong.
VT portio medial, eff 100%, 7cm, ketuban positif, H II-III 2. 22 Juli 2014 (10.15) D/ G1P0A0 hamil aterm inpartu kala II janin tunggal hidup intrauterine presentasi bokong.
His 4x/10/40 ; VT portio tidak teraba, lengkap, ketuban negatif, H IV
Th/ pimpin persalinan 3. 22 Juli 2014 (11.00) Lahir neonatus hidup laki-laki spontan bracht BB 3000gr PB 49 cm A/S: 8/9, anus +, tidak ada cacat
Th/ Oxytocin 1 amp IM 4. 22 Juli 2014 (11.20) Plasenta lahir spontan, lengkap. BP 400 gr PTP 40 cm. Perineum episiotomi, hecting jelujur
D/ P1A0 post partum spontan bracht 5. 23 Juli 2014 (07.00) D/ P1A0 post partum spontan KU baik, tidak ada keluhan, Kontraksi (-), perdarahan aktif (-)
Th/ -pulang -Amoxcilin 3 x 500 mg -Paracetamol 3 x 500 mg -B compleks 3 x1 tab
Pasien pulang dalam keadaan baik
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. (7)
Epidemiologi Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ( 37 minggu). (4,8) Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25- 30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. (7)
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. 6 Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. (4) Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin, dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong
: hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala. (4,5)
Etiologi Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang 5 . Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm. (4)
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri. (4,6)
Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal 4 . Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang. 12
Ada beberapa situasi akan mendapatkan kemungkinan untuk terjadinya letak sungsang: Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk bergerak secara bebas didalam uterus. Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari bagian atas uterus sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit. Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian bawah dari uterus. Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar) Multiparitas Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion. Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai dengan pintu atas panggul
Patofisiologi Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. (9)
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. (9) Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang saat usia kehamilan aterm.
Klasifikasi Berikut adalah beberapa klasifikasi presentasi bokong, antara lain 4 : 1. Presentasi bokong murni (Frank Breech) yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala. 2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech) yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi. 3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech) yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah bokong, sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir, terdiri dari: Kedua kaki terletak di bawah (letak kaki sempurna) Hanya satu kaki terletak di bawah (letak kaki tak sempurna) Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna) Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin < 2500 gram, yaitu: 14
1. 40% adalah Frank Breech 2. 10% adalah Complete Breech 3. 50% adalah Footling Breech Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin > 2500 gram, yaitu: 1. 65% adalah Frank Breech 2. 10% adalah Complete Breech 3. 25% adalah Footling Breech
Gambar 1. Variasi Presentasi Bokong
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai denominator (fetal point of reference to the maternal pelvis) sedangkan stasiun janin pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.
Tanda dan Gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang. Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I di fundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi lain. Leopold III -IV teraba bokong di bagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus 4,5 .
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka. 16
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi. 4
Pemeriksaan Penunjang Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI ( Magnet i c Res onance I magi ng ) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak. 4,5
Diagnosis Diagnosis Letak s ungs ang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.
1. Anamnesis Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. 2. Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen yang dilakukan, antara lain 4 : 1) Palpasi dengan perasat Leopold didapatkan, yaitu: Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus uteri Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum terjadi. 2) Auskultasi Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar di bawah umbilikus. 3. Pemeriksaan Dalam Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum, tuber ossis ischii, anus 6 . 4. Pemeriksaan Penunjang Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI 6 . 18
DIAGNOSIS BANDING Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan. 4,7
Penatalaksanaan 1. Dalam Kehamilan Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi). 4
Gambar 2 . Knee Chest Position
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Gambar 3. Versi Luar
Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar: panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. 4, 5 Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score). Tabel 1. Bishop Score Skor 0 1 2 3 Dilatasi 0 cm 1-2 cm 3-4 cm 5-6 cm Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80% Konsistensi Kaku kenyal lunak - Posisi Posterior medial anterior - Turunnya kepala -3 -2 -1 s.d 0 +1 sd +2 Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9. 20
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi luar. 5
2. Dalam Persalinan Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan l et ak kepal a. Pert ama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul. 2
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. 4,5 Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu: 1) Persalinan bokong a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring. b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis. c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul. d. Terjadi persal i nan bokong, dengan t rokant er depan sebagai hipomoklion. e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir. f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu. g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
2) Persalinan bahu a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring. b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul. c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion. d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang. e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga seluruh bahu janin lahir. f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring. g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
3) Persalinan kepala janin a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi 22
dengan posisi dagu berada dibagian posterior. b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion. c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka seluruhnya. d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat lahir. e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (2,3,6,8,10) .
Jenis-Jenis Persalinan Sungsang Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari Zatuchni-Andros. Tabel 2. Zatuchni- Andros Skor 0 1 2 Paritas Primigravida Multigravida Masa Gestasi 39 minggu 38 minggu 37 minggu TBJ 3630 3630-3176 gr 3175 gr Riwayat Presbo - 1 x 2 x Station -3 -2 -1 atau lebih rendah Pembukaan < 2 cm 3 cm >4 cm Keterangan: < 4 : Sectio caesaria 4 : Reevaluasi > 4 : Pervaginam
Persalinan Pervaginam Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu: 1 1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht. a. Tahap pertama: fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus, spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan. b. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 2 kali kontraksi uterus) fase ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada di antara kepala janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin. c. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala. Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial. d. Teknik: hiperlordosis badan bayi
24
Gambar 4. Proses Persalinan Janin dengan Presentasi Bokong
Keuntungan : Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin. Kerugian : Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
26
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Indikasinya antara lain: 1. Bila pertolongan cara Bracht gagal 2. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid. Tahapan dalam manual aid, antara lain: 1. Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan 2. Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara : a. Klasik (Deventer) b. Mueller c. Lovset d. Bickenbach. 3. Tahap ketiga: Lahirnya kepala dengan cara: a. Mauriceau (Veit-Smellie) b. Najouks c. Wigand Martin-Winckel d. Parague terbalik e. Cunam piper Teknik : Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan lengan oleh penolong: 1. Cara klasik Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Gambar 5. Perasat Klasik
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi di dalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. 28
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Gambar 6. Perasat Mueller
3. Cara lovset Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
Gambar 7. Perasat Lovset
4. Cara Bickhenbach Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after coming head) 1. Cara Mauriceau Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin. 30
Gambar 8. Perasat Mauriceau
2. Cara Naujoks Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
3. Cara Prague Terbalik Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
Gambar 9. Perasat Prague Terbalik
4. Cara Cunam Piper Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
Gambar 10. Cunam Piper
32
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk menolong persalinan dengan ekstraksi total.
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala- gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun di kemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa presentasi bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain: 1. Primigravida tua 2. Nilai sosial janin tinggi 3. Riwayat persalinan yang buruk 4. Taksiran berat janin besar > 3500 g 5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul 6. Prematuritas
Gambar 10. Syarat-Syarat Persalinan Pervaginam atau Perabdominam
Komplikasi Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain: 1. Dari faktor ibu: Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits) Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi: Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital intra-abdominal. Infeksi karena manipulasi Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati. 4,5
34
Prognosis Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan sungsang pervaginam lebih besar. Morbiditas maternal adalah lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada presentasi sungsang termasuk sectio caesaria menyebabkan peningkatan morbiditas ibu antara lain 6 : 1. Morbiditas infeksi. 2. Ruptura uteri. 3. Laserasi servik. 4. Luka episiotomi yang meluas. 5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan pasca persalinan. Morbiditas dan mortalitas perinatal adalah lebih tinggi dibandingkan pada presentasi belakang kepala (vertex) 6 . 1. Trauma persalinan 1) Fraktura humerus dan klavikula 2) Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus 3) Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu 2. Persalinan preterm 3. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks bernafas pada janin) 4. Kelainan kongenital
BAB III ANALISA KASUS
A. Permasalahan 1. Apakah anamnesis, dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sudah tepat? 2. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat? 3. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
1. Apakah anamnesis, dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sudah tepat?
Anamnesis : Anamnesis telah mencakup keluhan utama yang diperdalam dengan menanyakan lokasinya, onsetnya, kualitas dan kuantitas, hal yang memperberat dan memperingan gejala, serta riwayat- riwayat selama pasien hamil. Anamnesis dilengkapi dengan identitas pasien, identitas suami pasien, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas terdahulu, riwayat penyakit pasien terdahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.
Pasien datang ke UGD RSAM dengan keluhan perut kencang 1 hari SMRS, kemudian pasien mengeluhkan mules yang menjalar ke pinggang sejak 15 jam SMRS, semakin lama mules dirasakan semakin sering dan semakin kuat. Sejak 8 jam SMRS pasien merasakan keluar lendir bercampur darah. Riwayat keluar air- 36
air (-). Pasien mengalami trauma dalam kehamilannya saat usia kehamilan 6 bulan, riwayat post coital (-), riwayat diurut-urut (+), riwayat minum obat-obatan selama hamil (-). Pasien mengatakan hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan. Pasien melakukan ANC di klinik dokter teratur setiap bulan selama kehamilan. terakhir pada 02 Juli 2014 dan denyut jantung janin (+), riwayat minum alkohol dan merokok (-), riwayat memelihara binatang peliharaan (-), riwayat makan makanan setengah matang/panggang (-), riwayat keputihan (-), riwayat minum obat-obatan (-).
Anamnesis harus merujuk pada diagnosis sementara, yang dibuat berdasarkan keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Keluhan utama merupakan alasan yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Pasien hamil aterm datang dengan keluhan letak janin sungsang.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan pemeriksaan fisik head-toe, kemudian di titik beratkan pada pemeriksaan obstetrik yang dilakukan untuk penegakkan diagnosis. Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan mencakup pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (VT). Pemeriksaan luar (Leopold) dilakukan untuk menilai apakah benar letak janin bagian bawah adalah bagian bokong. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memastikan apakah benar bagian terbawah janin adalah bagian bokong.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin. Didapatkan hasil pemeriksaan darah rutin dalam batas normal.
2. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat? Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosa G1P0A0 hamil ater m inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup intrauterine presentasi bokong. 3. Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat? Tatalaksana pada kasus adalah sebagai berikut: Observasi TVI, His, dan DJJ IVFD RL gtt XX/menit R/ partus pervaginam Cek lab DR
Dari penilaian didapatkan skor Zatuchni Andros adalah 5 sehingga pada penatalaksanaannya, pasien ini direncanakan partus pervaginam.
Persalinan dimulai pada tanggal 22-07-2014 pukul 10.15 WIB tampak pasien ingin mengejan kuat. Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak dapat dinilai, pembukaan lengkap, ketuban (-), bagian terbawah janin adalah bokong, penurunan 2/5 dibawah spina ischiadica, maka diputuskan untuk melakukan persalinan dengan pervaginam.
Pukul 10.55 WIB Bokong tampak di vulva. Ketika ibu mengedan kuat, dilakukan episiotomi mediolateral 3 cm. Bayi lahir spontan bracht pukul 11.00 WIB lahir bayi laki-laki berturut-turut dagu, hidung, dahi, dan kepala dengan BB 3000 gram dan PB 49 cm. APGAR Score 8/9 FT AGA. Pukul 11.20WIB plasenta lahir lengkap, BP: 400 gr, PTP: 40 cm, diameter 18 x 19 cm. Setelah diyakini tidak didapatkan perpanjangan luka episiotomi. Luka epsiotomi dijahit secara jelujur.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000, hal;104-122. 2. Benson,R.C., Current obstetric and gynecologic diagnostic and treatment, 3rd ed, Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980 3. Collea,J.V., Malpresentation and cord accident, in; Pernoll,M.L., Benson,R.C., Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, Appleton and longer, LA,1987. 4. Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan pada presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (18th ed), Suyono, J., Hartono, A., (Alih Bahasa), Jakarta : EGC, 2005. 5. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8. 6. Martohoesodo,S., Hariadi,R., Distokia karena kelainan letak serta bentuk janin, dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002, hal;595-636. 7. Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 2010. 8. Siswishanto, Rukmono. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam: Wiknjosastro dkk, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2008, hal 588-598. 9. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan
bagian patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33. 10. Yuliawati, S., Analisis faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kematian perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 1998- 2000, Tesis FK UGM, Yogyakarta, 2001.