Anda di halaman 1dari 38

SKENARIO 3

STOVE EXPLODES

A woman of 35 years, 8 months pregnant during the antenatal care (ANC) has done regular to a
gynecologist. During the ANC obtained blood pressure 180/100 mmHg, the second leg swelling.
One day he was taken to the Emergency Unit with burns along his chest and abdomen caused by
the explosion of a stove when she was cooking. Patients are aware of pain in the chest and
abdomen which caught fire. Slightly hoarse voice, his eyebrows on fire. The patient complained
of breathlessness and coughing, black sputum. Blisters were found in the chest and abdomen, but
the patient still feels pain.
At the time of the patient's sudden seizure and tension obtained 200/110 mmHg and a weak but
rapid pulse. On examination DJJ 160 x per minute ..
Laboratory results obtained: proteinuri +3.

STEP 1
-

STEP 2
1. Apakah diagnosis banding pada kasus?
2. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
3. Bagaimana tatalaksana luka bakar?
4. Bagaimana klasifikasi hipertensi pada kehamilan?
5. Bagaimana tatalaksana hipertensi pada kehamilan?
6. Komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus?
7. Bagaimana patofisiologi kejang pada kasus?

STEP 3

1. Diagnosis banding pada kasus


Eklampsi
Syok hipovolemik
Luka bakar

2. Klasifikasi luka bakar


Berdasarkan tingkat keparahannya :
a. Grade 1 : luka bakar paling ringan yang hanya mengenai lapisan kulit yang paling
luar (epidermis).
b. Grade 2 : luka bakar dimana lapisan kulit pertama terbakar habis dan mengenai
lapisan kulit kedua (hipodermia).
c. Grade 3 : luka bakar yang paling serius. Luka itu meliputi seluruh lapisan kulit dan
bahkan dapat mencapai jaringan yang lebih dalam lagi.

Berdasarkan penyebabnya :
a. Luka bakar akibat api
3

b. Luka bakar akibat arus listrik


c. Luka bakar akibat bahan kimia

3. Tatalaksana luka bakar


a. Luka bakar ringan
Dingikan luka bakar dengan mengucurkan air dingin selama 15 menit atau

rendam luka bakar di dalam air dingin atau tutupi dengan kompres dingin.
Begitu luka bakar sudah dingin, oleskan losion atau cairan pelembab untuk

menyejukkan luka dan menghindari kekeringan.


Tutupi luka bakar dengan perban kasa steril. Bungkus longgar-longgar agar tidak

menekan luka.
Jangan memecahkan lepuhan berisi cairan yang timbul karena lepuhan tersebut

mencegah terjadi infeksi.


Berikan obat oles untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.

b. Luka bakar berat


Panggil ambulans atau bawa segera ke unit gawat darurat untuk semua kasus luka bakar
berat. Sementara menanti bantuan medis tiba dapat dilakukan :

Pastikan penyebab luka bakar telah dijauhkan atau dimatikan. Jangan melepaskan
pakaian terbakar yang melekat pada kulit, tetapi pastikan korban tidak lagi

bersentuhan dengan materi yang masih panas atau membara.


Pastikan korban masih bernapas. Apabila pernapasan telah terhenti, lakukan
pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Bila ada dugaan saluran pernapasan

korban tersumbat, usahakan untuk melegakannya terlebih dulu.


Apabila korban berada dalam keadaan shock, lakukan langkah-langkah untuk

penanganan penderita shock.


Tutupi luka bakar dengan perban steril yang kering atau kain yang bersih. Jangan
menggunakan selimut atau handuk karena bahanya cenderung melekat pada luka

bakar.
Jangan memberi salep dan jangan memecahakan lepuhan luka bakar.

4. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan


a. Hipertensi gestasional
b. Pre-eklamsi
c. Eklamsi
d. Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsi
e. Hipertensi kronik
5. Tatalaksana hipertensi pada kehamilan
Tatalaksana pre-eklamsi ringan
a. Rawat jalan (ambulatoir) :
Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di

Indonesia tirah baring masih diperlukan.


Diet reguler : tidak perlu diet khusus
Vitamin prenatal
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak pelu pemberian diuretic, antihipertensi dan sedativum.
Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

b. Rawat Inap (hospitalisasi) :


Indikasi preeklamsi ringan dirawat inap
Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kesejahteraan janin

Tatalaksana pre-eklamsi berat


Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar
sebagai berikut :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa
dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung
pada umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilan dibagi 2, yaitu :

Ekspektatif-konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya :


kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi

medikamentosa.
Aktif-agresif : bila umur kehamilan 37 minggu, artinya kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

Tatalaksana eklamsi
a. Sikap dasar pengelolaan eklamsi : semua kehamilan dengan eklamsi harus
diakhiri (diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Berarti sikap terhadap kehamilannya adalah aktif.
b. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)
hemodinamika dan metabolisme ibu.
c. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau
lebih keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :
Kejang berakhir
Pemberian obat anti kejang terakhir
Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
Penderita mulai sadar (dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale yang
meningkat).

Tatalaksana hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsi


Pengelolaan hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi sama dengan
pengelolaan preeklamsi berat.

Tatalaksana hipertensi kronik


Obat antihipertensi :

Pilihan pertama

: Methyldopa 0,5 3,0 gr/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.

Pilihan kedua

: Nifedipin 30 120 gr/hari, dalam slow-release tablet (per

oral).
Indikasi pemberian obat antihipertensi :

Ibu sehat dengan tekanan darah diastolik menetap 100 mmHg


Apabila disertai dengan disfungsi organ, tekanan darah diastolik menetap 90
mmHg.

6. Komplikasi
Sianosis
Aspirasi saliva
Gagal jantung
Gagal napas
Gagal hati dan ginjal
Kematian

7. Patofisiologi kejang
STEP 4

STEP 4

1. Diagnosis banding
a. Eklamsi
Penyakit pada kehamilan lebih dari 20 minggu dengan tanda khas hipertensi, oedem,
proteinuria, dan disertai kejang. Eklamsia dan pre-eklamsia tidak banyak berbeda
pada kelainan anatomik pasien, hal ini dilihat melalui laborat pada pasien yang
meninggal akibat ekalmsia. Untuk menggambarkan perbedaan antara keduanya,
adalah ibaratkan tangga. Eklamsia merupakan stadium lanjut daripada pre-ekalmsia
ringan dan berat. Baik pre-ekalmsia maupun eklamsia keduanya memiliki tanda yang
hampir sama, yang disebut sebagai Trio Pre-Eklamsia, yaitu: hipertensi, oedem, dan
proteinuria. Namun dikatakan menjadi eklamsia apabila disertai dengan kejang.

b. Syok hipovolemik
Suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga
terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Ciri-ciri syok
hipovolemik :

Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps


Takikardia
Hipotensi
Oliguria

c. Luka bakar
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan
kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
8

yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.

2. Klasifikasi Luka Bakar


Berdasarkan tingkat keparahannya :
Grade 1 : luka bakar paling ringan yang hanya mengenai lapisan kulit yang paling
luar (epidermis). Kulit bisanya memerah, mungkin bengkak dan terasa sakit. Lapisan
luar kulit tidak terbakar semua. Biasanya luka bakar semacam ini bisa dirawat di

rumah saja, kecuali kalau luka bakar itu mengenai sebagian besar dari tubuh.
Grade 2 : luka bakar dimana lapisan kulit pertama terbakar habis dan mengenai
lapisan kulit kedua (hipodermia). Ditandai dengan munculnya lepuhan dan kulit
langsung menjadi merah dan berbercak-bercak. Rasa nyeri hebat dan terjadi
pembengkakan merupakan tanda dan gejala lainnya. Bila diameter luka baka tingkat
dua ini tidak lebih dari 5 7,5 cm, Anda masih bisa merawatnya di rumah. Namun
bila wilayah kulit yang terbakar lebih luas atau apabila luka bakar terjadi di tangan,
kaki, wajah, kemaluan, pantat, atau pada persendian utama, segera pergi ke unit gawat

darurat terdekat.
Grade 3 : luka bakar yang paling serius. Luka itu meliputi seluruh lapisan kulit dan
bahkan dapat mencapai jaringan yang lebih dalam lagi. Pada luka bakar tingkat tiga
biasanya terdapat bagian yang menjadi hitam arang. Orang yang bersangkutan
mengalami rasa sakit hebat atau apabila terjadi kerusakan saraf yang luas, ia cuma
merasa sakit sedikit atau tidak sakit sama sekali. Luka bakar ini membutuhkan
perawatan medis darurat.

Berdasarkan penyebabnya :
a. Luka bakar akibat api
Luka bakar yang disebabkan kontak langsung dengan api, seperti saat berada di dekat
api unggun perkemahan atau pada anak-anak yang bermain dengan korek api,
haruslah ditangani sesuai dengan tingkat dan luas wilayah luka bakar tersebut. Luka
bakar tingkat pertama di sebagian kecil tubuh, pada jari tangan misalnya, bisa
9

ditangani sebagai luka bakar ringan. Luka bakar yang luas atau mencapai lapisan
jaringan yang lebih dalam membutuhkan perawatan dokter atau dibawa ke unit gawat
darurat rumah sakit setempat.

b.

Luka bakar akibat arus listrik


Luka bakar akibat listrik mungkin kelihatannya ringan, namun kerusakannya bisa
sampai jauh ke dalam jaringan bawah kulit. Kejutan listrik kadang bisa
mengakibatkan gangguan irama jantung, jantung berhenti, atau kerusakan tubuh
bagian dalam lainnya akibat dilalui arus listrik. Kadang-kadang sentakan akibat
sengatan listrik bisa mengakibatkan orang yang bersangkutan terlempar atau jatuh,
sehingga menimbulkan patah tulang atau cedera lainnya.

c.

Luka bakar akibat bahan kimia

3. Tatalaksana luka bakar


a. Luka bakar ringan
Dingikan luka bakar dengan mengucurkan air dingin selama 15 menit atau

rendam luka bakar di dalam air dingin atau tutupi dengan kompres dingin.
Begitu luka bakar sudah dingin, oleskan losion atau cairan pelembab untuk

menyejukkan luka dan menghindari kekeringan.


Tutupi luka bakar dengan perban kasa steril. Bungkus longgar-longgar agar tidak

menekan luka.
Jangan memecahkan lepuhan berisi cairan yang timbul karena lepuhan tersebut

mencegah terjadi infeksi.


Berikan obat oles untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.

b. Luka bakar berat

10

Panggil ambulans atau bawa segera ke unit gawat darurat untuk semua kasus luka bakar
berat. Sementara menanti bantuan medis tiba dapat dilakukan :

Pastikan penyebab luka bakar telah dijauhkan atau dimatikan. Jangan melepaskan
pakaian terbakar yang melekat pada kulit, tetapi pastikan korban tidak lagi

bersentuhan dengan materi yang masih panas atau membara.


Pastikan korban masih bernapas. Apabila pernapasan telah terhenti, lakukan
pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Bila ada dugaan saluran pernapasan

korban tersumbat, usahakan untuk melegakannya terlebih dulu.


Apabila korban berada dalam keadaan shock, lakukan langkah-langkah untuk

penanganan penderita shock.


Tutupi luka bakar dengan perban steril yang kering atau kain yang bersih. Jangan
menggunakan selimut atau handuk karena bahanya cenderung melekat pada luka

bakar.
Jangan memberi salep dan jangan memecahakan lepuhan luka bakar.

c. Luka bakar akibat bahan kimia


Pastikan bahwa penyebab luka bakar sudah dijauhkan. Guyurlah bahan kimia dari
permukaan kulit dengan air dingin yang mengalir selama 20 menit atau lebih.
Apabila bahan kimia berbentuk bubuk, misalnya bahan kapur, bersihkan dulu

sebelum mengguyurnya dengan air.


Jika korban tak sadarkan diri, pucat, atau napasnya dangkal, perlakukan korban

seperti korban shock dengan cara cepat.


Lepaskan seluruh pakaian atau perhiasan yang telah terkontaminasi dengan bahan

kimia tersebut.
Bila luka sudah dicuci korban mengeluh rasa terbakarnya semakin hebat, cucilah
luka bakar itu sekali lagi dengan air selama beberapa menit supaya bahan-bahan

kimianya benar-benar bersih.


Bungkuslah bagian yang terbakar dengan kain bersih atau perban kasa steril.
Apabila bahan kimia terpecik ke mata, guyurlah segera dengan air. Semua jenis
air mineral yang bersih bisa dipakai. Jauh lebih penting segera mengguyurnya dari
pada harus mencari air steril dulu. Teruskan mengguyur mata dengan air mengalir

11

sedikitnya selama 20 menit. Setelah mencucinya sampai bersih, pejamkan mata

lalu tutup dengan kain penutup basah. Kemudian segera ke dokter.


Luka bakar kimia ringan biasanya sembuh tampa perlu perawatan lama. Bila
bahan kimia menimbulkan luka bakar tingkat dua yang berdiameter lebih dari 5
7,5 cm, atau luka bakar terjadi pada tangan, kaki, wajah, pangkal kemaluan,
pantat, atau persendian utama, segera cari bantuan medis darurat. Juga segera
mencari perawatan medis darurat apabila bahan kimia masuk ke salah satu atau
kedua belah mata.

4. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan


a. Hipertensi gestasional
Didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg untuk pada kehamilan yang pertama,
tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu
pasca persalinan.
b. Pre-eklamsi
Kriteria minimum :
Tekanan darah 140/ 90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
dengan proteinuria 300 mg/24 jam atau dipstick 1+
c. Eklamsi
Kejang-kejang pada preeklamsi berat disertai koma.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsi
Timbulnya proteinuria 300 mg/ 24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah kehamilan 20
minggu.
e. Hipertensi kronik
Ditemukannya desakan darah 140/ 90 mmHg, sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
5. Tatalaksana hipertensi pada kehamilan
Tatalaksana pre-eklamsi ringan
Ditandai dengan :
12

Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau diastolik 90 mmHg.


Peningkatan tekanan darah : 30 mmHg dan kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg,
tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik preeklamsi, tetapi perlu observasi yang

cermat
Proteinuria : 300 mg/ 24 jam jumlah urine atau dipstick : 1+
Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali
edema anasarka.

a. Rawat jalan (ambulatoir) :


Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di

Indonesia tirah baring masih diperlukan.


Diet reguler : tidak perlu diet khusus
Vitamin prenatal
Tidak perlu restriksi konsumsi garam
Tidak pelu pemberian diuretic, antihipertensi dan sedativum.
Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

b. Rawat Inap (hospitalisasi) :


Indikasi preeklamsi ringan dirawat inap (hospitalisasi)
- Hipertensi yang menetap selama > 2 minggu
- Proteinuria menetap selama > 2 minggu
- Hasil test laboratorium yang abnormal
- Adanya gejala atau tanda 1 (satu) atau lebih preeklamsi berat
Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
- Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur
- Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen
- Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan
-

penimbangan dilakukan setiap hari


Pengamatan dengan cermat gejala preeklamsi dengan impending eklamsi:
nyeri kepala frontal atau oksipital, gangguan visus, nyeri kuadran kanan

atas perut, nyeri epigastrium


Pemeriksaan laboratorium
- Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang-kurangnya
-

diikuti 2 hari setelahnya.


Hematokrit dan trombosit : 2 x seminggu
Test fungsi hepar: 2 x seminggu

13

Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan

BUN
- Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap)
Pemeriksaan kesejahteraan janin
- Pengamatan gerakan janin setiap hari
- NST 2 x seminggu
- Profil biofisik janin, bila NST non reaktif
- Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu
- Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina

c. Terapi medikamentosa
Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoir. Bila terdapat perbaikan gejala dan
tanda-tanda pre-eklamsi dan umur kehamilan 37 minggu, ibu masih perlu
diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.

d. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan

Bila penderita tidak inpartu :


- Umur kehamilan < 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan
sampai aterm.
-

Umur kehamilan 37 minggu


Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus. Bila serviks matang
pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
induksi persalinan

Bila penderita sudah inpartu :


Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Friedman atau Partograf
WHO.

Tatalaksana pre-eklamsi berat


14

Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan dasar
sebagai berikut :
c. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi medikamentosa
dengan pemberian obat-obatan untuk penyulitnya
d. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya yang tergantung
pada umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilan dibagi 2, yaitu :
Ekspektatif-konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya :
kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi

medikamentosa.
Aktif-agresif : bila umur kehamilan 37 minggu, artinya kehamilan diakhiri
setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

Tatalaksana eklamsi
d. Sikap dasar pengelolaan eklamsi : semua kehamilan dengan eklamsi harus
diakhiri (diterminasi) tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Berarti sikap terhadap kehamilannya adalah aktif.
e. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan)
hemodinamika dan metabolisme ibu.
f. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau
lebih keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :
Kejang berakhir
Pemberian obat anti kejang terakhir
Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir
Penderita mulai sadar (dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale yang
meningkat).

Tatalaksana hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsi


Pengelolaan hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi sama dengan
pengelolaan preeklamsi berat.

15

Tatalaksana hipertensi kronik


Obat antihipertensi :

Pilihan pertama
Pilihan kedua

: Methyldopa 0,5 3,0 gr/hari, dibagi dalam 2-3 dosis.


: Nifedipin 30 120 gr/hari, dalam slow-release tablet (per

oral).
Indikasi pemberian obat antihipertensi :

Ibu sehat dengan tekanan darah diastolik menetap 100 mmHg


Apabila disertai dengan disfungsi organ, tekanan darah diastolik menetap 90
mmHg.

6. Komplikasi
Sianosis
Aspirasi saliva
Gagal jantung
Gagal napas
Gagal hati dan ginjal
Kematian

7. Patofisiologi kejang
LO

16

STEP 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perbedaan preeklampsia dan Eklampsia serta impending eklampsia


Primary Survey pada Luka Bakar
Komplikasi
Derajat Luka Bakar dan Tatalaksana
Patofisiologi Kejang
Tatalaksana pada Ibu Hamil yang memiliki Eklampsia

STEP 6
Belajar Mandiri

17

STEP 7
1. Perbedaan Preeklampsia dan Eklampsia serta impending eklampsia
a. Preeklmapsia
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia
ringan dan berat.
Preeklampsia Ringan
Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Diagnosis :
Dua kali hasil pengukuran Tekanan Darah Diastolik berselang 4 jam adalah 90

110 mmHg, setelah usia kehamilan 20


Proteinuria > 300 mg/24 jam 2+ dipstik
Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali

edema pada lengan, muka, dan perut, edema generaliisata.


Tidak ada tanda-tanda/gejala preeclampsia berat
Preeklampsia ringan sering tanpa gejala
Proteinuria yg meningkat merupakan tanda buruknya preeklampsia.
Preeklampsia ringan dpt dgn cepat meningkat menjadi preeklampsia berat.

Preeklampsia Berat
Ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam
Diagnosia :
Tekanan darah diastolic sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik > 110

mmHg
Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
Nyeri Epigastrium
18

Nyeri kepala
Perubahan pandangan
Hiperrefleksia
Edema Pulmonal
Oliguria
IUGR/PJT
Sindrom HELLP
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat.

Preeklampsia berat dibagi menjadi :


a. Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia.
b. Preeklampsia berat dengan impending eklampsia, bila preeklampsia berat disertai
gejala gejala subjektif berupa nyeri kepala,gangguan visus, muntah-muntah, nyeri
epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
b. Eklampsia
Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang
bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga
disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada wanita
yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan dengan
pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi komplikasi yang
terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 1998 di sebuah
rumah sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %),
pneumonia aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4
%) dan kematian maternal (1 %)

Gambaran Klinis Eklampsia

19

Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia digolongkan


menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung saat kejadiannya
sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa memandang
waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai
bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi kaku
karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik.
Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga
hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh
otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat.
Keadaan ini kadang kadang begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita
terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh
karena kejang otot otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian
secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.

Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti. Selama beberapa detik
penderita sepertinya meninggal karena henti nafas, namun kemudian penderita bernafas
panjang, dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani
dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang kejang berikutnya yang
bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status
epileptikus.

Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma
setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita
biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada kasus kasus
yang berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami
kematian tanpa sempat pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi
hanya sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan kematian.

20

Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai
50 kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung
derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi
merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya
adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.

2. Primary Survey pada Luka Bakar

Pertolongan pertama (di tempat kejadian) :


a. Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh
penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll
b. Perhatikan Keadaan Umum penderita
Secara sistematik dapat dilakukan 6 c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.
a. Clothing : Singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
b. Cooling : Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar.
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia. Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
c. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan
21

pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver
sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar
superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil,
bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
d. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
e. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan
penghilang nyeri berupa : Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg, Morphine
(IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.Mintramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari ABC


(airway, breathing, Circulation)

Airway and breathing


Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
22

merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.

Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).
Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (1120kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin
yaitu 1cc/kgBB/jam.

3. Komplikasi

Bahaya eklamsi pada ibu


Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah, gangguan fungsi paru, tekanan darah yang
meningkat dapat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak, lidah
dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan
fungsi ginjal: oligo sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati
dan menimbulkan ikterus.

Bahaya eklamsi pada janin

23

Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR (Intra Uterine


Growth Retardation), IUFD (Intra Uterine Fetal Dead).

4. Derajat Luka Bakar dan Tatalaksana

Secara umum derajat luka bakar dibagi dalam 3 derajat, yaitu :

Derajat 1 : Sebatas pada epidermis dimana keluhan yang timbul terdapat eritema, nyeri

dan tidak ada bula.


Derajat 2 : Sebatas epidermis dan dermis, dimana keluhan yang didapat kemerahan,

pembengkakkan dan bula, basah, berair dan terdapat nyeri hebat


Derajat 3 : Sebatas epidermis, dermis dan subkutis, dimana keluhan yang didapat
kehitaman, kaku, kulit putih,merah kehitaman, nyeri (-), kering.

Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan presentase. Pengukuran ini
disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak dilakukan beberapa modifikasi. Rule of
nines membagi tubuh manusia dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung
9%.

Kepala = 9%

Dada bagian depan = 9%

Perut bagian depan = 9%

Punggung = 18%

Setiap tangan = 9%

Setiap telapak tangan = 1%

Selangkangan = 1%

Setiap kaki = 18%

24

Misal, jika luka bakar mengenai kedua kaki (18% x 2 = 36%), selangkangan (1%), dada
depan dan perut depan maka total luasnya luka bakar adalah 55%.

Gambar 1. Rule of Nine


Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of nine,
sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit relatif bagus
sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.
Jika luas luka bakar lebih dari 15 20% maka tubuh telah mengalami kehilangan cairan
yang cukup signifikan. Jika cairan yang hilang tidak segera diganti maka pasien dapat jatuh
ke kondisi syok atau renjatan.

25

Derajat luka bakar (berdasarkan kedalaman lapisan kulit yang terkena)

Gambar 2. Derajat Luka Bakar

a. Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri

Kedalaman : Ketebalan partial superfisial

Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).


26

Penampilan : Kering tidak ada gelembung, oedem minimal atau tidak ada, pucat
bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.

Warna : Bertambah merah.

Perasaan : Nyeri

Gambar 3. Luka Bakar Derajat 1


b. Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit oedem, nyeri
berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan

Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam.

Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada pakaian,
jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet.

Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat bila
ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.

Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.

Perasaan : Sangat nyeri


27

Gambar 4. Luka Bakar Derajat 2


c. Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan
permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar

Kedalaman : Ketebalan sepenuhnya

Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak dengan
arus listrik.

Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang


terlihat dibawah kulit yang mengelupas, gelembung jarang, dindingnya sangat tipis,
tidak membesar, tidak pucat bila ditekan.

Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah.

Perasaan : Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut.

28

Gambar 5. Luka Bakar Derajat 3


Beratnya luka bakar (berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena)
Ringan : luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas <> 20% atau derajat III
seluas > 10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau
akibat listrik tegangan tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan
jaringan lunak/gangguan jalan nafas.
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Perhitungan luasnya luka bakar


29

Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa
(dihitung menurut rumus Rule of Nine). American college of surgeon membagi dalam:
a. Parah critical:
Tingkat II
: 30% atau lebih.
Tingkat III
: 10% atau lebih.
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.
b. Sedang moderate:
Tingkat II
Tingkat III
c. Ringan minor:
Tingkat II
Tingkat III

: 15 30%
: 1 10%
: kurang 15%
: kurang 1%

Menurut derajat Luka Bakar


a. Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka,
genital rawat inap
b. Derajat 2: inj. ATS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im. Derajat 2 tidak
luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril, beri zalf
levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu.
c. Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar

Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan


Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

30

Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk dirujuk :

Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka bakar

yang - sangat superfisial


Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki, genitalia,

perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
Luka bakar yang melingkar
Luka bakar oleh cairan kimia
Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam

tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
Luka bakar yang mencederai saluran napas
Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan
Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang
berisiko tinggi

Indikasi rawat inap

Luka bakar didaerah wajah dan leher


Luka bakar di daerah tangan
Luka bakar di daerah mata
Inhalasi

5. Patofisiologi Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa
gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Status epileptikus
adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa
disertai pemulihan kesadaran. Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan
31

aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan
merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal
tersebut diduga disebabkan oleh;
a. Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik
yang berlebihan;
b. Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA];
c. Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur
eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang
berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna.
Kriteria Kejang
Diagnosis kejang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, sangat
penting membedakan apakah serangan yang terjadi adalah kejang atau serangan yang
menyerupai kejang. Setelah diyakini bahwa serangan ini adalah kejang, selanjutnya perlu
ditentukan jenis kejang. Saat ini klasifikasi kejang yang umum digunakan adalah
berdasarkan Klasifikasi International League Against Epilepsy of Epileptic Seizure [ILAE]
1981, yaitu
Klasifikasi kejang
I. Kejang parsial (fokal, lokal)
A. Kejang fokal sederhana
B. Kejang parsial kompleks
C. Kejang parsial yang menjadi umum
II. Kejang umum
A. Absens
B. Mioklonik
C. Klonik
D. Tonik
E. Tonik-klonik
F. Atonik
III. Tidak dapat diklasifikasi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat
teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
32

meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih
dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi
spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

6. Tatalaksana pada Ibu Hamil yang memiliki Eklampsia

Tujuan pengobatan :
1. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
2. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin

Pengobatan Konservatif
1. MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang - kurangnya
20 menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih
tetap kejang dapat diberikan Sodium Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.

33

- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena


2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg. Dapat diberikan
nifedipin sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat
diberikan nifedipin ulangan 5-10 mg sublingual atau oral dengan interval 1 jam, 2
jam atau 3 jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu
agresif. Tekanan darah diastolik jangan kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan
darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat dianjurkan karena harganya
murah, mudah didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan efektifitas yang
cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml,
berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
4.

Perawatan pada serangan kejang :


Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
Masukkan sudip lidah ( tong spatel ) kedalam mulut penderita.
Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah orofarynx.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman namun cukup longgar guna menghindari
fraktur.
Pemberian oksigen.
Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).

5. Perawatan pada penderita koma : Monitoring kesadaran dan dalamnya koma


memakai Glasgow Pittsburg Coma Scale .
Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan melalui hidung ( NGT = Naso Gastric
Tube : Neus Sonde Voeding ).
6. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :
34

- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
7. Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada indikasi.
8. Tidak ada respon terhadap penanganan konservatif pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan:
Syarat pemberian Magnesium Sulfat:

Harus tersedia antidotum Magnesium Sulfat yaitu Kalsium Glukonas 10%,


diberikan iv secara perlahan, apabila terdapat tanda tanda intoksikasi MgSO4.

Refleks patella (+)

Frekuensi pernafasan > 16 kali / menit.

Produksi urin > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/ kg BB/ jam ).
Pemberian Magnesium Sulfat sampai 20 gr tidak perlu mempertimbangkan
diurese.

Pengobatan Obstetrik
1. Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu.
Setelah persalinan, dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya
eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 4
hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 8
minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan
penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
Dalam standar tata laksana eklampsia, digunakan antikonvulsan (antikejang) untuk
mengontrol bangkitan kejang (fit) awal dan mencegah terjadinya kejang susulan.

35

Diazepam (valium), fenitoin, dan lytic cocktail telah digunakan untuk menatalaksana
eklampsia. Walau demikian, dari berbagai penelitian terbukti bahwa Magnesium sulfat
(MgSO4) adalah yang paling efektif untuk tata laksana eklampsia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa untuk tata laksana eklampsia, MgSO4 jauh jauh
lebih efektif daripada antikonvulsan lainnya, di samping harganya yang relatif lebih
murah dan lebih mudah digunakan. Oleh karena itu, MgSO4 direkomendasikan untuk
digunakan secara rutin dalam tata laksana eklampsia.
Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya
dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta
caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti
hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya
preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang
menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N.
Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai
mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia
pada kasus risiko tinggi.

36

DAFTAR PUSTAKA

Angsar, M.D dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia. Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI.
Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders in Pregnancy. In :
William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton and Lange, 2007 : 443 452.
Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and Pathogenesis of Preeclampsia : Current Concept. AmJ
Obstet Gynecol 1998 ; 179 : 1359 75.
Duley L, Henderson-Smart D. Magnesium sulphate versus diazepam for eclampsia (Cochrane
Review). In: The Coc hrane Library. Issue 2, 2001.Oxford: Update Software.

Duley L, Gulmezoglu AM. Magnesium sulphate versus lytic coctail for eclampsia (Cochrane
Review). In: The Cochrane Librar y. Issue 2, 2001.Oxford: Update Software.

37

Duley L, Henderson-Smart D. Magnesium sulphate versus phenytoin for eclampsia (Cochrane


Review). In: The Cochr ane Library. Issue 2, 2001.Oxford: Update Software.

Lockwood CJ dan Paidas MJ. Preeclampsia and Hypertensive Disorders In Wayne R. Cohen
Williams and Wilkins. 2000. Complications of Pregnancy. 5th ed. Philadelphia : Lippicott: 207
-26.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Ed. 4. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy. AmJ. Obstet Gynecol, 2000 ; 183 : S1 S22.
Sibai BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem pregnancies. 4 th
edition, Churchill Livingstone USA, 2002 : 573-96.
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/patofisiologi-kejang.html

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/kejang_pada_anak.pdf)

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/310

38

Anda mungkin juga menyukai