Achmad Taruna
DIVISI GINJAL HIPERTENSI
BAGIAN PENYAKIT DALAM
FK UNILA/RSUAM
PENDAHULUAN
Definisi klinik
Schwab (1989), Weisberg (1994), Tepel & Modeca (2000)
- Kenaikan SCr > 0,5mg/dl dalam 48 jam
Bates et al (2001)
- Kenaikan SCr 50% hingga mencapai SCr 2,0mg/dl (GGA)
- Kenaikan SCr 100% hingga mencapai SCr 3,0mg/dl
(GGA berat)
Obialo (2002)
Kenaikan SCR 0,5mg/dl hingga mencapai >2,0mg/dl
(tanpa penyakit ginjal sebelumnya
ALGORITMA MENEGAKKAN
DIAGNOSIS GgGA
ETIOLOGI
KOMPLIKASI GgGA
c. Asidosis metabolik
Penurunan LFG mendadak mengakibatkan
penimbunan anion organik.
Akibat ggn reabsorpsi dan regenerasinya produksi
bicarbonat menurun.
d. Gagal jantung
Akibat kelebihan cairan intravasculer
e. Gagal nafas
Dapat terjadi akibat:
Kelebihan cairan intravaskuler, disfungsi ventrikel kiri,
peningkatan permeabilitas paru, dan gangguan paru
akut
f. Azotemia
Anoreksia, mual, muntah, gangguan kesadaran.
Tahap A:
Terjadi gagguan pada ginjal yang akan mencetuskan
(inisiasi) proses GgGA
- Jika GgGA akibat prerenal lakukan dehidrasi
- Jika GgGA akibat sepsis, trauma, obat-obatan dll
kelolah etiologinya
- Jika ada bendungan post renal, lakukan koreksi
secepatnya
- Hindari tindakan atau obat-obatan yang
memperburuk fungsi ginjal.
Tahap B:
Mencegah penurunan fungsi ginjal berlanjut
Tahap C:
Mempertahankan homeostasis tubuh
Ada 2 jenis pengobatan dalam pengelolaan komplikasi
GgGA Yaitu:
1. Terapi konservatif (suportif)
2. Terapi pengganti ginjal (TPG)
Terapi Diuretik
Diuretik yang paling sering digunakan adalah furosemid.
Ho dan Sheridan (2006) membuat metaanalisis
pemberian diuretik pd pasien GgGA yg dirawat di ICU,
hsl: tidak ada manfaat klinik pemberian diuretik.
Pemberian diuretik yg tdk tepat indikasinya menaikan
progresifitas gagal ginjal dan kematian sebesar 77%
(Barclay, 2002)
1.
2.
3.
Dosis diuretik
Dosis awal: bolus 40mg Furosemid IV.
Bila tdk ada reaksi dosis digandakan atau diberikan
secara infus cepat 1oo-250 mg/kali dalam 1-6 jam atau
drip lambat 10-20 mg/kgBB/hari dengan dosis
maksimum 1000 mg/hari. Dosis yg lebih tinggi tidak
bermanfaat bahkan menimbulkan toksisitas.
Untuk menaikkan osmolaritas diberikan cairan koloid, mis
Manitol 20% atau albumin 20-25% bersamaan dg
diuretik
Manitol
Sebagai osmotik diuresis, dilatasi arteriol ginjal dan anti
oksidan.
Visweswaran, 1997: Manitol tidak mempunyai efek positif,
bahkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Smith dkk, 2008: mempelajari pengaruh manitol pd
pasien pasca operasi jantung melaporkan, walaupun
manitol dpt meningkatkan produksi urine tapi tidak
memperbaiki prognosis pasien.
Dosis manitol yg dianjurkan: 12,5-25 gr bolus atau infus
250 g/hari
Albumin
Kadar albumin serum yg rendah pd pasien kondisi kritis
dihubungkan dg angka kematian yg tinggi.
Waikar dan Chertow, 2003: meningkatkan kadar albumin
dg pemberian preparat albumin terbukti tidak
menurunkan angka kematian.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Pericarditis uremik
8. Ensefalopati uremik
9. Neuropati/miopati uremik
10. Disnatremia berat (Na >160 atau < 115 mmol/L)
11. Hipertermia/hipotermia
12. Overdosis obat-obatan yg terdialisis jika kadar asam
<15 mg/dl