Anda di halaman 1dari 10

1

LEARNING OBJECTIVES
1. Apa saja anatomi organ reproduksi jantan ? jelaskan !
2. Apa saja hormone yang bekerja pada organ reproduksi jantan dan bagaimana
mekanismenya ?
3. Apa pengertian dari BSE beserta penilainnya ?
PEMBAHASAN
1. Anatomi organ reproduksi Jantan
a. Skrotum
Skrotum terdiri dari dua ruangan yang masing-masing berisi testis.Fungsi skrotum untuk
mengatur dan menjaga suhu testis (thermoregulasi). Skrotum terdiri dari beberapa
lapisan, yaitu:
Cutis (kulit)
Tipis, elastis, dan berwarna agak gelap, serta mengandung beberapa rambut halus.
Kulit skrotum ditutupi oleh kelenjar sebasea dan kelenjar sudorifera, sehingga tampak
berminyak. Hal ini berfungsi untuk menurunkan suhu testis di bawah suhu tubuh
supaya spermatozoa dapat berkembang dengan baik.
Tunika dartos
Jaringan fibroelastis dan mengandung serabut-serabut urat daging licin.
Tunika vaginalis
Berbentuk kantong.Berasal dari peritoneum yang masuk ke dalam skrotum melalui
canalis vaginalis.Terbagi menjadi dua, tunika vaginalis parietalis dan tunika vaginalis
visceralis.Tunika vaginalis parietalis membungkus funikulus spermaticus.Funikulus
spermaticus terdiri dari arteri spermatica, vena spermatica, nervus simpaticus, vas
deferens, tunika vaginalis visceralis, saluran limpha, m. Cremaster internus.
Tunika Albuginea
Suatu lapisan putih tebal terdiri dari jaringan ikat padat dan serabut-serabut otot licin.
Pada tepi proximal testis, suatu penebalan dari tunica albuginea memasuki masa testis,
dan disebut mediastinum (Toelihere, 1993 ).
b. Testis
Testes terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung
oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testes
2

dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis inguinalis ke dalam
scrotum.
Pada sapi jantan dewasa testes yang terbungkus oleh scrotum mempunyai panjang
mrncapai 12 sampai 16 cm dan diameter 6-8 cm dengan berat antara 300 500 gram pada
tiap testis ( termasuk epididimis ) tergantung umurnya.
Setiap testis mempunyai tubuli yang begitu banyak dan berkelok-kelok, hingga jika
direntangkan pada sapi panjangnya mencapai 5 km. Pada tubuli semineferus selain
pembuluh darah, lymphe, dan saraf terdapat sel-sel interstitial dari Leydig, dimana
dihasilkan androgen , hormone-hormon kelamin jantan,seperti testosterone.
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi:
1) Menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan oleh sel sertoli
2) Menghasilkan hormone kelamin jantan testosterone (Toelihere, 1993 ).
c. Epididimis
Merupakan suatu struktur memanjang yang bertautan rapat dengan testis. Ia mengandung
ductus epididymis yang berliku-liku dan mempunyai panjang lebih dari 40 meter pada
jantan dewasa babi kurang lebih 60 meter dan 80 meter pada kuda. Terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
Caput epididimis : berfungsi untuk pematangan sperma
Corpus epididimis : berfungsi untuk pematangan sperma
Cauda epididimis : berfungsi untuk penyimpanan sperma
Selain diatas, epididimis sebenarnya memiliki 4 fungsi utama : transportasi,
konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma. Fungsi epithelium epididimis adalah
sebagian untuk absorpsi, dan sebagian untuk sekretoris ( Toelihere, 1993 ).
d. Vas Deferens
Merupakan suatu saluran panjang yang membentang dari cauda epididimis ke urethra
pars pelvina yang berfungsi sebagai transport sperma.Dindingnya mengandung otot- otot
licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi ( Toelihere,
1993 ).
Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel pseudokolumner kompleks ,sebelum
mencapai akhir epitel berubah menjadi kolumner simpleks. Ujung terminal duktus
deferens mengandung kelenjar tubuloalveoler bercabang sederhana dan jaringan ikat
3

kolagen longgar dalam lamina propria submukosa. Tunika muskularis pada bagian
teminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang
dikelilingi jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia.
e. Ampulla
Diameter vas deferens sepanjang perjalanannya selalu sama besar, namun ketika
memasuki muaranya di leher vesica urinaria, dinding vas deferens akan menebal, disebut
ampulla. Fungsi ampulla ialah untuk penampungan sementara sperma. Kelenjar-kelenjar
ampula mensekresikan fructose dan asam citrate, walaupun kelenjar vesicularis adalh
sumber utama kedua zat kimia tersebut ( Toelihere, 1993 ).
f. Vesikula Seminalis
Berjumlah sepasang. Terletak di dekat muara vas deferens atau menempel pada leher
vesica urinaria. Mensekresikan bahan-bahan organik,fruktosa, dan sorbitol sebagai
sumber energi pada spermatozoa. Vesikula seminalis juga mensekresikan fosfat dan
karbonat sebagai buffer semen ( Toelihere, 1993 ).
g. Kelenjar Prostat
Jumlahnya hanya 1. Terletak dorso-caudal vesica urinaria, bermuara pd urethra.
Mensekresikan cairan bening yang berbau spesifik pada sperma yang kaya ion non
organik dengan sodium, klorin, kalsium, dan magnesium ( Toelihere, 1993 ).
h. Kelenjar Cowpery
Jumlahnya sepasang, terdapat pada dorsolateral urethra pars pelvina.Mukus yang
dihasilkan membersihkan uretra dari urine, melicinkan uretra dan vagina sebagai cairan
praejakulasi, dan merupakan sumber energi untuk spermatozoa ( Toelihere, 1993 ).
i. Uretra
Saluran pengeluaran sperma dan urine. Terletak di dalam penis. Lubang keluarnya
bernama orificum uretra externa ( Toelihere, 1993 ).
j. Preputium
Lipatan kulit bagian ventral dinding abdomen.Bila tidak berereksi, penis ada di dalam
preputium.
k. Penis
4

Alat kopulasi hewan jantan, dibentuk oleh jaringan erektil, yang disebut corpus
cavernosum penis. Terdiri dari tiga bagian utama, yaitu radix penis, corpus penis, dan
glans penis. Tipe penis:
Tipe musculo cavernosus
Terdapat pada kuda. Corpus cavernosusnya sangat subur. Produksi spermanya banyak
dan waktu ereksinya lebih lama.
Tipe fibroelastis
Terdapat pada sapi dan babi. Corpus cavernosusnya tidak terlalu tumbuh subur.
Volume waktu ereksi tidak begitu berbeda dengan pada saat istirahat, karena terbentuk
dari jaringan fibroelastis.
Tipe Os penis
Terdapat pada anjing

2. Hormone yang bekerja pada organ reproduksi jantan dan bagaimana mekanismenya
HORMON YANG TERKAIT REPRODUKSI JANTAN
a. Gonadotropin releasing hormone (Gn-RH) berfungsi stimulasi pelapasan gonadtropin
(FSH dan LH).
b. Follicle Stimulating Hormone (FSH) berfungsi untuk spermatogenesis di dalam tubuli
seminiferi.Sekresi FSH dihambat oleh testoteron dari sel intertitial testes (negative
feedback mechanism).
c. Luteinizing Hormone (LH) menstimuler sel intertisial Leydig pada testes hewan jantan
dengan mengakibatkan pelepasan testoteron (hormon kelamin jantan). Oleh karena itu,
pada hewan jantan, LH disebut juga ICSH (intertitial cell stimulating hormone). jadi
secara tidak langsung, melalui kerja testoteron yang dipengaruhi pelepasannya, LH
menyebabkan stimulasi sifat kelamin sekunder dan kelenjar kelamin pelengkap.
d. Testoteron diperlukan untuk: (1)Diferensiasi seksual organ kelamin luar dan penurunan
testis ke dalam scrotum pada foetus atau hewan baru lahir; (2)pertumbuhan dan
kelangsungan fungsi kelenjar kelamin pelengkap untuk menghasilkan cairan atau plasma
semen waktu ejakulasi; (3)sifat-sifat kelamin sekunder pada jantan misalnua
pertumbuhan tanduk, jenger ayam dan pecahnya suara; (4)keinginan kelamin atau libido
5

dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi; serta (5) mempertahankan spermiogenesis
atau perkembangan dan petangan spermatid dan spermatozoa di dalam saluran testikuler
dan memperpanjang umur sperma di dalam epididymis (Toilehere, 1981)
Pada hewan,testosterone yang dihasilkan akan memicu perilaku agresif yang
menimbulkan tingkah laku seksual (libido).Tingkah laku seksual pada hewan tampak saat
si hewan jantan mulai menciumi bau feromon yang dikeluarkan oleh si betina.Sehingga si
hewan jantan terangsang dan mencari arah sumber bau feromon tersebut (H.J. Bearden et
all,2004)
SKEMA HORMON REPRODUKSI JANTAN


Tingkah
laku seksual
FAKTOR PELEPAS (RELEASING FAKTORS)



INHIBIN stimulasi
FSH LH organ kelamin
sekunder



SISTEM SYARAF PUSAT
HIPOTALAMUS
ADENOHYPOPHYSA
TUBULI
SEMINIFERI
SEL LEYDIG
TESTES

6

sifat kelamin
SPERMATOGENIK TESTOTERON sekunder

SPERMA

MEKANISME HORMON REPRODUKSI JANTAN
Bagian utama dari pengaturan fungsi seksual jantan atau betina diawali dengan
sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) oleh nukleus arkuata
hipotalamus. Bagian ujung dari neuron ini berakhir terutama di eminentia mediana
hipotalamus, tempat neuron-neuron tersebut melepaskan GnRH ke sistem
pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis. GnRH kemudian diangkut di kelenjar
hipofisis anterior dalam darah porta hipofisis. Hormon ini selanjutnya merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresikan dua hormon lain yaitu Luteinizing
Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya, LH
merupakan rangsangan utama untuk sekresi testosteron oleh testis, dan FSH
terutama merangsang spermatogenesis. FSH dan LH disekresikan oleh sel yang
sama, yang disebut sel gonadotrop, di kelenjar hipofisis anterior. FSH dan LH
merupakan glikoprotein. Keduanya mengeluarkan pengaruh pada jaringan target di
dalam testis terutama melalui aktivasi sistem second messenger siklik adenosin
monofosfat, yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem enzim khusus di sel-sel
target berikutnya (Frandson, 1993 ; Guyton, 2008).
Testosteron disekresi oleh sel-sel intersisial Leydig yang dirangsang oleh LH dari
kelenjar hipofisis anterior. Jumlah testosteron yang dihasilkan meningkat sebanding
dengan jumlah LH yang tersedia. Testosteron yang disekresikan oleh testis sebagai
respons terhadap LH mempunyai timbal balik dalam menghambat sekresi LH.
Sebagian besar inhibisi ini dihasilkan oleh efek langsung testosteron terhadap
hipotalamus untuk menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini selanjutkan akan
menurunkan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan
mengurangi sekresi testosteron oleh testis. Jadi bilamana sekresi testosteron
menjadi terlalu banyak, efek umpan balik negatif secara otomatis akan beroperasi
7

melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis ini, akan menggurangi sekresi
testosteron kembali ke tingkat yang diharapkan. Sebaliknya, terlalu sedikit
testosteron yang disekresikan akan menyebabkan hipotalamus menyekresikan
sejumlah besar GnRH disertai dengan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh
hipofisis anterior dan berakibat peningkatan sekresi testosteron oleh testis (Guyton,
2008).
FSH berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik yang melekat pada sel-sel
Sertoli di dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini mengakibatkan sel-sel tumbuh
dan menyekresikan berbagai unsur spermatogenik. Secara bersamaan testosteron
yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus dari sel-sel Leydig di dalam ruang
intersisial juga mempunyai efek tropik yang sangat kuat terhadap spermatogenesis.
Jadi untuk memulai spermatogenesis dibutuhkan FSH maupun testosteron. Ketika
tubulus seminiferus gagal menghasilkan sperma, sekresi FSH meningkat dengan
nyata. Sebaliknya, jika spermatogenesis berjalan terlalu cepat, sekresi FSH akan
berkurang. Penyebab efek umpan balik negattif ini pada hipofisis anterior diyakini
berupa suatu jenis hormon lain yang disekresikan oleh sel Sertoli yaitu inhibin.
Hormon ini mempunyai efek langsung yang kuat terhadap kelenjar hipofisis
anterior dalam menghambat FSH dan mungkin berefek kecil terhadap hipotalamus
dalam menghambat sekresi GnRH (Guyton, 2008).

3. Pengertian BSE beserta penilaiannya
1. Breeding Soundness Examination ( BSE ) adalah pemeriksaan kemampuan sapi
jantan untuk memproduksi sperma. Breeding Soundness Examination dilakukan oleh
seorang dokter hewan dan pemeriksaan harus dilakukan sedikitnya 30-60 hari
sebelum musim perkawinan (Anonim, 2011). Beberapa kriteria yang harus diperiksa
pada pemeriksaan BSE. Sapi harus memiliki fisik normal. Pemeriksaan harus
memenuhi persyaratan minimum unutk lingkar skrotum, motilitas sperma, dan
morfologi sperma. Kriteria ini mudah dilakukan pengujian dan dapat dilakukan
berulang kali. Breeding Soundness Examination meliputi :
a. Diameter skrotum
8

Ukuran diameter testis meripakan pelengkap dari pemeriksaan BSE. Diameter
dari testis berhubungan langsung dengan kapasitas produksi semen. Setiap gran
testis dapat memproduksi 15 juta sperma/hari. Total produksi sperma paling
sedikit 6 milyar perhari. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
besarnya ukuran testis sapi jantan merupakan faktor keturunan. (Anonim, 2011)
b. Evaluasi fisik
Evaluasi fisik meliputi penampilan keseluruhan dari bull tersebut. Pemeriksaan
dilakukan secara internal dan eksternal.
Pemeriksaan internal
Pemeriksaan transrektal digunakan untuk mengevaluasi kesehatan organ atau saluran
reproduksi skunder sapi pejantan yang meliputi uretra, prostate, vesikula semilunalis,
ampula dan vas deferen. Abnormalitas biasanya terjadi inflamasi pada vesikula
semilunalis, kondisi tersebut dapat menyebabkan hewan pejantan menjadi infertil
(Anonim, 2011).
Pemeriksaan eksternal
Evaluasi bentuk scrotum adalah bagian terpenting dalam pemeriksaan eksternal.
Idealnya, sapi jantan harus cukup gemuk, yang mempunyai BCS 6 merupakan standar
untuk tubuh sapi sebelum dilakukan proses perkawinan. Produksi sperma hanya
terjadi ketika suhu agak lebih rendah dari tubuh. Bentuk scrotum dapat
mempengaruhi produksi sperma. Sebagai contoh sapi jantan yang mempunyai bentuk
scrotum dan testis menempel atau melekat pada tubuh memiliki masalah dengan
pengaturan suhu sehingga dapat menyebabkan subfertil. Sebagai alternatif, sapi
jantan dengan scotum yang terlalu menggantung dapat menyebabkan subfertil yang
lebih besar karena kecenderungan mengayun dan rusak (Anonim, 2011).
Palpasi testis dan epididimis dan pemeriksaan penis dapat mendeteksi abnormalitas
yang dapat mempengaruhi performan dari perkawinan. Pemeriksaan kesehatan secara
lengkap dari fisik atau kondisi hewan. Sapi jantan harus mempunyai bentuk yang baik
dan penglihatan yang baik. Sapi sapi tersebut harus mampu berjalan dengan jarak
yang panjang, kepincangan, radang sendi (arthritis), tapak kaki abses dan penyakit
pada telapak kaki tidak hanya mempengaruhi kemampuan kawin tetapi juga
9

mempengaruhi produksi sperma apabila sapi jantan menghabiskan waktu dengan
berbaring. Abnormalitas pada sapi tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan
produksi semen.
c. Evaluasi semen
Evaluasi semen meliputi pemeriksaan :
Motilitas semen
Pemeriksaan motilitas sperma dilakukan dengan dua cara. Pertama yaitu dengan
pemeriksaan secara umum, atau secara keseluruhan. Motilitas ini dapat dilihat dari
banyak atau sedikitnya sperma yang mengalami pergerakan aktif. Biasanya
digunakan batang kayu kecil dalam pemeriksaan ini. Semen yang memiliki motilitas
tinggi akan bergerak ke atas dan yang memiliki motilitas rendah akan tetap berada di
bawah. Pada pemeriksaan ini akan terlihat sel sperma yang dapat bergerak aktif dan
yang sangat agresif. Pemeriksaan kedua yaitu pemeeriksaan motilitas indiviual.
Sampel yang telah diletakkan di gelas obyek kemudian diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 40 kali. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan cepat, karena
motilitas sperma sangat dipengaruhi oleh panas, cahaya, dan dingin (Eilts, 2004).
Ciri utama spermatozoa adalah motilitas atau daya geraknya yang dijadikan
patokan atau cara yang paling sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi
buatan. Metode yang sering digunakan adalah jembatan penghambat (impedance
bridge) yang mengukur perubahan resistensi elektrik suatu suspensi sperma.
Frekuensi perubahan penghambatan atau impedance change frecuency (ICF)
berkorelasi dengan aktivitas suspensi sperma yang pekat (Toelihere, 1993).
Pemeriksaan motilitas ejakulat atau semen di bawah mikroskop dapat dinilai
dengan skor 0 sampai 5. Skor 0 = tidak ada pergerakan sama sekali, 1 = sangat lemah,
2 = lemah, 3 = sedang, 4 = kuat, 5 = sangat kuat.
Parameter standar untuk motilitas sperma tidak lebih dari 30%. Motilitas dari
sperma tidak seharusnya digunakan sebagai ukuran kesuburan dari pejantan tersebut,
hal ini dikarenakan faktor dari suhu, waktu, konsentrasi, kontaminasi dan metode
evaluasi dapat mempengaruhi nilai motilitas semen.
Morfologi semen
10

Morfologi normal sperma adalah 70%. Abnormalitas dari semen dibagi menjadi 2
yaitu faktor utama dan faktor skunder, tergantung seperti apakah cacat yang terjadi di
dalam testis atau setelah sperma meninggalkan testis.
Abnormalitas dapat terjadi dari berbagai faktor seperti keturunan, kondisi yang stress,
infeksi, meningkatnya suhu testis atau juga faktor lain. Abnormalitas yang terjadi
dapat bersifat sementara ataupun permanen, maka sapi pejantan harus diuji lagi 6
sampai 8 minggu kemudian (Anonim, 2011)

Gambar sperma normal

Anda mungkin juga menyukai