10
Februari
2004,
tujuan
pembangunan
kesehatan
adalah
2.
3.
4.
2.
3.
b.
pelayanan
kesehatan
masyarakat,
yaitu
meliputi
promosi
b. Unit
Tata
bertanggung
Kepala
Usaha
jawab
yang
membantu
Puskesmas
dalam
pengelolaan:
Data dan Informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional
Puskesmas:
Upaya Kesehatan Masyarakat,
termasuk
pembinaan
terhadap
UKBM
Upaya Kesehatan Perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas
Unit Puskesmas Pembantu
Unit Puskesmas Keliling
Unit Bidan di Desa/Komunitas
1.2 Imunisasi
Menurut Ranuh IGN, imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara
pasif. Karena diberikan secara pasif, bentuk pemberiannya berupa suatu immunoglobulin atau
gamaglobulin yang harganya mahal, risiko kontaminasi, dan hanya sementara. Hal ini perlu
dibedakan dengan vaksinasi karena seringkali disama-artikan. Istilah vaksinasi sendiri merujuk
pada perangsangan imunitas dengan menggunakan antigen tertentu. Vaksinasi cukup untuk
meningkatkan imunitas tubuh dalam jangka waktu lama dengan biaya yang relatih lebih murah
daripada imunisasi. Namun, seiring dengan penyamaan istilah ini juga dilakukan oleh
pemerintah, penulis tetap menggunakan istilah imunisasi. Namun, imunisasi yang sebenarnya
dapat dikatakan sebagai imunisasi pasif, sedangkan vaksinasi dianggap sebagai imunisasi aktif.
Imunisasi tersebut penting untuk mencegah kematian maupun kecacatan akibat beberapa
penyakit. Tindakan tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan sejak zaman dahulu. Di
Indonesia, ternyata diceritakan dari hikayat Raja Pontus yang melindungi dirinya dari keracunan
makanan dengan meminum darah itik. Namun, pembuktian vaksin sebenarnya dilakukan pada
tahun 1877 oleh Pasteur dengan menggunakan kuman hidup yang dilemahkan untuk vaksinasi
cowpox dan smallpox. Menurut Muchalastriningsih E (2005),
Indonesia pada tahun 1956, kemudian disusul dengan imunisasi BCG pada tahun 1973, tetanus
toxoid pada tahun 1974, dan DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada tahun 1976.
1.2.2 Pelaksanaan Imunisasi Di Dalam Maupun Di Luar Negri
Program imunisasi yang diutamakan di Indonesia adalah program imunisasi dasar
lengkap yang tercakup dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL). LIL terdiri dari 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari semua imunisasi
tersebut, pencegahan campak menjadi prioritas utama karena penyebab utama kematian balita
disebabkan olehnya. Oleh karena itu, target minimal imunisasi tersebut mencapai 90%. 6Beragam
variasi pelaksanaan dan evaluasi program imunisasi telah dilakukan. Kita juga dapat
membandingkannya dengan berbagai program serupa yang dilakukan di luar negri serta studi
mereka terhadap program imunisasi kita.
Pada berbagai studi dari luar negri, ada beberapa strategi efektif yang dianjurkan untuk
meningkatkan promosi imunisasi kepada masyarakat luas. Berdasarkan systematic review dari
Ryman TK, et al (2008), Strategi tersebut meliputi: (1) mendekatkan imunisasi pada masyarakat;
(2) menyebarkan informasi untuk meningkatkan permintaan imunisasi; (3) menetapkan tempat
praktek permanen; (4) dan menggunakan manajemen kerja yang inovatif. Menurut studi yang
sama, imunisasi diakui menjadi hal penting dalam peningkatan derajat kesehatan dan banyak
orang yang sudah pernah mendengarnya, tetapi dibutuhkan upaya pendekatan lebih lanjut
informasi mengenai imunisasi ini pada masyarakat.
II.1.6. Target / indikator nasional dan puskesmas
Indikator Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang di pergunakan :
1. Untuk mengukur jangkauan program (pemerataan pelayanan) :
BCG
DPT-HB I
DPT-HB II
: 98%
: 98%
: 95%
DPT-HB III
Polio I
Polio II
Polio III
Polio IV
Campak
: 93%
: 98%
: 95%
: 93%
: 90%
: 90%
Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih
memantau kuantitas program.
1.4 Program imunisasi di Puskesmas Tegal Angus
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah kerja puskesmas tegal angus ada 6 desa. Desa yang mencapai
UCI pada tahun 2013 ini sudah 6 desa, sehingga cakupan desa UCI sudah 100% di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus. Upaya yang dilakukan antara lain sweeping imuisasi dan program
DOFU.
Sesuai dengan Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 2013,
Indonesia berkomitmen menurunkan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi diantaranya penyakit campak hingga 90% pada tahun 2010 dibandingkan dengan
tahun 2000. Untuk itu telah dilaksanakan imunisasi dasar (BCG, DPT, POLIO, Campak dan
Hepatitis B). Imunisasi campak dosis pertama diberikan kepada anak usia 9 bulan dan dosis
kedua pada anak SD untuk menghilangkan kelompok rentan.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio
Hingga kini penyakit campak dan polio masih menjadi ancaman kecacatan dan kematian
bagi anak- anak Indonesia. Selain itu, campak berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) dengan angka kematian yang tinggi. Kajian surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis)
menunjukan adanya peningkatan jumlah anak yang tidak mendapat imunisasi polio sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan kembali KLB polio di masa mendatang.
Drop out imunisasi DPT1-Campak di Puskesmas Tegal Angus tahun 2013 adalah 4,2%.
Mengingat angka kematian dan kecacatan yang tinggi dari penyakit campak dan polio
diharapkan angka drop out ini dapat terus ditekan. Salah satu upaya untuk menekan drop out
adalah penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi
campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.