Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pusat Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan Surat Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004
tertanggal

10

Februari

2004,

tujuan

pembangunan

kesehatan

adalah

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap


orang agar terwujud derakat kesehatan yang optimal. Penanggung jawab upaya
penyelenggara kesehatan tingkat pertama yaitu Puskesmas. Konsep Puskesmas
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968, dan saat ini telah menyebar hampir
di seluruh pelosok tanah air. Pada tahun 2002, jumlah Puskesmas di seluruh
Indonesia yaitu 7.277 unit, dengan jumlah Puskesmas pembantu 21.587 unit,
Puskesmas Keliling 5.084 unit ( Perahu 716 unit, Ambulance 1.302 unit).
Puskesmas yang dilengkapi dengan fasilitas rawat inap yaitu sekitar 1.818 unit,
sisanya yaitu sekitar 5.459 tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Visi Puskesmas ( dikutip dari Surat Menteri Kesehatan Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tertanggal 10 Februari 2004 BAB II KONSEP DASAR
PUSKESMAS): Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia
sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi- tingginya. Indikator kecamatan sehat yaitu lingkungan
sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan
penduduk kecamatan.
Misi Puskesmas (dikutip dari Surat Menteri Kesehatan Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tertanggal 10 Februari 2004 BAB II KONSEP DASAR
PUSKESMAS)
1.

Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2.

Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di


wilayah kerjanya

3.

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan


pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

4.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan


masyarakat beserta lingkungannya.
Fungsi Puskesmas ( dikutip dari Surat Menteri Kesehatan Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tertanggal 10 Februari 2004 BAB II KONSEP DASAR


PUSKESMAS)
1.

Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

2.

Pusat Pemberdayaan Masyarakat

3.

Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama, yaitu meliputi


a.

pelayanan kesehatan perorangan: yaitu bersifat pribadi yang tujuan


utamanya menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, yaitu
meliputi rawat jalan dan pada beberapa puskesmas dilengkapi dengan rawat
inap.

b.

pelayanan

kesehatan

masyarakat,

yaitu

meliputi

promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,


peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Tujuan Puskesmas ( dikutip dari Surat Menteri Kesehatan Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tertanggal 10 Februari 2004 BAB II KONSEP DASAR
PUSKESMAS):Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi- tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010
Struktur Organisasi

(dikutip dari Surat Menteri Kesehatan Nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tertanggal 10 Februari 2004 BAB II KONSEP DASAR


PUSKESMAS): :tergantung dari beban tugas dan kegiatan masing masing
Puskesmas. Struktur organisasi Puskesmas ditentukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat sedangkan penetapannya berdasarkan Peraturan Daerah.
a. Kepala Daerah

b. Unit

Tata

bertanggung
Kepala

Usaha
jawab

yang

membantu

Puskesmas

dalam

pengelolaan:
Data dan Informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional
Puskesmas:
Upaya Kesehatan Masyarakat,
termasuk

pembinaan

terhadap

UKBM
Upaya Kesehatan Perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas
Unit Puskesmas Pembantu
Unit Puskesmas Keliling
Unit Bidan di Desa/Komunitas

1.2 Imunisasi
Menurut Ranuh IGN, imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara
pasif. Karena diberikan secara pasif, bentuk pemberiannya berupa suatu immunoglobulin atau
gamaglobulin yang harganya mahal, risiko kontaminasi, dan hanya sementara. Hal ini perlu
dibedakan dengan vaksinasi karena seringkali disama-artikan. Istilah vaksinasi sendiri merujuk
pada perangsangan imunitas dengan menggunakan antigen tertentu. Vaksinasi cukup untuk
meningkatkan imunitas tubuh dalam jangka waktu lama dengan biaya yang relatih lebih murah
daripada imunisasi. Namun, seiring dengan penyamaan istilah ini juga dilakukan oleh
pemerintah, penulis tetap menggunakan istilah imunisasi. Namun, imunisasi yang sebenarnya
dapat dikatakan sebagai imunisasi pasif, sedangkan vaksinasi dianggap sebagai imunisasi aktif.
Imunisasi tersebut penting untuk mencegah kematian maupun kecacatan akibat beberapa
penyakit. Tindakan tersebut sebenarnya sudah banyak dilakukan sejak zaman dahulu. Di
Indonesia, ternyata diceritakan dari hikayat Raja Pontus yang melindungi dirinya dari keracunan
makanan dengan meminum darah itik. Namun, pembuktian vaksin sebenarnya dilakukan pada
tahun 1877 oleh Pasteur dengan menggunakan kuman hidup yang dilemahkan untuk vaksinasi
cowpox dan smallpox. Menurut Muchalastriningsih E (2005),

imunisasi cacar baru ada di

Indonesia pada tahun 1956, kemudian disusul dengan imunisasi BCG pada tahun 1973, tetanus
toxoid pada tahun 1974, dan DPT (difteri, pertusis, tetanus) pada tahun 1976.
1.2.2 Pelaksanaan Imunisasi Di Dalam Maupun Di Luar Negri
Program imunisasi yang diutamakan di Indonesia adalah program imunisasi dasar
lengkap yang tercakup dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL). LIL terdiri dari 1 dosis
BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari semua imunisasi
tersebut, pencegahan campak menjadi prioritas utama karena penyebab utama kematian balita
disebabkan olehnya. Oleh karena itu, target minimal imunisasi tersebut mencapai 90%. 6Beragam
variasi pelaksanaan dan evaluasi program imunisasi telah dilakukan. Kita juga dapat
membandingkannya dengan berbagai program serupa yang dilakukan di luar negri serta studi
mereka terhadap program imunisasi kita.
Pada berbagai studi dari luar negri, ada beberapa strategi efektif yang dianjurkan untuk
meningkatkan promosi imunisasi kepada masyarakat luas. Berdasarkan systematic review dari
Ryman TK, et al (2008), Strategi tersebut meliputi: (1) mendekatkan imunisasi pada masyarakat;

(2) menyebarkan informasi untuk meningkatkan permintaan imunisasi; (3) menetapkan tempat
praktek permanen; (4) dan menggunakan manajemen kerja yang inovatif. Menurut studi yang
sama, imunisasi diakui menjadi hal penting dalam peningkatan derajat kesehatan dan banyak
orang yang sudah pernah mendengarnya, tetapi dibutuhkan upaya pendekatan lebih lanjut
informasi mengenai imunisasi ini pada masyarakat.
II.1.6. Target / indikator nasional dan puskesmas
Indikator Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang di pergunakan :
1. Untuk mengukur jangkauan program (pemerataan pelayanan) :

Target jangkauan program Puskesmas Sindang Jaya : 98 %


2. Untuk mengukur tingkat perlindungan (efetifitas program) :

Target efektifitas program Puskesmas Sindang Jaya : 90%


3. Untuk mengukur manajemen program (efisiensi program) :

DO tidak boleh lebih dari 10%


Indikator cakupan program imunisasi dasar :

BCG
DPT-HB I
DPT-HB II

: 98%
: 98%
: 95%

DPT-HB III
Polio I
Polio II
Polio III
Polio IV
Campak

: 93%
: 98%
: 95%
: 93%
: 90%
: 90%

Alat pemantauan ini berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih
memantau kuantitas program.
1.4 Program imunisasi di Puskesmas Tegal Angus
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah kerja puskesmas tegal angus ada 6 desa. Desa yang mencapai
UCI pada tahun 2013 ini sudah 6 desa, sehingga cakupan desa UCI sudah 100% di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus. Upaya yang dilakukan antara lain sweeping imuisasi dan program
DOFU.
Sesuai dengan Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 2013,
Indonesia berkomitmen menurunkan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi diantaranya penyakit campak hingga 90% pada tahun 2010 dibandingkan dengan
tahun 2000. Untuk itu telah dilaksanakan imunisasi dasar (BCG, DPT, POLIO, Campak dan
Hepatitis B). Imunisasi campak dosis pertama diberikan kepada anak usia 9 bulan dan dosis
kedua pada anak SD untuk menghilangkan kelompok rentan.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio
Hingga kini penyakit campak dan polio masih menjadi ancaman kecacatan dan kematian
bagi anak- anak Indonesia. Selain itu, campak berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) dengan angka kematian yang tinggi. Kajian surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis)
menunjukan adanya peningkatan jumlah anak yang tidak mendapat imunisasi polio sehingga
dikhawatirkan dapat menimbulkan kembali KLB polio di masa mendatang.
Drop out imunisasi DPT1-Campak di Puskesmas Tegal Angus tahun 2013 adalah 4,2%.
Mengingat angka kematian dan kecacatan yang tinggi dari penyakit campak dan polio
diharapkan angka drop out ini dapat terus ditekan. Salah satu upaya untuk menekan drop out
adalah penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi
campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.

Anda mungkin juga menyukai