Anda di halaman 1dari 28

MASALAH TERMOREGULASI

PADA LANSIA

BY : KELOMPOK 12
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Dini Kandarina

(22020112130029)
2. Nur Lela Fitriani

(22020112130046)

3. Iin Cempaka Wati

(22020112130061)

4. Wahyu Indah Safitri

(22020112130071)

A.12.1

TERMOREGULASI
Tugas

utama

dari

termoregulasi

adalah

untuk

mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal


(36o-37oC) di sekitar temperatur lingkungan.

PERUBAHAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN USIA
Dalam keadaan normal, suhu dipertahankan berada

direntang 97oF-99oF. Sistem saraf mengatur suhu tubuh


yang pusatnya berada di hipotalamus dipengaruhi oleh :
a. faktor eksternal (proses penyakit, aktivitas otot, aliran

darah perifer, jumlah lemak, fungsi dari saraf katanes,


status cairan, nutrisi, pengobatan dan suhu yang
melewati hipotalamus)
b. faktor internal (suhu lingkungan, tingkat kelembaban,

aliran udara serta jenis pakaian yang dipakai)

A. RESPON TERHADAP DINGIN


Dalam keadaan dingin mekanisme fisiologi dimulai dengan
mencegah kehilangan panas serta meningkatan produksi
panas tubuh seperti menggigil, peningkatan detak jantung,
pelebaran
kemampuan

pembuluh
untuk

darah

pada

merespon

otot.
suhu

Pada

Lansia

dingin

terjadi

ketidakoptimalan vasokonstriksi, penurunan output jantung,

pengurangan masa tubuh, berkurangnya lapisan jaringan, dan


tertundanya

proses

menggigil.

Lansia

kurang

mampu

menahan panas tubuh untuk mengurangi sirkulasi perifer,

A. RESPON TERHADAP PANAS


Mekanisme normalnya adalah untuk mengeluarkan panas
dengan berkeringat atau melakukan evaporasi

atau

dilatasi pembuluh darah perifer agar terjadinya radiasi


panas. Orang dewasa normal dapat memproduksi keringat
sekitar 2 liter setiap jam. Ketika terpapar dengan suhu panas
maka orang dewasa normal membatasi proses metabolisme,

sedangkan respon lansia terhadap panas berhubungan


dengan perubahan kulit.

C. SUHU NORMAL DAN RESPONNYA TERHADAP


PENYAKIT

Tubuh manusia harus dipertahankan diantara 36o-37o C.


Kenaikan suhu atau demam berhubungan dengan
proses penyakit seperti infeksi, kanker, dehidrasi, atau

penyakit jaringan. Suhu tubuh normal menurun sesuai


dengan pertambahan usia. Suhu normal pada lansia
sekitar 98o-99o F diukur pada area rektal. Pemeriksaan
pada area rektal lebih akurat untuk melakukan pengukuran
suhu tubuh pada lansia.

FAKTOR RESIKO
Hipertermia ataupun hipotermia bisa terjadi pada
orang dewasa

hanya jika mereka terpapar suhu

dingin/panas yang ekstrim, sedangkan pada lansia level


sedang saja bisa sangat berdampak terhadap kesehatan.

Kegagalan mekanisme pengontrol suhu meningkat


resiko masalah kesehatan yang serius atau bahkan
bisa menimbulkan kematian.
a. Pengaruh Lingkungan dan Sosial Ekonomi
b. Efek Kimia dan Efek lebih Obat

c. Konsekuensi Psikologis

PENGARUH PATOLOGIS
Termoregulasi dapat mengganggu curah jantung
atau

sirkulasi

perifer.

Serebrovaskular

dan

kardiovaskular meningkatkan risiko baik hipotermia

dan hypertermia. Ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit, terutama dehidrasi dan hipernatremia atau

hiponatremia meningkatkan kerentanan seseorang


baik hipertermia dan hipotermia

RESIKO FUNGSIONAL
Lansia yang sehat dalam lingkungan yang nyaman akan
mengalami sedikit, masalah perubahan termoregulasi.

HIPERTERMI
Dalam stase yang ringan, orang akan merasa lemah

dan letargi, mual dan kehilangan selera makan. Kulit


akan

menjadi

hangat

dan

kering,

dan

respon

berkeringat menghilang, khususnya jika intake cairan


seseorang berkurang. JIKA PROSES MENINGKAT
manifestasi tersebut akan menjadi lebih buruk, dan

disertai tanda di bawah ini sebagi bukti : pusing,


dispnea, takikardi, muntah, diare, kejang otot, nyeri
dada, kerusakan mental dan tekanan pulse melebar.

HIPOTERMI
Manifestasi stase hipotermi yang parah : kekakuan otot,
berkurangnya fungsi urinari, stupor dan koma.

Manifestasi

perkembangan

hipotermi

yang

tidak

tertangani : letargi, bicara cadel, perubahan mental,


gangguan gaya berjalan, bengkak wajah, dan respirasi
dangkal dan lambat.

PANDUAN ASKEP PADA


LANSIA DENGAN MASALAH
TERMOREGULASI

PENGKAJIAN
Pengkajian suhu basal dengan thermometer
Mengidentifikasi perubahan termoregulasi

CARA LAINNYA:
Prinsip Pengkajian
Pertanyaan Wawancara untuk Pengkajian Faktor Risiko

Hipotermi dan Hipertermi


Observasi untuk Pengkajian Faktor Risiko Hipotermi atau

Hipertermi

PRINSIP PENGKAJIAN
Kaji dan dokumentasikan suhu tubuh dasar pasien dan

variasi diurnal dan musimannya


Asumsikan bahwa setiap peningkatan kecil suhu

adalah tanda adanya proses patologis


Dokumentasikan suhu aktual dan deviasi dari dasar,
Lakukan dengan hati-hati dan akurat
Gunakan termometer yang terdaftar di bawah 95F
Dll

PERTANYAAN SAAT WAWANCARA


Apakah Anda memiliki masalah khusus yang terjadi ketika

cuaca panas atau dingin?


Apakah Anda dapat menjaga rumah atau ruangan tetap

dalam suhu yang nyaman ketika musim panas atau musim


dingin?
Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam membayar tagihan

listrik Anda?
Proteksi apa yang Anda gunakan ketika cuaca dingin atau

panas?

OBSERVASI FAKTOR RESIKO


Apakah intake cairan dan nutrisi pasien adekuat?
Apakah lansia tinggal di rumah di mana suhunya terjaga ketika

musim dingin?
Apakah pasien tinggal di wilayah dengan ventilasi kurang

tanpa AC?
Apakah kondisi atmosfer sangat panas, lembab, atau

berpolusi?
Apakah pasien minum alkohol atau minum obat karena

perubahan suhu?

DIAGNOSA
RISIKO PERUBAHAN SUHU TUBUH :

HIPOTERMI
HIPERTERMI

TUJUAN INTERVENSI
Tujuannya :
untuk mengurangi faktor risiko dan menjaga suhu
tubuh normal pada lansia memodifikasi lingkungan
jika memungkinkan dan ditujukan untuk faktor risiko

sosioekonomi yang mungkin berkontribusi pada


perkembangan hipotermi atau hipertermi.

INTERVENSI
Mengurangi Faktor Risiko
Menjaga suhu tubuh tetap normal

MENGURANGI FAKTOR RESIKO


Menjaga suhu lingkungan pada suhu

sekitar 75F
kelembaban

relatif. Nilai kelembaban

ideal berada di rentang 40-50%. Nilai


yang ditoleransi hingga 20% dan 70%.

MENJAGA SUHU TUBUH TETAP NORMAL


Hipotermi

dapat

dicegah

melalui

penggunaan

pakaian yang sesuai dan mencegah faktor risiko.


Keadekuatan nutrisi dan cairan panas termasuk

pemberian cairan dan menghindari makanan berat


dan olahraga berat yang memadai
Untuk mengurangi suhu yang panas , lansia dapat

didorong untuk menghabiskan waktu di luar ruangan


jika tidak mau memakai kipas angin

TIPS MENJAGA AGAR TIDAK TERKENA


HIPOTERMI
Check it out

EVALUASI
Cek kembali apakah pencegahan faktor
resiko sudah terlaksana?

CONTOH KASUS
Mrs T adalah seorang wanita berusia 78 tahun yang
tinggal sendirian di rumahnya sendiri di daerah
pedesaan dari Amerika timur laut Lain. Dia memiliki
riwayat hipertensi dan retinopati diabetes, dan dia
baru-baru ini dirawat di rumah sakit untuk diabetes
yang tidak terkontrol pada pulang dari rumah sakit

pada bulan November, ia dirujuk ke Asosiasi Perawat


Mengunjungi untuk mengajar tentang administrasi

dan pemantauan perawatan diabetes nya insulin.

ASUHAN
KEPERAWATAN

TERIMA KASIH
Sampai Jumpa Lagi :D

Anda mungkin juga menyukai