BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada pasien demam typoid. Konsep penyakit yang akan
diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan
keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit demam
typoid dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.1
11
12
13
mengandung
lipoposakarida.
Beberapa
diantaranya
14
2.2.3
Manifestasi Klinik
Masa tunas demam typoid berlangsung 10 sampai 14 hari.
Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Dalam minggu pertama
penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk,
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardia relative, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan
ujung merah atau tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis,
roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia (Sjaifoellah, 2003).
2.2.4
15
16
17
Patofisiologi
Penularan salmonella typhi dapar ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu; Food (makanan), Fingers (jari tangan atau
kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalaui Feses. Feses dan
muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dimakan
oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kimia salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian masuk
ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vulli
usus halus. Kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakteremia
primer) dan mencapai sel-sel retikuloendoteleal, hati, limfa, dan organ
lain.
18
Proses ini terjadi pada masa tunas dan berakhir sat sel-sel
retikuloendoteleal melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan
menimbulkan bakteremia untuk kedua kali. Kemudian kuman masuk ke
beberapa jaringan organ tubuh terutama limfa, usus, dan kandung
empedu.
Pada minggu I, terjadi hiperplasia plaks player pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi
plaks player. Minggi IV terjadi penyembuhan dengan menimbulkan
sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan sampai perforasi usus.
Hepar, kelenjar mesenterikal dan limfa membesar. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin sedangakn gejala saluran cerna karena
2.2.6
2.2.7
19
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Dermawan (2010), pemeriksaan laboratorium demam typoid
adalah:
1. Pemeriksaan darah tepi: terdapat gambaran leucopenia, limpositosis
relative dan eosinofilia pada awal penyakit, anemia, trobositopenia
ringan dan pemeriksaan SGOT serta SGPT pada keadaan demam
2.
3.
20
karier.
Pemeriksaan widal
a. Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi antara serum pasien
(antibody) dengan suspense antigen salmonella thyposa. Hasil
positif bila terjadi reaksi aglutinasi.
b. Cara dengan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat
ditentukan, dengan pengenceran tertinggi yang masih dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi.
c. Untuk mendiagnosa diperlukan titer zat anti terhadap antigen O
yang bernilai 1/200/lebih atau menunjukkan kenaikan yang
progresif, sedangkan titer zat anti terhadap antigen H walaupun
tinggi akan tetapi tidak bermakna karena titer H akan tetap tinggi
setelah dilakukan imunisasi, mencapai puncaknya bersamaan
dengan penyembuhan pasien.
d. Pemeriksaan widal tidak selalu positif walau pasien menderita
tipoid abdominalis (negative semu). Sebaliknya titer dapat positif
semu karena keadaan sebagai berikut:
1) Titer O dan H tinggi karena terdapat agglutinin normal karena
infeksi basis coli pathogen pada usus.
2) Neonates: zat anti diperoleh dari ibu lewat tali pusat.
3) Terdapat infeksi silang dengan rikettsia (well felix).
4) Imunisasi alamiah karena masuknya basil per oral pada
keadaan infeksi sub klinis.
2.2.9
Pencegahan
Menurut Zulkoni (2011), bila seseorang menderita penyakit demam
typoid kemungkinan besar makanan atau minuman yang dikonsumsi
tercemar bakteri. Hindari jajanan di pinggir jalan yang sanitasinya kurang
bersih atau telur ayam yang dimasak setengah matang pada kulitnya
21
personal hygiene.
Dari sisi lingkungan hidup:
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengawasan terhadap masakan di rumah dan penyajian pada
penjual makanan.
2.2.10 Penatalaksanan
Menurut Wijaya & Purti (2013), Penatalaksanaan pada kasus typoid
dikenal dengan trilogi yaitu :
1. Istirahat dan perawatan
Pada pasien yang telah dirawat di Rumah Sakit, tirah baring dan
perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah
baring dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti akan membantu
dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali
dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai.
2. Diet dan terapi penunjang
Penderita demam typhoid diberikan makanan padat dini (nasi + lauk
pauk dan sayur rendah serat), diet bubur saring, kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet
tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian
22
Dampak Masalah
Masalah yang perlu diperhatikan adalah gangguan thermoregulasi,
kebutuhan nutrisi, gangguan rasa nyeri, resiko kekurangan cairan,
gangguan eliminasi alvi, dan intoleransi aktivitas.
1. Gangguan thermoregulasi
Pada pasien demam typoid, peningkatan pada thermoregulator di
hipotalamus menyebabakan kenaikan suhu tubuh (Nurarif, 2013).
Penyakit demam typoid selalu didahului dengan demam yang tinggi
meskipun pada waktu pagi hari akan turun dan akan naik kembali
pada waktu malam hari. Demam tersebut dapat disebabkan oleh
infeksi kuman salmonella typosa .
2. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. Pada pasien demam typoid akan mengalami anoreksia,
23
kembung,
hepatomegali
dan splenomegali
sehingga
penurunan
peningkatan
asam
lambung
yang
24
metabolisme
yang
dialami
klien.
Peningkatan
3.
25
releasing
faktor
inimerangsang
tirotropin
pada
saraf
simpatis.
Hormon-hormon
ini
segera
2.3.3
26
reseptor yang terdapat pda organ lain seperti lidah, saluran pernapasan,
maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu
tubuh, maka ada tiga proses yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil
meningkatkan
produksi
panas,
berkeringat
untuk
untuk
menghalangi
panas.
Tindakan Pemeliharaan Suhu Tubuh : Kompres
1. Pengertian
kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
2.
3.
4.
5.
2.4
27
28
3.
29
Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir
dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya.
Umumnya, mineral diserap dengan mdah melalui dinding usus
halus secara difusi pasif maupun transportasi aktif.
Mekanisme transportasi aktif penting jika kebutuhan tubuh
meningkat atau adanya diet rendah kadar mineral. Hormone adalah
zat yang memegang peranan penting dalam mengatur mekanisme
aktif ini. Penyerapan dapat lebih jauh dipengaruhi oleh isi sistem
pencernaan.
Beberapa senyama organik tertentu, seperti asam axalit,
akan menghambat penyerapan kalsium. Mineral dipakai dalam
berbagai hal. Beberapa dari mineral adalah komponan esensial dari
jaringan tubuh, sedang yang lainnya esensial pada proses kimia
5.
tertentu.
Vitamin
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi
molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif.
Beberapa penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi sederhana,
tetapi sistem transportasi aktif sangat penting untuk memastikan
pemasukan yang cukup.
30
Jenis vitamin
Sumber
Fungsi
Vitamin A
Lemak hewani,
mentega, keju, susu
lengkap, minyak
ikan, sayuran hijau,
buah yang kuning,
dan sayuran.
Membantu pertumbuhan
sel tubuh dan
penglihatan,
menyehatkan rambut dan
kulit, integritas
membrane epitel, dan
mencegah xerophtalmia.
Vitamin B1
(thiamin) larut
dalam air.
Vitamin B2
(riboflavin) larut
dalam air.
Membantu pembentukan
enzim, pertumbuhan, dan
membantu adaptasi
cahaya dalam mata.
Vitamin B3
(niacin)
Metabolism karbohidrat,
lemak, protein, dan
komponen enzim serta
mencegah menurunnya
nafsu makan.
Vitamin B6
(pirodoksin)
Biji-bijian, sayuran,
daging, pisang.
Membantu kesehatan
gusi dan gigi,
pembentukan sel darah
merah, serta metabolism
karbohidrat, lemak, dan
protein.
Vitamin B12
Metabolism protein,
31
(sianokobalamin)
membantu pembentukan
sel darah merah,
kesehatan jaringan, dan
mencegah anemia.
Vitamin C
(askorbat acid)
Menjaga kesehatan
tulang, gigi, dan gusi,
membantu pembentukan
dinding pembuluh darah
dan pembuluh kapiler,
kesembuhan jaringan
dan tulang, serta
memudahkan
penyerapan zat besi dan
asam folat.
Vitamin D
Membantu penyerapan
kalsium dan fosfor serta
mencegah rakhitis.
Vitamin E
Sayuran hijau.
Membantu pembentukan
sel darah merah dan
melindungi asam amino
utama.
Vitamin (biotin)
Kuning telur,
sayuran hijau, susu,
dan hati.
Membantu kegiatan
enzim serta metabolisme
karbohidrat, lemak dan
protein.
Vitamin K
Membantu produksi
protrombin.
32
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan
bergizi tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling
murah, tiak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan
karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan
tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di
beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi
para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber
vitamin yang sangat baik. Ada pula larangan makan ikan bagi anakanak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal
ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan
Kesukaan yang belebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi
karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan
gizi
keluarganya
dibandingkan
perekonomian rendah.
masyarakat
dengan
kondisi
33
2.5
34
ml/kg/bb/jam.
Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Pada proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan
cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekirar, konduksi (pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di
bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini
suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringan
yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
3.
35
4.
Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan
yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan
Umur
Kebutuhan Air
Jumlah air dalam 24 jam
3 hari
250-300
80-100
1 tahun
1150-1300
120-135
2 tahun
1350-1500
115-125
36
4 tahun
1600-1800
100-110
10 tahun
2000-2500
70-85
14 tahun
2200-2700
50-60
18 tahun
2200-2700
40-50
Dewasa
2400-2600
20-30
37
tinggi
yang
menyebabkan
proses
hormonal,
yang
2.6
dapat
mengganggu
38
3.
39
40
4.
5.
Pergerakan
Membentuk postur
Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi.
4.
41
listrik berjalan dari saraf motorik ke sel otot melalui sinaps dengan
2.
3.
Eksitasi-kontraksi Couplin
Merupakan mekanisme molekuler peristiwa kontraksi.
Adanya impuls di neuron motorik menimbulkan ujung akson
melepaskan asetilkolin dan menimbulkan potensial aksi di serat
otot. Potensial aksi menyebar ke seluruh serat otot sampai ke
sistem T. keadaan ini mempengaruhi reticulum sarkoplasma
melepaskan ion kalsium yang kemudian diikat oleh troponin C,
sehingga ikatan troponin I dengan aktin terlepas. Lepasnya ikatan
troponin I dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser dan
terbukalah celah atau biding site aktin sehingga terjadi ikatan
antara aktin dan myosin serta kontraksi otot terjadi.
42
2.8
Asuhan keperawatan
Menurut Asmadi (2008) yang dikutip dari Yura dan Wals (1983),
proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
digunakan perawat dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biopsiko-sosio-spiritual yang optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi
diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, implementasi
tindakan keperawatan, serta evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
43
44
klien
mengidentifikasi
masalah
kesehatan,
dan
45
bentuk,
besar
dan
posisinya.
Kemudian
46
auskultasi
peristaltik
usus
meningkat.
Perkusi :Pada perkusi didapatkan perut kembung.
Palpasi :untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan ataupun
ketegangan pada dinding perut. Saat palpasi pasien
demam
typoid
didapatkan
limpa
dan
hati
Perhatikan
kepadatan
umum
bokong
dan
47
Data obyektif:
a) Lidah kotor
b) Nafsu makan turun
c) Berat badan turun
d) Kembung
3) Data masalah kekurangan volume cairan menurut Wijaya 2013,
Data Subjektif: Data Objektif:
a) Mukosa bibir kering
b) Kulit kering
c) Urin pekat
d) Penurunan pengeluaran urin
e) Perubahan tekanan darah
f) Ketidakmampuan berkonsentrasi
g) Turgor kulit jelek
4) Data masalah nyeri menurut Tarwoto dan Wartonah 2006,
Data Subjektif:
a) Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas.
b) Klien mengatakan nyeri pada kepala.
Data Objektif:
a) Terdapat nyeri tekan.
b) Skala nyeri yang dirasakan.
5) Data masalah intoleransi aktivitas menurut Nugoho (2011):
Data subyektif:
a) Klien mengatakan adanya kelemahan
Data objektif:
a) Kesulitan dalam pergerakan.
b) Ketidakmampuan melakukan aktivitas.
2. Diagnosa keperewatan
48
d.
e.
49
distraksi
bersama
klien,
seperti
ini
dapat
mendidik
klien
dan
b.
indikasi.
Rasional: untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang adekuat.
Diagnosa keperawatan 2
Hipertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus.
Tujuan: terjadi penurunan suhu tubuh.
Kriteria hasil: suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan respirasi
dalam rentang normal.
50
yang
dingin,
pucat
dan
buruik
dapat
juga
dari
kebutuhan
tubuh
51
1.
2.
3.
4.
d.
5.
6.
penyembuhan
Kolaborasi untuk pemberian obat
Rasional: memperbaiki nafsu makan dan membantu proses
7.
penyembuhan
Pantau pemberian nutrisi per iv
Rasional: memperbaiki kekurangan
nutrisi
dan
dapat
kekamar mandi
Pasien Nampak rileks
Intervensi :
1.
2.
batasi pengunjung
Rasional: menyediakan energi yang digunakan untuk aktifitas
Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat / tidak boleh
dilakukan klien, kalau perlu libatkan keluarga.
52
4.
dapat memulihkan
energi.
Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional: dengan beraktifitas dapat membantu klien untuk
melakukan kegiatan mandiri
Berikan aktifitas hiburan yang tepat seperti nonton TV, dengar
radio, dll
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan menghemat energi
5.
Intervensi:
1.
2.
penggantian cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,
turgor kulit dan pengisian kapiler.
Rasional: menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau
3.
dehidrasi.
Kaji tanda vital.
53
Rasional:
demam
menunjukkan
respon
terhadap
efek
4.
kehilangan cairan.
Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring.
Rasional: kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
5.
dan
akan
54
55
5. Evaluasi
Dilaksanakan suatu penelitian terhadap asuhan keperawatan
yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada
tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah
perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga timbul masalah
baru. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan semua masalah yang timbul teratasi sehingga tidak ada
problem baru lagi.
2.9
Kerangka Masalah
Kuman Salmonella
typhi yang masuk ke
saluran gastrointestinal
Pembuluh limfe
Peredaran darah
(bakteremia primer)
Berkembang biak di
hati dan limfa
Masuk retikulo
endothelial (RES)
terutama hati dan limfa
Empedu
Pembesaran hati
Hepatomegali
Lase plak peyer
Erosi
Nyeri
Perdarahan masif
Komplikasi perforasi
dan perdarahan usus
Dimusnahkan oleh
asam lambung
56
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Gambar 2.3 Kerangka Masalah
Sumber: Nurarif & Kusuma, 2013