DI SUSUN OLEH:
STUDI KASUS
DI SUSUN OLEH:
NIM
: P.09088
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM
: P.09088
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
(...............................)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MOBILISASI PADA TN. M DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK
DI
RUANG
ANGGREK
II
RSUD
Dr.
MOEWARDI
SURAKARTA.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns , selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah menjadi pemimpin yang senantiasa memberikan teladan serta
bimbingan kepada mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
dan memberikan kemudahan untuk menunjang pengajaran di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Tujuan penulisan ............................................................ 3
C. Manfaat penulisan .......................................................... 4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................... 6
B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................11
C. Perencanaan Keperawatan ..............................................11
D. Implementasi Keperawatan.............................................12
E. Evaluasi Keperawatan......................................................16
BAB III
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar.1 Genogram ................................................................................ 8
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan
modern saat ini. Badan Kesehatan Dunia memprediksikan bahwa kematian stroke
akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker
kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030. Amerika
Serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik
terjadi kematian akibat stroke. Tahun 2010, Amerika Serikat telah menghabiskan
$ 73,7 juta untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilisasi akibat stroke.
(Anonim, 2010). Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka
kejadian stroke menurut data dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia
di atas 65 tahun, sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari
125.000 jiwa. (Ratna, 2011)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol vaskuler terhadap gerakan motorik. Neuron motor melintas menyebabkan
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak berlawanan. Hemiperesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Awal tahapan stroke, adalah paralisis dan hilang atau
menurunnya refleks tendon dalam. Refleks tendon dalam ini muncul kembali
Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan Fungsional Klien Stroke di RS Sint
Carolus Jakarta membuktikan mobilisasi persendian dengan latihan ROM 4 kali
sehari dalam 7 hari bermanfaat untuk klien, yaitu adanya peningkatan kekuatan
otot dan kemampuan fungsional. Latihan ROM juga dapat mencegah terjadinya
komplikasi seperti kontraktur dan atrofi otot. Latihan ROM berpengaruh terhadap
peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional, namun tidak berpengaruh
terhadap luas gerak sendi. (Maria, et.al, 2011)
Mengingat hal tersebut, maka penulis memandang bahwa pemenuhan
mobilisasi pada penderita stroke sangat penting sehingga penulis tertarik untuk
memberikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi pada Tn.
M dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek II RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Tn. M dengan stroke
non hemoragik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien gangguan mobilisasi
dengan stroke non hemoragik.
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien
gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
C. Manfaat penulisan
1. Penulis
Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah
keperawatan mengenai klien gangguan mobilisasi dengan stroke non
hemoragik.
2. Instansi
a. Pendidikan
Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar
mengajar tentang masalah keperawatan mengenai klien gangguan
mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
b. Rumah Sakit
Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada klien
gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik.
3. Profesi Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi dibidang Keperawatan Medikal Bedah tentang Asuhan Keperawatan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada klien dengan stroke non hemoragik.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Hasil pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, pada kasus ini
diperoleh dengan cara autoanamnese dan alloanamnese, mengadakan pengamatan
atau observasi secara langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan
catatan perawat. Pengkajian tersebut didapat hasil klien bernama Tn. M umur 53
tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan buruh, alamat Gemolong, nomor
register 01 12 14 02, dirawat di Ruang Anggrek II kamar 2D RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Sejak klien dirawat dokter mendiagnosa bahwa Tn. M
menderita penyakit Stroke Non Hemoragik. Penanggung jawab klien adalah Ny.
N, umur 52 tahun, pendidikan SD, pekerjaan buruh, hubungan dengan klien istri
klien.
Keluhan utama yang dirasakan klien adalah anggota gerak bagian kanan
tidak dapat digerakan. Riwayat penyakit sekarang Tn. M mengatakan ia mulai
merasakan anggota gerak bagian kanan tidak dapat digerakan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Tiga hari sebelumnya ia mengeluh kemeng-kemeng, bicara
Gambar.1 Genogram
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Serumah
: Menikah
: Garis keturunan
Keterangan : 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu dengan orang lain, 3: dibantu dengan alat dan orang
lain, 4: ketergantungan total.
Pemeriksaan jantung, saat diinspeksi ictus cordis tidak tampak, dan tidak teraba
saat dipalpasi, bunyi pekak saat diperkusi, dan bunyi jantung I dan II murni, tidak
ada suara tambahan.
Hasil pemeriksaan ekstremitas, untuk ekstremitas atas, kekuatan otot
kanan 1, otot kiri 5, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan
bentuk tulang dan perabaan akral hangat, terpasang infus NaCl 0,9% 20
tetes/menit di tangan kiri, untuk ekstremitas bawah, kekuatan otot kanan 3, otot
kiri 5, capilary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang dan
perabaan akral hangat.
Hasil pengkajian saraf kranial terdapat masalah pada Nervus Cranial VII
(Fasialis) dengan hasil adanya ketidaksimetrisan bibir atau perot ke kanan, cara
pemeriksaannya
yaitu
minta
klien
tersenyum,
mengencangkan
wajah,
vitamin B1, B6, B12, Citicolin 2 x 250mg untuk memperbaiki aliran darah serebral
termasuk stroke iskemik, Ranitidin 2 x 50mg untuk lambung.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan mobilisasi Tn. M teratasi dengan kriteria
hasil kekuatan otot meningkat ekstremitas atas kanan dari 1 menjadi 2 dan
ekstremitas bawah kanan dari 3 menjadi 4, tingkat kemandirian 0, klien tidak
lemah.
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu kaji kekuatan otot dan
kemampuan kemandirian klien untuk mengidentifikasikan kekuatan otot agar
dapat memberikan informasi mengenai pemulihan dan mengetahui tingkat
kemandirian aktivitas klien, pantau tanda-tanda vital untuk memepertahankan
tekanan darah secara konsisten, menurut alogaritma penatalaksanaan stroke
dengan medikamentosa posisikan dengan head up 300 menurunkan tekanan arteri
dan meningkatkan drainase serta meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral,
ajarkan ROM aktif atau pasif untuk meminimalkan atrofi otot dan meningkatkan
sirkulasi, kolaborasi dengan fisioterapi untuk membantu memulihkan kekuatan
otot, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Sohobion 1ml, Citicolin
250mg, Ranitidin 50mg untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang
terganggu. (Wilkinson, 2006)
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. M dapat dibaca pada
tabel di bawah ini:
Tabel.2 Implementasi keperawatan Tn. M
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
3 5 April 2012
Hari/tanggal
Selasa,
3
April 2012
08.30
No
Dx
1
Implementasi
Ttd
-Mengkaji
kekuatan S: klien mengatakan Niken
otot ekstremitas.
anggota gerak kanan
tidak dapat digerakan.
O:
kekuatan
otot
ekstremitas atas: kanan
1, kiri 5, ekstremitas
bawah: kanan 3, kiri 5.
Respon Klien
08.35
-Mengkaji
tingkat S: klien mengatakan Niken
aktivitasnya dibantu
kemandirian aktivitas.
oleh istri.
O: tingkat kemandirian
2.
08.40
-Memberikan
terapi
injeksi Sohobion 1ml,
Citicolin
250mg,
Ranitidin 50mg.
08.45
-Mengajarkan ROM.
S: klien mengatakan
anggota gerak bagian
kanan tidak dapat Niken
digerakan.
O: ekstremitas atas
kanan pasif, kiri aktif,
ekstremitas
bawah
kanan pasif, kiri aktif.
09.00
-Memberikan
posisi S: klien mengatakan
yang nyaman (head up nyaman
dengan
0
30 ).
posisinya.
Niken
O: posisi klien tidur
dengan kepala head up
300.
11.30
-Memonitor
tanda vital.
-Mengkaji
ulang S: klien mengatakan
kekuatan otot dan anggota gerak bagian
kanan masih lemah, Niken
tingkat kemandirian.
kaki sedikit dapat
digerakan
dan
aktivitasnya dibantu
oleh istri.
O:
kekuatan
otot
ekstremitas atas kanan
1, kiri 5, ekstremitas
bawah kanan 4, kiri 5,
Rabu,
April
08.00
4
2012
tingkat kemandirian 2.
08.15
-Memberikan
terapi
injeksi Sohobion 1ml,
Citicolin
250mg,
Ranitidin 50mg.
S: klien mengatakan
mau disuntik.
O: tidak ada alergi dan Niken
tidak muntah.
08.30
-Mengajarkan ROM.
S: klien mengatakan
anggota gerak kanan
masih sulit untuk Niken
digerakan, tetapi untuk
kaki kanan sedikit
dapat digerakan.
O: ekstremitas atas
kanan pasif, kiri aktif,
ekstremitas
bawah
kanan aktif, kiri aktif.
09.00
-Memberikan
posisi S: klien mengatakan
yang nyaman (head up nyaman
dengan
0
Niken
30 ).
posisinya.
O: posisi klien tidur
dengan kepala head up
300, tangan diganjal
bantal.
10.00
12.00
-Memonitor
tanda vital.
-Mengkaji
ulang S: klien mengatakan
kekuatan otot dan tangan kanan masih
lemah, kaki kiri sudah Niken
tingkat kemandirian.
dapat bergerak sedikit
demi sedikit namun
pergerakannya lambat,
aktivitasnya dibantu
oleh istri dan keluarga.
O:
kekuatan
otot
ekstremitas atas kanan
2, kiri 5, ekstremitas
bawah kanan 4, kiri 5,
dan
tingkat
kemandirian 2.
08.30
-Memberikan
terapi
injeksi Sohobion 1ml,
Citicolin
250mg,
Ranitidin 50mg.
08.40
-Memberikan
yang nyaman.
08.50
-Memberikan motivasi
kepada keluarga untuk
tetap melatih ROM
kepada klien di rumah.
11.00
-Memonitor
tanda vital.
S: klien mengatakan
mau disuntik.
O: tidak ada alergi dan Niken
tidak muntah.
E. Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 jam 12.00
WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien
mengatakan anggota gerak bagian kanan masih belum dapat digerakan, kekuatan
otot ekstremitas atas kanan 1, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 3,
ektremitas bawah kiri 5, klien lemah, tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan
masalah belum teratasi dan lanjutkan seluruh dari intervensi: kaji ulang kekuatan
otot dan tingkat kemandirian, posisikan head up 300 ketika klien tidur, ajarkan
ROM, kolaborasi dengan fisioterapi.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 jam 11.30
WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien
mengatakan anggota gerak bagian kanan sudah dapat sedikit digerakan, kekuatan
otot ekstremitas atas kanan 1, ekstremitas atas kiri 5, ekstremitas bawah kanan 4,
ektremitas bawah kiri 5, klien sedikit lemah, tingkat kemandirian aktifitas 2,
dengan masalah belum teratasi dan lanjutkan seluruh dari intervensi: kaji ulang
kekuatan otot dan tingkat kemandirian, posisikan head up 300 ketika klien tidur,
ajarkan ROM, kolaborasi dengan fisioterapi.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Kamis, 5 April 2012 jam 12.00
WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang dihasilkan adalah klien
mengatakan anggota gerak bagian kanan sudah mulai dapat sedikit demi sedikit
digerakan, kekuatan otot ekstremitas atas kanan 2, ekstremitas atas kiri 5,
ekstremitas bawah kanan 4, ektremitas bawah kiri 5, klien masih sedikit lemah,
tingkat kemandirian aktifitas 2, dengan masalah teratasi, klien rencana pulang dan
motivasi keluarga untuk tetap melatih ROM kepada klien di rumah.
Tabel.3 Evaluasi perkembangan tingkat aktifitas dan latihan
Tn. M di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Pada tanggal 3-5 April 2012
Kemampuan aktifitas
3/4/12
4/4/12
5/4/12
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
2
2
2
0
2
2
0
2
2
Keterangant: 0: mandiri, 1: dibantu dengan alat, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu alat dengan orang lain, 4:
ketergantungan total.
3/4/12
4/4/12
5/4/12
Ektremitas atas
a. kanan
b. kiri
1
5
1
5
2
5
Ekstremitas bawah
a. kanan
b. kiri
3
5
4
5
4
5
Keteranga: 1: paralisis sempurna, 2: tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi/dilihat, 3: gerakan otot
penuh melawan gravitasi dengan topangan, 4: gerakan yang normal melawan gravitasi, 5: gerakan yang
normal melawan gravitasi dan kekuatan tahanan minimal.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di Ruang Anggrek II
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan
memfokuskan pada aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri tahap
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
pelaksanaan
tindakan
kesemutan pada satu sisi tubuh, pandangan gelap, bila melihat ada bayangan
(melihat dobel), tiba-tiba tidak dapat berbicara, pelo, mulut jadi mengot (miring
ke kanan atau kiri), tiba-tiba perasaan mau jatuh saat akan berjalan, kadangkadang disertai pusing terasa berputar, mual-mual dan muntah, sakit kepala, atau
kesadaran tiba-tiba menurun. (Virzara, 2007)
Lesi-lesi neuron motorik atas dapat melibatkan korteks motor, kapsul
internal, medula spinalis dan struktur-struktur lain pada otak dimana sistem
kortikospinal menuruninya, jika neuron motorik atas rusak atau hancur sering
menyebabkan stroke, paralisis (kehilangan gerakan yang disadari). Pengaruh
hambatan dari neuron motorik atas utuh pada keadaan ini mengalami kerusakan,
gerakan refleks (tidak disadari) tidak dihambat, akibatnya otot tidak atrofi atau
menjadi lumpuh, tetapi sebaliknya, tetap lebih tegang secara permanen daripada
normal dan menunjukan paralisis spastik. Paralisis dihubungkan dengan lesi-lesi
neuron motorik atas dan biasanya mempengaruhi seluruh ekstremitas, kedua
ekstremitas, atau separuh bagian tubuh. (Smeltzer, 2002)
Ketidakmampuan dalam mobilisasi merupakan penyebab utama klien
tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya contoh aktivitas sehari-hari
(ADL). Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif. Individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakitkhususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra
tubuh). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini
membutuhkan tindakan keperawatan. (Wahit, 2007)
Pemeriksaan penyakit sekarang ditemukan klien mengeluh kemengkemeng, kesemutan dan mati rasa pada anggota gerak kanan. Penurunan sensori
yang ada merupakan hasil dari neuropati dan sesuai dengan keadaan anatomi yang
terganggu. Kerusakan otak akibat lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi,
yang mempengaruhi seluruh sisi tubuh, dan neuropati yang dihubungkan dengan
penggunaan alkohol dengan penyebaran seperti sarung tangan dan kaos kaki.
(Smeltzer, 2002: 2096). Hasil pemeriksaan ditemukan juga cara bicara klien pelo
ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti. Kehilangan komunikasi, fungsi
otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Gangguan
tersebut disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara. (Smeltzer, 2002)
Riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya sudah 10 tahun klien merokok
dan suka mengkonsumsi kopi. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan
siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan
merokok, minum-minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Semua perilaku
tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit berbahaya seperti
jantung dan stroke. (Virzara, 2007)
Pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada
pemeriksaan radiologi CT Scan karena untuk memperlihatkan adanya edema,
hematoma, iskemia, dan adanya infark. (Ratna, 2011). Hasil ditemukan infark di
lobus temporoparientalis kiri yang dapat memperkuat penegakan diagnosis. Hasil
pemeriksaan pengkajian saraf kranial terdapat kelainan pada Nervus Cranial VII
(fasialis) dibuktikan dengan adanya ketidaksimetrisan bibir/perot kearah kanan.
Nervus fasialis, atau saraf ke VII, merupakan saraf motorik, yang menginervasi
otot-otot ekspresi wajah. Saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar
ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung.
(Lumbantobing, 2004). Kelainan pada Nervus Cranial XI (aksesories) dibuktikan
dengan klien tidak mampu mengangkat bahu sebelah kanan, gangguan pada saraf
ke XI dapat terjadi karena lesi supranuklir, nuklir atau infranuklir. Lesi
supranuklir (sentral, upper motor neuron) dapat terjadi karena kerusakan di
korteks, atau traktus piramidalis (di kapsula interna dan batang otak), misalnya
oleh gangguan peredaran darah (stroke). (Lumbantobing, 2004)
Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler. Pengertian dari gangguan
mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. (NANDA, 2009). Diagnosa tersebut
diangkat sebagai diagnosa utama karena merupakan faktor utama yang membuat
pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas,
istirahat, pola makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga gangguan
mobilitas merupakan tersangka utama yang membuat klien mengalami gangguan
tidak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Ini dibuktikan
dengan
dokter
dalam
pemberian
program
terapi
untuk
berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau mendekati normal, dan
memberi kekuatan pada klien tersebut untuk mengontrol kehidupannya. (Irdawati,
2012). Memberikan terapi injeksi sesuai program dokter, jika pada menit pertama
sampai beberapa jam setelah terjadi iskemik pada stroke akut, sel-sel neuron otak
segera mengalami kerusakan. Bila tidak mendapatkan pengobatan yang optimal,
maka kerusakan sel-sel neuron otak tersebut akan berlangsung terus sehingga
mengakibatkan kerusakan yang permanen pada sel-sel neuron otak yang disebut
sebagai infark. (Marwatal, 2005)
Mengajarkan Range of Motion (ROM), latihan ROM berpengaruh
terhadap peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional, namun tidak
berpengaruh terhadap luas gerak sendi. Dalam analisis multivariat, ditemukan
bahwa variable perancu: umur, frekuensi dan jenis stroke tidak berhubungan
dengan kemampuan fungsional. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa baik
itu latihan ROM yang dilakukan 4 kali sehari maupun latihan ROM yang
diberikan hanya 1 kali sehari sama-sama berpengaruh terhadap peningkatan
kemampuan fungsional. (Maria, et.al, 2011)
Memberikan posisi yang nyaman (head up 300) dan rileks untuk
meningkatkan kenyamanan, menurunkan tekanan arteri dan meningkatkan
drainase serta meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral, memberikan
kesempatan beristirahat klien. (Potter, 2005). Memonitor tanda-tanda vital,
penderita stroke tekanan darahnya harus diturunkan dan dipertahankan secara
konsisten pada tekanan yang dapat diterima penderita dan tidak sampai
b.
c.
d.
e.
2. Saran
a. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan
kepada penderita stroke yang lebih berkualitas.
b. Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit khususnya
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan
dan klien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien stroke pada
khususnya diharapkan di rumah sakit mampu menyediakan fasilitas yang
dapat mendukung kesembuhan pasien.
c. Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu
dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada klien stroke yang lebih
berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu pengengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Angka
Kejadian
Stroke
Di
Dunia.http://medicastore.com/stroke.htmldi akses tanggal 13 April 2012.
Junaidi Iskandar, (2009), Rahasia Hidup Sehat & Panjang Umur, Penerjemah
Dinar Tanama, Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi dalam Praktik, Penerjamah Eka Anisa Mardella, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Potter Perry, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan
Praktik, Edisi 4, Volume 2, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sandina
LAMPIRAN
Nama
: Perempuan
Alamat rumah
SD N Jurang Jero I
: Osis
Pramuka