PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar. Sedangkan
keanekaragaman buah cukup tersedia sepanjang tahun, namun tergantung pada
musimnya, misalnya buah mangga tersedia bulan Oktober sampai Desember;
rambutan dan durian antara Pebruari sampai April; sehingga apabila ingin
mengkonsumsi buah buahan tertentu harus pada bulan tertentu pula, tidak akan
dijumpai di luar musimnya. Kondisi tersebut di atas menyebabkan periode
pemanfaatan buah segar sangat dibatasi oleh musimnya. Langkanya ketersediaan
buah di luar musimnya disebabkan karena sering terjadi kerusakan pada
penanganan
pascapanen
terutama
selama
proses
pengangkutan
dan
penyimpanannya.
Buah mangga merupakan salah satu buah musiman yang sangat digemari
baik sebagai buah segar maupun dalam bentuk olahannya. Selain rasanya yang
enak, buah mangga merupakan sumber gizi yang baik untuk kesehatan. Daging
buah mangga yang berwarna kuning oranye banyak mengandung vitamin A yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungn vitamin A dalam mangga berkisar antara
1.200 16.400 si. Mangga dengan kandungn vitamin A tertinggi adalah mangga
gedong (16.400 si). Selain vitamin A, mangga juga mengandung vitamin C
berkisar antara 6-30 mg/100g buah. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan
komoditas hortikultura yang banyak dikembangkan karena mempunyai peluang
ditinjau dari aspek pasar, nilai ekonomi, areal pengembangan dan dukungan
ketersediaan teknologi maupun kandungan gizinya. Selain itu buah mangga juga
banyak digemari konsumen karena dapat dikonsumsi segar maupun dalam bentuk
olahan.
Seperti halnya buah-buahan yang lainnya, buah mangga mempunyai daya
simpan yang singkat. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati akan
memperbesar jumlah kerusakan. Selain kerusakan mekanis dan mikrobiologis,
kehilangan susut bobot selama dalam penanganan mulai dari panen sampai ke
BAB II
ISI
A.
B.
matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut ke tempat
pengemasan karena hal tersebut dapat mempengarui kualitas buah. Setelah
dipanen perlu dilakukan penanganan pasca panen. Penanganan pasca panen buah
dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian pemasaran.
Penanganan pasca panen yang dilakukan pada buah mangga diantaranya adalah:
1. Membersihkan buah
Apabila saat panen digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya
10 cm dari tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangat
lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak akan
mengotori buah. Buah mangga, khususnya varietas berwarna hijau di
Indonesia, banyak sekali mengalirkan lateks atau getah dari tangkai yang baru
saja dipotong. Getah ini harus dibersihkan dari buah dengan mencuci buah
dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit secepatnya setelah buah dipetik,
untuk mencegah getah membakar kulit buah yang selanjutnya dapat
menyebabkan buah membusuk. Untuk mengendalikan Antraknosis buah
direndam dalam air hangat bersuhu 520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang
dihadapi pada metode ini ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu
yang diperlukan dengan peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula
metode ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan
lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan metode
tersebut.
2. Sortasi dan Grading
Setelah pemanenan, dilakukan sortasi dan grading. Perlakuan ini
dilakukan untuk memperoleh buah dengan ukuran, tingkat kematangan dan
kualitas yang seragam. Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang layak
jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna,
ukuran dan kematangannya sedangkan grading dilakukan untuk memperoleh
buah yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau sangat kecil).
menjaga dari kerusakan juga dapat memperbaiki penampilan buah. Seperti juga
penelitian yang dilakukan oleh Prusky et al (1999) yang melakukan pelilinan
pada buah mangga dapat menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki
penampakan yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
4. Pengemasan
Pengemasan harus mampu melindungi mangga dari kerusakan yang
terjadi selama distribusi dan pemasaran. Fungsi lain pengemasan adalah
mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam waktu yang lama,
termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang mendekati jenuh atau setelah
terguyur air. Pengemasan merupakan bagian dari kegiatan pascapanen sebelum
dilakukan transportasi atau penyimpanan. Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk
yang ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan
fisik (gesekan, benturan, getaran) (Broto, W., 2003). Untuk pemasaran ekspor,
sebelum dimasukkan ke dalam karton, mangga diberi pelapis net foam. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kerusakan fisik akibat benturan selama dalam
transportasi. Setelah dilakukan pengemasan dengan net foam, baru kemudian
dimasukkan ke dalam karton yang dibagian dalam diberi pelapis lilin. Ukuran
karton yang digunakan adalah 40x30x10 cm dengan isi tiap karton 2 kg.
5. Adaptasi suhu
Buah sebelum disimpan perlu dilakukan adaptasi suhu. Adaptasi suhu
diperlukan untuk mencegah terjadinya chilling injury. Adaptasi suhu dilakukan
pada suhu 15C selama 24 jam. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang
menggunakan suhu adaptasi pada 15C yang dapat mempertahankan kesegaran
buah selama 4 minggu (Lam and Ng, 1984). Setelah buah dikemas kemudian
dilakukan adaptasi pada cold room. Setelah tercapai suhu yang diinginkan,
buah dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10C untuk
penyimpanan.
6. Penyimpanan
Penyimpanan buah mangga dilakukan dalam suhu dingin. Penyimpanan
dingin buah klimakterik selain mengakibatkan tertundanya kematangan buah
juga berpengaruh pada respon jaringan terhadap etilen. Hal ini berarti, buah
memerlukan waktu kontak lebih lama dengan dosis etilen tertentu untuk
mengawali kematangannya pada suhu rendah (Broto, W, 2003). Penyimpanan
dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya
kematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan
dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu
yang lama. Perlu diperhatikan bahwa buah mangga dapat rusak karena suhu
rendah/dingin (kerusakaan faali bila disimpan pada suhu rendah tetapi di atas
titik beku air). Kerusakan oleh suhu rendah ini antara lain terlihat sebagai
berubahnya warna kulit menjadi abu-abu, terbentuknya lobang-lobang pada
kulit dan buah tidak merata menjadi masak (warna buah jelek dan juga rasanya
pun tidak enak). Guna mencegah kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya buah
mangga disimpan pada duhu 10 - 150C. Kisaran ini disebabkan oleh varietas,
tingkat masak buah, lokasi, pengaruh musim pada buah, dan sebagainya.
Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 3 minggu bila
disimpan pada kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 90 persen, namun
demikian beberapa varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah
yaitu 10OC di bawah suhu tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi
penyimpanan mangga. Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendali
nampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam perpanjangan masa
simpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah mangga yang aman
adalah bersuhu 13OC dengan kadar CO2 : 5% dan kadar O2 : 5%.
7. Pengangkutan
Dilihat dari sudut teknis mapun ekonomis, pengangkutan merupakan
faktor penting pada penanganan dan pemasaran buah mangga karena buah
mangga cepat membusuk bila tidak disimpan pada suhu dingin, sangat penting
untuk secepat mungkin mengangkutnya
menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjaga
rantai dingin selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi
pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau
perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan
mutu sampai ke tangan konsumen. Suhu yang tepat untuk pengangkutan
mangga adalah 10C.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemanenan mangga dilakukan dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15
mm dengan waktu petik yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada
pukul 07.00 - 08.00 WIB.
2. Tahapan proses penanganan pasca panen mangga meliputi: pembersihan buah,
sortasi dan grading, pelilinan, pengemasan, adaptasi suhu, penyimpanan dan
pengangkutan.
B. Saran
Sebaiknya setelah panen buah mangga perlu dilakukan penanganan pasca
panen yang benar sehingga hasil panen mangga tetap berkualitas dan mempunyai
daya simpan yang lama selain itu perlu dilakukan pengolahan terhadap buah
mangga yang mempunyai kualitas kurang baik sehingga tetap mempunyai nilai
jual yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Broto, W., 2003. Mangga: Budi Daya, Pascapanen dan Tata Niaganya.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Firdaus, M dan Wagiono, Y.K. 2008. Apa kabar Daya Saing Buah Kita (On-line)
http://firdausipb.files.wordpress.com/2008/04/apa-kabar-dayasaing-buahkita.pdf. diakses tanggal 1 Juni 2012.
Lam, P.F and K.H. Ng. 1984. Influence of Temperature Adaption and
Physiological Stage on The Storage of Harumanis Mango. Proceeding
First Australian Mango Research Workshop. Cairn. Quensland Australia.
274 278.
Prusky, Dov et al., 1999. Effect of hot water brushing, prochloraz treatment and
waxing on the incindence of black spot decay caused by alternaria alternata
in mango fruits. Postharvest Technology and Biology 15: 165 174.
Setyadjit dan Sjaifullah. 1992. Pengaruh Ketebalan Plastik untuk Penyimpanan
Atmosfir Termodifikasi Mangga Cv. Arumanis dan Indramayu. Jurnal
Hortikultura 2(1) 31 42.
Sjaifullah, Yulianingsih dan Sulusi P. 1998. Penyimpanan Buah Mangga Gedong
Segar dengan Teknik Modifikasi Atmosfir. Jurnal Hortikultura 7(4):927
935.