Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologis seperti pertumbuhan, pembelahan, dan diferensiasi sel serta
sintesis protein(Darrell 1986). Auksin diproduksi dalam jaringan
meristematik yang aktif yaitu tunas, daun muda dan buah. Pertumbuhan
ujung batang yang dilengkapi daun muda apabila menghadapi hambatan,
maka pertumbuhan tunas akan tumbuh kea rah samping yang di kenal
dengan tunas lateral, misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung
batang, maka akan tubuh tunas ketiak daun.
Salah satu efek dari asanya auksin adalah dominasi apikal. Penelitian
Thimann dan Skoog menunjukkan bawa dominasi tunas apikal disebabkan
oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah dan ditimbun pada
tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasi auksin masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang terlaalu
tinggi inilah yang menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat
dengan pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
Auksin diduga mempengaruhi plastisitas dinding sel saja, tetapi akhir-akhir ini
ditemukan bahwa auksin meningkatkan elastisitas dinding sel pada waktu
yang hamper sama dengan laju pertumbuhan awal. Peningkatan
elastisitas kemudian akan segera berhenti, bagaimanapun, dan akan
diikuti oleh sebuah peningkatan plastisitas dinding sel, sekitar 20 menit
setelah aplikasi auksin.
Pembahasan
Batang tanaman yang diberika pasta lanolin menunjukan panjang rata rata
pertumbuha batang lateralnya lebih rendah daripada yang dierikan pasta
IAA. Hasil ini menunjukkan bahwa lanolin hampir tidak memberikan
banyak perubahan pada perkembangan tunas lateral. Selain panjang
tunas lateral dan diameter batang, ada hasil lain yang didapat dari
perlakuan, yaitu pangkal batang utama tunas yang diberi IAA dan lanolin
menjaadi lebih mudah lepas atau rontok dari tanaman. Hali ini diduga
karena konsentrasi IAA yang tinggi memicu pembentukkan etilen
sehingga perkembangan terhambat dan batag mudah rontk. Seluruh
perlakuan di atas dilakukan dengan memotong ujung tunas apikal tempat
dihasilkannya auksin dan diganti dengan pasta IAA atau lanolin, dan
ditutup plastic hitam. Perlakuan ini karena auksin peka dan tidak berfungsi
jika terpapar oleh cahaya.
Kesimpulan
Tujuan
Pendahuluan
Auksin yang lemah dalam zat pengatur tumbuh dapat dikonversi menjadi
auksin kuat dari aksi enzim tumbuhan pada komposisi nutrisinya. Auksin
sintetik 2.4-D akan membahayakan tumbuhan yang mampu melakukan
proses -oksidasi, karena jika tumbuhan melakukan proses -oksidasi,
saat atom karbon pemula genap, auksi 2.4-D akan diubah menjadi
senyawa asam phenilasetat, jika jumlah atom karnon ganjil, hasil oksidasi
akan berupa senyawa fenol yang dapat mengaktifkan atau menghambat
pertumbuhan tanaman. Fenomena ini digunakan untuk memanfaatkan
beberapa senyawa auksin sebagai herbisida pada bidang pertanian
(Galston 1970).
Transpor IAA dalam sel tampaknya diatur oleh pH. Karena IAA- tidak
menembus membran tanpa bantuan, sementara IAA dengan mudah
berdifusi menembus membran, auksin cenderung terakumulasi dalam
ruang sel yang lebih alkalin. Ekitas sepertiga IAA ditemukan dalam
kloroplas, dan sisanya dalam sitosol. Aplikasi dari auksin 2.4-D adalah
melindungi dan meningkatkan hasil panen, mengontrol dan mengurangi
Hasil Pengamatan
11.4
11.03
0.55
0.74
11.3
10.4
0.001
12
11.97
0.65
0.80
12.6
11.3
0.01
9.8
8.3
1.55
1.24
6.7
8.5
0.1
3.5
3.26
0.20
0.45
3.1
3.2
1.1
1.13
0.05
0.22
1.1
1.2
10.0
0.107
0.107
0.10
0.32
Tidak diketahui
0.953
0.953
0.79
0.89
Perhitungan :
Cara manual
Simpangan Baku2
= 0.30
Simpangan Baku
= 0.55
Galat Baku
= 0.74
Cara kalkulator
Simpangan Baku
Galat Baku
= 0.74
Pembahasan
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang memiliki banyak ragam, mulai
dari keaktifannya, bentuk molekulnya dan asal pembentuknnya. Auksin
berdasarkan asal pembentukan ada yang berasal dari tumbuhan atau
disebut juga sebagai auksin alami, dan ada auksin yang dibuat manusia
ataun auksin sintetis. Pengamatan ini menggunakan 2.4-D (2.4dichlorophenoxyacetic acid). Senyawa ini merupakan senyawa dengan
keaktifan tinggi. Pada tanaman yang mampu melakukaan reaksi reaksi oksidatif akan mengalami keracunan karena tanaman tersebut mampu
Biji mentimun (Cucumis sativus) yang diberi konsetrasi 2.4-D yang berbeda
menghasilkan pertumbuhan akar yang berbeda-beda juga. Bji mentimun
yang tidak diberikan 2.4-D pada hari pengamatan panjang akar
tanamannya adalah 11.03cm. Pada konsentasi 0.001 mg/L panjang ratarata akar sebesar 11.97 cm. Hal ini menandakan bahwa pemberian 2.4D
dalam jumlah sedikit akan memacu pemanjangan akar suatu tanaman.
Panjang akar tanaman pada konsentrasi 2.4-d sebesar 0.01 mg/L, 0.1
mg/L, 1 mg/L, dan 10 mg/L berturut-turut adalah 8.3cm, 3.26cm, 1.13cm,
dan 0.107 cm. Dari hasil ini terlihat bahwa peningkatan konsentrasi 2.4-D
mempengaruhi penurunan panjang rata-rata akar. Konsentrasi 2.4-D yang
tinggi terbukti menghambat pertumbuhan tanaman mentimun (Cucumis
sativus). Selain menjadi senyawa beracun, 2.4-D diduga menghambat
pertumbuhan tanaman melalui perubahan jumlah kromosom dalam sel.
Penggunaan zat pengatur tumbuh dalam induksi embrio somatik, seperti 2.4D dalam konsentrasi tinggi, kemungkinan dapat menghambat
terbentuknya benang gelondong selama proses mitosis, menyebabkan
benang gelondong berbentuk tidak normal atau selama proses pembelaha
sel, sel yang seha
Kesimpulan
Tujuan
Meneliti laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji sampai daun
mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang jogo.
Pendahuluan
Kurva sederhana sering berguna dalam perujukan berbagai data yang terukur
(Salisbury 1995). Kurva sigmoid yaitu kurva pertumbuhan cepat pada fase
Hasil Pengamatan
Umur Tanaman
0.75
2.5
4.183
7.025
10.37
12
12.29
15
12.62
18
12.94
21
13.01
24
13.42
28
13.6
Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengamatan laju tumbuh daun sejak dari
embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman
kacang jogo. Setiap hari dilakukan penyiraman tanaman tersebut dengan
akuades namun pada hari tertentu yang telah disepakati bersama
dilakuan pengukuran panjang rata-rata daun Phaseolus vulgaris ini.
panjang rata-rata tak terlalu drastis hampir stabil. Fase penuaan dicirikan
oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua. Pada pengamatan fase ini belum terlihat,
kemungkinan jika wktu pengamatan diperpanjang, fase ini dapat dilihat.
Simpulan
Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier
dan fase penuaan. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya
laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu
tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S).
Filed under fisiologi tumbuhan | Leave a comment
Blog Stats
35,565 hits
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
Calendar
October 2013 M
Dec
1
10
11
12
13
14 15 16
17
18
19
20
21 22 23
24
25
26
27
28 29 30
31
Categories
biokimia
biologi cedawan
fisiologi tumbuhan
genetika molekuler
kultur jaringan
lain-lain
penerapan komputer
bio45ipb raka
bio45ipb siti sulfiah
bio45ipb traya
bio45ipb whendi
Bogor Agricultural University
Bogor Agriculture University
Department of Biology ipb
facebook
Faculty of Mathematics and Natural Sciences ipb
HAYATI Journal of Biosciences
himabio ipb
ilkom44ipb Fani Wulandari
ilkom44ipb Fanny Risnuraini
perpustakaan ipb
WordPress.com News
Categories
biokimia
biologi cedawan
fisiologi tumbuhan
genetika molekuler
kultur jaringan
lain-lain
penerapan komputer