Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap wanita
hamil. Di sini peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi
adanya komplikasi disamping memberikan bantuan dan dukungan kepada ibu bersalin,
tidak sedikit ibu bersalin dan bayi mengalami trauma karena penanganan yang kurang
baik (Saifuddin, 2009, hal.100).
Angka kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5-10 per
100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara-negara sedang berkembang berkisar antara
750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian maternal tersebut
adalah (a) faktor reproduksi (b) pelayanan kesehatan

dan (c) sosial ekonomi

(Wiknjosastro, 2005, hal. 23).


Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan tertinggi di ASEAN yaitu
390 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan AKI adalah program prioritas Indonesia.
Oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat
dengan masyarakat yang difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer
(MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi
obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur
mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran merupakan salah satu upaya dalam penurunan angka
kematian tersebut (Depkes, 2002, hal. 2).

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2000, badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
mulai memperkenalkan Asuhan Persalinan Normal (APN) melalui organisasi Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). APN diperkenalkan pada
tahun 2002-2003 di Sumatera Utara, di mana fokus utama APN adalah mencegah
terjadinya komplikasi yang merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi, sehingga akan mengurangi luka pada
jalan lahir yang sangat signifikan yaitu 80% dari 1000 persalinan. Pertolongan
persalinan secara APN adalah dengan menerapkan asuhan persalinan yang bersih, aman,
tepat waktu dan alamiah serta melakukan bounding attachment (Depkes, 2006, hal. 3).
Standar pelayanan/asuhan kebidanan di atas merupakan pedoman bagi bidan di
Indonesia dalam melaksanakan tugas, peran dan fungsinya sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan yang diberikan. Standar ini dilaksanakan oleh bidan di setiap tingkat
pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas maupun tatanan pelayanan
kesehatan lain di masyarakat. Standar APN merupakan bagian dari standar
pelayanan/asuhan kebidanan (Yanti, & Nurul, 2010, hal. 118). Namun pelaksanaan APN
ini belum diterapkan oleh bidan secara menyeluruh.
Dalam penelitian Maria Wattimena (2008, hal. 5) memperoleh hasil prasurvei
data pada Januari 2007 melalui pengamatan dengan menggunakan checklist terhadap 12
orang bidan sebagai tenaga pelaksana pelayanan di RSUD Kabupaten Sorong baru 2
orang bidan (16,6%) yang melaksanakan pelayanan persalinan dengan penerapan
standar asuhan persalinan normal walaupun belum secara maksimal, sedangkan
sebanyak 10 orang (83,3%) belum melaksanakan pelayanan persalinan sesuai dengan
standar APN.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan dalam penelitian Nuriana di Kabupaten Langkat (2008, hal. 43),


menjelaskan bahwa bidan yang berpendidikan D-III Kebidanan, hanya 40% bidan
praktek swasta yang sudah melaksanakan APN dengan baik. Dan dijelaskan lagi bahwa
hanya sebagian besar bidan yang berpengetahuan baik yang menerapkan APN dengan
baik sedangkan pengalaman kerja tidak menunjukkan pengetahuan baik apalagi dalam
penerapan APN dengan baik dan tepat. Diduga hal ini disebabkan karena banyaknya
langka-langkah (58 langkah) yang harus dilakukan selain itu juga berkaitan dengan
peralatan APN yang tergolong mahal.
Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 30 bidan
praktek swasta lulusan D-III Kebidanan dan yang sudah pernah ikut pelatihan APN di
Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa hanya 6 bidan yang melaksanakan
pertolongan persalinan sesuai dengan standar APN yaitu dengan melakukan pendekatan
asuhan yang tepat sesuai 58 langkah standar APN dan 4 bidan belum pernah ikut
pelatihan APN dan berpendidikan D-I Kebidanan (Data primer pada Februari-Mei
2011).
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam pengaplikasian 58 langkah Asuhan
Persalinan Normal (APN) sangat penting untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah :
Faktor-faktor Apa Sajakah yang Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam
Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)?

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS)
dalam pengaplikasian 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor pengetahuan bidan mempengaruhi 58 langkah Asuhan
Persalinan Normal.
b. Mengetahui faktor sikap bidan mempengaruhi 58 langkah Asuhan
Persalinan Normal.
c. Mengetahui faktor motivasi bidan mempengaruhi 58 langkah Asuhan
Persalinan Normal.

D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
Diharapkan kepada para bidan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan dalam menerapkan standar APN kepada ibu-ibu bersalin
sehingga tingkat morbiditas dan mortalitas maternal menurun.
2. Perkembangan Ilmu Kebidanan
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melengkapi penelitian ini karena
ilmu tentang kesehatan terus menerus berkembang. Sehingga tercapai ilmu pengetahuan
khususnya tentang asuhan kebidanan yang up to date.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai