Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG


Endang kartika1), Widayati2), Drs.Jatmiko Susilo 3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : up2m@akbidnwu.ac.id
ABSTRAK
GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG. AKI di kabupaten semarang pada tahun 2011
sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9/100.000 kelahiran
hidup.Tingginya abortus yang dialami oleh seorang wanita baik disengaja maupun tidak disengaja
dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan, konsekuensinya jumlah
kematian ibu mengalami peningkatan akibat komplikasi dari pada abortus yaitu perdarahan terus
menerus serta infeksi pada jalan lahir.Tujuan penelitian mengetahui kejadian dan angka kejadian
abortus di Rumah Sakit daerah Ambarawa.
Desain penelitian ini menggunakan analitik koleratif, dengan metode kuantitatif dan
pengambilan data menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 123 ibu yang
mengalami abortus di RSUD Ambarawa. Pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu
semua ibu yang mengalami abortus . Instrumen penelitian ini menggunakan data rekam medik.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa kejadian abortus di rumah sakit umum daerah ambarawa
sebanyak 123 ibu yang mengalami abortus dan sebagian besar ibu yang mengalami abortus komplit
sebanyak 58 responden (47,5%), abortus iminens sebanyak 37 (30,1%), abortus inkomplit sebanyak
19 (15,4%) dan abortus yang paling sedikit abortus insipient sebanyak 9 (7,3%).
Kata Kunci

: Abortus, usia, Paritas


ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF ABORTUS INCIDINE AT RSUD AMBARAWA SEMARANG


REGENCY. High abortion experienced by a woman intentionally or unintentionally increasing
from year of year. Consequently the total number of maternal death increase as a result of abortion
complication that bleeding is going blededing and infection in the birth canal. The research was
almed to find out the incidence and prevalence of abortion in the ambarawa.
Design of this study used correlative analytic with quantitative methoods and retrieval using
secondary. Population in this study were 123 women who had abortions in Ambarawa general
hospital area. Sampling technique used total sampling that all women who experienced abortion.
The research instrument used medical record.
The result of this research indicated that incidence of abortion in Ambarawa general hospital as
many as 123 women expendead abortion and most mothers who experienced complete abortion
were 58 respondents (47,5%), abortion imminens as many as 37 (30,1%), incomplete abortion were
19 (15,4%) and the fewest abortion was insipient 9 (7,3%).
Keywords

: Abortion, Age, Parity

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut World Health Organisation
(WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan
oleh abortus, abortus berdampak perdarahan
atau infeksi yang dapat menyebabkan
kematian, oleh karena itu kematian ibu yang
disebabkan abortus sering tidak dilaporkan
dalam kematian ibu, tapi dilaporkan sebagai
perdarahan atau sepsis. Abortus dapat terjadi
disengaja maupun tidak disengaja. Menurut
data dari woman research institute, Angka
kematian ibu melahirkan pada tahun 2011
mencapai 307/100.000 kelahiran hidup.
Berdasarklan kesepakatan global Millenium
Development Goals/MDGs pada tahun 2015,
diharapkan angka kematian ibu (AKI)
menurun menjadi 102/100.000 kelahiran
hidup (Depkes, RI 2010) sedangkan angka
kematian ibu (AKI) tahun 2010 berdasarkan
hasil survey demografi daerah (SKD) sebesar
104,97/100.000
kelahiran
hidup,
dan
mengalami peningkatan pada tahun 2011
sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup
(Dinkes semarang, 2011). Penyebab angka
kematian
ibu
yaitu
perdarahan,
eklampsi,sepsis, infeksi, maupun abortus.
AKI di kabupaten semarang pada tahun 2011
sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah
kelahiran hidup atau sekitar 119,9/100.000
kelahiran hidup (Depkes semarang, 2011).
Angka kejadian abortus pada tahun 2006
sekitar 60-75% kejadian abortus yang terjadi
pada umur kehamilan <12 minggu (Admin
dinkes, 2006), pada tahun 2007 angka
kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan 42%, eklampsi 13%, abortus 11%,
infeksi 10%, persalinan macet 9%, dan lalinlain sebanyak 15%, pada tahun 2008 angka
kematian ibu yang disebabkan oleh abortus
sebanyak 30-50%, abortus spontan sebanyak
10%, sedangkan pada tahun 2009 terdapat
139 kasus di Rumah sakit Roemani semarang.

Data abortus di Rumah sakit umum


daerah ambarawa tercatat pada tahun 2012
sebanyak 142 ibu yang mengalami abortus,
diantaranya adalah abortus imminens, abortus
insipiens, abortus komplit, abortus inkomplit
maupun abortus tindakan secara medis dan
pada tahun 2013 tercatat sebanyak 123 ibu
yang mengalami abortus diantaranya sebagian
besar yaitu abortus komplit dan sebagian kecil
mengalami
abortus
insipient
(RSUD
Ambarawa).
Tingginya abortus yang dialami oleh
seorang wanita baik disengaja maupun tidak
disengaja dan setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup memprihatinkan,
konsekuensinya
jumlah
kematian ibu
mengalami peningkatan akibat komplikasi
dari pada abortus yaitu perdarahan terus
menerus serta infeksi pada jalan lahir. Abortus
ini terjadi dengan dipengaruhi faktor antara
lain umur ibu terlalu tua maupun terlalu
muda, paritas ibu, maupun jarak kelahiran
anak ibu.
Metode Penelitian
Tabel 1. Definisi operasional
Definisi
Operasional
Kejadiana. Pengeluara
abortus
n hasil
konsepsi
pervaginam
pada usia
kehamilan
<20 tahun
Variabel

Cara
Hasil
Skala
ukur
ukur
Data
Abortus Nominal
sekunder
rekam
medis

Ruang Lingkup Penelitian


Tempat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rumah sakit umum daerah
ambarawa semarang dan dilaksanakan selama
1 bulan pada bulan juli 2013.
Rancangan Penelitian

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan
yaitu analitik korelasional dengan metode
kuantitatif. Pendekatan yang digunakan
menggunakan
pendekatan
retrospektife
dengan kata lain, efek (penyakit atau status
kesehatan) diindetifikasi pada saat ini.
Kemudian factor resiko diidentifikasi ada atau
terjadinya pada waktu yang lalu.
Populasi Sampel dan Tehnik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
yang mengalami abortus sejumlah 123 yang
usia kehamilannya <20 minggu. Tekhnik
Pengambilan sampel dilakukan dengan
tekhnik total sampling yaitu tekhnik
penentuan sampel dengan mengambil seluruh
anggota populasi sebagai responden atau
sampel (Sugoyono, 2010). Penelitian ini
populasinya sebanyak 123 ibu yang
mengalami abortus di rumah sakit umum
daerah Ambarawa.
Tehnik Pengumpulan Data
Data sekunder yang didapatkan pada
penelitian ini adalah data dari rekam medik
Rumah sakit umum daerah Ambarawa pada
bulan januari-juni tahun 2013.

4. Entery
Entery data adalah kegiatan atau
langkah memasukkan data-data hasil
penelitian kedalam aplikasi statistic SPSS
(Statistic Package Sosial Science) untuk
pengujian statistic
Analisa Data
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap
variable dari hasil penelitian. Analisis ini
menggambarkan tiap-tiap variable (variable
dependen dan independen ). Umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel.
Etika Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan
menekankan masalah etika yaitu :
Informed Consent
Lembar persetujuan yang diberikan
kepada responden
1. Anonimity
Nama ditulis initial
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi dirahasiakan dah hanya
untuk penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data


HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Data
Tahapan dalam pengolahan data, yaitu:
1. Editing
Editing adalah proses memeriksa data
yang telah terkumpul.
2. Coding
Pemberian atau pembulatan kodekode pada tiap data yang termasuk dalam
kategori yang sama.
3. Tabulating
Tabulating adalah pembuatan tabeltabel data yang telah diberi kode sesuai
dengan analisa yang dibutuhkan.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli
2013 di Rumah sakit umum daerah ambarawa
kabupaten semarang pada 123 ibu yang
mengalami abortus di peroleh hasil sebagai
berikut : umur ibu
Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian
abortus berdasarkan umur
pasien di RSUD Ambarawa
pada bulan januari-juni Tahun
2013
Umur
< 20 tahun

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

Frekuensi
14

Persentase (%)
14,4

20-35 tahun
>35 tahun
Jumlah

27
82
123

22,0
66,7
100%

Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa


123 responden ibu yang mengalami abortus di
RSUD Ambarawa pada bulan januari-juni
tahun 2013 terdapat ibu yang mengalami
kejadian abortus terbanyak pada usia >35
tahun.
Pendidikan ibu
Tabel 3. Distribusi frekuensi kejadian
abortus
berdasarkan
pendidikan pasien di RSUD
Ambarawa
pada
bulan
januari-juni tahun 2013
Pendidikan
SD
SMP
SMA

Frekuensi
51
43
29

Persentase (%)
19,6%
42,9%
37,5%

Jumlah

123

100,0%

Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui


bahwa dari 123 responden sebagian besar di
RSUD
Ambarawa
sebagian
besar
berpendidikan SD sebanyak 51 responden
(4,5%) dan sebagian kecil berpendidikan
SMA sebanyak 29 responden (23,6%).

Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui


bahwa dari 123 ibu yang mengalami abortus
di RSUD Ambarawa sebagian besar sudah
mempunyai paritas 5 anak sebanyak 34
responden (27,6%) dan sebagian kecil
responden mempunyai paritas belum punya
anak sebanyak 3 responden (2,4%).
Gambaran Kejadian abortus di Rumah
sakit umum daerah Ambara kecamatan
ambarawa kabupaten semarang
Tabel 5. Distribusi frekuensi kejadian
abortus berdasarkan jenis
abortus di RSUD Ambarawa
pada bulan januari-juni tahun
2013
Jenis abortus
Abortus iminens
Abortus komplit
Abortus insipient
Abortus inkomplit
Jumlah

Frekuensi
37
58
9
19
123

Persentase
30,1%
47,2%
7,3%
15,4%
100,0%

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui


bahwa dari 123 ibu yang mengalami abortus
di RSUD Ambarawa sebagian besar
mengalami abortus komplit sebanyak 58
(47,2%) dan sebagian kecil mengalami
abortus insipien
sebanyak 9 responden
(7,3%).
Pembahasan

Tabel 4.

Distribusi frekuensi kejadian


abortus berdasarkan paritas
ibu di RSUD Ambarawa pada
bulan januari-juni tahun 2013

paritas
Belum pernah
melahirkan
1x melahirkan
2x melahirkan
3x melahirkan
4x melahirkan
5x melahirkan
6x melahirkan
Jumlah

Persentase
(%)
2,4%

16
10
22
33
34
5

13,0%
8,1%
17,9%
26,8%
27,6%
4,1 %

123

100,0%

Frekuensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari


123 pasien didapatkan umur rata-rata pasien
yang mengalami abortus di RSUD Ambarawa
adalah pada umur >35 tahun sebanyak 82
(66,7%). Tingginya angka kejadian abortus
pada usia tidak reproduktif hal ini disebabkan
karena penurunan system reproduksi yang
dialami oleh pasien.
Faktor
yang
mempengaruhi
usia
reproduksi mengalami banyak kejadian
abortus dari janin adalah kelainan telur,
kerusakan embrio, kelainan kromosom,
abnormalitas pembentukan placenta. Faktor
yang berasal dari maternal adalah infeksi,
penyakit vaskuler. Hal ini sesuai dengan teori
hidayat (2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
umur pasien abortus adalah 16 tahun dan

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

umur tertua adalah 49 tahun. Hal ini


menunjukkan bahwa semakin lanjut usia
semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap
rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia
makin tinggi resiko terjadi abortus makin
meningkat karena semakin menurunya
kualitas sel telur atau ovum atau
meningkatnya resiko kejadian kromosom.
Kesuburan wanita akan menurun seiring
bertambahnya usia, khususnya setelah sudah
mencapai usia 35 tahun, dengan kata lain
wanita berusia lebih dari 35 tahun tidak
dengan sendirinya akan mengalami kesulitan
untuk mendapatkan kehamilan yang sehat,
tetapi dipihak lain juga tidak menjamin
wanita diusia 20 tahun akan mengalami
kehamilan yang bebas dari masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
123 responden sebagian besar di RSUD
Ambarawa sebagian besar berpendidikan SD
sebanyak 51 responden (41,5%) dan sebagian
kecil berpendidikan SMA sebanyak 29
responden (23,6%). Hal ini disebabkan
pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi
kurang sehingga menyebabkan banyaknya
pasien yang berpendidikan SD yang
mengalami abortus lebih tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang mengalami
abortus ditingkat SD sebanyak 51 (41,5%) ,
hal ini merupakan ciri khas pendidikan
masyarakat di daerah seperti halnya di
Ambarawa, dimana pendidikan untuk kaum
wanita kurang menjadi prioritas karena ada
anggapan bahwa wanita tidak penting
memiliki pendidikan yang tinggi karena
nantinya juga akan mengasuh anak dan
mengelola
rumah
tangga.
Sehingga
pengetahuan yang didapatkan kurang
memadai dan Dengan pengetahuan dasar ini
sulit rasanya bagi ibu untuk memahami
tentang kejadian abostus mulai dari penyebab,
tanda-tanda dan langkah antisipasi dalam
menangani abortus sehingga kadang sangat
membahayakan kesehatan dari ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
123 responden di RSUD Ambarawa sebagian
besar sudah mempunyai paritas 5 anak
sebanyak 34 responden (27,6%) dan sebagian

kecil responden mempunyai paritas belum


punya anak sebanyak 3 responden (2,4%).
Risiko abortus juga meningkat seiring
dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk
resiko tinggi terjadinya abortus (Cuningham
G, dkk, 2005). Kehamilan terjadi pada usia
<20 tahun mempunyai resiko antara lain
disebabkan karena panggul masih sempit,
otot-otot Rahim belum terbentuk sempurna,
pembuluh
darah
yang
mensuplai
endometrium belum banyak terbentuk hal ini
disebabkan karena masih dalam masalah
pertumbuhan (Liewelyn dan jones, 2001).
Paritas adalah jumlah anak yang
dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup
maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman yang ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan
asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau
dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Widjosastro, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu atau pasien abortus telah
melahirkan 4 anak. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu dengan paritas tinggi mempunyai resiko
tinggi terhadap terjadinya abortus sebab
kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan
Rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan
yang berulang menimbulkan kerusakan pada
pembuluh darah dinding uterus yang
mempengaruhi sirkulasi nutrisi kedalam janin
akan berkurang dibanding pada kehamilan
sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan
kematian pada bayi.
Gambaran Kejadian Abortus di Rumah
Sakit Umum Daerah Ambarawa Kecamatan
Ambarawa kabupaten semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
123 responden di RSUD Ambarawa sebagian
besar mengalami abortus komplit sebanyak 58
responden (47,2%) dan sebagian kecil
mengalami abortus insipien
sebanyak 9
responden (7,3%). Hasil tersebut menunjukan
bahwa masih banyaknya angka kejadian
abortus. Tingginnya angka kejadian abortus

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

dikarenakan berbagai faktor diantaranya usia,


paritas, dan pendidikan.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan
melalui cara apapun, spontan maupun buatan,
sebelum janin mampu bertahan hidup.
Batasan ini berdasar umur kehamilan dan
berat badan. Dengan lain perkataan abortus
adalah terminasi kehamilan sebelum 20
minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr
(Alamsyah, 2009).
Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk
hidup
diluar
kandungan
( prawirohardjo, 2009).
Pada awal abortus terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis kemudian diikuti
dengan nekrosis jaringan sekitarnya. Hal
tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian
atau
seluruhnya.
Sehingga
merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu. Hasil konsepsi ini
biasanya dikeluarkan karena villi chorilialis
belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan 8 minggu sampai 14 minggu
villi chorialis menembus desidua lebih dalam
hingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
secara sempurna dan dapat menyebabkan
banyak perdarahan (winkjosastro, 2005).
Kehamilan 14 minggu keatas biasanya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janisn, disusul beberapa waktu kemudian
plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
placenta segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature. Infeksi maternal
dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang
berkembang.
Terutama
pada
kehamilan trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui faktor
krmatian janin secara pasti. Apakah janin
yang terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan
oleh mikroorganisme penyebabnya.
PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang


tingkat pengetahuan ibu post partum tentang
perawatan tali pusat pada bayi di RSUD
Ambarawa
tahun 2013 dapat diambil
kesimpulan:
1. Umur pasien yang mengalami abortus di
RSUD Ambarawa adalah <20 tahun
sebanyak 14 (11,4%), 20-35 tahun
sebanyak 27 (22,0%), dan >35 tahun
sebanyak 82 (66,7%).
2. Pasien abortus di RSUD Ambarawa
sebagian besar berpendidikan SD
sebanyak
51
responden
(41,5%),
berpendidikan SMP sebanyak 43 (35,0%)
dan sebagian kecil berpendidikan SMA
sebanyak 29 responden (23,6%).
3. Pasien abortus di RSUD Ambarawa
sebagian besar sudah mempunyai paritas 5
anak sebanyak 34 responden (27,6%) dan
sebagian kecil responden mempunyai
paritas belum punya anak sebanyak 3
responden (2,4%).
4. Pasien abortus di RSUD Ambarawa
sebagian besar mengalami abortus
komplit sebanyak 58 responden dan
sebagian kecil mengalami abortus insipien
sebanyak 9 responden (15,4P%).
Saran
1. Bagi rumah sakit
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Ambarawa bisa lebih meningkatkan mutu
pelayanan.
2. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan bisa menambah
referensi tentang abortus.
3. Bagi bidan
Bidan hendaknya lebih meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan ibu, terutama
tentang pencegahan kejadian abortus pada
ibu dengan melakukan penyuluhan dan

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

pendidikan kesehatan kepada kaum


wanita tentang kesehatan reproduksi.
4. Bagi peneliti
Peneliti hendaknya meningkatkan
pengetahuan tentang kejadian abortus dan
menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Ari, S, 2010. Askeb Ibu Bersalin, Salemba
Medika: Jakarta
Ari,

S,

2010. Metodologi Penelitian


Kebidanan.
Nuha
Medika:
Yogyakarta
Ari,S, 2010. Dari Balik Kamar Bidan.
Salemba Medika: Jakarta
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Putra:
Jakarta
Depkes RI.2011. Profil Kesehatan Kota
Semarang
dari
http://www.pip@litbang
depkes.go.id diunduh tanggal 15
Desember 2012 jam 10.00 WIB.

tanggal 18 juni 2013 jam 20.30


WIB
Mansjoer,

A. 2001. Kapita Selekta


Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Medika
Aesculapius

Mirzanie,

Hanifah,dkk.2010. Obgynacea
Obstetri dan Ginekologi. Tosca
Enterprise: Yogyakarta

Multazamiah, 2003. Hubungan Usia ibu >35


Tahun dengan Kejadian Abortus
diruangan C (kebidanan) RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu, Tahun 2003
Skripsi Kebidanan : Poltekes
Bengkulu
Prawirohardjdo, Sarwono, 2009. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Bina
Pustaka: Jakarta
Prawirohardjo,
sarwono,
Kandungan. PT
Jakarta

2008.
Ilmu
Bina Pustaka:

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian.


CV Alfabeta: Bandung

Handono, Budi,dkk, 2009. Abortus Berulang.


PT Refika Aditama: Bandung
Hidayat,

A. 2010. Asuhan Patologi


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

http://ilmu-kesehatan-masyarakat.com/
2012/05/kategori-umur.html
di
unduh tanggal 18 juni 2013 jam
19.32 WIB
http://nagapasha.com/2010/01/tahapan-umurmanusia.html.
Diunduh
pada
Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

Sulistyawati, Ari, 2009. Asuhan Kebidanan


Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika

Gambaran kejadian abortus di Rumah Sakit umum daerah Ambarawa kabupaten semarang

Anda mungkin juga menyukai