Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KOSMETOLOGI

Proses Regenarasi Rambut

Disusun Oleh :

Kelompok 10
Indah Nunik N

1111102000101

Putri Nur Handayani

1111102000104

Rifda Nailil M

1111102000130

Program Studi Farmasi VI B-D


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2014

A. Siklus Pertumbuhan Rambut


Rambut merupakan perpanjangan struktur berkeratin yang berasal dari invaginasi
epidermal epithelium. Rambut terdapat di beberapa tempat pada tubuh kecuali telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, clitoris, dan labia minora. Rambut memiliki fase tumbuh dan
diikuti fase istirahat. Pertumbuhan rambut tidak terjadi bersamaan di seluruh bagian tubuh,
durasi pertumbuhannya pun berbeda-beda. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut memiliki
siklus tertentu. Setiap folikel rambut mengalami 10 sampai 30 siklus selama perkembangannya.
Pada kulit kepala, fase tumbuh (anagen) berlangsung 2 sampai 8 tahun, fase peralihan (catagen)
berlangsung 4 sampai 6 minggu, dan fase istirahat (telogen) berlangsung 2 sampai 3 bulan. Fase
eksogen (lepasnya rambut mati) tampak pada akhir fasetelogen (Harrison S, 2009).
Helai rambut terbentuk pada folikel rambut, yang merupakan struktur kulit tambahan
dimana epitel, mesenkim, dan neural crest-derived cell membentuk serat keratin berpigmen.
Folikel rambut merupakan satu-satunya organ yang mengalami siklus transformasi selama
hidupnya, yaitu tiga stadium yang berbeda anagen, catagen, dan telogen. Sebagian besar masalah
kerontokan akibat dari perubahan pada siklus ini. Setelah morfogenesis folikel rambut sempurna,
folikel memasuki fase catagen. Pada manusia perpindahan fase ini terjadi sejak dalam rahim,
kemudian diikuti fase telogen, sehingga secara morfologi siklus folikel rambut dimulai dari fase
catagen. Transformasi folikel rambut dari fase telogen menjadi fase anagen, kemudian catagen,
dan kembali ke fase telogen ditentukan secara genetik. Semua folikel rambut mengalami siklus
ini, namun durasi dan panjang helai rambut berbeda-beda di beberapa tempat pada tubuh
(Harrison S, 2009; Ohnemus U, 2006.). Rata-rata kulit kepala mengandung kurang lebih 100.000
folikel. Kurang lebih 100 rambut rontok dari kulit kepala setiap harinya. Rambut kulit kepala
tumbuh kurang lebih 0,35 hingga 0,37mm/hari, tetapi pertumbuhan ini dapat dipengaruhi oleh
beragam obat, seperti hormon seks laki-laki dan perempuan, hormon tiroid, dan kortikosteroid.
Penelitian pada tikus berburu jarang (hariless mice) menunjukkan bahwa sinar UV-B
energi rendah (50-300 mJ/cm2) berulang-ulang dapat memicu sintesis serabut elastin di sekitar
folikel rambut dan kelenjar sebasea (Starcher, et al., 1999), dapat menyebabkan keriput yang
menetap pada kulit tikus meskipun penyinaran telah dihentikan (Kambayashi, et al., 2011) dan
dapat menurunkan sintesis kolagen baru pada keriput yang timbul (Takema, et al., 1996).

Pada folikel yang tidak mengalami kerusakan, rambut baru membutuhkan waktu 3 minggu
untuk mencapai permukaan kulit kepala. Kecepatan pertumbuhan rambut yang bergenerasi
mencapai 2,8 mm perminggu pada masa aktif pertumbuhan. Pertumbuhan dan pergantian rambut
mengikuti suatu siklus. Setiap folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulangulang. Faktor yang mempengaruhi siklus partumbuhan rambut tidak diketahui dengan jelas
(Sagarin, 1957). Siklus pertumbuhan rambut seseorang terjadi pada 3 tahap, yaitu :
a) Fase Anagen
Fase anagen merupakan awal pertumbuhan aktif, rambut yang terdapat pada fase ini
pada kulit kepala normal dengan rambut sehat mencapai usia antara 2 6 tahun. Lebih
kurang 85% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat pada fase ini
(Ditjen POM, 1985).
Pada fase ini terjadi beberapa tahap proses perkembangan. Tahap I-V disebut tahap
pronagen dan tahap VI disebut tahap metanagen. Pada tahap I, selsel dermal papila
bertambah besar dan menunjukkan peningkatan sintesis RNA; secara stimulan selsel
germinal pada dasar kantung menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi. Pada tahap II,
bagian folikel berkembang ke bawah menutupi dermal papila. Pada tahap III, ketika folikel
mencapai panjang maksimum, perkembangan selsel matriks berakibat pada naiknya
contong selubung akar internal. Pada tahap IV, melanosit yang melewati papila
meningkatkan jumlah dendrit dan mulai membentuk melanin; pada fase ini rambut sudah
terbentuk tetapi belum disertai contong selubung akar internal. Pada tahap V, ujung rambut
telah muncul dari selubung akar internal. Tahap VI dimulai segera setelah rambut muncul
pada permukaan kulit dan berlangsung hingga mencapai fase katagen. Kecepatan tumbuh dan
lamanya fase ini menentukan panjang maksimum rambut. Berdasarkan variasi kedua ciri ini
rambut seseorang dapat tumbuh lebih lebat atau lebih panjang dibandingkan dengan yang
lain. Di samping itu fase ini tidak dipengaruhi oleh pemotongan rambut (Rook and Dawber,
1991).

b) Fase Katagen
Fase katagen merupakan fase perkembangan rambut yang kedua. Lebih kurang 1%
keseluruhan rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat dalam fase ini, yang
merupakan fase transisi (Ditjen POM, 1985).
Fase katagen diawali dengan berkurangnya mitosis pada matriks hingga berhenti yang
terjadi dalam beberapa hari. Sejak proses mitosis berhenti, bagian yang terletak lebih rendah
dari folikel memendek dan selubung jaringan penghubung terutama membran vitreous
menjadi menebal dan mengerut. Selubung akar yang lebih dalam akan hancur dan
menghilang. Sel sel pada selubung akar eksternal membentuk kantung pada dasar akar
rambut yang berfungsi sebagai tempat sel-sel benih folikel.Folikel sekarang memasuki fase
telogen. Masih tidak diketahui dengan jelas faktor faktor yang menginisiasi terjadinya fase
katagen secara spontan (Rook and Dawber, 1991).

c) Fase Telogen
Fase telogen merupakan fase istirahat pada siklus rambut. Folikel rambut akan
mengkerut dan rambut yang terbentuk akan tertahan di tempat oleh massa seperti tongkat
hingga fase metanagen dibangun dengan baik pada siklus selanjutnya. Fase telogen
berlangsung singkat atau lama tergantung pada kesehatan seseorang.Fase telogen dapat
diinduksi untuk bekerja secara prematur sekali jika rambut bentuk batang yang beristirahat
dicabut. Setelah periode istirahat pada fase ini, folikel rambut akan kembali tumbuh lagi ke
bawah yang akhirnya mencapai panjang sebelumnya dan mendorong melintas melalui
rambut yang tua (Rook and Dawber, 1991).
Kebanyakan folikel rambut manusia berada pada fase anagen yang dapat bertahan
hingga bertahun-tahun dan berada pada fase katagen dengan singkat (1-2 minggu), kemudian
diikuti dengan fase telogen.80-85% foikel rambut manusia berada pada fase anagen, 2% fase
katagen atau 10-15% fase telogen (Anne, 2009).

Warna rambut sangat bervariasi.Kehilangan pigmen rambut akan menghasilkan


rambut yang berwarna putih atau abu-abu yang menunjukkan tanda-tanda penuaan. Di dalam
folikel rambut, terdapat melanosit di dalam kantung rambut dan mentransport melanin ke
keratinosit (Anne, 2009).
Folikel rambut yang berada pada fase anagen mempunyai melanosit yang terdistribusi
di tiga populasi, yaitu kantung folikel rambut, kulit akar luar folikel rambut, dan matriks
rambut diatas papilla dermal yang aktif memproduksi melanin. Tyrosinase related proteins
(TRP) 1 dan 2 berperan penting dalam proses melanogenesis. Selain itu, hormon androgen
juga berperan besar pada proses pigmentasi rambut (Anne, 2009).

B. Faktor faktor yang berperan pada pertumbuhan rambut


Faktor yang sangat berperan pada pertumbuhan rambut antara lain:
a. Faktor intrinsik
Faktor-faktor intrinsik meliputi sirkulasi darah ke folikel dan hormon. Rambut tidak
akan tumbuh tanpa adanya suplai darah yang cukup untuk mengisi folikel rambut dengan
metabolit yang diperlukan. Folikel rambut yang berukuran besar akan lebih tervaskularisasi
daripada folikel yang berukuran kecil, dan rambut yang terletak pada folikel yang lebih
tervaskularisasi umumnya lebih tebal dan panjang. Banyak percobaan yang telah dilakukan
untuk menstimulasi pertumbuhan rambut pada kulit kepala yang mengalami alopesia dengan
cara meningkatkan aliran darah pada folikel dengan metode pemijatan. Metode ini biasanya
disertai dengan penggunaan vasodilator topikal (Rook and Dawber, 1991).
Hormon seksual mempunyai peran penting padapertumbuhan, distribusi dan pigmentasi
rambut manusia terutama masa pubertas hormon seksual memicu pertumbuhan rambut
sekunder. Androgen dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan rambut dan juga ukuran
diameter rambut. Akan tetapi pada kulit kepala yang mengalami alopesia androgenetik,
androgen justru menurunkan diameter batang rambut, kecepatan pertumbuhan rambut, dan
durasi fase anagen. Perubahan testosteron menjadi bentuk yang lebih aktif yaitu
dihidrotestosteron (DHT), bergantung pada keberadaan enzim 5--reduktase tipe II. DHT
bergabung dengan reseptor sitosol untuk membentuk kompleks yang masuk pada inti, dan
bergabung dengan kromatin untuk menginisiasi sintesis protein. Metabolisme androgen pada
sel dapat dirusak oleh penurunan perubahan testosteron menjadi DHT atau ketidakmampuan
sel untuk mengakumulasi DHT karena hilangnya protein sitosol-reseptor. Walaupun DHT
diperlukan untuk pertumbuhan rambut pada bagian tumbuh tertentu, kelebihan DHT
menyebabkan kerontokan pada rambut kepala. DHT yang disekresi oleh kelenjar minyak
akan masuk ke folikel rambutsaat rambut gugur, kemudian terjadi reaksi kimia di dalam
folikel tersebut, akibatnya akar rambut dan folikel mengecil. Rambut yang gugur mengalami
pertumbuhan lagi, dan padasaat gugur DHT akan mengisi folikel kembali. Peritiwa ini
berlangsung terus menerus sehingga ukuran akar rambut dan folikel menjadi tidak normal
dan pertumbuhan rambut terganggu hingga terjadi kebotakan. Estrogen memperlambat
pertumbuhan rambut selama fase anagen, tetapi memperpanjang durasi fase anagen.

Sedangkan tirosin mempercepat aktivitas anagen, dan kortison justru memperlambat aktifitas
anagen (Rook and Dawber, 1991).

b. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik meliputi kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kulit kepala.
Faktor lingkungan tersebut meliputi perubahan cuaca yang ekstrim, paparan ultraviolet,
sinar-X, radioaktif, iritasi zat kimia atau penutupan dan penekanan rambut serta kulit kepala.
Apabila faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, maka kulit kepala dapat mengalami
degenerasi kronik pada sel-sel epidermis yang menyebabkan kulit kepala menjadi kasar,
terjadi depigmentasi, gangguan keratinisasi, dan kerontokan rambut (Ditjen POM, 1985).

Daftar Pustaka

Anne, Valerie Randall dan Natalia V. Botchkareva. 2009. The Biology of Hair Growth.
University of Bradford. UK.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Harrison S, Bergfeld W. 2009. Diffuse Hair Loss: Its Triggers and Management. Clave Clin
JMed.76: 361-67.
Kambayashi H, Yamashita M. Odake Y, Takada K, Funasaka Y, Ichihashi M. 2001. Epidermal
Changes Caused By Chronic Low-Dose UV Irradiation Induce Wrinkle Formation In
Hairless Mouse. J Dermatol Sci. vol. 27 Suppl 1 : S19-25.
Ohnemus U, Uenalan M, et al. 2006. The Hair Follicle as an Estrogen Target and Source. The
Endrocrine Society. 27(6): 677-706.
Rook, A. dan R. Dawber. 1991. Diseases of the Hair and Scalp.Wiley & Sons, Incorporated,
John.
Starcher, B, Pierce, R, Hinek, A. 1999.UVB Irradiation Stimulates Deposition Of New Elastic
Fibers By Modified Epithelial Cells Surrounding The Hair Follicles And Sebaceous
Glands In Mice. J Invest Dermatol Sci. vol. 112, no. 4, pp. 450-5.
Takema, Y, Hattori M, Aizawa, K. 1996. The Relationship Between Quantitative Changes In
Collagen And Formation Of Wrinkles On Hairless Mouse Skin After Chronic UV
Irradiation 1999. J Dermatol. Apr, vol. 12, no. 1, pp. 56-63.

Anda mungkin juga menyukai