Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

NOMOR XX TAHUN 2014


TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN
BADAN USAHA MILIK DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUTAI KARTANEGARA,
Menimbang

a. bahwa untuk meningkatkan kemampuan keuangan


pemerintah
desa
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan dan meningkatkan pendapatan
pemerintah desa melalui berbagai kegiatan usaha
ekonomi masyarakat perdesaan, didirikan badan
usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan
potensi desa;
b. Bahwa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008,
perlu dilakukan perbaikan untuk menjawab
dinamika
yang
berkembang
dan
ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Badan Usaha Milik Desa;

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara RI Tahun 1953
Nomor 9, Sebagai Undang Undang (Lembaran
Negara RI Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4286);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

-2-

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3848);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5394);
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Pelaksanaan Undang Undang Desa
9. Perda Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penyusunan
Organisasi
Dan
Tata
Kerja
Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2007 Nomor 5);
10. Perda Nomor 16 Th 2007 ttg Pengelolaan Keuangan
Desa
(Lembaran
Daerah
Kabupaten
Kutai
Kartanegara Tahun 2007 Nomor 16);
11. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Badan Permusyawarata Desa (Lembaran Daerah
Tahun 2006 Nomor 8).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
dan
BUPATI KUTAI KARTANEGARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PEDOMAN
TATA
CARA
PENGELOLAAN BUM DESA

PEMBENTUKAN

DAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah
nama lain,
masyarakat
berwenang

desa dan desa adat atau yang disebut dengan


selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
hukum yang memiliki batas wilayah yang
untuk mengatur dan mengurus urusan

-3-

pemerintahan,
kepentingan
masyarakat
setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.;
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa;
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
5. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa
6. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
7. Usaha Desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan
ekonomi desa seperti, usaha jasa, penyaluran sembilan
bahan pokok, perdagangan hasil pertanian, serta industri
dan kerajinan rakyat.
8. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang
dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
9. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang sah.
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah Yang selanjutnya SKPD
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara;
11. Inspektorat
Kartanegara.

adalah

Inspertorat

Kabupaten

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Pertama
Maksud
Pasal 2

Kutai

-4-

(1) Maksud Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan


pedoman bagi pemerintahan desa dalam membentuk dan
mengalola BUM Desa;

Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
(1) Tujuan Peraturan Daerah ini untuk meningkatkan
pendapatan pemerintah desa dalam APB Desa melalui
berbagai kegiatan usaha ekonomi BUM Desa;
(2) Meningkatkan kemampuan anggaran pembangunan Desa
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi ketentuan sebagai
berikut:
a. Pembentukan Bum Desa Dan Anggaran Dasar
b. kepengurusan,
c. Jenis Usaha dan Permodalan,
d. bagi hasil usaha,
e. kepailitan,
f. kerjasama dengan pihak ketiga,
g. pertanggungjawaban,
h. pembinaan; dan
i. pengawasan.

BAB III
PEMBENTUKAN BUM Desa DAN ANGGARAN DASAR
Bagian Pertama
Pembentukan
Pasal 5
(1) Syarat pembentukan BUM Desa:
a. atas inisiatif pemerintah desa dan atau masyarakat
berdasarkan musyawarah warga desa;
b. adanya potensi usaha ekonomi masyarakat;
c. sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam
pemenuhan kebutuhan pokok;
d. tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan

-5-

secara optimal, terutama kekayaan desa;


e. tersedianya sumber daya manusia yang mampu
mengelola badan usaha sebagai aset penggerak
perekonomian masyarakat desa;
f. adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan
kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara
parsial dan kurang terakomodasi; dan
g. untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan
pendapatan asli desa.
(2) Mekanisme pembentukan BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui tahap:
a. rembug
desa/musyawarah
untuk
menghasilkan
kesepakatan;
b. kesepakatan dituangkan dalam AD/ART yang sekurangkurangnya berisi: organisasi dan tata kerja, penetapan
personil, sistem pertanggung jawaban dan pelaporan, bagi
hasil dan kepailitan;
c. pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan
desa; dan
d. penerbitan peraturan desa.
Bagian Kedua
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Pasal 6
(1) Pelaksana operasional BUM Desa wajib menyusun dan
menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
setelah mendapatkan pertimbangan kepala Desa.
(2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit nama, tempat kedudukan, maksud
dan tujuan, modal, kegiatan usaha, jangka waktu berdirinya
BUM Desa, organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan
dan pembagian keuntungan.
(3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat paling sedikit hak dan kewajiban, masa bakti,
tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel
organisasi pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber
modal.
(4) Kesepakatan penyusunan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui musyawarah Desa.
(5) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh kepala Desa.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Bagian Kesatu
Organisasi Pengelola
Pasal 7

-6-

(1) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi


Pemerintahan Desa.
(2) Organisasi pengelola BUM Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:
a. penasihat; dan
b. pelaksana operasional.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dijabat secara ex-officio oleh kepala Desa.
(4) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b merupakan perseorangan yang diangkat dan
diberhentikan oleh kepala Desa.
(5) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi
pelaksana lembaga Pemerintahan Desa dan lembaga
kemasyarakatan Desa.
Pasal 8
(1) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf a mempunyai tugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam
menjalankan kegiatan pengurusan dan pengelolaan usaha
Desa.
(2) Penasihat
dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan meminta
penjelasan pelaksana operasional mengenai pengurusan dan
pengelolaan usaha Desa.
Pasal 9
(1) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf b mempunyai tugas mengurus dan mengelola
BUM Desa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
(2) Pelaksana operasional dalam pengurusan dan pengelolaan
usaha Desa mewakili BUM Desa di dalam dan di luar
pengadilan.
(3) Pelaksana
operasional
wajib
melaporkan
pertanggungjawaban pengurusan dan pengelolaan BUM
Desa kepada kepala Desa secara berkala.
.
Bagian Kedua
Tata Cara Pengangkatan Pelaksana Operasional
Pasal 10
(1) Pelaksana Operasional diangkat oleh Kepala Desa dengan
Keputusan
Kepala
Desa
berdasarkan
rembug
desa/musyawarah desa;

-7-

(2) Pelaksana Operasional harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) dan/atau sederajat;
d. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun
atau sudah pernah menikah;
e. telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan dengan tidak terputus-putus di Desa;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. bersedia diangkat menjadi pengurus dan/atau pelaksana
operasional;
h. berkelakuan baik, jujur dan adil; dan
i. bukan perangkat desa atau BPD.
Bagian Ketiga
Kewajiban, Hak dan Kewenangan Pelaksana Operasional
Pasal 11
Pelaksana operasional berkewajiban :
a. menjalankan usaha BUM Desa;
b. mewakili BUM Desa di dalam dan diluar pengadilan;
c. memberikan laporan tahunan Penasehat BUM Desa tentang
keadaan serta perkembangan BUM Desa dan usahausahanya serta keuangan yang meliputi hasil usaha dan
laporan perubahan kekayaan BUM Desa; dan
d. harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12
(1) Dalam melaksanakan tugasnya pelaksana operasional
berhak menerima Penghasilan berupa Gaji dan tunjangan
serta Cuti sesuai dengan kemampuan keuangan BUM Desa.
(2) Gaji Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud Ayat (1)
paling tinggi sebesar 2,5 x gaji tertinggi karyawan.
(3) Gaji Karyawan sebagaimana dimaksud Ayat (2)
rendah sama dengan Upah Minimum Kabupaten;

paling

(4) Tunjangan Pelaksana Operasional terdiri dari :


a. Tunjangan kesehatan;
b. Tunjangan perumahan/ uang sewa rumah
(5) Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Pelaksana
Operasional, penghasilan karyawan dan biaya tenaga kerja
lainnya tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh per seratus)
dari seluruh realisasi Anggaran BUM Desa tahun anggaran

-8-

yang berjalan.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang Penghasilan Pelaksana
Operasional ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa;
Pasal 13
Pelaksana operasional berwenang :
a. Mengangkat dan memberhentikan
persetujuan Kepala Desa;

karyawan

dengan

b. Menandatangani pinjaman setelah mendapat persetujuan


Kepala Desa;
c. Menandatangani Neraca dan Perhitungan Laba / Rugi;
d. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain dengan,
atas persetujuan Kepala Desa;
Bagian Keempat
Masa Kerja, Pemberhentian
Pelaksana Operasional
Pasal 14
Masa kerja pengurus dan/atau pelaksana operasional selama 5
(lima) tahun terhitung sejak tanggal pengangkatan dan dapat
diangkat kembali untuk periode berikutnya.
Pasal 15
(1) Pengurus dan/atau pelaksana operasional berhenti, karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; dan
c. diberhentikan.
(2) Pengurus dan/atau pelaksana operasional diberhentikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa kerjanya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai pengurus dan/atau
pelaksana operasional.
d. Terlibat dalam tindakan merugikan BUM Desa; dan
e. Terlibat dalam tindakan pidana.

BAB V
JENIS USAHA DAN PERMODALAN
Pasal 16
(1)

BUM Desa, terdiri atas jenis-jenis usaha.

-9-

(2)

Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. jasa;
b. penyaluran sembilan bahan pokok;
c. perdagangan hasil pertanian; dan/atau
d. industri kecil dan rumah tangga.
e. Pengelolaan Sumber Daya Alam desa.

(3)

Jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi
desa.
Pasal 17

(1)

Usaha jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)


huruf a, antara lain:
a. jasa keuangan mikro;
b. jasa transportasi;
c. jasa komunikasi;
d. jasa konstruksi; dan
e. jasa energi.

(2)

Usaha penyaluran sembilan bahan pokok sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b, antara lain:
a. beras;
b. gula;
c. garam;
d. minyak goreng;
e. kacang kedelai; dan
f. bahan pangan lainnya yang dikelola melalui warung
desa atau lumbung desa.

(3)

Usaha
perdagangan
hasil
pertanian
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c, antara lain:
a. jagung;
b. buah-buahan; dan
c. sayuran.

(4)

Usaha industri kecil dan rumah tangga sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf d, antara lain:
a. makanan;
b. minuman, kerajinan rakyat;
c. bahan bakar alternatif; dan
d. bahan bangunan.

Pasal 18
Modal BUM Desa berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
b. tabungan masyarakat;

- 10 -

c. bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah


kabupaten;
d. pinjaman; dan/atau
e. kerja sama usaha dengan pihak lain.
Pasal 19
(1)

Modal BUMDes yang berasal dari pemerintah desa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a,
merupakan kekayaan desa yang dipisahkan, paling sedikit
dengan porsi 51% (lima puluh per seratus).

(2)

Modal BUMDes yang berasal dari tabungan masyarakat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b,
merupakan simpanan masyarakat.

(3)

Modal BUMDes yang berasal dari bantuan pemerintah,


pemerintah
provinsi,
dan
pemerintah
kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c, dapat
berupa dana tugas pembantuan.

(4)

Modal BUMDes yang berasal dari pinjaman sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, dari pinjaman lembaga
keuangan atau pemerintah daerah.

(5)

Modal BUMDes yang berasal dari kerjasama usaha dengan


pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e,
dapat diperoleh dari pihak swasta dan/atau masyarakat.
Pasal 20

Modal BUMDes selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,


dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan
pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau
masyarakat melalui pemerintah desa.
BAB VI
BAGI HASIL
Pasal 21
(1) Bagi hasil usaha merupakan pendapatan BUM Desa yang
diperoleh dalam 1 (satu) tahun buku dikurangi dengan
penyusutan dan kewajiban termasuk pajak dalam tahun
yang bersangkutan.
(2) Pembagian hasil usaha adalah sebagai berikut :
a. untuk pemupukan modal usaha;
b. untuk pemegang saham secara proporsional;
c. untuk Kas Desa;
d. untuk dana pendidikan dan pelatihan pengurus dan/atau
pelaksana operasional; dan
e. untuk Penasihat.
(3) Pembagian hasil sebagaimana dimaksud Ayat 2, dihitung
berdasarkan prosentase yang dituangkan dalam AD dan ART

- 11 -

BUMDes
BAB VII
KEPAILITAN
PASAL 22
(1) Kepailitan BUM Desa hanya dapat diajukan oleh kepala
Desa.
(2) Kepailitan BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan .

BAB VIII
KERJASAMA
Pasal 23
(1)

BUM Desa dapat melakukan kerjasama usaha antar 2


(dua) desa atau lebih dan dengan pihak ketiga.

(2)

Kerjasama usaha antar 2 (dua) desa atau lebih


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu
kabupaten.

(3)

Kerjasama antar 2 (dua) desa atau lebih sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan
masing-masing pemerintahan desa.
Pasal 24

(1)

Kerjasama usaha desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal


23dibuat dalam naskah perjanjian kerjasama.

(2)

Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) paling sedikit memuat:
a. subyek kerjasama;
b. obyek kerjasama;
c. jangka waktu;
d. hak dan kewajiban;
e. pendanaan
f. keadaan memaksa;
g. penyelesaian permasalahan; dan
h. pengalihan.
Pasal 25

(1)

Naskah perjanjian kerjasama usaha desa antar 2 (dua)


desa atau lebih dalam satu kecamatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), disampaikan kepada

- 12 -

camat paling lambat


ditandatangani.
(2)

14

(empat

belas)

hari

sejak

Naskah perjanjian kerjasama usaha desa antar 2 (dua)


desa atau lebih antar kecamatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (2), disampaikan kepada bupati
melalui camat paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
ditandatangani.
BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 26

(1)

Pelaksana operasional melaporkan pertanggungjawaban


pelaksanaan BUMDes kepada Kepala Desa.

(2)

Kepala Desa melaporkan pertanggungjawaban BUMDes


kepada BPD dalam forum musyawarah desa.

BAB X
PEMBINAAN
Pasal 27
(1) Bupati melakukan pembinaan, monitoring, evaluasi,
upaya pengembangan manajemen dan sumber daya
manusia serta prakarsa dalam permodalan yang ada di
perdesaan.
(2) Kepala Desa mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan
BUM Desa di wilayah kerjanya.
(3) Dalam melaksanakan ketentuan Ayat (1) tersebut
dilaksankan oleh SKPD yang membidangi Pemerintahan
Desa.
BAB XI
PENGAWASAN
Pasal 28
(1) Inspektorat Kabupaten melakukan pengawasan atas
pengelolaan BUM Desa.
(2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
Ayat (1) Inspektorat Kabupaten berperan sebagai Auditor
BUM Desa.
(3) Masyarakat Desa dapat berpartisipasi dalam menyampaikan
laporan
disertai bukti
dalam rangka
mendukung
Pengawasan sebagaimana dimaksud Ayat (1).
BAB VIII

- 13 -

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
(1) Dengan Berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Badah Usaha Milik
Desa dinyatakan tidak berlaku.
(2) BUM Desa atau sebutan lain yang telah ada tetap dapat
menjalankan kegiatannya dan menyesuaikan dengan
Peraturan
Daerah
Kabupaten
tentang
Tata
Cara
Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa paling lambat 1
(satu) tahun sejak ditetapkan.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ditetapkan di Tenggarong
pada tanggal xx xxx 201xx
Bupati Kutai
Kartanegara,
ttd
RITA WIDYASARI
Diundangkan di Tenggarong
pada tanggal XXXXXX
Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara
ttd
Edy Damansyah
BERITA DAERAH TAHUN 20XX NOMOR XX

Anda mungkin juga menyukai