Abstrak
Tata ruang dan transportasi merupakan dua sistem yang saling mempengaruhi. Sebelumnya kedua sistem ini
mempengaruhi hanya dari satu sisi dimana pengembangan wilayah harus didukung oleh sistem transportasi.
Ternyata sistem transportasi mempunyai kapasitas sehingga pengembangan wilayah harus diredam disesuaikan
dengan kapasitas jaringan prasarana/pelayanan transportasi yang melayani. Ketidakseimabangan antara kedua
hal tersebut mengakibatkan kemacetan atau ketidakseimbangan antara supply dan demand. Penelitian ini
mencoba untuk menemukan model hubungan antara sistem tata ruang dan sistem transportasi di wilayah
perkotaan. Pengembangan tata ruang harus mempunyai opsi sehingga pengembangan dapat memilih
investasinya. Selain itu tiap wilayah pengembangan haruslah dilayani oleh jaringan prasarana/pelayanan
transportasi yang dapat ditingkatkan kapasitasnya sesuai dengan jenis modanya. Model ini mencoba mendekati
pengaruh terbesar yang mengakibatkan kemacetan dan penataan yang diusulkan. Metodologi sistem dinamik
diprediksi menjadi metode yang dapat mendeskripsikan hubungan tersebut sehingga sebab terbesar kemacetan
dapat diidentifikasi dan usulan penanganan dapat dikembangkan.
Kata kunci: tata ruang, jaringan prasarana/pelayanan transportasi, keseimbangan, system dyanamic, system
thinking
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan public needs yang perlu selalu diefisienkan operasinnya.
Permasalahan transportasi seringkali merupakan suatu gunung es, dimana permasalahan
sesungguhnya bisa saja bukan merupakan permasalahan transportasi.
Selama ini permasalahan transportasi selalu dipecahkan menggunakan indikator dan model
transportasi. Padahal untuk memecahkan permasalahan mungkin dibutuhkan pemecahan
permasalahan di sektor lain. Di beberapa kondisi terlihat bahwa masalah transportasi
ditimbulkan oleh sulitnya memfungsikan prasarana transportasi sesuai dengan fungsi dan
perannya. Hambatan samping dan konflik di jaringan jalan arteri mengakibatkan rendahnya
kecepatan rata-rata operasi di jaringan jalan tersebut. Hambatan samping dan konflik tersebut
seringkali bukan diakibatkan oleh operasi transportasi tetapi diakibatkan oleh pengembangan
tata ruang yang tidak dijaga di sepanjang jaringan jalan arteri.
Pengurangan kapasitas persimpangan seringkali disebabkan oleh adanya berkembangnya tata
guna lahan di kawasan persimpangan. Sirkulasi masuk ke tata guna lahan di kawasan
persimpangan akan menambah tundaan di persimpangan, belum lagi penggunaan kawasan
sebagai parkir.
Pengembangan tata guna lahan yang dapat membangkitkan bangkitan dan/atau tarikan baru
di jaringan jalan arteri akan menambah volume lalu lintas. Selain itu sirkulasinya akan
1267
menambah konflik, menambah tundaan dan mengurangi kecepatan rata-rata operasi di ruas
jalan tersebut. Pengembangan tata ruang seringkali tidak memperhatikan daya dukung
prasarana dan pelayanan transportasi yang melayaninya. Oleh karena itu pengembangan tata
ruang terutama dengan jenis tata guna lahan komersial sangat perlu disertai perencanaan daya
dukung prasarana dan pelayanan transportasi.
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PENGEMBANGAN
PRASARANA/
PELAYANAN
TRANSPORTASI
BANGKITANTARIKAN
KAPASITAS
PRASARANA/
PELAYANAN
TRANSPORTASI
PENGEMBANGAN
WILAYAH LAIN
PENGEMBANGAN
JARINGAN
PRASARANA
TRANSPORTASI
RETRIKSI
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PENGEMBANGAN
JARINGAN
PRASARANA
TRANSPORTASI
1268
KAJIAN KONSEPTUAL
Hubungan Antara Tata Ruang Dan Transportasi
Pengembangan jaringan transportasi pada awalnya merupakan usaha untuk memfasilitasi
pergerakan yang timbul akibat kegiatan sosial dan ekonomi. Pergerakan transportasi atau
angkutan barang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mencoba untuk meningkatkan
nilai ekonomis suatu barang. Oleh karena itu kebutuhan sistem transportasi yang efisien
dengan biaya transportasi yang murah menjadi dasar atau acuan dalam perencanaan dan
pengembangan sistem transportasi.
Perencanaan transportasi sangat dipengaruhi oleh perencanaan tata ruang di suatu zona
wilayah yang menjadi fokus studi. Ide atau perencanaan, pengembangan dan pembangunan
prasarana transportasi merupakan implikasi dari proses pemenuhan kebutuhan manusia atau
peningkatan nilai ekonomis dari suatu barang. Oleh karena itu perencanaan transportasi
sangat berkaitan dengan perencanaan atau sistem ekonomi dari suatu wilayah.
Seperti diketahui perencanaan transportasi merupakan upaya untuk memutus hambatan ruang
dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Ruang atau jarak dan waktu merupakan permasalahan
dari manusia atau barang dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia atau barang harus
bergerak dari suatu ruang ke ruang yang lain karena di suatu tempat tersebut tidak mungkin
manusia atau barang tersebut memenuhi seluruh kebutuhannya. Pada Gambar 2
diperlihatkan skema kebutuhan pergerakan transportasi akibat hambatan ruang dan aplikasi
dari jaringan atau prasarana transportasi dalam mengatasinya.
Manusia atau barang berpindah dari suatu ruang ke ruang yang lain tentunya mempunyai
sebab. Sebab tersebut adalah adanya potensi dari tiap ruang bagi manusia atau barang untuk
meningkatkan nilai ekonomisnya atau kebutuhan ekonomisnya. Barang berpindah dari tempat
barang tersebut dihasilkan (barang mentah) menuju lokasi pengolahan selanjutnya kemudian
dilanjutkan ke lokasi pemasaran. Manusia bergerak dari ruang atau lokasi pemukiman
menuju ruang atau lokasi pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Begitu seterusnya,
berulang-ulang dan berbalik sesuai dengan perubahan kebutuhan ekonomis.
Jaringan transportasi mempunyai peran dalam pemenuhan kebutuhan tersebut untuk
menghubungkan ruang-ruang tersebut. Moda transportasi atau sarana mempunyai peran
dalam mendistribusikan obyek yang bergerak tersebut baik manusia maupun barang. Setiap
moda transportasi memiliki karakteristik tertentu dalam mengangkut manusia dan barang.
Karakteristik operasi yang spesifik baik dari kecepatan, kapasitas angkut, axle load dan
sebagainya sangat berpengaruh dalam obyek yang akan diangkut.
1269
akse
sibili
tas
RUANG
AKTIVITAS
n
ta
ba
m
Ha
g
an
ru
POTENSI
PERGERAKAN
si
Kapa
tas
SISTEM
TRANSPORTASI
PERFORMANCE
INDICATOR
Direpresentasikan oleh:
1. Jaringan transportasi
a. Prasarana
b. Sarana
2. Pengaturan
1270
Sistem
Transportasi
Arus
F
Sistem
Kegiatan
2
Gambar 3 Hubungan Dasar Antara Transportasi dan Sistem Kegiatan1
Hubungan interaktif antara ketiga sistem (T, A, F) akan berlangsung sepanjang waktu. Data
kondisi transportasi perkotaan di suatu waktu -misal: tahun tertentu- merupakan potret sesaat
(snap-shoot) resultan dari interaksi ketiga sistem tersebut. Oleh karena itu pengumpulan
kondisi transportasi secara berkala idealnya setiap tahun- akan lebih baik dalam memahami
interkasi dan permasalahan yang terjadi. Permasalahan umumnya disebabkan oleh gangguan
kelancaran interaksi diantara sistem, misalnya: keterlambatan atau ketidaktepatan antisipasi
sistem transportasi untuk mengikuti perkembangan sistem aktivitas, dan sebaliknya.
Tamin (2000)2 menerjemahkan hubungan antar sistem tersebut dalam konsep transportasi
makro sebagaimana disampaikan pada Gambar 4. Dalam sistem transportasi makro tersebut
terdiri atas: sistem kegiatan, sistem jaringan, sistem pergerakan, dan sistem kelembagaan.
Semua elem dalam sistem transportasi makro tersebut berinteraksi menghasilkan realitas
dari kondisi dan kinerja sistem transportasi yang ada.
Satu hal terpenting adalah semua sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh sistem kelembagaan
(institutional system) yang mengatur pengembangan dan interaksi pada setiap elemen dalam
sistem transportasi. Oleh karena itu, penyelesaian masalah transportasi perkotaan di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh kapabilitas lembaga yang mengelola sistem tersebut.
Manheim, Marvin L. (1979) Fundamentals of Transportation System Analysis. Volume 1: Basic Concept, MIT
Press, USA.
2
Tamin, Ofyar Z. (2000) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung.
1271
Sistem
Sistem
Kegiatan
Jaringan
Sistem
Pergerakan
Sistem Kelembagaan
Gambar 4 Sistem Transportasi Makro 3
- Idem No. 5
1272
Batasan
Lingkungan
KT1
PT1
PT1
KT0
KT2
PT2
PT0
a. Pendekatan Konvensional
Catatan:
PT0
b. Pendekatan MKT
Akan tetapi, dengan pendekatan MKT seperti terlihat pada Gambar 5b, diusulkan berbagai
usaha untuk memperkecil atau meredam kebutuhan transportasi sehingga pergerakan yang
ditimbulkannya masih berada dalam syarat batas kondisi sosial, lingkungan, dan operasional.
Selain itu, juga diusulkan berbagai usaha peningkatan sistem prasarana transportasi yang
akan ditentukan secara sangat selektif tergantung dengan kondisi keuangan yang tersedia
serta memperhatikan syarat batas tersebut di atas.
Kemacetan yang biasanya terjadi di daerah perkotaan timbul karena proses pergerakan
dilakukan pada lokasi yang sama dan terjadi pada saat yang bersamaan pula. Dalam
pelaksanaan konsep MKT ini, pembatasan kebutuhan transportasi sama sekali bukan berarti
membatasi jumlah pergerakan yang akan terjadi akan tetapi bagaimana mengelola atau
mengatur proses pergerakan tersebut agar jangan terjadi pada saat yang bersamaan dan/atau
terjadi pada lokasi atau tempat yang bersamaan pula. Pembatasan kebutuhan transportasi
dengan cara membatasi pergerakan yang akan terjadi merupakan hal yang sangat keliru
karena akan menyebabkan berkurangnya mobilitas penduduk yang akan secara tidak
langsung akan berakibat terhambatnya proses pertumbuhan ekonomi.
Oleh sebab itu, kebijakan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan konsep MKT ini harus
dapat mengarah pada terjadinya beberapa dampak pergeseran pergerakan dalam ruang dan
waktu seperti berikut ini:
Dampak Pergeseran Waktu: proses pergerakan terjadi pada lokasi yang sama, akan
tetapi pada waktu yang berbeda;
Dampak Pergeseran Rute/Lokasi: proses pergerakan terjadi pada waktu yang sama,
akan tetapi pada rute atau lokasi yang berbeda;
Dampak Pergeseran Moda: proses pergerakan terjadi pada lokasi yang sama dan
pada waktu yang sama, akan tetapi dengan moda transportasi yang berbeda;
1273
Dampak Pergeseran Lokasi Tujuan: proses pergerakan terjadi pada lokasi yang
sama, waktu yang sama, dan moda transportasi yang sama, akan tetapi dengan
lokasi tujuan yang berbeda.
1274
1275
PENGEMBANGAN METODOLOGI
Metodologi penelitian ini menggunakan konsep sistem dinamik. Tata ruang dan transportasi
mempunyai hubungan saling ketergantungan. Ketergantungan tersebut perlu diatur dan ditata
sehingga pengembangan wilayah tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Selain itu
pengembangan wilayah juga dapat memberikan pendapatan berlebih di wilayah berkembang
dimana retriksi diberikan dengan penambahan pajak dalam pengembangan di wilayah
berkembang. Tetapi terdapat wilayah lain yang dikembangkan dengan insentif tertentu
sehingga pengembang mendapatkan alternatif. Tentunya wilayah tersebut juga perlu dilayani
oleh jaringan prasarana/pelayanan transportasi tertentu sehingga mempunyai daya tarik bagi
pengembang.
1276
Bangkitan/
Tarikan
Arus
Indicator
Performance
Kapasitas
Prasarana/Pelayanan
Transportasi
Pengembangan
Wilayah
+
+
Penambahan
Kapasitas
Prasarana/Pelayanan
Transportasi
+
Parkir
Hambatan
Samping
+
Penambahan
Kapasitas Jaringan
Angkutan Umum
+
Penambahan
Kapasitas Jaringan
Jalan
Tundaan
1277