(BHBP 5)
Disusun oleh :
Kelompok tutorial 4
Natanael Adi Susanto
Hilman Wibowo
Ina Istiana Sholihah
160110110004
160110110014
160110110016
Robert
Qaulan Syahida
Icha Putrika R
Sonia Rama
Alldea Di Banuasenza
160110110024
160110110034
160110110045
160110110056
160110110067
Swarantika A.R.
Dhio Adhinugra
Rifaah Mahmudah
Bulu
Nadia Cantika Hutami
Fathin Vania R
Nabila Athaya
Septian Rahmat
160110110080
160110110090
160110110080
160110110110
160110110116
160110110131
160110100090
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan rakhmat dan inayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah sebagai salah satu tugas dalam Blok Bioethic Humaniora and Behaviour
Program di Fakultas Kedokteran Gigi Universtas Padjadjaran.
Bahasan makalah berisi tentang manajemen rumah sakit, manajemen dan
konsep pelayanan kesehatan.
Penyusunan makalah ini meskipun telah diusahakan dengan baik, namun
dirasakan masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna mengingat
pengalaman dan pengetahuan penulis yang masih dalam tarap belajar.
Terselesaikannya makalah berkat dukungan dari berbagai pihak, dengan demikian
sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan saran
untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan dunia ilmu
pengetahuan pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 DASAR TEORI...........................................................................................3
2.1
Rumah Sakit..............................................................................................3
2.1.1
Definisi...............................................................................................3
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2
2.2.1
Sejarah Mutu......................................................................................7
2.2.2
Batasan Mutu.....................................................................................8
2.2.3
Pengertian Mutu.................................................................................8
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
Komponen Pelayanan yang mempengaruhi Mutu Pelayanan
Kesehatan.......................................................................................................18
2.2.9
2.2.10
2.3
2.3.1
Ukuran Mutu....................................................................................22
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
2.4
iii
2.4.1
2.4.2
2.4.3
Dimensi Mutu Yang Digunakan Untuk Mengevaluasi Mutu Yang
Digunakan......................................................................................................45
2.4.4
2.4.5
2.4.6
2.4.7
2.5
2.5.1
Pengertian.........................................................................................60
2.5.2
Batasan.............................................................................................61
2.5.3
Tujuan..............................................................................................61
2.5.4
Manfaat............................................................................................62
2.5.5
2.5.6
Bentuk Penjaminan Mutu Pelayanan Ditinjau Dari Kedudukan
Organisasi Pelaksana Program Menjaga Mutu..............................................65
2.5.7
2.5.8
2.5.9
Bentuk Penjaminan Mutu Pelayanan Ditinjau Dari Kedudukan
Organisasi Pelaksana Program Menjaga Mutu..............................................68
2.5.10
2.5.11
2.6
Kepuasan Pelanggan................................................................................72
2.6.1
2.6.2
2.6.3
Keterkaitan Mutu atau Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan
Kepuasan Pasien atau Pelanggan...................................................................76
2.7
2.7.1
2.7.2
2.7.3
2.7.4
iv
2.7.5
2.8
Manajemen Mutu(Juran)..................................................................82
2.8.1
Definisi.............................................................................................83
2.8.2
2.8.3
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada makalah ini akan dibahas mengenai manajemen rumah sakit, mutu
pelayanan kesehatan, kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, konsep
manajemen mutu terpadu, serta konsep pelayanan prima.
Manajemen Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, dalam Bab I Pasal
1 disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat . Dalam
kegiatan organisasi rumah sakit diperlukan pengalaman dan manajemen
professional. Manajemen professional berarti melaksanakan manajemen dengan
tatacara yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka manajemen rumah sakit berarti
koordinasi
antara
berbagai
sumber
daya
melalui
proses
perencanaan,
secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya masyarakat konsumen.
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan
kepuasan pasien terhadap pelayan kesehatan adalah perasaan senang, puas
individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa
pelayanan kesehatan.
pendekatan
manajemen
untuk
memadukan
upaya-upaya
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Rumah Sakit
2.1.1
Definisi
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.1.4
Rumah sakit harus dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi
seluruh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit
melalui pembentukan berbagai perangkat aturan di rumah sakit meliputi:
a. Peraturan internal staf medis
b. Standar prosedur operasional dan berbagai pedoman pelayanan
kesehatan serta melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi
dalam bidang medikolegal.
Rumah sakit bertangggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
timbul atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan rumah sakit. Menurut
UU No. 44 Tahun 2009 pasal 3, pengaturan rumah sakit bertujuan untuk:
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
antara
berbagai
sumber
daya
melalui
proses
perencanaan,
Sejarah Mutu
Konsep pengembangan mutu dalam pelayanan industri sudah sejak lama
sudah
mengembangkan
berbagai
instrumen
dan
pendekatan
2.2.2
Batasan Mutu
Menurut kamus Bahasa Indonesia, mutu adalah ukuran, derajat, atau taraf
tentang baik buruknya suatu produk barang atau jasa. Ukuran yang terpenting dala
mutu bukanlah harga atau biaya, akan tetapi kesamaan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, suatu barang atau jasa dikatakan bermutu apabila
barang atau jasa tersebut mempunyai derajat kesempurnaan yang sesuai dengan
standar yang ada. Dalam istilah lain dapat dikemukakan bahwa mutu adalah
perpaduan sifat-sifat dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan pemakai atau pelanggan. Deming (1980) mengemukakan bahwa mutu
dapat dilihat dari aspek-aspek berikut.
a. Dari aspek konteks, mutu adalah suatu karakteristik atau atribut dari suatu
produk atau jasa.
b. Dari aspek persepsi pelanggan, mutu adalah penilaian subjektif pelanggan.
Persepsi pelanggan dapat berubah karena pengaruh berbagai hal seperti
iklan, reputasi produk atau jasa yang dihasilkan, pengalaman, dan
sebagainya.
c. Dari aspek kebutuhan dan keinginan pelanggan, mutu adalah apa yang
dikehendaki dan dibutuhkan oleh pelanggan.
2.2.3
Pengertian Mutu
Persepsi tentang mutus suatu organisasi pelayanan sangat berbeda-beda
karena bersifat sangat subjektif, di samping itu selera dan harapan pengguna
pelayanan selalu berubah-ubah. Banyak pengertian tentang mutu, antara lain
berikut ini.
2.2.5
SERVQUAL
didasarkan
pada
asumsi
bahwa
konsumen
10
pokok, yakni jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan
(perceived service).
Perancangan kualitas pelayanan dalam model SERVQUAL didasarkan
pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi
pelanggan, serta gap diantara keduanya pada lima dimensi utama kualitas jasa
(reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, bukti fisik).
Definisi,
penjelasan
serta
pernyataan
11
mengenai
kelima
dimensi
13
2.2.6
bersifat sangat subjektif, di samping itu selera dan harapan pengguna pelayanan
selalu berubah-ubah.
Banyak pengertian tentang mutu, antara lain berikut ini :
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1959)
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang di
dalamanya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO 8402, 1986)
Dari batasan ini, dapat dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat
diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat
kesempurnaan, sifat, wujud, serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, ataupun terhadap
kepatuhan terhadap standar pelayanan. Dalam praktik sehari0hari melakukan
penilaian tidaklah mudah. Penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan
14
tersebut bersifat multi dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang
kepentingan masing-masing dapat melakukan penilaian dari dimensi berbeda.
Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaranya sesuai dengan
standard an kode etik profesi (Azrul Aswar, 1996)
2. Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui
peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi
pasien, keluarga, dan lainnya yang dating untuk mendapatkan pelayanan
dokter; karyawan (Mary R. Zimmerman)
Secara umum pengertian pelayanan mutu kesehatan adalah desain
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan yang menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya
masyarakat konsumen.
2.2.7
15
dan
santun,
tepat
waktu,
tanggap
serta
mampu
profesi
mengharapkan
layanan
adanya
kesehatan
dukungan
membutuhklan
teknis,
administrasi,
dan
dan
16
17
2.2.8
Menurut Jacobalis (1989) mutu pelayanan suatu sarana kesehatan adalah produk
akhir dari interaksi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai
komponen atau aspek pelayanan kesehatan itu sebagai suatu sistem. Komponenkomponen tersebut menurut Donabedian,1988 (dalam Jacobalis, 1989), adalah
sebagai berikut :
(a) Struktur, adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya manusia serta sumber daya lainnya.
(b) Proses adalah semua kegiatan medis atau dokter, perawat dan profesional
lainnya dalam interaksi professional dengan pasien.
(c) Out put adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan profesional terhadap pasien
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kepuasan pasien.
2.2.9
18
19
Ukuran Mutu
Tujuan atau objektif teknis adalah sesuatu yang bermanfaat dan
merupakan karakteristik yang relevan yang dapat diukur. Dalam hal ini yang
termasuk ukuran mutu yaitu tersedianya kalori per kapita, fasilitas layanan
20
kesehatan, petugas kesehatan per satuan jumlah penduduk dan akses kepada
fasilitas layanan kesehatan rujukan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan pada prinsipnya membandingkan
pelayanan kesehatan terhadap Standar yang telah disepakati dan ditetapkan
sebelum dilakukan pengukuran mutu. Pada awal upaya pengukuran mutu
Donabedian (1980) mengusulkan tiga kategori terhadap mana pelayanan
kesehatan dapat digolongkan, yaitu :
1. Standar Struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan dari sistem, kadangkadang disebut juga sebagai Masukan atau Struktur. Termasuk kedalamnya antara
lain hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite, personel,
peralatan, gedung, rekam medik, keuangan, perbekalan, obat, dan fasilitas.
Standar Struktur merupakan rules of the game
2. Standar Proses
Standar proses adalah yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan. Standar proses akan
menjelaskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana
sistem bekerja.
3. Standar Luaran
21
Standar luaran atau outcome adalah hasil akhir atau akibat dari pelayanan
kesehatan. Standar luaran akan menunjukkan apakah pelayanan kesehatan berhasil
atau gagal.
Setiap orang atau kelompok yang berkepentingan akan menilai mutu pelayanan
kesehatan berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan dan Kriteria yang berbeda.
Oleh sebab itu, perlu diketahui siapa yang menyusun Standar Pelayanan
Kesehatan, sebagai berikut :
Perorangan
Profesi kesehatan, petugas kesehatan, pasien dan keluarganya
Kelompok
Kelompok profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan, Lembaga Konsumen,
LSM, Masyarakat, politisi, Asuransi Kesehatan, Komite Akreditasi
Otoritas Kesehatan
Tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional dan Internasional (WHO)
22
layanan
kesehatan
yang
mempunyai
pengetahuan,
23
layanan
kesehatan
yang
sama
mutuya.
24
merupakan
kegiatan
yang
disebut
sebagai
audit.
pemeriksaan
dan
penilaian
terhadap
hasil
pemeriksaan tersebut.
Karena penilaian didasarkan pada catatan, catatan itu harus
dapat dipercaya dan akurat. Catatan yang tidak lengkap, dan
tidak akurat akan menghasilkan pengukuran yang tidak akurat
pula. Kadang-kadang catatan yang baik tidak berkaitan denga
standar layanan kesehatan yang diberikan. Layanan kesehatan
justru menjadi buruk karena terlalu banyak waktu yang
25
yang
tidak
lengkap
dan
tidak
akurat
dilakukan
dengan
pasien
dan/atau
26
27
2.3.2
pelayanan
5) Pelayanan mendatangkan keuntungan bagi lembaga penyedia layanan.
28
2.3.3
29
dengan
Standar
hasil
merupakan
perubahan-perubahan
30
yang
2.3.4
31
2.3.5
1. Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian
utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta
tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan
belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya
kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan
nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai
program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya
yang telah diamanatkan dalam GBHN 19992004. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi;
peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat
termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan
termasuk
peningkatan
koordinasi
antarsektor
dan
antarlembaga.
32
sikap yang baik terhadap hidup sehat yang menguntungkan uipaya kesehatan.
Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai
sosial budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan
maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap
dan perilaku hidup sehat.
2.
33
melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur
produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa
akan
3.
datang.
4.
dan
lingkungan.
tiga
34
kelompok.
Inilah
tantangan
pendidikan
kesehatan
kita.
stres
dengan
kegiatan-kegiatan
yang
positif.
5.) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya :
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya
35
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
5.
terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu hanya mungkin
teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik
pemerintah maupun swasta.,
6.
Kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga
kerja.
jangka
panjang.
37
7.
laboratorium , kantor, perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang
lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut
masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan
rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi
medis maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada
praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.
8.
optimal.
38
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan
transportasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan
terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transportasi dapat dikatakan
kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan
waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di
desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis
darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan
petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
9.
pembangunan antara lain adalah kerja sama lintas sektor. Kerja sama yang
dimaksud adalah kerja sama berbagai sektor pembangunan, kerjasama pemerintah
dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja
sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari
segi teknis operasional maupun administratif, ketenagaan dan kejelasan
mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan
kerja
sama
secara
luas
Kerja sama lintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut
tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara
komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran
yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan
mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
39
memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi (Azhrul Aswar,1996).
Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan
serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh
proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk
mendapatkan pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
2.4.2
penyakit.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan
mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali
41
42
kesehatan selama ini dianggap suatu beban yang berat dan ada kalanya disertai
dengan keluhan / kritikan pasien dan/ masyarakat akan berubah menjadi suatu
kepuasan kerja. Jaminan mutu pelayanan kesehatan akan menghindarkan
terjadinya malpraktik sehingga dokter dapat terhindar dari tuntunan pasien.
2.4.3
konsistensi.
Tidak
dipenuhinya
dimensi
kompetensi
teknis
dapat
dapat diterima atau tidaknya layanan kesehatan itu secara sosial atau nilai budaya,
kepercayaan dan prilaku. Akses ekonomi berkaitan dengan kemampuan
membayar biaya layanan kesehatan. Akses organisasi ialah sejauh mana layanan
kesehatan itu diatur hingga dapat memberikan kemudahan/kenyamanan kepada
pasien atau konsumen. Akses bahasa, artinya pasien harus dilayani dengan
menggunakan bahasa atau dialek yang dapat dipahami oleh pasien.
3. Dimensi Efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi
keluhan
yang
ada,
mencegah
terjadinya
penyakit
dan
44
yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien,
memerlukan waktu lama, dan menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien.
Dengan melakukan analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi
yang paling efisien.
5. Dimensi Kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat
dilayani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa
mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Pasien harus selalu
mempunyai akses ke layanan kesehatan yang dibutuhkannya. Karena riwayat
penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, layanan
kesehatan rujukan yang diperlukan pasien dapat terlaksana dengan tepat, waktu
dan tempatnya.
6. Dimensi Keamanan
Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatan harus aman, baik bagi
pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya. Layanan kesehatan yang
bermutu harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping, aatau bahaya lain.
Oleh karena itu harus disusun suatu prosedur yang akan menjamin keamanan
kedua belah pihak.
7. Dimensi Kenyamanan
Dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efektivitas
45
46
2.4.4
47
48
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan
perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula.
Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang
tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat
dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin
mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting,
karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada
peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan.
2.4.6
1.
pelayanan kesehatan)
Adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan sebelum pelayanan
kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditunjukkan pada standar
masukan dan standar lingkungan yaitu pemantauan dan penilaian terhadap tenaga
pelaksana, dana, sarana, di samping terhadap kebijakan, organisasi, dan
manajemen institusi kesehatan.
Prinsip pokok program menjaga mutu prospektif sering dimanfaatkan dan
tercantum dalam banyak peraturan perundang-undangan, di antaranya :
Standardisasi (Standardization),perizinan (Licensure), Sertifikasi (Certification),
akreditasi (Accreditation).
49
Standarisasi
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula sebagai
kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990).
b.
Lisensi (Perizinan)
c.
Sertifikasi
d. Akreditasi
2.
lebih tinggi
Dilakukan secara bertingkat, yakni sesuai dengan kemampuan institusi
kesehatan.
Ditinjau serta diberikan secara berkala.
b.
Perhatian utama pada standar proses, memantau dan menilai tindakan medis
dan non medis yg dilakukan. Apabila kedua tindakan tersebut tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan kurang bermutu.
c.
Proram menjaga mutu ini paling sulit dilaksanakan, hal ini antara lain
disebabkan karena ada faktor tenggang rasa antara sesama teman sejawat yang
dinilai
3.
51
menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue review, survei klien dan
lain-lain.
a.
b.
c.
Jika penampilan tersebut di bawah standar yang telah ditetapkan maka berarti
a.
Penampilan pelayanan dinilai dari rekam medis yang digunakan pada pelayanan
kesehatan. Semua catatan yang ada dalam rekam medis dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
b.
Review Jaringan
Penampilan pelayanan kesehatan yang dinilai adalah dari jaringan yang diangkat
pada tindakan pembedahan. Misalnya tindakan apendiktomi, jika gambaran
patologi anatomi dari jaringan yang diangkat sesuai degan diagnosa yang
ditegakkan, maka mutu pelayanannya baik.
c.
Survei Klien
4.
52
a.
5.
a.
pelayanan kesehatan
b.
53
2.4.7
1.
ini menunjukkan bahwa untuk mencapai mutu tertentu itu harus diupayakan,
diusahakan dan di dukung oleh semua pihak yang berkepentingan. Mutu yang
baik tidak mungkin datang dengan sendirinya. Namun dalam upaya mendorong
bola siklus PDCA tersebut ke atas, selain diperlukan upaya dan tekad untuk
mendorongnya sampai di atas juga diperlukan alat untuk mengganjal agar bola
siklus PDCA ini tidak turun ke bawah tetapi bisa di tahan pada level tertentu. Alat
untuk mengganjal hal tersebut adalah standar. Jika target pada level tertentu sudah
tercapai maka bola siklus PDCA ini bisa di dorong lagi lebih ke atas. Demikian
seterusnya sampai bola siklus PDCA ini mencapai tujuan
Siklus PDCA:
Plan (Perencanaan)
Dalam tahapan siklus PDCA ini tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
Do (Kerjakan)
tersebut,
bisa
dengan
55
Dalam siklus PDCA, Do bukanlah menjalankan proses tetapi melakukan uji coba
atau test. Proses dijalankan pada tahap Act.
Check (Cek)
Mengukur tingkat efektifitas hasil uji test solusi yang dikerjakan dan
menganalisa apakah hal itu bisa diterapkan dengan cara lain. Pada tahap ini kita
mengukur seberapa efektif percobaan yang telah dilakukan pada tahap siklus
PDCA sebelumnya yaitu: Do. Selain itu, tahapan ini juga menarik pembelajaran
sebanyak mungkin sehingga nantinya bisa dihasilkan hasil yang lebih baik.
Dalam tahapan siklus PDCA Do dan Check dengan melihat skala
dan area perbaikan yang akan dilakukan kita dapat mengulangi tahapan
ini sebelum ke tahapan berikutnya jika dirasa perlu. Jika hasilnya sudah
memuaskan barulah kita dapat menuju ke tahap siklus PDCA berikutnya
yaitu: Act
Act (Tindaklanjuti)
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan. Ini berarti juga
meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya
sebelum implementasi berikutnya. Jika tahapan ini sudah selesai dan kita sudah
sampai di tahapan berikutnya yang lebih baik, kita bisa mengulang proses ini dari
awal kembali untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi.
Siklus PDCA memberikan kita tahapan proses pemecahan masalah yang terukur
dan akurat. Siklus PDCA ini efektif untuk:
a.
Ketika siklus PDCA ini diulangi kembali ia akan membuka kemungkinan untuk
menemukan area baru yang perlu ditingkatkan.
b.
secara signifikan.
c.
Membuka cakrawala yang lebih luas akan solusi masalah yang ada,
57
serta mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan (The American Hospital Association,
1988).
d. Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun
secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan
kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk
meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan
berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commission on Acreditation of
Hospitals, 1988).
Keempat pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya tidak
sama namun pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah berbeda.
Pengertian pokok yang dimaksud paling tidak mencakup tiga rumusan utama,
yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, karakteristik kegiatan yang akan
dilakukan, serta tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut.
Jika ketiga rumusan tersebut disarikan dari keempat pengertian program
menjaga mutu diatas, dapatlah dirumuskan pengertian program menjaga mutu
yang lebih terpadu. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan.
58
2.5.2
Batasan
Batasan ini mencakup tiga rumusan utama, yakni rumusan kegiatan yang
2.5.3 Tujuan
Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang
jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan antara.
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas
masalah mutu berhasil ditetapkan.
b. Tujuan akhir.
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin
meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan penyebab
masalah mutu berhasil diatasi.
2.5.4 Manfaat
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang
akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.
59
60
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai
kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat
makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam
kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena
apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya
pelayanan
kesehatan yang
bermutu,
yang
akan
masalah,menetapkan
masalah,
menetapkan
cara
penyelesaian
masalah,menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada
standar yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu.
Secara umum standar program menjaga mutu dapat dibedakan :
1.
Standar masukan
61
kesehatan
yang
bermutu,
yaitu
jenis,
jumlah,
dan
Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola
organisasi serta sistim manajemen,yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of
conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh
kesesuaian tindakan dengan standar proses.
62
2.5.6
a.
menjaga
mutu
tidak
diselenggarakan
oleh
institusi
yang
2.5.7
63
perundang-undangan, di antaranya
: Standardisasi (Standardization),
Menjaga
Mutu
Restrospektif
(Retrospective
Quality
Assurance)
Yang dimaksud dengan program menjaga mutu restrospektif adalah yang
diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian
utama lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai
penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai
bersifat tidak langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan .atau
berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu
retrospektif adalah : Record review, survei kepuasan pelanggan dan lain lain.
masalah,menetapkan
masalah,
menetapkan
cara
penyelesaian
masalah,menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada
64
Standar masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya
pelayanan
kesehatan
yang
bermutu,
yaitu
jenis,
jumlah,
dan
Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola
organisasi serta sistim manajemen,yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
Standar proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of
conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh
kesesuaian tindakan dengan standar proses.
65
2.5.9
yang baik dan sesuai tujuan serta tepat sasaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut
adalah:
a. bekerja dalam tim;
b. memberikan fokus perubahan pada proses;
c. mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;
d. pengambilan keputusan berdasarkan data;
e. adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan
proses pelayanan.
67
68
69
adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa
tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain
tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu
perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system
untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat
dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut
pelanggan. Junaidi (2002) berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu
produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja
produk lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami
kepuasan.
Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang
menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh
konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu
jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen
akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak
sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak
70
2.6.2
pelanggan yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran.
Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara
menerima saran. Keluhan masukan mengenai produk atau jasa layanan.
Dengan penyediaan kotak saran, hotline service, dan lain-lain untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pasien atau pelanggan
untuk menyampaikan keluhan, saran, komentar, dan pendapat mereka.
71
72
mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan /
penyempurnaan selanjutnya.
Menurut Umar (2003), ada 6 konsep yang dapat dipakai untuk mengukur
kepuasan pelanggan yaitu :
a. Kepuasan pelanggan keseluruhan, yaitu dengan cara menanyakan
pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa pelayanan.
b. Dimensi kepuasan pelanggan, yaitu dengan cara mengidentifikasi dimensi
dimensi kunci kepuasan pelanggan. Meminta pelanggan menilai jasa
berdasarkan item item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan
staf pelayanan terhadap pelanggan. Meminta pelanggan menilai jasa
pesaing. Meminta pelanggan untuk menentukan dimensi yang penting
untuk kepuasan seluruh pelanggan.
c. Konfirmasi harapan, pada cara ini kepuasan tidak diukur langsung, namun
disimpulkan berdasarkan kesesuaian ketidaksesuaian antara harapan
pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang diberikan.
d. Minat pembelian ulang. Kepuasan pelanggan di ukur berdasarkan apakah
mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama.
e. Kesediaan untuk merekomendasikan. Cara ini merupakan ukuran yang
penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti
jasa pendidikan tinggi.
f. Ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji dengan melihat komplain pasien.
73
2.6.3
ini
tergantung
pada
kemampuan
tenaga
kesehatan
untuk
74
merupakan
pendekatan
manajemen
untuk
memadukan
upaya-upaya
75
manajer mulai dari atas (top manager) sampai manajer paling bawah (lower
manager).
Terdapat 3 kata kunci dalam manajemen mutu terpadu (TQM), yaitu:
1. Terpadu (total), berarti mutu menjadi bagian integral dari setiap fase atau
proses dalam organisasi, dengan tumbuhnya saling keterkaitan dan
ketergantungan satu sama lain.
2. Mutu (quality), yaitu inti dari TQM. Apabila kita mengadopsi TQM, maka
mutu didasarkan kepada kebutuhan pelanggan, bukan atas dasar ukuran
atau parameter dari suatu produk. Mutu dirancang ke dalam produk dari
proses, mutu mengalir dari proses, dan membudaya dalam organisasi.
Mutu bukan hasil dari pengawasan atau memperbaiki kesalahan.
3. Manajemen, adalah bagian yang penting sekali dari konsep TQM, oleh
karena itu dorongan untuk TQM harus datang dari unsur pimpinan puncak.
2.7.2
76
77
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan
hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan
pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong
untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan
keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan Yang Terkendali
Dalam
TQM,
keterlibatan
dan
pemberdayaan
karyawan
dalam
78
9. Kesatuan Tujuan
Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada
tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai
upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan
tetapi juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh
berarti.
2.7.4
79
Manajemen Mutu(Juran)
Manajemen mutu menurut Juran, dilaksanakan dengan menggunakan 3
80
Definisi
Pelayanan Prima (Excellent Service) berasal dari kata pelayanan, yang
berarti usaha melayani kebutuhan orang lain atau dari melayani yang berarti
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang, serta kata
prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan. Jadi, secara
sederhana, pelayanan prima (excellent service) adalah suatu pelayanan yang
terbaik atau bermutu tinggi dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan kata lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi
standar kualitas dan dengan demikian memenuhi kepuasan pasien.
Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan
oleh karyawan RS untuk memenuhi/bahkan melampaui harapan pengguna jasa
81
rumah sakit. Harapan tersebut ditentukan oleh pengalaman masa lalu terhadap jasa
atau produk yang pernah digunakan, informasi layanan yang diterima dari
berbagai sumber atau janji-janji, dan faktor internal dari pengguna jasa yaitu dari
pengguna jasa rumah sakit sendiri.
Unsur unsur melayani prima sebagaimana dimaksud dengan pelayanan
umum, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu kesederhanaan, kejelasan
dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan yang merata,
dan ketepatan waktu.
Terdapat beberapa definisi tentang kualitas pelayanan yang dikemukakan
oleh para ahli, dan dari sejumlah definisi tersebut terdapat beberapa kesamaan,
yaitu:
1. Kualitas merupakan usaha untuk memenuhi harapan pelanggan
2. Kualitas merupakan kondisi mutu yang setiap saat mengalami
perubahan
3. Kualitas itu mencakup proses, produk, barang, jasa, manusia, dan
lingkungan
4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
Menurut Kotler pelayanan yang bermutu seharusnya tidak saja dilakukan
oleh karyawan lini depan namun juga seluruh jajaran manajer, dengan mengenali
82
secara pribadi para pelanggan. Bill Marriott dan lainnya membuat paradigma baru
berupa struktur organisasi pelayanan berbentuk piramida, yang digambarkan
berupa piramida terbalik dimana yang diatas adalah masyarakat atau pelanggan,
sedangkan pemimpin berada pada puncak piramida bawah. Pelanggan seharusnya
diatas yang langsung memperoleh pelayanan petugas lini depan yang didukung
dan diperkuat segenap jajaran manajer menengah dan direktur dibawahnya.
Prinsip tersebut pada hakikatnya adalah membalikkan pandangan sebelumnya
(model atau paradigma lama) dimana para birokrat yang lebih suka untuk dilayani
menjadi lebih suka melayani masyarakat.
2.8.2
3A, yaitu attitude (sikap), attention (perhatian), dan action (tindakan). Pertama,
kita harus menyajikan sikap yang benar. Kedua, kita harus saling memberikan
perhatian seutuhnya dan tidak terbagi pada setiap pelanggan. Ketiga, melakukan
sejumlah tindakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
83
84
(expected),
85
86
BAB 3
CASE STUDY
Tutorial 2
Mrs. Dahlan Case
Drg. Dahlan adalah Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Kota A di
Indonesia, yang berupaya terus untuk menjadikan rumah sakitnya, mampu
memberiakn pelayanan bermutu, dan memuaskan pasien. Tapi saat ini, rumah
sakitmengalami kemunduran dari segi jumlah pasien dan pendapatan.
Dari laporan ternyata, pasien banyak mengeluh tidak puas pada: pelayanan
terhadap waktu tunggu, petugas dan perawat tidak profesional, dan kurang empati.
Terlihat beberapa Dimensi Mutu Pelayanan belum dapat memenuhi kepuasan
pasien.
Setelah ditelusuri dibebrapa pelayanan, ternyata standar pelayan, standar
operating procedur (SOP) serta indikatornya tidak lengkap, hal ini menyebabkan
parameter yang tidak jelas sehingga timbul berbagai variasi pelaksanaan
pelayanan. Drg. Dahlan ingin segera memperbaiki mutu dengan melakukan
Peningkatan Mutu Pelayanan, tetapi sebelumya harus melengkapi standar
pelayanan, SOP dan insikator, sebagai alat untuk menjamin mutu.
Drg. Dahlan tidak hanya ingin meningkatkan mutu pelayanan sesaat, tetapi juga
harus dapat Menjaga Mutu Pelayanan/memberikan Jaminan Mutu Pelayanan
87
(Quality assurance) pada pasiennya, dan secara terus menerus/ Peningkatan Mutu
Pelayanan yang Berkelanjutan (Continuous Quality Improvement). Melalui
pendekatan Manajemen Rumah Sakit, drg. Dahlan juga berencana menerapkan
Konsep Manajemen Mutu Terpadu/ Total Qality Management (TQM), agar
seluruh staf rumah sakit dapat berpartisipasi dalam pemeliharaan, pengembangan,
dan peningkatan mutu. Sehingga mutu pelayanan rumah sakit dapat terjaga
mutunya dan meningkat terus, serta dapat memberikan Pelayanan Prima pada
pasien/pelanggannya.
Instruksi:
1. Apa masalah yang dihadapi Drg. Dahlan kali ini?
2. Apa penyebab dari masalah tersebut?
3. Tentukan hipotesis dan learning issue dari kasus diatas!
Identifikasi Masalah
Identitas
Nama Rumah Sakit
: RSGM
Lokasi
: Kota A, Indonesia
Direktur
: Drg. Dahlan
Pada Mrs. Dahlan Case terdapat beberapa masalah yang dialami dalam mengelola
Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Kota A diantaranya:
1. Rumah Sakit Gigi dan Mulut di kota A mengalami kemunduran dari segi
jumlah pasien dan pendapatan.
88
89
(TQM). Selain itu setelah masalah yang sedang terjadi telah dapat diatasi, drg.
Dahlan juga merencanakan memberikan pelayanan prima terhadap pasien
yang datang/berobat ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut tersebut.
Pada tutorial kali ini kami membahas:
1. Rumah Sakit
2. Batasan dan pengertian mutu
3. Sejarah manajemen mutu
4. Mutu pelayan kesehatan
5. Konsep mutu pelayanan kesehatan
6. Mengukur mutu dan menilai mutu pelayanan kesehatan
7. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
8. Menjaga mutu/jaminan mutu pelayanan kesehatan
9. Kepuasan pasien atau pelanggan
10. Manajemen mutu terpadu
90
BAB 4
CASE REVIEW
Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Kota A di Indonesia yang dipimpin oleh drg.
Dahlan mengalami kemunduran dari segi jumlah pasien dan pendapatan. Pasien
banyak mengeluh tidak puas pada pelayanan terhadap waktu tunggu, petugas dan
perawat yang tidak profesional dan kurang empati. Itu disebabkan juga karena
standar pelayanan kesehatan dan SOP serta indikatornya tidak lengkap. Maka dari
itu drg. Dahlan ingin memperbaiki hal tersebut.
Untuk itu, dalam menangani masalah tersebut ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti ketika ingin memperbaiki keluhan dari pasien karena tidak
puas dengan pelayanan terhadap waktu tunggu, petugas dan perawat maka rumah
sakit harus memperbaiki sistem pelayanannya, sistem pelayanan ini dapat
diperbaiki dari manajemen rumah sakit tersebut. Memperbaiki standar pelayanan,
SOP dan idikatornya. Untuk para pemberi pelayanan kesehatan juga harus
mengetahui konsep mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien dengan benar,
menjaga mutu pelayanan/memberikan jaminan mutu pelayanan kemudian
peningkatan mutu pelayanan yang berkelanjutan dan penerapan konsep
manajemen mutu terpadu.
Sehingga dapat menjaga mutu pelayanan yang baik dan berkelanjutan tetap
terlaksana dan pada akhirnya apabila aspek-aspek tersebut telah dapat diperbaiki,
maka akan menghasilkan pelayanan prima pada pasien.
91
DAFTAR PUSTAKA
Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya.
Jakarta: Erlangga.
AA.Muninjaya,Gde. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2004.
Azrul, Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi 3. Binarupa Aksara.
Jakarta. 1996
http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html
books.google.com/books/.../Jaminan_Mutu_Layanan_Kesehatan.html?
92