Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada pertengahan abad ke sepuluh seorang ilmuwan Mesir di Iskandaria yang
bernama Al Hasan (965-1038) mengemukakan pendapat bahwa mata dapat melihat bendabenda di sekeliling karena adanya cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh bendabenda yang bersangkutan masuk ke dalam mata. Teori ini akhirnya dapat diterima oleh orang
banyak sampai sekarang ini.
Beberapa teori-teori yang mendukung pendapat Al Hasan diantaranya adalah:
a. Teori Emisi atau Teori Partikel
b. Teori Gelombang
c. Teori Elektromagnetik
d. Teori Kuantum
Pada teori kuantum inilah efek fotolistrik di cetuskan. Teori kuantum pertama kali
dicetuskan pada tahun 1900 oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama
Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858 1947). Dalam percobaannya Planck mengamati sifatsifat termodinamika radiasi benda-benda hitam hingga ia berkesimpulan bahwa energi
cahaya terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton.
Dan pada tahun 1901 Planck mempublikasikan teori kuantum cahaya yang
menyatakan bahwa cahaya terdiri dari peket-paket energi yang disebut kuanta atau foton.
Akan tetapi dalam teori ini paket-paket energi atau partikel penyusun cahaya yang dimaksud
berbeda dengan partikel yang dikemukakan oleh Newton . Karena foton tidak bermassa
sedangkan partikel pada teori Newton memiliki massa
Pernyataan Planck ternyata mendapat dukungan dengan adanya percobaan Albert
Einstein pada tahun 1905 yang berhasil menerangkan gejala fotolistrik dengan menggunakan
teori Planck. Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari suatu logam yang disinari
dengan panjang gelombang tertentu.
Akibatnya percobaan Einstein justru bertentangan dengan pernyataan Huygens
dengan teori gelombangnya.Pada efek fotolistrik, besarnya kecepatan elektron yang terlepas
dari logam ternyata tidak bergantung pada besarnya intensitas cahaya yang digunakan untuk
menyinari logam tersebut. Sedangkan menurut teori gelombang seharusnya energi kinetik
elektron bergantung pada intensitas cahaya.
1

Dari seluruh teori-teori cahaya yang muncul, dapat disimpulkan bahwa cahaya
mempunyai sifat dual (dualisme cahaya) yaitu cahaya dapat bersifat sebagai gelombang
untuk menjelaskan peristiwa interferensi dan difraksi tetapi di lain pihak cahaya dapat berupa
materi tak bermassa yang berisikan paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton
sehingga dapat menjelaskan peristiwa efek fotolistrik.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan bagaimana cara untuk
melakukan percobaan mengenai efek fotolistrik menggunakan h/e Apparatus

dalam

menentukan konstanta Planck dan Menentukan Energi Ambang.

C. BATASAN MASALAH
1. Teori mengenai efek fotolistrik
2. Prosedur percobaan efek fotolistrik menggunakan h/e apparatus
3. Data yang diperoleh dari hasil percobaan
4. Pengolahan data
5. Grafik mengenai hubungan antara frekuensi dengan persentase kisi
6. Grafik mengenai hubungan antara frekuensi dengan potensial henti

BAB II
ISI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan konstanta Planck
2. Menentukan energi ambang

B. ALAT DAN BAHAN


1. Voltmeter digital
2. Set h/e Apparatus 9368 yang terdiri dari: foto diode, baterai 18 volt DC, celah tempat
filter dan standar.
3. Lampu Mercury (OS 9298) dalam kotak yang dilengkapi dengan penutup, penutup
bagian belakang, tangkai tempat lensa dan kisi.
4. Lensa dan kisi menyatu dengan tangkainya.
5. Lensa pengatur posisi h/e apparatus dan pasangannya.
6. Satu set filter (kuning, hijau, filter transmisi)

Gambar 1. Gambar alat dan bahan

C. TEORI DASAR
Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya
atau gelombang elektromagnetik pada umumnya. Elektron yang terlepas pada efek fotolistrik
disebut elektron foto (Photoelektron). Fenomena ini pertama kali diamati oleh Heinrich Hertz
(1886-1887) melalui percobaan tabung lucutan. Hertz melihat bahwa lucutan elektrik akan
menjadi lebih muda jika cahaya ultraviolet dijatuhkan pada elektroda tabung lucutan (sebagai
bahan elektroda digunakan logam natrium).
Ini menunjukkan bahwa cahaya ultraviolet dapat melepaskan elektron dari permukaan
logam atau sekurang-kurangnya memudahkan elektron terlepas dari logam. Pengamatan
Hertz ini kemudian diselidiki lebih lanjut oleh P. Lenard sekitar 18 tahun. Kemudian pada
tahun 1905 secara teoritis, Einstein berhasil menjelaskan fenomena ini.

Gambar 2. Set Percobaan Untuk Mengamati Efek Fotolistrik

Skema percobaan untuk mempelajari efek fotolistrik disajikan pada gambar 2.


Peralatan utama terdiri atas plat logam, jendela, galvanometer, dan potensiometer. Plat logam
A dan logam K ditempatkan dalam tabung kaca yang dihampakan. Penghampaan ini
diperlukan untuk meminimalkan tumbukan antara elektron-foto dengan molekul-molekul gas.
Sisi tabung yang berperan sebagai jendela terbuat dari bahan kuarsa, melalui jendela inilah
berkas cahaya monokromatis ditembakkan ke plat K sehingga plat melepaskan elektron-foto.
Galvanometer (G) digunakan untuk mendeteksi adanya arus listrik yang dihasilkan oleh
elektron foto tersebut (sering kali disebut arus fotoelektrik). Potensiometer (hambatan geser)
diperlukan untuk mengatur beda potensial antara plat A dan plat B.

Cahaya monokromatis ditembakkan ke plat K yang potensialnya dibuat lebih positif


terhadap plat A ternyata untuk cahaya dengan frekuensi tertentu, galvanometer (G)
mendeteksi adanya arus listrik. Ini menunjukkan bahwa elektron-foto yang dipancarkan oleh
plat K mampu mencapai plat A walaupun plat A memiliki potensial yang lebih negatif dari
pada plat K.
Ini juga berarti bahwa ketika terlepas dari plat K elektron sudah memiliki tenaga
kinetik yang cukup besar untuk menembus potensial penghalang yang dipasang antara plat K
dan A. Untuk menghentikan gerakan elektron-foto (ditunjukkan dengan tidak adanya arus
fotoelektrik yang melalui G), diperlukan potensial penghalang V tertentu. Beda potensial
yang mampu menghentikan gerak elektron-foto tercepat ini disebut potensial penghenti
(stopping potential), yang diberi lambang Vo.
Cacah elektron-foto yang dilepaskan plat K bergantung pada intensitas cahaya.
Masing-masing elektron-foto memiliki energi kinetik yang berbeda-beda. Jika elektron-foto
tercepat sudah dapat dihentikan oleh potensial penghenti, elektron-foto lainnya otomatis juga
dihentikan. Elektron kinetik elektron-foto tercepat dapat diketahui dari nilai Vo.
Berdasarkan prinsip kekekalan energi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik
elektron-foto tercepat sama dengan eVo, dengan e menyatakan muatan elektron sama dengan
1,6 x 10-19 C. Jika energi kinetik elektron tercepat dilambangkan Kmax, maka :
Kmaks = eVo ................. (2.1)
Dalam efek fotolistrik itu ditentukan fakta-fakta eksperimental sebagai berikut:
1. Potensial pemberhenti Vo untuk bahan anoda tertentu tidak bergantung dari intensitas
cahaya yang menyinari bahan anoda.

Gambar 3. Hubungan Arus Fotolistrik dengan Potensial

2. Potensial pemberhenti Vo bergantung dari frekuensi dari cahaya yang menyinari


anoda. Dalam gambar di bawah ini lengkung Io terhadap Vo dibuat untuk keadaan
dengan anoda yang sama, dan tiga frekuensi yang berlainan.

Gambar 4. Potensial pemberhenti Vo


3. Untuk satu macam bahan anoda lengkung potensial pemberhenti Vo sebagai fungsi
frekuensi v cahaya, merupakan garis yang lurus. Ternyata ada satu frekuensi potong
Vo (cut-of frequency) yang menjadi batas efek fotolistrik. Artinya bahwa cahaya
dengan frekuensi di bawah harga Vo tidak akan menghasilkan efek fotolistrik
berapapun intensitasnya. Setiap bahan anoda mempunyai Vo tersendiri.

Gambar 5. Grafik hasil pengukuran potensial pemberhenti sebagai fungsi frekuensi


untuk sodium (frekuensi ambang 4,39 x 1014 Hz)
6

Bagian dari fakta eksperimental di atas tentang efek fotolistrik yang tidak dapat
diterangkan dengan konsep gelombang tentang cahaya sebagai berikut :
Bahwa Vo (jadi Ek) tidak bergantung dari intensitas cahaya. Menurut konsep
gelombang kuat medan E dari cahaya berbanding lurus dengan I dimana I adalah intensitas
cahaya. Jadi bila E besar, tentunya gaya pada elektron dipermukaan anoda juga besar, karena
F = eE
Bahwa di bawah frekuensi potong Vo elektron tidak lagi dapat dilepaskan dari
permukaan logam. Menurut konsep gelombang, kuat medan E tidak bergantung dari
frekuensi, sehingga asal intensitas cukup besar efek fotolistrik yang akan terjadi dan tidak
bergantung pada frekuensi cahaya..
Dengan demikian harus dicari penjelasan secara teoritis yang berpijak pada konsep
gelombang cahaya. Untuk inilah maka kemudian Einstein mengemukakan postulatnya
sebagai berikut :

Cahaya itu terdiri dari paket-paket energi (foton) yang bergerak dengan kecepatan c

Bahwa apabila frekuensi cahaya adalah v maka energi foton adalah E = hf

Dalam proses fotolistrik satu foton diserap sepenuhnya oleh elektron pada permukaan
logam.

Dengan menggunakan teori Planck Einstein menemukan gejala efek fotolistrik dengan
persamaan :
E =h f = EKmaks + Wo (2.2)
dengan:
Ek maks = energi kinetik maksimum
Wo = fungsi kerja logam.
Pada umumnya elektron memanfaatkan energi minimum Wo untuk melepaskan diri
dari katoda, keluar beberapa energi maksimum EKmaks. Elektron yang mencapai anoda
dapat diukur dengan arus fotoelektron. Akan tetapi daya menerapkan potensial balik Vs
antara anoda dan katoda, arus fotolistrik dapat dihentikan. EKmaks dapat ditentukan dengan
mengukur potensial balik minimum yang diperlukan untuk menghentikan fotoelektron dan
mengurangi arus fotolistrik sehingga mencapai nol.
Hubungan antar EK dan Potensial penghenti diberikan oleh :
EKmaks = eVos . (2.3)

Maka didapat persamaan Einstein :


hf = eVo+ Wo .. (2.4)
Sekarang ini tetapan Planck dipandang sebagai salah satu tetapan alam dan telah
diukur dengan ketelitian yang sangat tinggi dalam berbagai percobaan. Nilai sekarang yang
diterima adalah 6,63 x10-34 Js.
D.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menyusun alat-alat
2. Mengukur beda potensial alat h/e dengan voltmeter, dimana dilengkapi dengan 2 buah
baterai. Ujung-ujung kontak sumber ini berada pada bagian atas kotak alat h/e.
tegangan yang dibutuhkan adalah harus lebih besar dari 8 volt, jika kurang maka
baterai harus diganti.
3. Menghidupkan lampu merkuri dan menutup bagian belakang kotak lampu dengan
lempeng warna hitam persegi empat, kemudian menunggu kira-kira lima menit.
4. Memasang lensa dan kisi mercury dan mengatur sedemikian rupa sehingga sinar yang
diuraikan kisi dapat dilihat dengan jelas (tajam), hal ini dapat kita uji dengan
meletakkan kertas putih di depan celah alat h/e.
5. Mengatur kotak h/e, agar sinar yang diuraikan tepat masuk ke dalam kotak h/e.
6. Menekan ON pada alat h/e ini, yang berarti alat siap untuk dioperasikan. Kemudian
mengusahakan salah satu jenis warna cahaya yang masuk ke dalam celah, meletakkan
filter sesuai dengan warna cahaya yang masuk di depan celah, misalnya warna sinar
yang masuk adalah kuning, maka pasang filter warna kuning didepan celah.
7. Mengukur potensial henti dengan menggunakan voltmeter dengan cara meletakkan
ujung kontaknya pada bagian bawah alat h/e ini.
8. Mengulangi prosedur 6 dan 7 paling kurang lima untuk warna sinar yang sama.
9. Melakukan prosedur 6,7, dan 8 untuk warna sinar yang berbeda.
10. Untuk sinar ungu tidak dibutuhkan filter.

E. TABEL DATA
Tabel 1. Data potensial henti sinar kuning dengan persentase yang berbeda
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0%
0,53
0,53
0,53
0,53
0,53
0,53
0,52
0,52
0,52
0,52

20%
0,41
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40

40%
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41

60%
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46
0.46

80%
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47
0.47

100%
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48
0,48

Tabel 2. Data potensial henti sinar hijau dengan persentase yang berbeda
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0%
0.6
0.59
0.59
0.59
0.59
0.59
0.59
0.59
0.59
0.59

20%
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50

40%
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52
0.52

60%
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54
0.54

80%
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56
0.56

100%
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58
0.58

Tabel 3. Data potensial henti sinar ungu dengan persentase yang berbeda
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0%
1.06
1.05
1.05
1.04
1.06
1.07
1.06
1.06
1.06
1.06

20%
0.82
0.82
0.82
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81
0.81

40%
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90
0.90

60%
0.94
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95

80%
0.97
0.97
0.97
0.97
0.97
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98

100%
0.99
1
1
1
1
1
0.99
1
0.99
0.99
9

F. PENGOLAHAN DATA
1. Mencari rerata stopping potensial untuk setiap jenis warna sinar, kemudian
menghitung frekuensi untuk tiap jenis warna sinar tersebut
f=
a. Sinar Kuning
0%
V =
V = 0,526 volt
(V) = 5.262 = 27.6676 V
(Vi) = 0.532+0.532+ 0.532+0.532+0.532+0.532+0.522+0.522+0.522+0.522
= 2.767 V
V =

( )

x 100%

= 0.0016 V
x 100% = 0,31%

V = (v KR) Volt = (0,526 0,31 %) Volt


f=

20%
0,401V
(V) = 4.012 = 16.08 V
(Vi) = 1.608 V

10

V =

( )

=0V

x 100% = 0%
V = (v KR) Volt = (0,401 0 %) Volt
f=

40%
0,41V
(V) = 4.12 = 16.81 V
(Vi) = 1.681V
V =

( )

=0V

x 100%

0%

V = (v KR) Volt = (0,41 0 %) Volt


f=

60%
0,46 V
(V) = 4,62 = 21.16 V
(Vi) = 2.116 V
V =

( )

11

=0V

x 100% 0%
V = (v KR) Volt = (0,46 0 %) Volt
f=

80%
0,47 V
(V) = 4,72 = 22.09 V
(Vi) = 2.209 V
V =

( )

=0V

x 100%

0%

V = (v KR) Volt = (0,47 0 %) Volt


f=

100%
0,48V
(V) = 4.82 = 23.04 V
(Vi) = 2.304 V
V =

( )

x 100%

=0V
%
12

V = (v KR) Volt = (0,48 0%) Volt


f=

b. Sinar Hijau

0%
0,591V
(V) = 5.912 = 34.928 V
(Vi) = 3.4928 V
V =

( )

= 0V

x 100%

V = (v KR) Volt = (0,591 0 %) Volt


f=

20%
0,5 V
(V) = 52 = 25 V
(Vi) = 2.5 V
V =

( )

x 100%

=0V
0%

V = (v KR) Volt = (0,25 0 %) Volt


13

f=

40%
0,52 V
(V) = 5.22 = 27.04 V
(Vi) = 2.704 V
V =

( )

=0V

x 100% = 0%
V = (v KR) Volt = (0,52 0 %) Volt
f=

60%
0,54 V
(V) = 5.42 = 29.16 V
(Vi) =2.916 V
V =

( )

x 100%

= 0V
0%

V = (v KR) Volt = (0,54 0%) Volt


f=

14

80%
0,56V
(V) = 5.62 = 31.36V
(Vi) = 3.136 V
V =

( )

=0V

x 100% = 0 %
V = (v KR) Volt = (0,56 0 %) Volt
f=

100%
0,58V
(V) = 5.82 = 33.64 V
(Vi) =
V =

( )

=0V

x 100% 0%
V = (v KR) Volt = (0,58 0 %) Volt
f=

15

c. Sinar Ungu

0%
1,057 V
(V) = 10.572 = 111,72 V
(Vi) = 11.17 V
V =

( )

= 0,00047 V

x 100%

x 100% = 0,00045%

V = (v KR) Volt = (1,057 0,00045 %) Volt


f=

20%
0,813 V
(V) = 8,132 = 66,097 V
(Vi) =

= 6,61V
V =

( )

x 100%

= 0,0018 V
x 100% = 0,22%

V = (v KR) Volt = (0,618 0,32 %) Volt


16

f=

40%
0,90 V
(V) = 9,02 = 81 V
(Vi) =
V =

( )

=0V

x 100%

x 100% = 0%

V = (v KR) Volt = (0,90 0 %) Volt


f=

60%
0,8037 V
(V) = 8,0372 = 64,593 V
(Vi) =
V =

( )

x 100%

= 0,168 V
x 100% = 20,9%

V = (v KR) Volt = (0,8037 20,9 %) Volt


f=

17

80%
0,975 V
(V) = 9,752 = 95,0625 V
(Vi) =9,5065
V =

( )

= 0,00167 V

x 100%

x 100% = 0,171%

V = (v KR) Volt = (0,975 0,171 %) Volt


f=

100%
0,996 V
(V) = 9,9962 = 99,2 V
(Vi) =
V =

( )

x 100%

= 0,0021 V
x 100% = 0,21%

V = (v KR) Volt = (0,996 0,21 %) Volt


f=

18

Tabel 4. Frekuensi masing-masing sinar pada setiap partisi ( % kisi )

Sinar

0% (Hz)

20% (Hz)

40% (Hz)

60% (Hz)

80% (Hz)

100% (Hz)

Kuning
Hijau
Ungu

Tabel 5. Frekuensi dan Potensial Henti masing-masing sinar


No.

Jenis Sinar

Frekuensi (Hz)

Potensial henti (volt)

1.

Kuning

1,104 x 1014

0,458

2.

Hijau

5,821 x 1014

0,549

3.

Ungu

2,230 x 1014

0,924

2. Menentukan nilai frekuensi ambang (menggunakan persamaan regresi linier)


Frekuensi pada setiap masing-masing sinar berdasarkan teori
a. Sinar kuning
f=
b. Sinar hijau
f= =
c. Sinar ungu
f= =

19

3. Memplot grafik frekuensi pada sumbu x dengan potensial henti pada sumbu y, untuk
menentukan frekuensi ambang (gunakan persamaan regresi)
Grafik Hubungan Frekuensi untuk Masing-masing Partisi Pada Ketiga Sinar
a.

Sinar kuning

frekuensi (1014 Hz)

Grafik hubungan antara frekuensi


dengan partisi sinar
1.5
1
0.5
0
0

20

40

60

80

100

120

partisi (%)

Dari grafik diatas dapat diinterpretasikan hubungan antar frekuensi dengan partisi sinar
kuning adalah keadaan pada saat kisi 100 % memiliki nilai yang hampir mendekati
dengan 0 %. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa pada saat kisi 0 % berarti tanpa
penyaringan dan pada saat 100 % sinar yang masuk di teruskan seluruhnya.
b. Sinar hijau

Grafik hubungan antara frekuensi


dengan partisi sinar hijau
frekuensi (1015 Hz)

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

20

40

60

80

100

120

partisi (%)

Dari grafik diatas dapat diinterpretasikan hubungan antar frekuensi dengan partisi sinar
hijau adalah keadaan pada saat kisi 100 % memiliki nilai yang hampir mendekati dengan
0 %. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa pada saat kisi 0 % berarti tanpa
penyaringan dan pada saat 100 % sinar yang masuk di teruskan seluruhnya.
20

Sinar ungu

frekuensi (1015 Hz)

Grafik hubungan antara frekuensi


dengan partisi sinar ungu
4
3
2
1
0
0

20

40

60

80

100

120

partisi (%)

Dari grafik diatas dapat diinterpretasikan hubungan antar frekuensi dengan partisi sinar
ungu adalah keadaan pada saat kisi 100 % memiliki nilai yang hampir mendekati dengan
0 %. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa pada saat kisi 0 % berarti tanpa
penyaringan dan pada saat 100 % sinar yang masuk di teruskan seluruhnya.

Grafik Hubungan Frekuensi dengan Persentase Kisi Berdasarkan Teori


Grafik Hubungan Frekuensi dengan Persentase Kisi
frekuensi (1x1014)

c.

6
5
4
3
2
1
0
0

20

40

60

80

100

120

persentase kisi (%)

Interpretasi:
Pada grafik terlihat bahwa hubungan frekuensi secara teori dengan persentase kisi adalah
berbentuk garis lurus.Meskipun persentase kisi diperbesar harga frekuensi adalah tetap.

21

Grafik Hubungan Frekuensi dengan Persentase Kisi


frekuensi (1x1014)

8
6
4
2
0
0

20

40

60

80

100

120

persentase kisi (%)

Interpretasi:
Pada grafik terlihat bahwa hubungan frekuensi secara teori dengan persentase kisi adalah
berbentuk garis lurus.Meskipun persentase kisi diperbesar harga frekuensi adalah tetap.
Grafik Hubungan Frekuensi dengan Persentase Kisi
frekuensi (1x1014)

8
6
4
2
0
0

20

40

60

80

100

120

persentase kisi (%)

Interpretasi:
Pada grafik terlihat bahwa hubungan frekuensi secara teori dengan persentase kisi adalah
berbentuk garis lurus.Meskipun persentase kisi diperbesar harga frekuensi adalah tetap.
4. Menghitung harga konstanta planck dengan menggunakan persamaan (4) (gunakan
teori kesalahan)
Menentukan Energi Ambang
EK1 = e.VO1
Wo = hf- EK

22

a.

Sinar kuning
EK1

= e.VO1
= 1,6 x 10-19 . 0,458
= 0,7328 x 10-19 J

Wo

= hf- EK
= 6,63 x 10-34 Js. 5,26 x 1014Hz 0,7328 x10-19J
= 3,487 x 10-19 0,7328 x10-19J
= 2,7542 x 10-19 J
= 27,42 x 10-20 J

b. Sinar hijau
EK1

= e.VO1
= 1,6 x 10-19 . 0,549
= 0,8784 x 10-19 J

Wo

= hf- EK
= 6,63 x 10-34 Js. 6,06 x 1014Hz 0,8784 x 10-19 J
= 4,018 x 10-19 0,8784 x 10-19 J
= 3,1390 x 10 -19 J
= 31,390 x 10 -20 J

c.

Sinar ungu
EK1

= e.VO1
= 1,6 x 10-19 . 0,924
= 1,4784 x 10-19 J

23

Wo

= hf- EK
= 6,63 x 10-34 Js. 6,67 x 1014Hz 1,4784 x 10-19 J
= 4,422x 10-19 1,4784 x 10-19 J
= 2,9436 x 10 -19 J = 29,436 x 10 -20 J
Tabel. Energy Ambang Masing-masing Sinar
No

Jenis sinar

Energy ambang (J)

Kuning

27,42 x 10-20 J

Hijau

31,390 x 10 -20 J

Ungu

29,436 x 10 -20 J

Persamaan regresi
Vo

= -a+bv

Dengan ,

WO

=[Wo/e]

=[V/v]

=
= 29,41 x 10-20J

=[Wo/e]

=[29,41 x 10-20J /1,6x10-19 J]

=1,838

=V maks-V min

24

=fmaks - fmin

=5,821 x 1014 1,104 x 1014

=4,717x1014 Hz

=[V/f]

=[0,466 /4,717x1014]

=0,098x10-14

458

= 0,466 volt

Jadi persamaan regresinya :


Vo

= -1,838+ 0,098x10-14 v

Sinar kuning Vo

Sinar hijau

Sinar ungu

= -1,838+ 0,098x10-14 v

Vo

= -1,838+ ( 0,098x10-14 . 1,104 x 1014)

Vo

= -0,636 volt

Vo

= -1,838+ 0,098x10-14 v

Vo

= -1,838+( 0,098x10-14 . 5,821 x 1014)

Vo

= -1,268 volt

Vo

= -1,838+ 0,098x10-14 v

Vo

= -1,838+ (0,098x10-14 2,230 x 1014)

Vo

= -1,619volt

25

potensial henti (volt)

Grafik Hubungan Frekuensi dengan Potensial Henti


Untuk Menentukan Nilai Frekuensi Ambang
0
-0.2 0
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8

frekuensi (1x1014Hz)

Jenis

f.V

Kuning 1,104 x 1014

0,458

1,219x1028

0,210

0,5956x104

Hijau

5,821 x 1014

0,549

33,884x1028

0,301

3,196x104

Ungu

2,230 x 1014

0,924

4,973x1028

0,854

2,061 x104

Jumlah

f=9,155x 104

V=1,931 f=40,076

V=

f.V=5,8526

1,365

x104

Sinar

x1028

Menghitung Konstanta Planck


h

= e(V/f)

=1,6x10-19 (0,098x10-14)

=1,568x10-34 Js

Kesalahan relatif : KSR=|

| x100%

26

KSR=|

|x100%

KSR=76,35%
G. PEMBAHASAN
Pertemuan kali ini, praktikan melakukan praktikum tentang Efek Fotolistrik.
Dalam melakukan praktikum, ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu menentukan
konstanta Planck dan Menentukan Energi Ambang menggunakan h/e Apparatus. Hal
pertama yang praktikan lakukan adalah melakukan pengukuran potensial henti untuk
beberapa warna sinar yaitu sinar kuning, hijau, ungu dengan persentase kisi yang
berbeda-beda yaitu 0%,20%,40%,60%,80%,dan 100%. Dimana pada masing-masing
persentase kisi untuk masing-masing sinar dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan.
Intinya, Bila panjang gelombang dari sinar kuning, hijau,dan ungu berbeda
maka frekuensi dari sinar tersebut juga berbeda.Semakin besar frekuensi dari
sinar,maka potensial henti yang didapat semakin besar. Pada hubungan frekuensi
dengan persentase kisi didapatkan bahwa untuk sinar dengan persentase kisi yang
bervariasi mempunyai nilai frekuensi yang sama,sehingga berapapun intesitas cahaya
yang datang, maka frekunsi sinar tersebut akan tetap.Namun,jika jenis sinarnya
berbeda,maka frekunsinya berbeda.
Intensitas tersebut memang tidak berpengaruh terhadap potensial hentinya dan
walaupun intensitas sinar yang melewati kisi itu berbeda hasilnya akan sama. Namun,
dikarenakan filter yang praktikan gunakan adalah filter yang tidak lagi utuh dan baru
alias sudah lama. Jadi, terdapat perbedaan untuk intensitasnya yang melewati kisi.

Dari

pengolahan data yang telah

dilakukan, nilai konstanta Plank yang

diperoleh berbeda dengan nilai konstanta Planck menurut teori. Berdasarkan teori,
nilai konstanta Planck adalah 6.63 x10-34Js, sedangkan nilai yang diperoleh dari hasil
pengukuran adalah 1,568x10-34 Js. Menurut analisa praktikan, hal ini dapat terjadi
karena filter yang praktikan gunakan telah lama/usang. Dan satu lagi, untuk tiap-tiap
sinar seperti kuning dan hijau seharusnya digunakan filter yang sesuai dengan
sinarnya. Namun, dalam praktikum yang telah dilakukan, praktikan menggunakan
filter kuning untuk sinar hijau, padahal seharusnya tidak boleh atau tidak digunakan
27

filter sama sekali. Ini mungkin penyebab terjadinya kesalahan dalam pengolahan data
dan terjadinya perbedaan hasil konstanta Planck nya. Dengan begitu, kesalahan
relative yaitu 76.5%.

28

BAB III
PENUTUP
A. TUGAS AKHIR
1. Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari percobaan yang telah dilakukan?
a) Nilai konstanta planck yang di peroleh:
Nilai konstanta planck yang diperoleh melalui hasil percobaan
h = 1,568x10-34 Js
sedangkan ketetapan harga konstanta planck:
h = 6,63 x 10-34 Js
Dalam praktikum ini kami mendapatkan perbedaan dengan ketetapan yang
telah biasa digunakan,dengan hasil praktikum. Jadi ini dapat dikatakan hasil
pengkuran mempunyai kesalahan relatif 76,35% terhadap hasil pengukuran .
Hal yang menyebabkan terjadi perbedaan hasil antar perhitungan dengan
pengkuran karena kesalahan dalam pengamatan seperti adanya kesalahan saat
membaca hasil pengukuran pada alat ukur dan kurang pasnya posisi alat saat
penyinaran.
b) Energi ambang yang kami dapat selama percobaan adalah sebesar :
Wo=29,41 x 10-20J
2. Jelaskanlah apa tujuan menggunakan filter dengan persentase kisi yang berbeda , dan
besaran fisi apa saja yang akan diketahui dari penggunaan filter tersebut?
Tujuan menggunakan filter dengan persentase kisi yang berbeda adalah untuk
menyaring sinar agar sinar yang masuk haya untuk satu panjang gelombang. Dan
menggunakan persentase kisi yang berbeda adalah untuk membuktikan bahwa tidak
ada pengaruhnya intensitas terhadap potensial henti.
Besaran fisis yang diketahui dari penggunaan filter adalah potensial henti dan
frekuensi.
3. Besaran fisika apa yang diketahui oleh foton dengan warna yang berbeda?
Potensial henti dan frekuensi.
4. Seandainya logam anoda diganti dengan jenis logam yang lain, apa pengaruhnya
terhadap besaran fisika yang terkait dalam percobaan Efek Fotolistrik ini?
Maka akan berbeda frekuensi ambang dan energy ambangnya.

29

B. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan :
1. Nilai konstanta planck yang di peroleh:
Nilai konstanta planck yang diperoleh melalui hasil percobaan
h = 1,568x10-34 Js
sedangkan ketetapan harga konstanta planck:
h = 6,63 x 10-34 Js
dalam praktikum ini kami mendapatkan perbedaan dengan ketetapan yang telah
biasa digunakan,dengan hasil praktikum. Jadi ini dapat dikatakan hasil pengkuran
mempunyai kesalahan relatif 76,35% terhadap

hasil pengukuran . Hal yang

menyebabkan terjadi perbedaan hasil antar perhitungan dengan pengkuran karena


kesalahan dalam

pengamatan seperti adanya kesalahan saat membaca hasil

pengukuran pada alat ukur dan kurang pasnya posisi alat saat penyinaran.
2. Energi ambang yang kami dapat selama percobaan adalah sebesar :
Wo=29,41 x 10-20J

30

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 edisi kelima (Terjemahan).Jakarta:

Erlangga.

Halliday dan Resnik.1991.Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta:Erlangga.


Syakbaniah dan hasra. 2014. Eksperimen fisika petunjuk kegiatan dan lembar kerja.
Padang: UNP.
(tambah daftar pustaka = tambah dasar teori)

31

LAMPIRAN

Praktikan Efek Fotolistrik

32

Anda mungkin juga menyukai