Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR

Sobat Enstein, saya menemukan sebuah artikel yang layak di sharing kepada kalian semua.
Bukan hanya tentang materinya, tapi penulisnya.
Seorang Kopmasianer (sebutan untuk penulis di Kompasiana.com), Bapak berusia 58 tahun,
Taufik Mahlan. Beliau mengaku tak tamat SMA-dan iri pada kita yang sempat melewati masamasa indah itu di salah satu komentar postingnya yang berjudul Fisika Kuantum.
Yang mengagumkan, Beliau membahas dalam tentang fisika kuantum ini. Termasuk beberapa
teori-teori atom lain.
Pertanyaan untuk kita, yang dianggap Pak Taufik Mahlan beruntung : "Adakah hal lain yang
lebih mampu menghalangi kita menimba ilmu selain niat?"
Itu kuncinya : niat. Kita harusnya malu memiliki selera belajar lebih buruk dengan menyadang
gelar pelajar atau mahasiswa, dibanding seseorang yang tak sekalipun berkesempatan-bahkan
hanya untuk menamatkan pendidikan menengah atasnya. Mari kita simak pembahasannya.
PEMBAHASAN
Fisika kuantum adalah fisika yang dipelopori oleh Einstein, tetapi kemudian dibencinya sendiri.
Fisika kuantum yang memberi kesan bahwa alam ini probabilistik atau acak membuatnya gusar.
Sebagai penolakan, konon Einstein pernah berkomentar: Alam penuh rahasia karena ia
memang agung, bukan menipu. Sebagian menginterpretasikan kalimat Einstein itu dengan
Tuhan tidak bermain dadu, atau Tuhan tidak berjudi.
Kata kuantum dalam KBBI (kuantum n 1 banyaknya (jumlah) sesuatu; 2 bagian dr energi yg
tidak dapat dibagi lagi) sama sekali tidak menggambarkan apa yang dimaksudkan dengan
kuantum dalam fisika. Maknanya tercatum dalam entri zarah (zarah n 1 butir (materi) yg halus
sekali; partikel;).
Dalam fisika kuantum, radiasi adalah zarah. Hanya saja, zarahnya dibagi lagi. Zarah yang bisa
menempati suatu titik secara bersama-sama, disebut boson. Zarah yang individualis, tidak mau
bersama-sama, disebut fermion. Tapi, gabungan fermion berjumlah genap jadi boson, sedangkan
gabungan boson tetap boson. Tambah aneh saja.
Pada tahun 1913 Niels Bohr mengungkapkan konsep atom sebagai inti atom yang dikelilingi
sejumlah elektron pada orbitnya, seperti matahari dikelilingi oleh satelit-satelitnya. Orbit yang
berbeda memiliki tingkat energi yang berbeda. Elektron dapat melompat dari satu orbit ke orbit
yang lain berdasarkan energi yang dilepas atau di terima.
Bila elektron menerima energi, ia dapat melompat dari orbit berenergi rendah ke orbit berenergi
lebih tinggi. Sebaliknya, bila karena sesuatu sebab elektron melompat dari orbit berenergi lebih

tinggi ke orbit berenergi lebih rendah, dilepaskanlah energi. Serapan atau lepasan energi ini
disebut photon. Photon adalah boson.
Photon adalah zarah cahaya, kuantum cahaya, paket cahaya. Anda tahu LED (light Emitting
Diode), kan? Elektron dalam LED berlompatan ke level energi yang lebih rendah (karena kita
memberinya tegangan listrik) sehingga kelihatan menyala (melepaskan photon).
Lompatan antara beda energi yang rendah menghasilkan cahaya yang tak tampak (infra merah,
kita gunakan pada remote control TV dan AC). Lompatan dengan beda energi yang lebih besar
menghasilkan warna merah.
Beda energi yang lebih besar lagi menghasilkan cahaya kuning, lalu hijau, lalu biru. Jadi warna
yang dihasilkan LED adalah warna aslinya, tidak perlu diberi bungkus warna tertentu. Layar TV
anda yang baru mungkin juga terdiri dari jutaan LED berwarna merah, hijau, dan biru.
Kombinasi intensitas tiga warna ini memberikan jutaan warna lain. Kalau intensitas ke tiga
warna ini nol, warna yang dihasilkan adalah hitam.
Peristiwa fisika kuantum tak terasa telah menyerbu kehidupan kita. Fisika kuantum telah
memungkinkan berkembangnya teknologi elektronika dan komunikasi. Sensasi warna adalah
peristiwa fisika kuantum. Bersyukurlah kalau anda tidak buta warna.
Gambaran yang diberikan oleh Bohr mengenai atom tidak sepenuhnya benar. Erwin Schrodinger
menyusun teori mengenai mekanisme atom, sehingga teorinya disebut mekanika kuantum, dan
menjelaskan bahwa elektron tidak mengorbit secara teratur di sekeliling inti atom. Elektron
memenuhi ruang disekitar inti atom dengan probabilitas keberadaannya. Probabilitas ini
berbentuk awan atau kabut yang menyelimuti inti atom. Bila kita tidak mengukurnya dengan
sengaja, kita tidak tahu di mana elektron berada.

Tunneling, adalah fenomena dimana sesuatu menyebrangi penghalang, padahal energi yang
dimilikinya tidak cukup untuk memanjat penghalang untuk menyebranginya. Benda yang
mengalami tunneling tidak memanjat, tetapi menembus dinding penghalang itu untuk sampai ke

seberang, seperti hantu. Tunneling diijinkan terjadi oleh fisika kuantum, dimana posisi sesuatu
adalah probabilitas, dan probabilitas keberadaan sesuatu di seberang tembok tidaklah nol.
Saya tidak pernah mengalami mobil yang sudah dimasukkan garasi tiba-tiba ditemukan di luar.
Sekalipun teori kuantum menyatakan kemungkinannya (probabilitasnya) tidak nol. Lagian,
mobil bukan zarah.
Probabilitas memang konsep yang bisa ditafsirkan bermacam-macam. Dalam konteks ini,
probabilitas adalah pola yang muncul bila data atau peristiwa yang terjadi berjumlah banyak.
Misalnya undian dengan melempar koin.
Karena koin cuma punya dua sisi, bila probabilitas kemunculan kedua sisinya sama, maka kita
menyebutnya memiliki probabilitas 50% untuk mendapatkan depan, dan 50% untuk
mendapatkan belakang. Ini tidak berarti bahwa kalau kita melempar koin dua kali akan selalu
diperoleh satu depan dan satu belakang. Bisa jadi empat lemparan semuanya memberikan
depan.
Dalam sepuluh lemparan mungkin diperoleh 8 depan dan 2 belakang. Kalau kita perbanyak
jumlah lemparan, maka perbandingan munculnya depan dan belakang akan mendekati 50:50.
Setelah 1000 lemparan, bisa jadi diperoleh 513 depan dan 487 belakang (51,3% depan).
Setelah sejuta lemparan mungkin diperoleh 500034 depan dan 499766 belakang (50,003% depan
dan 49,976% belakang). Yang terakhir ini kalau kita bulatkan sampai satu desimal saja akan
memberikan angka 50:50.
Jadi kalau mobil saya cuma satu dan sudah masuk garasi, maka bisa jadi akan ditemukan di luar
tanpa siapapun memindahkannya (karena tunneling) setelah sejuta tahun. Padahal besok mobil
itu saya keluarkan dengan sengaja.
Peristiwa yang memiliki probabilitas kecil akan muncul bila prosesnya berlangsung tak henti.
Tunnel diode (dioda tunnel), misalnya. Dampak dari electron tunneling pada dioda ini
menyebabkan adanya resistansi negatif (arus turun dengan naiknya tegangan). Resistansi negatif
adalah resep untuk menghasilkan osilasi.
Tunnel diode digunakan sebagai osilator pada peralatan elektronik dan telekomunikasi.
Tunneling terjadi karena jumlah elektron yang terlibat banyak sekali, dan sumber daya diberikan
terus menerus.
Salah satu prinsip penting dalam fisika kuantum adalah: Aliran energi itu tidak kontinyu, namun
berbentuk kuantum atau paket.
Implikasinya, perubahan energi juga begitu, dalam bentuk paket. Perubahan merupakan kelipatan
dari paket yang terkecil. Kelipatan terkecil itu dulu disebut quantum of action, nilainya
6.626069571034 Joule detik. Sekarang bilangan ini disebut konstanta Planck.
Planck menemukan bilangan ini pada tahun 1899, ketika ia kebingungan dengan persamaan yang
ia susun untuk menjelaskan radiasi benda panas. Persamaannya mempunyai banyak jawaban,

kecuali bila radiasi yang terpancar itu dianggap tidak kontinyu, tetapi dalam paket-paket. Paket
atau kuantum itu merupakan kelipatan bilangan yang amat kecil, 6.626069571034 Joule detik.
Planck berharap penjelasannya yang aneh ini akan segera diperbaiki oleh para peneliti lain.
Tetapi Einstein malah memberikan konfirmasi dalam teori fotoelektrik, bahwa radiasi memang
berbentuk paket atau kuantum. Teori fotoelektrik memberi Einstein hadiah Nobel.
Konstanta Planck sekarang sudah menjadi bahan praktikum fisika. Praktikan diminta
menghitung konstanta Planck dengan peralatan yang sekarang sudah dianggap sederhana:
sejumlah LED berbagai warna, catu daya, resistor, voltmeter, spektrometer. Rumusnya:
E=eVo=hc/.
e adalah muatan elektron.
Vo adalah tegangan nyala LED.
c adalah kecepatan cahaya
adalah panjang gelombang cahaya yang dihasilkan LED.
Konstanta Planck bila ditulis dalam desimal akan menjadi 0,0006626, dengan 33 buah nol di
belakang koma sebelum angka 6. Kecil banget, sehingga untuk kemudahan sehari-hari sama
dengan nol, dan kita boleh saja menganggap energi yang mengalir di rumah kita yang
menyalakan lampu, TV, kulkas, mesin cuci, pompa air, dsb. adalah kontinyu.
Selama ini kita tak punya keraguan bahwa udara, air dan semua benda yang bisa kita raba adalah
kontinyu. Padahal mereka terdiri atas molekul dan atom yang diskrit atau berbentuk paket atau
kuantum. Atom sendiri terdiri atas inti atom (proton dan neturon) yang diselimuti kabut elektron.
Volume kabut elektron ini jauh lebih besar dari inti atom, sehingga sebenarnya benda-benda ini
merupakan ruang kosong, dan dibentuk oleh ruang yang merupakan kabut elektron. Sedangkan
kita tahu yang disebut kabut elektron itu bukan kabut yang disebabkan oleh banyaknya elektron
yang seliweran, namun hanya beberapa elektron yang memiliki probabilitas keberadaan yang
membentuk ruang yang berbentuk awan atau kabut.
Secara singkat, fisika kuantum menyatakan bahwa semua partikel (molekul, atau atom, dan
semua yang lebih kecil) selalu bergerak, dan gerakannya acak, memancarkan atau menyerap
energi secara paket (kuantum). Makin tinggi suhunya, makin cepat gerakannya. Pada gas, gerak
yang lebih cepat ini menyebabkan kenaikan tekanan.
Pada zat cair, pemanasan menyebabkan sebagian atom memperoleh energi yang cukup untuk
melepaskan diri dari ikatan cairan dan menjadi gas (menguap). Pada zat padat, pemanasan
menyebabkan ikatan padat melemah sehingga mencair.
Yang cukup menganggu adalah pernyataan bahwa gerakan partikel itu acak, atau bersifat
probabilistik. Terbiasa dengan prediksi yang selalu terbukti tepat, Einstein pun tidak menyukai
fisika kuantum.
Saya sih ok saja apapun kata fisika kuantum, karena saya hanya mengerti sedikit saja.

Namun saya percaya kepada para ahli. Mereka telah memungkinkan para industrialis meraup
untung, dan membuat hidup kita lebih nyaman. Saya juga hidup dalam skala makro, bukan pada
tingkat zarah.
***
Itulah pembahasan Pak Taufik Mahlan mengenai fisika kuantum. Semoga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, dan dapat mendorong semangat belajar kita.
Salam Sukses!

Anda mungkin juga menyukai