PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk
dalam Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang
kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang
mutlak untuk memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam
keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting.
Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah
akhlak.Belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan,
yang memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek
kehidupan. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang harus disesuaikan dengan
suatu kondisi dan situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang
mutlak, nilai-nilai baik dan buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana
saja dalam segala aspek kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan
yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam.
Akhlak Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk
terhormay sesuai dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran
memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh
Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)
Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada
kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak
selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya
pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar
yang perlu dipelihara dan dikembangkan.
Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan
kepada penilaian syara yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara tidak
akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari
sumber yang sama yauti Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan
yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak
Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sinonim kta akhlak adalah budi
pekerti, tata krama, sopan santun, moral dan etic.[1]
Sedangkan akhlak menurut istilah sebagaimana di ungkapkan oleh Imam
Al-Ghazali adalah sebagai berikut : aklhlak adalah suatu bentuk (naluri asli)
dalam jiwa seorang manusiayang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
dengan mudah dan sopan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Apabila naluri tersebut melahirkan suatu tindakan dan kelakuan yang baik dan
terpuji menurut akal dan agama, maka disebut budi pekerti yang baik. Namun
sebaliknya bila melahirkan tindakan dan kelakuan yang jahat maka disebut budi
pekerti yang buruk.
Yang di maksud melahirkan tindakan dan kelakuan ialah suatu yang
dijelmakan anggota lahir manusia, misalnya tangan, mulut, demikian juga yang
dilahirkan oleh anggota bathin yakni hati yang tidak dibuat-buat. Kalau kebiasaan
yang tidak dibuat-buat itu baik disebut akhlak yang baik dan kalau kebiasaan yang
buruk disebut akhlak yang buruk.
Jadi dapat kita simpulkan awal perbuatan yang itu lahir malalui kebiasaan
yang mudah tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu .
contohnya jika seseorang memaksakan dirinya untuk mendermakan katanya /
menahan amarahnya dengan terpaksa , maka orang yang semacam ini belum
disebut dermawan / orang yang sabar. Seseorang yang memberikan pertolongan
kepada orang lain belumlah dapat dikatakan ia seorang yang berakhlak baik.
Apabila ia melakukan hal tersebut karena dorongan oleh hati yang tulus,
akhlas, dari rasa kebaikannya / kasihannya sesama manusia maka ia dapat
dikatakan berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Jadi akhlak adalah masalah
kejiwaan, bukan masalah perbuatan, sedangkan yang tampak berupa perbuatan itu
sudah tanda / gejala akhlak.
Sedangkan akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di
dalam jiwa yang dengannya malahirkan macam-macam perbuatan baik / buruk
tampa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim
Zaidan akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik / burk
untuk kemudian memilih melakukan / meninggalkannya.
Dari beberapa pengertian tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa
akhlak / khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia
Pembagian Akhlak
Akhlak dibagi menjadi dua macam :
1. Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia atau terpuji. Akhlak yanh baik itu
dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT
dan rasil-rasulNya[3]
Misalnya :
a.Bertaqwa kepada Allah SWT
Dan bertaqwalah kepada Ku, hai orang-orang yang berakal. (QS Al-Baqarah :
197)
Rasulullah juga telah bersabda yang mana artinya adalah sebagai berikut :
Bertqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah suatu keburukan
dengan kebaikan, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah dengan sesma
manusia dengan akhlak yang baik
(H.R Tirmidzi dari Abu Dzar dan Muadz bin Jabal)
b. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Allah SWT telah berfirman yang mana artinya adalah sebagai berikut :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain
Dia.dan hendaklah kamu berbuat baik kepad ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
(QS Al-Isra : 23)
Rasulullah juga telah bersabda
Ridha Allah SWT itu terletak pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murkanya kedua orang tua
(H.R Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).
c.Suka Menolonh Orang yang Lemah
Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah : 2 yang mana artinya adalah
sebagai berikut
Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan
jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Rasulullah juga telah bersabda :
Dan Allah akan menolong hambaNya, selama hambaNya itu suka menolong
saudaranya
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
2. Akhlakul Madzmumah
Akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela / akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul
madzmumah (tercela) ialah akhlak yang lahir dari sifat-sifat yang tidak sesuai
dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya.[4]
Misalnya :
a. Musryik (menyekutukan Allah)
Sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata sesungguhnya Allah
ialah Al Masih putra Maryam padahal Al Masih sendiri berkata Hai Bani Israil,
sembahlan Allah Tuhanku dan Tuhanmu!. Sesungguhnya orang-orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pastilah Allah mengharamkam
surga kepadanya dan tempatnya adalah neraka. Orang-orang zalim itu tidaklah
mendapat seorang penolong pun
(QS Al Maidah : 72).
Rasulullah SWA juga bersabda yang artinya sebagai berikut :
Tidaklah kalian mau kuberi tahukah sebesar-besarnya dosa besar? (beliau
mengatakan demikian demikian sampai 3 kali). Para sahabat menjawab,Tentu ya
Rasulullah . Rasulullah SAW bersabda yang demikian itu adalah musryik
(menyekutukan Allah).
(H.R Bukhari dan Muslim)
b. Pergaulan Bebas (zina)
Allah berfirman
Dan janganlah kamu mendekati zina , sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk
(QS Al-Isra : 32)
Rasulullah telah bersabda yang artinya :
tidak ada suatu dosa pun setelah musryik (menyekutukan Allah) yang lebih besar
di sisi Allah dari pada seseorang yang meletakkan spermanya kepada kamaluan
perempuan yang tidak halal baginya
(H.R Ahmad dan Thabari dari Abdullah bin Al-Harits)
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti agung
(QS Al-qalam : 4)
Oleh karena itu setiap muslim berkewajiban mendidik dirinya sendiri dan
ank-anaknya supaya berakhlak baik. Dan di perguruan tinggi masalah akhlak ini
perlu mendapat perhatian. Janganlah mereka hanya mementingkan ilmu
pngetahuan dan teknologi saja, sedangkan akhlak tidak diperhatikan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi serta penghidupan yang serba mewah itu,
tidaklah memiliki arti apa-apa kalau mereka dan anak-anak mereka berakhlak
jahat dan hina, karena ketiadaan akhlak yang baik itu bisa membawa mereka
kepada kerusakan dan kerendahan.
Dalam keseluruhan agama Islam akhlak menempati kedudukan istimewa
dan sangat penting, karena Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak
yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam, beliau bersabda yang artinya :
Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
(H.R Baihaqi)
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam sebagai Rasulullah
Saw pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlak yang baik.
perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia
tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus
semata.
Begitu juga dengan ibadh, zakat dan haji, di kaitkan oleh Allah SWT
hikmahnya dengan aspek akhlak. Jadi kesimpulannya, akhlak yang baik dan
diterima oleh Allah adalah buah dari ibadahyang baik atau ibadah yang baik dan
diterima oleh Allah SWTtentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji. Nabi
Muhammad Saw selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak beliau.
Salah satu doa beliau adalah :
Ya Allah tunjukilah aku jalan menuju akhlak yang baik, karena sesungguhnya
tidak ada yang dapat memberi petunjuk menuju jalan yang lebih baik selain
engkau. Hindarilah aku dari akhlak yang buruk karena sesungguhnya tidak ada
yang dapat menghindarkan aku dari akhlak yang buruk kecuali engku.
Di dalam Alquran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan
akhlak,baik berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian dan pahala
yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupn larangan
berakhlak yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggar.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluq yang artinya
budi pekerti. Pengertian akhlak menurut istilah di ungkapkan oleh Imam AlGhazali , Ibrahim Anis, dan Abdul Karim Zaidan. Menurut Al-Ghazali akhlak
adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang dapat
melahirkan suatu indakan dan kelakuan dengan mudah dan spontan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan menurut Ibrahim Anis akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik / buruk tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Dan menurut Abdul Karim Zaidan
adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan
dan pertimbangan seseorang dapat menilai perbuatannya baik / buruk untuk
kemudian memilih melakukan / meninggalkannnya.
Ketiga defenisi di atas kita bisa menyatakan bahwa akhlak / khuluq itu
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia. Sehingga dia muncul secara
spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran /pertimbangan lebih
dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Berarti akhlak itu haruslah
bersifat konstan dan spontan tidak memerlukan pertimbangan serta dorongan dari
luar.
Sedangkan pembagian akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu akhlakul
karimah yaitu akhlak yang terpuji (yang mulia). Akhlak yang baik itu dilahirkan
oleh sifat-sifat yang baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan
RasulNya, misalnya bertaqwa kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua,
suka menolong orang yang lemah. Karena akhlak yang baikakan memberatkan
timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah juga bersabda
bahwa tidak ada satu pun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan)
seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik.
Selain akhlakul karimah juga ada akhlakul madzmumah yaitu akhlak yang
tercela / akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah ialah akhlak yang lahir
dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasulNya, seperti
musryik, pergaulan bebas (zina) dan minum minuman keras.
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahw apenulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik
dan saran kepada para pembaca.
Nabi Muhammad SAW. Adalah uswatun hasanah ( teladan yang baik ) bagi
semua manusia . Firman allah : Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat )
allah dan ( kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut allah . ( Q.S. AlAhzab [ 33 ] : 21 )
Ayat ini turun ketika terjadi perang khandaq , waktu itu , Rasulullah dan para
sahabatnya menggali parit di sebelah utara kota madinah sebagai benteng
pertahanan dalam menghadapi musuh gabungan antara kaum jahiliyah mekah
dengan bala bantuan yahudi dan nasrani madinah . Parit yang digali itu cukup
panjang , lebar dan dalam . Perbekalan yang tersedia sangat menipis , sehingga
para sahabat terpaksa mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan rasa
lapar . Beberapa sahabat datang kepada rasulullah mengadukan keadaan mereka
yang kelaparan , sambil memperlihatkan perutnya yang diganjal batu , maka
rasulullah pun membukakan bagian perutnya , dan nampaklah dua buah batu
mengganjal perut beliau , maka turunlah surat al-ahzab ayat 21 di atas .
Rasulullah memberi teladan yang baik kalau para sahabat hanya diganjal dengan
satu buah batu , beliau malah diganjal dengan dua buah batu , disini jelas bahwa
rasulullah lebih merasakan lapar dari pada sahabat sahabatnya , ini memberi
contoh bahwa pemimpin tidak boleh hanya mengutamakan diri sendiri , tetapi
harus memperhatikan nasib rakyatnya .
Kita sebagai ummat rasulullah harus mencontoh beliau dengan jalan
meningkatkan ketaqwaan kepada allah , karakter taqwa yang harus kita tempuh
telah banyak disampaikan allah dalam al Quran , misalnya dalam surat alBaqarah disebutkan : ( yaitu ) mereka yang beriman kepada yang ghaib , yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan
kepada mereka . ( Q.S. Al- Baqarah [ 2 ] : 3 )
Sesuatu yang ghaib itu tidak kasat mata dan tidak bisa diraba , tetapi
keberadaannya tidak bisa disangkal , Allah , Malaikat , dan hari akhirat
merupakan suatu yang ghaib , ini harus benar benar diyakini , orang yang
bertaqwa juga senantiasa mendirikan shalat lima waktu , rasulullah telah
memberikan contoh , bagaimana mendirikan shalat yang baik , memang benar
bahwa al Quran tidak diterangkan secara rinci tata cara shalat , tetapi karena alQuran juga memerintahkan taat kepada rasulullah , maka kita harus mengikuti
tata cara shalat yang dilakukan rasulullah .
Jadi kalau ada orang yang menamakan islam tetapi tidak mengakui kenabian
Muhammad SAW, maka ia sangat keliru , mengakui kesucian al Quran tetapi
tidak mengakui hadits nabi , kalau kita ibaratkan seperti orang yang mencuci
muka dan tangan , menyapu rambut dan kepala dan telinga , serta mencuci kaki ,
tetapi ia sama sekali tidak berniat wudlu , maka wudlu nya tidak sah , demikian
juga orang yang berjunub membasahi seluruh badan , tetapi tidak niat mandi
junub , maka junubnya tidak hilang ,.
Selanjutnya , orang yang bertaqwa itu senantiasa membagi rezeki kepada orang
lain , baik shadaqah wajib seperti zakat atau shadaqah sunnah , seseorang kalau
mau menghitung soal kekurangan materi , mungkin tidak akan nada habis
habisnya , Rasulullah mengisyaratkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Ibnu Ahmad dan Anas : Seandainya manusia memilliki dua lembah berisi emas ,
maka akan mencari lembah yang ketiga , mereka akan berhenti saat ditimbun
tanah di kuburan .
Di dunia , allah menciptakan beragam keadaan manusia , ada yang kaya ada yang
miskin , ada yang tinggi ada yang rendah , ada yang berkedudukan dan tidak ,
semua itu untuk tolong menolong , seandainya semua manusia itu kaya raya ,
maka tentu tidak akan merasakan kesenangan , karena tidak ada orang yang mau
membantu menyelesaikan kebutuhan hidupnya , kehidupan ini mau tidak mau ,
pasti memerlukan orang lain , maka teladanilah Rasulullah dalam kehidupan ini ,
sehingga kita diliputi barokah dan ibadah kita diterima oleh nya .
[ Dirangkum dari khutbah jumat Masjid Raya Bandung , Maret 2011 ]