Anda di halaman 1dari 16

Case Report Session

&
Clinical Science Session
TUBERKULOSIS PARU ANAK

Disusun oleh:
Anindita Laksmi
Briska Sudjana
Cindy Regina P.

Preseptor Lapangan :
dr. Nina Rukminasari., SpA., M.Kes

BAGIAN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

CRS Tuberkulosis Anak


IDENTITAS PASIEN
Nama : An A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 April 2006
Alamat : Desa Pasir Panjang RT 09/RW01
Tanggal masuk RS : 9 Oktober 2014

ANAMNESIS
Keluhan Utama : panas padan
Pasien datang dengan keluhan panas badan yang terus menerus, siang sama dengan
malam sejak 2 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan sakit kepala dan mual dan muntah
dan penurunan nafsu makan. Keluhan disertai batuk sejak 4 hari SMRS. Keluhan disertai
dengan sulit untuk BAB pada 9 hari SMRS dan menjadi mencret sejak 5 hari SMRS. Keluhan
mencret tidak disertai dengan lendir ataupun darah. Tidak ada keluhan BAK.
Karena keluhan panas badan, pasien pergi ke Puskesmas untuk berobat dan
mendapatkan obat, namun ibu lupa nama obatnya. Pasien telah pergi ke Puskesmas 3 kali
namun keadaanya tidak kunjung membaik sehingga pasien datang ke RSUD Majalaya.
Pasien baru pertama kali mengalami sakit seperti ini. Pasien merupakan anak ke-4
dari 4 bersaudara. Pasien lahir dari ibu yang cukup bulan secara normal di paraji dengan berat
badan lahir 2.900 gram. Riwayat imunisasi dasar lengkap. Riwayat pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usia, namun ibu merasa anaknya kurus jika dibandingkan
dengan teman sebayanya. Riwayat kontak dengan pasien yang mendapatkan pengobatan
selama 6 bulan ada, yaitu keponakan pasien yang berusia 7 tahun. Pasien tinggal di rumah
dengan ibunya dan neneknya di rumah berukuran 40x60 meter. Jendela pada rumah pasien
hanya 2 sehingga sirkulasi udara kurang dan cahaya kurang masuk. Pada keluarga tidak ada
yang mengalami hal yang sama, kecuali keponakan pasien. Riwayat paparan rokok di dalam
rumah tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK (14 Oktober 2014)

Kesadaran : Compos mentis


KU : Tampak sakit sedang

Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi: 96 x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 37,1oC

STATUS ANTROPOMETRI
BB : 18 kg
TB : 119 cm
TB/U : 0
BMI:13,4
BMI/U : <-2 SD

Kepala : Konjungtiva tidak anemis


Sklera tidak ikterik
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-)
Sekret (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : POC (-)
Lidah kotor (-) tremor (-) hiperemis (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : bentuk dan gerakan simetris
Cor : bunyi jantung murni reguler

Pulmo : Inspeksi: retraksi intercostals (-)


Palpasi: vocal fremitus tidak dilakukan
Perkusi: sonor kiri=kanan
Auskultasi: Vesikular breath sound kiri=kanan crackles (-/-)

Abdomen
datar, lembut, retraksi epigastrium(-)
bising usus (+) normal
hepar/lien tidak teraba
Nyeri tekan pada epigastrium (-)

Ekstrimitas
akral hangat
capillary refill time <2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutin
Hb/ Ht/L/Tr : 10,9/34/4.700/100.000

Tes Widal
S Typhi O : 1/320
Paratyphi AO : 1/160
S typhi H : 1/320

Foto thoraks
Tb paru aktif

wheezing (-/-)

DIAGNOSIS KERJA
Demam tifoid dengan Tb paru aktif

MANAJEMEN
1. Istirahat
2. Kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari selama 14-21 hari = 950-1425 mg/hari
3. Rimcure pediatric 3 tablet/hari
RHZ 3 tablet/hari selama 2 bulan
4. Rimactacid
RH 3 tablet selama 4 bulan
5. Diet makan lunak
6. Kontrol rutin
7. Edukasi kepatuhan minum obat

PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Functionam : ad bonam

TUBERCULOSIS (TB) ANAK

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity).
Biasanya menyerang paru-paru walaupun sepertiga kasus menyangkut organ lain. Dengan
tidak adanya pengobatan yang efektif untuk penyakit yang aktif, biasanya terjadi perjalanan
penyakit yang kronik, dan berakhir dengan kematian. Tuberkulosis (TB) anak adalah
penyakit infeksi yang disebabkan M. tuberculosis pada anak berusia <15 tahun.
Penularan
Tuberculosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui udara (airborne), 95% penularan
melalui inhalasi droplet nuclei penderita TB paru atau TB laring saat batuk, bersin, berbicara,
maupun menyanyi. Oleh karenanya bila seorang anak didiagnosis menderita TB, maka harus
dicari penderita TB dewasa yang menjadi sumber penularan pada anak tersebut, begitu juga
sebaliknya.
Klasifikasi
Terpapar
Individu yang terpapar dengan penderita TB, asimptomatik, pemeriksaan fisis dan radiologis
normal, serta tes kulit tuberculin (-)
Latent Tuberculosis Infection (LTBI)
Individu yang terpapar denganpenderita TB, dengan hasil tes kulit tuberculin (+), tetapi
gejala, pemeriksaan fisis dan radiologis dalam batas normal.
Penyakit TB
Individu yang mempunyai gejala dan radiologi menunjukkan adanya TB.

TB intraparu:
o TB paru (pada anak: TB paru primer)
o Kronik TB paru/adult type TB/TB reaktivasi
o Endobronkial TB
TB ekstraparu:

o TB kelenjar
o TB saluran napas atas dan telinga
o TB mata
o TB pleura
o TB jantung
o TB abdomen
o TB retikuloendotelial
o TB genitourinaria
o TB susunan saraf pusat
o TB tulang dan sendi
TB diseminata/milier

ETIOLOGI
Mikobakterium termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan orde Actinomycetales.
Penyebab tersering adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Mikobakterium kompleks
terdiri dari Mycobacterium bovis (Basilus Tuberkel Bovine, yang menjadi penyebab
tuberkulosis dengan penyebaran melalui susu yang tidak dipasteurisasi), Mycobacterium
leprae (penyebab penyakit Lepra), Mycobacterium africanum (terdapat di Afrika Tengah dan
Afrika Barat), dan Mycobacterium microti (Basilus vole yang jarang menyerang manusia).
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerob kecil berbentuk batang dan tidak
berspora dengan ukuran sekitar 0.5 -3 m. Mycobacteria, termasuk Mycobacterium
tuberculosis, tidak dapat diwarnai biasa dan tidak terlihat dalam pewarnaan gram. Tetapi
sekali terwarnai, basilus ini tidak dapat dihilangkan warnanya melalui asam alkohol, maka
disebut Basil Tahan Asam (BTA). Tahan asam disebabkan organisme ini mengandung tinggi
asam mikolik, asam lemak rantai panjang, dan dinding sel lemak lainnya.
Pada dinding sel Mikobakterium, lemak (asam mikolik) terdiri dari arabinogalaktan
dan peptidoglikan. Struktur ini membuat dinding sel memiliki permeabilitas yang rendah dan
tidak efektif dalam penggunaan antibiotik untuk membunuh organisme ini. Molekul dinding
sel yang lain adalah lipoarabinomannan yang terlibat dalam interaksi patogen dengan tuan
rumah dan dapat mempertahankan hidup Mycobacterium tuberculosis dalam makrofag.

Mekanisme Penularan
a. Melalui batuk atau percikan dahak penderita TB dewasa.
Penderita TB dewasa batuk mengeluarkan percikan dahak (percikan dahak yang
berukuran besar jatuh ke lantai atau ke bawah, sedangkan percikan berukuran kecil akan tetap
melayang-layang di udara sekitarnya dan mampu mengikuti gerakan udara). Pada ruangan
yang berventilasi baik, percikan ini akan berpindah sesuai dengan pergerakan udara, tetapi

bila berada di ruangan kecil dan tertutup maka percikan kecil (droplet) ini akan tetap berada
di udara/sirkulasi dan akan terus bertambah jumlahnya bila penderita dewasa batuk terus
menerus. Oleh karena itu, anak maupun orang dewasa yang menghrup udara dalam ruangan
yang sama akan berisiko menghisap droplet yang berisi tuberkel basil tersebut yang mana
akan mampu mencapai alveolus karena ukurannya <5 m.

b. Melalui produk susu.


Penularan melalui produk susu maupun makanan akan menimbulkan infeksi di mulut atau
tonsil dan saluran cerna terjadi melalui sapi yang terinfeksi oleh MTB dan produk susunya
tidak dimasak pada suhu tertentu (pasteurisasi).

c. Melalui kontak kulit.


Kuman MTB dapat mencapai kulit baik sebagai infeksi primer maupun infeksi sekunder
akibat penyebaran hematogen dan lesi di kulit ini sering tidak terpikirkan bahwa ini suatu
infeksi TB meskipun kelenjar getah bening di daerah tersebut membesar.

PATOGENESIS
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
sangat kecil (<5 mikrometer), kuman TB dalam percik renik (droplet renic) yang terhirup
dapat mencapai alveolus. Jadi transmisi M.tuberculosis dari orang ke orang terjadi secara
airborne melalui droplet nuklei mukus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
oleh mekanisme imunologis non-spesifik, tetapi pada sebagian kasus lainnya tidak dapat
dihancurkan seluruhnya namun sebagian kecil kuman TB akan terus berkembang biak dalam
makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi
di tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. Kuman TB dapat menyebar melalui
saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, menyebabkan inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis). Gabungan antara fokus primer, limfangitis
dan limfadenitis disebut kompleks primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
sampai terbentuk kompleks primer disebut sebagai masa inkubasi, yang berlangsung selama
2-12 minggu, biasanya 4-8 minggu. Saat terbentuk infeksi primer, dikatakan infeksi TB
primer telah terjadi dan imunitas selular terhadap TB terbentuk, yang ditandai dengan uji
tuberkulin positif. Komplikasi fokus primer dapat terjadi jika fokus pecah kemudian kuman
dan masa radang masuk ke rongga pleura sehingga timbul efusi pleura serosa atau purulen.
Dari fokus yang pecah, penyebaran juga dapat terjadi di bronkus dan membentuk kavitas.

Dapat juga fokus menjadi besar dan berlapis serta membentuk bayangan bundar atau koin.
Sedangkan komplikasi kelenjar limfe regional dapat berupa obstruksi bronkus inkomplit
(mekanisme ventil) sehingga terjadi hiperinflasi lobus medius dan bawah, obstruksi total
dapat menyebabkan atelektasis kelenjar yang inflamasi dan mengalami nekrosis perkijuan
dapat merusak dan mengerosi dinding bronkus sehingga terjadi TB endobronkial atau
membentuk fistula.
Setelah masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut secara limfohematogen
yang nantinya menjadi penyebaran hematogen. Penyebaran hematogen yang paling sering
terjadi adalah penyebaran hematogenik tersamar (occukt hematogenic spread). Melalui cara
ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian mencapai organ di seluruh tubuh, bersarang
di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, yaiut di apeks paru, limpa, kelenjar limfe
superfisialis, otak, hati, tulang, dan ginjal. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap
hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula proses patologiknya. Bentuk penyebaran
hematogen lain adalah penyebaran generalisata akut (acute generalized hematogenic). Pada
bentuk ini, sejumlah besar kuman TBmasuk dan beredar di dalam darah, menuju ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB. Bentuk
penyebaran hematogen yang terjadi adalah protacted hematogenic spread. Bentuk
penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di dinding vaskuler pecah dan menyebar ke
seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah.
Secara klinis, penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan penyebaran generalisata akut.
Pada anak, lima tahun pertama setelah infeksi (terutama satu tahun pertama) biasanya
sering timbul komplikasi TB. Menurut Wallgren ada tiga bentuk dasar TB paru pada anak
yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. TB ekstrapulmonal
dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB skeletal terjadi pada 5-10% anak
yang terinfeksi, paling banyak terjadi dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun setelah
infeksi primer. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer.

Inhalasi Mycobacterium tuberculosis

Kuman mati

Fagositosis oleh makrofag


alveolus paru

Kuman hidup

Berkembang biak
Berkembang Biak

Uji Tuberkulin (+)

Bagan 1. Patogenesis Mycobacterium Tuberculosis


1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic
spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), limfangitis (2), dan limfadenitis
regional (3).
3. TB primer adalah kompleks primer dan komplikasinya.
4. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi fokus lama TB (endogen) atau
reinfeksi (infeksi sekunder) oleh kuman TB dari luar (eksogen), ini disebut TB tipe
dewasa (adult type TB).

DIAGNOSIS
Pasien TB anak dapat ditemukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada :

1. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.


Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau sering
bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah terutama pasien TB yang
hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi pada pasien TB dewasa.
Pemeriksaan kontak erat ini akan diuraikan secara lebih rinci dalam pembahasan pada bab
profilaksis TB pada anak.
2. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering terkena
adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ
terkait. Perlu ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa
juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
Gejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut:
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat
atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
Penting untuk melihat data kurva pertumbuhan, kecurigaan terhadap TB bila
didapatkan kurva BB tetap/ turun melewatigaris persentil selama 3-6 bulan ke
belakang.
2. Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain) >38oC. Keringat malam saja bukan
merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala
sistemik/umum lain.
3. Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda/sembuh dengan
pengobatan lini pertama atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain
batuk telah dapat disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to
thrive).
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.

Penegakkan Diagnosis
a. Alur deteksi dini dan rujukan TB anak

Hal-hal yang mencurigakan


1.Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TB yang BTA (+)
2.Tes Tuberkulin yang positif (>10 mm)
3.Gambaran foto rontgen sugesif TB
4.Terdapat reaksi kemerahan yang cepat (dalam 3 7 hari) setelah imunisasi dengan BCG
5.Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
6.Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas
7.Berat badan turun tanpa sebab jelas atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan
meskipun sudah dengan
penanganan gizi (failure to thrive)
> 3 tulang
positif dll)
8.Gejala-gejala spesifik (pada kelenjar limpe,Bila
otak,
Dianggap TB

Memburuk / Tetap

Membaik

TB kebal obat (MDR)

Bukan TB

TB

Rujuk ke RS
OAT diteruskan
Pemeriksaan lanjutan di RS :

Ulang periksa gejala klinis

Tes tuberculin

Foto rontgen paru

Pemeriksaan mikrobiologi

Pemeriksaan patalogi anatomi


Prosedur diagnostik dan tatalaksana sesuai dengan
prosedur di RS yang bersangkutan

Bagan 2. Alur deteksi dini dan rujukan TB anak


b. Sistem skoring untuk diagnosis TB anak.
Parameter

Tidak jelas

BTA +

Negatif

Laporan keluarga (BTA


negatif atau tidak jelas)
-

Berat badan/keadaan
gizi

Demam yang tidak


diketahui penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran limfe (kolli,
aksila, inguinal)
Pembengkakan
tulang/sendi panggul,
lutut, falang
Foto toraks

BB/TB<90%
Atau
BB/U<80%
2 minggu

Klinis gizi buruk atau


BB/TB<70% atau
BB/U<60%
-

3 minggu
1 cm, jumlah
>1, tidak nyeri
Ada
pembengkakan

Gambaran
sugestif TB

Kontak TB
Uji tuberkulin

Normal/kelainan
tidak jelas

Positif (10mm atau


25mm pada keadaan
imunokompromise
-

Catatan:
- Diagnosis Dengan Sistem Skoring Ditegakkan Oleh Dokter
- Jika Dijumpai Gambaran Milier Atau Skrofuloderma, Langsung Didiagnosis Tb
- Berat Badan Dinilai Pada Saat Datang (Moment Opname)
- Demam Dan Batuk Tidak Ada Respon Terhadap Terapi Sesuai Baku
- Foto Rontgen Toraks Bukan Alat Diagnostik Utama Pada Tb Anak
- *Gambaran Sugestif Tb Berupa: Pembesaran Kelejar Hilus Atau Paratracheal Dengan / Tanpa Infiltrat ;
Konsolidasi Segmental / Lobar ; Kalsifikasi Dengan Infiltrat ; Atelektasis ; Tuberkuloma. Gambaran Milier
Tidak Dihitung Dalam Skor Karena Diperlakukan Secara Khusus.
- Mengingat Pentingnya Peran Uji Tuberkulin Dalam Mendiagnosis Tb Anak, Maka Sebaiknya Disediakan
Tuberkulin Di Tempat Pelayanan Kesehatan
- Semua Anak Dengan Reaksi Cepat Bcg ( 7 Hari ) Harus Dievaluasi Dengan Sistem Skoring Tb Anak, Bcg
Bukan Merupakan Alat Diagnostik
- Didiagnosis Tb Jika Jumlah Skor 6 (Skor Maksimal 13) Cut Off Point Ini Masih Bersifat Tentatif/Sementara,
Nilai Definitif Menunggu Hasil Penelitian Yang Sedang Dilaksanakan.

Pemeriksaan Penunjang

Tes Kulit Tuberkulin


Dengan penyuntikan Purified Protein Derivative (PPD) RT23 2TU kekuatannya
setara dengan PPDS 5TU, intradermal 0.1 mL pada permukaan volar lengan bawah.
Pembacaan dilakukan 48-72 jam sesudah injeksi. Pada anak imunokompeten, tanpa
melihat status imunisasi BCG maka cut ofpoint diameter transversal indurasi 10 mm
dikatakan (+), sedangkan pada anak imunodefisiensi 5 mm.
Konfirmasi Bakteriologi
Pemeriksaan BTA dan kultur dari sediaan sputum, aspirat cairan lambung, cairan
tubuh lain (pleura, perikardial, dll), biopsi kelenjar limfe ataupun organ lain.
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis yang sering ditemukan adalah pembesaran kelenjar limfe hilus.
Pada adult type TB terdapat gambarn infiltrat yang luas dengan kavitas.
Pemeriksaan Lain
Serologis PCR tidak direkomendasikan dilakukan secara rutin untuk diagnosis TB.
IGRAs digunakan untuk diagnosis infeksi laten TB dan hasil pemeriksaan ini tidak
dipengaruhi oleh imunisasi BCG.
Obat Anti Tuberkulosis yang Digunakan
Obat utama TB (first line) saati ini adalah : rifampisin (R), isoniazide (H),
pirazinamid (Z), etambutol (E) dan streptomisin (S). Obat lain (second line) adalah paraaminosalicylic acid (PAS), cycloserin terizidone, ethionamide, levofloxacin, ciprofloxacin,
kanamycin, yang digunakan jika terjadi MDR (multiple drugs resistent).

Tabel 1. Obat antituberkulosis (OAT) dan dosisnya.


Nama Obat

Sediaan

Isoniazid

Tab 100mg,
300mg

Rifampisin

Cap 150mg,
300mg, 450mg

Dosis harian
(mg/kgBB/hari)
5-15
kalau dengan
Rifampisin tidak
boleh >10
10-20
Kalau dengan INH

Dosis maximal
(mg/hari)
300

600

Efek samping
Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas

Gastrointestinal, reaksi kulit,


hepatitis, trombositopenia,

Pirazinamid

Tab 500mg

Etambutol

Tab 250mg,
500mg

Streptomisin

dosisnya tidak
boleh >15
15-30

2000

15-20

1250

15-40

1000

peningkatan enzim hati, cairan


tubuh berwarna merah oranye
Artralgia, toksisitas hati dan
gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna (merahhijau), penyempitan lapang
Ototoksik, nefrotoksik

Pengobatan TB terbagi dua, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan fase lanjutan.

Minimal tiga macam obat pada fase intensif dan dua macam obat pada fase lanjutan.

OAT pada anak diberikan setiap hari (berbeda dengan orang dewasa).

Paduan obat yang baku untuk sebagian besar kasus TB anak yaitu rifampin, isoniazid
dan pirazinamid pada fase intensif, rifampin dan isoniazid pada fase lanjutan.

Untuk TB ekstrapulmonal (TB milier, meningitis TB, TB skeletal, dan lain-lain)


diberikan minimal empat macam obat pada fase intensif yaitu rifampisin, isoniazid,
pirazinamid, dan etambutol atau streptomisin. Untuk fase lanjutan selama 10 bulan
hanya diberikan rifampisin dan isoniazid. Selain itu, diberikan juga kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari, dibagi dalam tiga dosis, maksimal
60mg/hari selama 2-4 minggu.

Fixed Dose Combination (FDC)


Masalah dalam terapi TB adalah kepatuhan pasien menjalani pengobatan relatif lama
dengan jumlah obat yang banyak.
Keuntungan pengunaan FDC dalam pengobatan TB

Menyederhanakan pengobatan dan mengurangi kesalahan penulisan resep

Meningkatkan penerimaan dan kepatuhan pasien

Memungkinkan petugas kesehatan memberikan pengobatan standar dengan tepat.

Mempermudah pengelolaan obat (mempermudah proses pengadaan penyimpanan,


dan distribusi obat pada setiap tingkat pengelola program pemberantasan TB)

Mengurangi kesalahan penggunaan obat TB (monoterapi) sehingga mengurangi


resistensi terhadap obat TB

Panduan FDC mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan terjadinya


kekambuhan

Pengawasan minum obat menjadi lebih cepat dan mudah, sehingga dapat mengurangi
beban kerja

Mempermudah penentuan dosis berdasarkan berat badan

Tabel 2. Dosis kombinasi pada TB anak.


Berat badan (kg)
5-9
10-14
15-19
20-32

2 bulan
RHZ (75/50/150mg)
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

4 bulan
RH (75/50mg)
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet

Catatan:
- bila BB 33 kg dosis disesuaikan dengan dosis OAT biasa
- bila BB < 5 kg sebaiknya dirujuk ke RS
- obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Garna, H., Denata, P. 2012. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesahatan Anak
ed.4. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUP.

2.

Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013

Anda mungkin juga menyukai