TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
Kriteria tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
3.
persyaratan
2.
Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3.
Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
2. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
3. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
4. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
5. Bebas dari kerusakan fisik
6. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
7. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
8. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku. (Wade,1994).
Keuntungan dan kerugian tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,
yaitu :
1.
2.
Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3.
Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan
4.
penyimpanan
Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat
dicegah/diperkecil. (Wade,1994).
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
paling rendah;
Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;
tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan
- Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
- Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi
(harus diformulasi sedemikian rupa);
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,
atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban
udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini
sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet (Wade,1994).
5.
Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi
(Wade,1994).
Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga
Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
Filming
Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan
bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena
punch kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan
bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi
sehingga mengurangi penempelan. (Wade,1994).
6.
Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
(Wade,1994).
8.
Molting
Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah
migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah
masih basah). (Wade,1994).
7.
Lactose,
(Martindale,1982).
Sucrose,
Manitol,
Sorbitol,
dll
coklat/memucat)
-
2.
Bahan Pengikat
Bahan pengikat memegang peranan yang sangat penting dalam
Kekerasan tablet
Waktu hancur
Dissolusi
Compressibility
Density granul
Kemungkinan
terjadinya
peristiwa
migrasi
bahan
obat
(Martindale,1982).
Bahan pengikat ditambahkan, baik dalam bentuk kering maupun
cairan dalam proses granulasi basah atau menaikkan kekompakan kohesi bagi
tablet cetak langsung. Namun demikian, bahan pengikat akan lebih efektif
bila digunakan dalam bentuk larutan yang digunakan dalam granulasi basah.
Contoh komposisi bahan pengikat :
-
3.
Bahan Penghancur
Bahan penghancur (disintegrants) merupakan bahan atau campuran
bahan yang dapat menyebabkan tablet hancur ketika tablet kontak dengan
cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet,
mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian.
Fragmen-fragmen tablet tsb akan sangat menentukan kelarutan selanjutnya
dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan.
Contoh Bahan-bahan Penghancur :
a.
Kanji (amylum)
Merupakan jenis bahan penghancur yang paling umum digunakan,
harganya juga paling murah. Konsentrasi 5 20 % dari berat tablet
Amyl jagung (maize starch), Amyl kentang (corn starch), Amyl beras,
Amyl gandum, dll Modifikasi Amylum (Sta Rx 1500) dpt digunakan
sebagai Bhn pengikat, bahan penghancur, bahan pelincin (lubricant).
b.
Microcrystalin Cellulose
Contoh : Avicel PH 101 dan PH 102
Digunakan dalam keadaan kering (untuk granulasi kering atau cetak
langsung).
c.
d.
Kombinasi asam
Asam sitrat, asam tartrat maupun asam fumarat, bersama-sama dengan
sodium bicarbonate, apabila kontak dengan air menghasilkan gas CO 2
yang dapat menyebabkan tablet hancur tablet effervescent
4.
Bahan Pelincir
5.
Pewarna
Fungsi bahan pewarna :
Pemakaian pewarna yang larut max. 0,05 % (sesuai dengan Undang Undang
atau peraturan tentang penggunaan pewarna dalam sediaan obat).
Penambahan pewarna, biasanya diberikan pada saat proses granulasi basah.
Problem: migrasi warna pada saat pengeringan granul (warna tidak rata)
Cara pengatasan :
- Penambahan 5 10 % CMC
- Pemanasan granul pada temperatur rendah
- Pengadukan granul selama proses pengeringan (mesin FBD
(Martindale,1982).
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UIPress. Jakarta
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta
Martindale The Extra Pharmacopoeia, Twenty-Eight Edition. 1982. The
Pharmaceutical Press. London
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical
excipients, Ed II. The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical
Sciences. London