AssalamualaikumWr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul BPPV (Benign Paroxysmal
Positioning Vertigo) ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF THT di RSUD Dr. Slamet Garut. Dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Gunawan Kurnaedi, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing.
2. Dr. Elananda Mahendrajaya, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing
3. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF THT RSUD Dr. Slamet Garut.
4. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr. Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat,
dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata penuli smengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
WassalamualaikumWr. Wb
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
Page 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Page 3
BAB 2
Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
Page 4
Page 5
Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis dan
makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak,
dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut
makula tertanam di membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut
statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. 1
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap
ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implus
yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap
terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.1
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus
vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus; mengandung
sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular,
dan yang proseus sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan
nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang
subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.
Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar
ventrikel keempat. 1
Page 6
Page 7
Page 8
BAB 3
BPPV
(Benign Paroxysmal Positioning Vertigo)
Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang ditandai dengan
episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. BPPV merupakan
penyebab tersering dari vertigo berulang dan vertigo ini disebabkan oleh stimulasi abnormal
dari cupula karena adanya free-floating otoliths (canalolithiasis) atau otolith yang telah
beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis) dalam satu dari tiga kanal semisirkular.4,5
Etiologi
BPPV timbul sebagai akibat stimulasi yang tidak sesuai pada SCC (Semi Circularis Canalis)
sel rambut, sebagai respon dari perubahan posisi kepala terhadap gravitasi oleh otokonia yang
terasing. Otokonia ialah kristal kalsium karbonat yang normalnya ditemukan terbenam di
membran otolit gelatin dari sakulus dan utrikulus. Bila otokonia menemukan jalan mereka
menuju duktus SCC (canalolithiasis) atau menempel pada kupula SCC (Kupulolithiasis),
maka perubahan posisi kepala akan mengakibatkan perubahan posisi kupula, entah secara
langsung melalui kupulolitiasis atau secara tidak langsung melalui perubahan tekanan cairan
endolimfe pada kanalolitiasis.4 Kupulolithiasis lebih sering terjadi pada lateral(horizontal)
SCC, sedangkan canalolithiasis lebih sering pada posterior SCC.dan terjarang pada anterior
SCC 5
Sumber gambar: (scott browns otorhinolaryngology, head and neck surgery 1, volume 3.
seventh edition. hlm 3760)
Perubahan posisi Kupula akan menimbulkan vertigo dan nistagmus dalam CSS yang
dirangsang. Bila otokonia pada anterior/posterior CSS maka nistagmus vertikal torsial.
Sebaliknya bila terjadi pada otokonia lateral CSS maka nistagmus horizontal.4
Page 9
BPPV dapat timbul sebagai akibat dari trauma kepala atau vestibular neuritis. Biasanya gejala
timbul beberapa hari setelah trauma kepala, sedangkan pada vestibular neuritis gejala tidak
akan timbul dalam beberapa minggu / tahun. 4
Pada beberapa pasien, BPPV dapat timbul pada perjalanan penyakit progresif telinga dalam,
misalnya Menieres disease dan Corgans syndrome. namun pada kebanyakan kasus,
penyebab nya tidak teridentifikasi. 4
Epidemiologi
Paling banyak adalah pasien BPPV SCC Posterior BPPV adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak
pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah
35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang ditemukan pada
anak. 4, 5
Manifestasi Klinik
Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan posisi kepala
pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di
pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak
melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala
dalam posisi tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian
besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka
waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun. Tanda klinis karakteristik nya ialah terjadi nistagmus saat diperiksa Dix
hallpike manouvre.4
Page 10
Diagnosis Klinis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada
posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada
evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah: DixHallpike dan Tes kalori.
a. Dix-Hallpike Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah
dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan
vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
-
Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan ipsilateral.
Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o
dan seterusnya.
Page 11
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40
Page 12
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air
panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masingmasing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama
nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa
telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas,
lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk
menghilangkan pusingnya).
Diferensial Diagnosis: 4
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu
kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang
hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam
tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi
gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada
fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga
dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat
akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu
infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak
banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran
dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu
infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi
pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang
Page 13
terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan
suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya
menyebabkan sklerosi labirin.
3. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan
mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan
vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.
Penatalaksanaan
Penanganan efektif dengan cara merelokasi otokonia dari duktus SCC ke vestibulum,
menggunakan Epley Manouvre. 4
Kontraindikasi Epley manouvre pada pasien sakit leher dan stenosis carotid high grade.
(sebaiknya dilakukan the Dix-Hallpike manouvre )4
Surgical
management
ditujukan
untuk
gagal
therapi
reposisi
canalis5.
Page 14
tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putar kepala ke arah
kanan (sebaliknya) perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai
hilang rasa vertigo.
- Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan
Keterangan Gambar :
- Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh
ke kiri.
- Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan
Page 15
Manuver Brand-Darroff
Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama
posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian
balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri,
masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,
pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.
TERAPI BEDAH
Dengan CRP berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat mengalami vertigo
persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan yanga merupakan refrakter dari
manuver reposisi. Terapi bedah dapat dipertimbangkan dalam kesempatan yang jarang, yang
disebut juga incratable BPPV.
Page 16
Transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior (singular neurectomy)
atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran penutup) telah dilakukan untuk incratable
BPPV.
Neurektomi tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan prosedur yang
efisien yang dibuat untuk mengontrol gejala incratable BPPV. Dengan risiko yang dapat
diterima gangguan pendengaran pasca operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga
merupakan teknik yang efektif dengan rendahnya resiko gangguan pendengaran.
Namun, intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah dicoba dan gagal.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tidak
dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat vestibulosuppresan yang
berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan
saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek
samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Dokter
dapat memberikan obat untuk 1) mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2) mengurangi
gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti
CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.
Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine), belladonna alkaloid scopolamine
(Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium), diindikasikan untuk mengurangi gejala
pusing dan mual sebelum melakukan CRM.
Page 17
BAB 4
Kesimpulan
Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Page 19