Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul BPPV (Benign Paroxysmal
Positioning Vertigo) ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF THT di RSUD Dr. Slamet Garut. Dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Gunawan Kurnaedi, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing.
2. Dr. Elananda Mahendrajaya, SpTHT-KL, selaku dokter pembimbing
3. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF THT RSUD Dr. Slamet Garut.
4. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr. Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat,
dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata penuli smengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
WassalamualaikumWr. Wb

Garut, November 2014

Penyusun
Page 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar. ...................................................................................................1


Daftar Isi..............................................................................................................2
BAB 1 Pendahuluan. .........................................................................................3
BAB 2 Anatomi Telinga. ..................................................................................4
BAB 3 Fisiologi Keseimbangan. .....................................................................10
BAB 4 BPPV (Benign Paroxysmal Positioning Vertigo). ..............................12
BAB 5 Kesimpulan. .........................................................................................16
Daftar Pustaka. ...................................................................................................17

Page 2

BAB 1
PENDAHULUAN

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi


pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama
dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke
dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.1
Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizziness
yang dilaporkan pada primary care.2
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system
saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain. 93%
pasien pada Iprimary care mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau menire
disease.2
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka,
menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan
menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis
akan membantu dokter unutk menegakkan diagnosis dan member terapi yang tepat untu
pasien.3

Page 3

BAB 2
Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh

Anatomi Alat Keseimbangan


Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan
alat perasa pada tendon dalam. Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan
keseimbangan tubuh yaitu sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem
vestibular meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral.
Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran)
dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri
atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua
cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.1
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis
semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus.
Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai
mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis
semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus
semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis
terletak saling tegak lurus.1
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan
(yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di
bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os
tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan kanalis semisirkularis. Labirin
membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ
membranosa itu sendiri berisi endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis
yang melebar (ampula) mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan.1

Page 4

Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan 1

Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis


lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus
dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os
petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os
petrosus terletak pada sudut 450 terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu
telinga pararel dengan kanalis semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya.
Kedua kanalis semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus. Setiap
kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang
berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista
tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yangmemanjang yang disebut kupula, yang
tidak mengandung otolit. Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambutrambut sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor
pergerakan). 1

Page 5

Gambar 2. Krista ampularis

Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis dan
makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak,
dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut
makula tertanam di membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut
statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang. 1
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap
ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Implus
yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap
terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.1
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus
vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus; mengandung
sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular,
dan yang proseus sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan
nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang
subarakhnoid di cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.
Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar
ventrikel keempat. 1

Page 6

Gambar 3. Makula Statika


Kompleks nuklear vestibularis terbentuk oleh :4
1. Nukleus vestibularis superior (Bekhterev)
2. Nukleus vestibularis lateralis (Deiters)
3. Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe)
4. Nukleus vestibularis inferior (Roller)

Gambar 4. Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya. A. Komponen


nulkeus vestibularis. B. Hubungan sentral masing-masing komponen nukleus
vestibularis

Page 7

Fisiologi Alat Keseimbangan


Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor
vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang
punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan
yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.2
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran
labirin membrane yang terdapat didalam vestibilum labirib tulang. Labirin kinetic terdiri dari
tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan
dengan utrikulus, disebut ampula. Didalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari selsel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula.5
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa didalam labirin dan selanjutnya silia sel rambut menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk
kedalam sel yang menyebabkan implus sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan
di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadilah
hiperpolarisasi.5
Organ vestibuler brefungsi sebagai transuder yang mengubah energy mekanik akibat
rangsangan otolit dan gerakan endolimfa didalam kanalis semisirkularis menjadi energy
biolistrik, sehingga dapat member informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat
percepatan sudut.5
Sistem vestibuler berhubungan dengan system tubuh lain, sehingga kelainannya dapat
menimbulkan gejala pada tubuh yang bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo,
rasa mula dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat.5

Page 8

BAB 3
BPPV
(Benign Paroxysmal Positioning Vertigo)

Definisi
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang ditandai dengan
episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. BPPV merupakan
penyebab tersering dari vertigo berulang dan vertigo ini disebabkan oleh stimulasi abnormal
dari cupula karena adanya free-floating otoliths (canalolithiasis) atau otolith yang telah
beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis) dalam satu dari tiga kanal semisirkular.4,5

Etiologi
BPPV timbul sebagai akibat stimulasi yang tidak sesuai pada SCC (Semi Circularis Canalis)
sel rambut, sebagai respon dari perubahan posisi kepala terhadap gravitasi oleh otokonia yang
terasing. Otokonia ialah kristal kalsium karbonat yang normalnya ditemukan terbenam di
membran otolit gelatin dari sakulus dan utrikulus. Bila otokonia menemukan jalan mereka
menuju duktus SCC (canalolithiasis) atau menempel pada kupula SCC (Kupulolithiasis),
maka perubahan posisi kepala akan mengakibatkan perubahan posisi kupula, entah secara
langsung melalui kupulolitiasis atau secara tidak langsung melalui perubahan tekanan cairan
endolimfe pada kanalolitiasis.4 Kupulolithiasis lebih sering terjadi pada lateral(horizontal)
SCC, sedangkan canalolithiasis lebih sering pada posterior SCC.dan terjarang pada anterior
SCC 5

Sumber gambar: (scott browns otorhinolaryngology, head and neck surgery 1, volume 3.
seventh edition. hlm 3760)
Perubahan posisi Kupula akan menimbulkan vertigo dan nistagmus dalam CSS yang
dirangsang. Bila otokonia pada anterior/posterior CSS maka nistagmus vertikal torsial.
Sebaliknya bila terjadi pada otokonia lateral CSS maka nistagmus horizontal.4
Page 9

BPPV dapat timbul sebagai akibat dari trauma kepala atau vestibular neuritis. Biasanya gejala
timbul beberapa hari setelah trauma kepala, sedangkan pada vestibular neuritis gejala tidak
akan timbul dalam beberapa minggu / tahun. 4
Pada beberapa pasien, BPPV dapat timbul pada perjalanan penyakit progresif telinga dalam,
misalnya Menieres disease dan Corgans syndrome. namun pada kebanyakan kasus,
penyebab nya tidak teridentifikasi. 4

Epidemiologi
Paling banyak adalah pasien BPPV SCC Posterior BPPV adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak
pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah
35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang ditemukan pada
anak. 4, 5

Manifestasi Klinik
Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan posisi kepala
pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di
pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang.
Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak
melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala
dalam posisi tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian
besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka
waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun. Tanda klinis karakteristik nya ialah terjadi nistagmus saat diperiksa Dix
hallpike manouvre.4

Page 10

Diagnosis Klinis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada
posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada
evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah: DixHallpike dan Tes kalori.
a. Dix-Hallpike Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah
dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan
vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
-

Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan


vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik.

Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika


posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o40o, penderita diminta tetap
membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.

Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis posterior


yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak,
kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis posterior.

Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita


direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.

Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut


dipertahankan selama 10-15 detik.

Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan ipsilateral.

Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang


berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.

Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o
dan seterusnya.

Page 11

Gambar Uji Dix-Hallpike

Dix Hallpike test


Sumber gambar: http://www.stopdizziness.com/images/dix_hallpike.gif

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40
Page 12

detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air
panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masingmasing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama
nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa
telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas,
lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk
menghilangkan pusingnya).
Diferensial Diagnosis: 4
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu
kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang
hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam
tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi
gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada
fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga
dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat
akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu
infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak
banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran
dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu
infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi
pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang
Page 13

terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan
suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya
menyebabkan sklerosi labirin.
3. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan
mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan
vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.

Penatalaksanaan
Penanganan efektif dengan cara merelokasi otokonia dari duktus SCC ke vestibulum,
menggunakan Epley Manouvre. 4
Kontraindikasi Epley manouvre pada pasien sakit leher dan stenosis carotid high grade.
(sebaiknya dilakukan the Dix-Hallpike manouvre )4
Surgical

management

ditujukan

untuk

gagal

therapi

reposisi

canalis5.

Sumber Gambar : http://www.wikem.org/w/images/a/a6/Epley.jpg

Page 14

- Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri (pada gangguan keseimbangan /

vertigo telinga kiri) (1)


- Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2),

tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putar kepala ke arah
kanan (sebaliknya) perlahan sampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai
hilang rasa vertigo.
- Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan

kemudian ke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60


detik.
- Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang.

Latihan Semont Liberatory :

Gambar 2. Manuver Semont Liberatory

Keterangan Gambar :
- Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh

ke kiri.
- Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan

posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik)


- Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60

detik, baru kembali ke posisi semula.

Hal ini dapat dilakukan dari arah

sebaliknya, berulang kali.


Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur tulang
panggul ataupun replacement panggul.

Page 15

Latihan Brandt Daroff


Latihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV, biasanya
digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal. Latihan ini 95% lebih berhasil
dari pada penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set
perhari selama 2 minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam
5 kali. Satu pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda
(membutuhkan waktu 2 menit).

Cara latihan Brand-Darroff :

Manuver Brand-Darroff

Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama
posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian
balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri,
masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali,
pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.

TERAPI BEDAH
Dengan CRP berulang dan latihan Brandt-Daroff, pasien masih dapat mengalami vertigo
persisten akibat disabilitas posisi atau frekuensi kambuhan yanga merupakan refrakter dari
manuver reposisi. Terapi bedah dapat dipertimbangkan dalam kesempatan yang jarang, yang
disebut juga incratable BPPV.

Page 16

Transeksi nervus ampula posterior yang mempersarafi kanal posterior (singular neurectomy)
atau oklusi kanal semisirkular posterior (saluran penutup) telah dilakukan untuk incratable
BPPV.
Neurektomi tunggal, dijelaskan oleh Gacek pada tahun 1974, merupakan prosedur yang
efisien yang dibuat untuk mengontrol gejala incratable BPPV. Dengan risiko yang dapat
diterima gangguan pendengaran pasca operasi. Penyumbatan dan oklusi kanal juga
merupakan teknik yang efektif dengan rendahnya resiko gangguan pendengaran.
Namun, intervensi bedah diterapkan jika seluruh CRMs/latihan telah dicoba dan gagal.

TERAPI MEDIKAMENTOSA
Obat rutin seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tidak
dianjurkan pada pasien BPPV karena penggunaan obat vestibulosuppresan yang
berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan
saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yang sudah terjadi. Selain itu, efek
samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Dokter
dapat memberikan obat untuk 1) mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau 2) mengurangi
gejala pusing yang menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti
CRMs untuk BPPV dan tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi.
Obat anti vertigo, seperti dimenhydrinate (Dramamine), belladonna alkaloid scopolamine
(Transderm-Scop), dan benzodiazepine (Valium), diindikasikan untuk mengurangi gejala
pusing dan mual sebelum melakukan CRM.

Outcome & Komplikasi


Kebanyakan pasien serangan BPPV terjadi dalam periode yang berakhir dalam beberapa
minggu. dan biasanya sself-limited. Dan remisi terjadi tidak dapat diperkirakann.
Pasien dengan serangan vertigo berulang lebih dari beberapa dekade dan tidak dijumpai
abnormalitas dalam pemeriksaan, biasanya memiliki BPPV.4

Page 17

BAB 4
Kesimpulan

BPPV, ialah suatu gangguan

serangan tiba-tiba vertigo, berhubungan dengan

nistagmus, dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gravitasi.


BPPV lebih sering terjadi pada wanita dibanding Pria. Paling sering pada SCC
Posterior.
Gejala klinis yang sering dialami pasien ialah vertigo singkat ( 10-20 detik)yang
berulang,yang mengikuti perubahan posisi kepala terhadap gravitasi. pada beberapa pasien,
serangan terjadi sangat sering, sehingga mereka merasa tidak nyaman diantara serangan,
sehingga dianggap pusing setiap saat. Pemicu paling sering adalah berguling di tempat tidur,
naik turung tempat tidur, posisi kepala maju kedepan saat membungkuk, posisi kepala
menengadah.
Penanganan efektif dengan cara merelokasi otokonia dari duktus SCC ke vestibulum,
menggunakan Epley Manouvre.

Page 18

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.


2. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Peterson-Brown, Simon. Telinga. In: Sinopsis Anatomi. London: Churchill
Livingstone ; 1994: 222-227.
4. Gleeson,Michael. The anatomy and embryology of the external and middle ear. In:
Scott-Browns Otorhinolaryngolog,Head and Neck Surgery Volume 3. 7th edition.
London: Hodder Arnold, an Hachette UK Company ; 2008: 3103-3147
5. Snow JR, James B. Anatomy of the Auditory and Vestibular Systems. In: Ballengers
Otorhinolaryngology 17 Head and Neck Surgery. USA: BC Decker Inc; 2009 :
6. Gleeson, Michael. Balance Disorders. In: Scott-Browns Otorhinolaryngolog,Head
and Neck Surgery Volume 3. 7th edition. London: Hodder Arnold, an Hachette UK
Company ; 2008: 3673, 3760 3763.
7. Snow JR, James B. Menieres Disease, Vestibular Neuronitis,Paroxysmal Positional
Vertigo, andCerebellopontine Angle Tumor. In: Ballengers Otorhinolaryngology 17
Head and Neck Surgery. USA: BC Decker Inc; 2009: 410 8. Ganong,William F. In: Fisiologi Kedokteran:191-192.
9. Guyton, Arthur C. Fungsi utrikulus dan sakulus dalam menjaga keseimbangan statik.
In: Fisiologi Kedokteran. Philadelphia, Pennsylvania ;1996: 881 883
10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing. December:2006.

Page 19

Anda mungkin juga menyukai