PEMICU 2
BLOK 9
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI TERAPI PADA
TINGKAT SEL DAN JARINGAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Ketua
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lesi putih disebabkan oleh epitelium yang terkeranisasi pada daerah epitelium
yang biasanya tidak terkeranisasi, keratinisasi yang berlebihan pada daerah yang
normalnya memang terkeranisasi yang umumnya berujung pada keganasan. Oleh
karena itu diperlukan diagnosa banding dengan melihat tanda-tanda klinis.
Kemudian melakukan pemeriksaan secara sitologi maupun histologi untuk
melihat kondisi sel dan jaringan yang abnormal serta untuk membantu dalam
penegakan diagnosa dan membantu menentukan jenis perawatan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara pengambilan spesimen pemeriksaan Patologi Anatomi
untuk kasus lesi pada mukosa bukal kiri
Pengambilan spesimen pemeriksaan patologi anatomi untuk kasus lesi
menggunakan eksofoliatif sitologi karena sel-sel yang hendak diambil terdapat
pada lapisan permukaan mukosa. Ada beberapa jenis teknik eksofoliatif sitologi
yakni; imprint, cytobrush, kapas lidi, spatel/ smear, dan metode kumur-kumur.
Masing-masing teknik memiliki lokasi tersendiri yang mudah dijangkau. Seperti
pada kasus pemicu ke 2 ini yaitu lesi pada mukosa bukal pipi. Lesi pada mukosa
bukal pipi lebih baik menggunakan teknik cytobrush karena dengan tangkai yang
cukup panjang dapat menjangkau lebih kedalam dan sel-sel yang diambil lebih
banyak dibandingkan beberapa teknik lainnya. Berikut adalah teknik pengambilan
spesimen dengan cytobrush.
Teknik cytobrush
1. Tentukan lokasi lesi yang akan dibrush
2. Lesi dibershkan dengan normal saline
3. Lesi dibrush dengan cytobrush
4. Kemudian brush ke objek glass dengan 3600 dengan sekali hapusan agar sel-sel
tidak bertumpuk.
5. Fiksasi dengan alkohol 96%
6. Kemudian kirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
2.3 Tujuan,
indikasi
dan
kontraindikasi
pemeriksaan
Hiperparakeratosis
Parakeratosis dapat dibedakan dengan ortokeratin dengan melihat timbulnya
pengerasan pada lapisan keratinnya.
Akantosis
Suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan spinosum pada
suatu tempat tertentu yang kemudian dapat menjadi parah disertai
pemanjangan, penebalan, danpenumpukan.
Dysplasia
mitosis sel yang berlebihan, keratinisasi sel-sel secara individu, perubahan
antara inti sel dengan sitoplasma serta adanya pembesara inti sel.
2.6
Penentuan diagnosa yang tepat diperlukan agar pasien tidak salah rawat. Oleh
karena itu diperlukan diagnosa banding. Diagnosa pembanding adalah diagnosa
yang dilakukan dengan membandingkan tanda-tanda klinis. Pada kasus pemicu
ke-2 ini ada beberapa diagnosa pembanding yang ditemukan yakni;
Leukoplakia
Karakteristik klinik :
- garis bergelombang putih
- panjangnya bervariasi
- terletak pada mukosa ( pipi bilateral )
- lesi tidak nyeri, halus di palpasi, tidak hilang digosok
- timbulnya bervariasi, menetap bersamaan kebiasaan
Morsicatio Buccarum
2.7
Plak putih asimetris, terletak pada mukosa pipi, bibir kadang2 bilateral
2.8
untuk diagnosis, untuk melihat kadar sel-sel darah yang mengalami kelainan.
Cara pengambilan sampel darah.
1.
2.
3.
4.
Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30 0.
kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
5.
6.
7.
Pindahkan darah dari disposable syringe ke wadah berisi anti koagulan yang
disediakan, kemudian di goyang secara perlahan agar bercampur.
8.
Jika
spesimen
ingin
tetap
dalam
spuit
yang
sama
dihisap
pengawet/antikoagulan.
2.9
Alkilating agent.
Bekerja dengan membentuk ikatan molekul dengan asam nukleat, yang
mempengaruhi duplikasi asam nukleat sehingga mencegah mitosis.
Golongan Klormethin (Klorambusil, Siklofosfamid, Melfalan), Thiotepa
(Triaziquon), Busulfan, Lomustin.
Antimetabolit.
Obat ini memblokir enzim yang diperlukan oleh sel kanker untuk hidup dan
tumbuh.
Amethopterin, Merkaptopurin, Fluoro uracil, Sitarabin, Azathioprin.
Anti-tumor antibiotik.
Antibiotik ini berbeda dengan yang biasa digunakan untuk infeksi bakteri,
bekerja dengan mengganggu DNA, memblokir enzim tertentu dan mengganti
dinding sel.
Aktinomisin D, Mitomisin C, Adriamisin.
Mitotic inhibitors.
Obat ini menghambat pembelahan sel atau menghalangi enzim tertentu dalam
proses reproduksi sel.
Golongan Vinblastin (Vinkristin, Tenofosida).
Nitrosourea.
Pengobatan ini mengganggu enzim yang memperbaiki DNA dan memiliki
kemampuan untuk melewati sawar darah otak.
Karmustin, Lomustin, Semustin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Gayford J J. Oral Medicine. Jakarta : EGC, 1991 : 75-90.
2. Robert P, Langlais, craig S. Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta :
Hipokrates, 2000 : 52-54.
3. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. Ed 6th. San Fransisco :
Prentice Hall International, 1995 : 823-857.
4. Anief M. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : UGM
Press, 2000 : 56.
5. Gunawan S G (Ed). Farmakologi dan Terapi. Jakarta : 2007 : 733-735.