Seorang pasien laki-laki berusia 11 tahun datang ke klinik RSGMP FKG USU dengan keluhan
gigi yang berjejal. Pada pemeriksaan ekstra oral, bentuk wajah meso cephaly, profil wajah
cembung,wajah simetris. Pada pemeriksaan intra oral hubungan molar satu permanen kanan Klas
I, dan kiri Klas II 1/4 P. Terdapat karies pada gigi 36 (K3NV), gigi permanen yang belum erupsi
antara lain 13,23, 27, 35. Gigi 33,34, 43 dan 44,45 sedang erupsi. Gigi desidui yang masih ada :
53 (radiks). Pada pemeriksaan model di rahang atas ; gigi 21 palatoversi, gigi 24, 25 dan 25
mesioversi. Gigi 12 mesiolabiotorsiversi. Pada rahang bawah gigi 36, 37 mesioversi. Terdapat
crossbite pada gigi 21 /31. Overjet 11/41 : 1,5 mm, 21/31: -1 mm. Overbite 11/41: 2,5 mm, 21/31
:3,5 mm. Lebar mesiodistal 11,21 = 9,5 mm, 12 = 8 mm, 22= 7,5 mm. Tempat yang tersedia
untuk gigi anterior kanan atas =16,5 mm, kiri =15,5 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi
posterior kanan atas = 21,5 mm, kiri = 17,5 mm. Lebar mesiodistal gigi 31=6 mm, 41= 5 mm,
32,42 = 6,5 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi anterior kanan bawah =12 mm, kiri bawah =12
mm. Tempat yang tersedia untuk gigi posterior kanan bawah = 22 mm, kiri bawah = 20 mm.
Pada pemeriksaan radiografi panoramik tidak terdapat kelainan , Gigi 33,34, 43 dan 44,45
sedang erupsi. Hasil pemeriksaan sefalometri lateral menunjukkan sudut SNA = 87( N=82);
SNB = 83(N=80), NaPog = 3(N=0), MP:SN= 32 (N=33), NSGn = 76 (N=66), I:SN =
110,5(N=104 ), I:MP = 97(N=90),Bidang E: Ls = 0 mm, Bidang E: Li = 2,5 mm.
Pertanyaan :
1. Jelaskan analisis model pada maloklusi kasus tersebut (sagital,transversal, dan vertikal)
2. Jelaskan analisis ruang (metode Moyers dan Tanaka Johnston) yang dibutuhkan pada kasus
diatas.
3. Jelaskan hasil analisis sefalometri pada kasus tersebut
4. Jelaskan diagnosis dan etiologi kasus diatas
5. Sebutkan pra-perawatan yang diperlukan sebelum perawatan ortodonti pada kasus tersebut.
6. Apabila kualitas radiografi panoramik dan sefalometri kurang bagus dan harus dilakukan
pengulangan, berapa lama boleh dilakukan pengulangan foto dan berapa dosis maksimal yang
boleh terpapar pada pasien selama satu tahun.
1.
2.
3.
1.
2.
Arah Sagital
Terdapat crossbite pada gigi 21 /31
Overjet 11/41 : 1,5 mm, normalnya 2-4 mm (tidak normal)
Overjet 21/31: -1 mm, normalnya 2-4 mm (tidak normal)
Arah vertikal
Overbite 11/41: 2,5 mm, normalnya 2-3mm (normal)
Overbite 21/31 :3,5 mm, , normalnya 2-3mm (tidak normal)
(cara mengukur over bite :insisal gigi 11 di proyeksikan ke insisivus gigi 41, kemudia
diukur secara vertikal dari insisal 41 sampai ke daerah yang di proyeksikan
+ 1,5
+ 0,5
+5
+ 0,5
+ 2,3
- 0,3
+ 0,5
HASIL
+ 1,5
+ 6,5
+ 0,2
+ 2,8
-ukur jarak dari distal gigi insisvus lateralis ke mesial gigi molar pertama permanen pada RA dan
Rb.
TahaP III (Penentuan ruang yang dibutuhkan)
-selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang tersedia
Analisis Kebutuhan Ruang
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 11 + 12 = 9,5 + 8 = 17,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 12-11 = 16,5
Selisih : 17,5 16,5 = + 1mm
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 21 + 22 = 9,5 + 7,5 = 17
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 22-21 = 15,5
Selisih : 17 15,5 = + 1,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 13 + 14 + 15 = 23
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 13 s/d 15 = 21,5 mm
Selisih : 23 21,5 = + 1,5
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 23 + 24 + 25 = 23
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 23 s/d 25 = 17,5 mm
Selisih : 23 17,5 = + 5,5
RAHANG BAWAH
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri ahang bawah
+ 1,5
+ 1,5
+ 5,5
+ 0,5
+ 2,5
- 0,5
+ 0,5
HASIL
+ 2,5
+ 7
+3
: Proklinasi
: Proklinasi
6. Posisi bibir atas terhadap garis estetik (E : Ls) pada pasien 0 mm yang menunjukan : bibir
berhimpit dengan garis estetis
Posisi bibir bawah terhadap garis estetik (E:Li) pada pasien 2,5 mm yangg menunjukkan :
bibir Didepan garis estetis
4. JELASKAN DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI KASUS DIATAS
Diagnosis
sesuai dengan analisis model yang menunjukkan gigi berjejal, serta gigi 21/31 mengalami crossbite anterior, ditambah dengan analisis sefalometri yang menunjukkan relasi rahang normal
(kelas I). Kesimpulan diagnosa yang didapat adalah pasien mengalami :
maloklusi Klas I tipe 3 yaitu hubungan pertama molar pertama atas dan bawah
normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior (croosbite anterior) (menurut devey).
Etiologi
Etiologinya karena cross bite anterior dental
Dimana gigi insisivus sentral kiri bawah mengalami arah tumbuh yg lebih kedalam
palatal dari posisi normal (palato versi), yang menyebabkan gigi 21/31 menjadi cross-bite, akibat
dari gigi yang cross bite dapat mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA sehingga
menyebabkan gigi berjejal dan maloklusi.
5. SEBUTKAN PRA-PERAWATAN YANG DIPERLUKAN SEBELUM PERAWATAN
ORTODONTI PADA KASUS TERSEBUT.
1. Tongue Blade
Sebagai pengungkit digunakan saat insisivus rahang atas masih dalam
keadaan erupsi, dimana arahnya menuju lingual insisivus rahang bawah. Pasien
dan orang tua di instruksikan untuk menekan tongue blade dengan tangan ke
bawah dan ujung lain dipasang diantara insisivus rahang atas dan insisivus rahang
bawah. Penekanan dilakukan dua puluh kali sebelum makan. Jika metode ini tidak
berhasil dalam waktu satu atau dua minggu, dilakukan perawatan yang lain.
2. Incline Plane
Jika jumlah gigi pada lengkung rahang atas tidak cukup untuk
menahan pesawat lepas, dapat digunakan sebuah inclined plane yang disemen ke
gigi insisivus bawah. Plane ini dapat dibuat dari akrilik atau logam cor, dan harus