Anda di halaman 1dari 11

PEMICU 3 BLOK 18

Seorang pasien laki-laki berusia 11 tahun datang ke klinik RSGMP FKG USU dengan keluhan
gigi yang berjejal. Pada pemeriksaan ekstra oral, bentuk wajah meso cephaly, profil wajah
cembung,wajah simetris. Pada pemeriksaan intra oral hubungan molar satu permanen kanan Klas
I, dan kiri Klas II 1/4 P. Terdapat karies pada gigi 36 (K3NV), gigi permanen yang belum erupsi
antara lain 13,23, 27, 35. Gigi 33,34, 43 dan 44,45 sedang erupsi. Gigi desidui yang masih ada :
53 (radiks). Pada pemeriksaan model di rahang atas ; gigi 21 palatoversi, gigi 24, 25 dan 25
mesioversi. Gigi 12 mesiolabiotorsiversi. Pada rahang bawah gigi 36, 37 mesioversi. Terdapat
crossbite pada gigi 21 /31. Overjet 11/41 : 1,5 mm, 21/31: -1 mm. Overbite 11/41: 2,5 mm, 21/31
:3,5 mm. Lebar mesiodistal 11,21 = 9,5 mm, 12 = 8 mm, 22= 7,5 mm. Tempat yang tersedia
untuk gigi anterior kanan atas =16,5 mm, kiri =15,5 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi
posterior kanan atas = 21,5 mm, kiri = 17,5 mm. Lebar mesiodistal gigi 31=6 mm, 41= 5 mm,
32,42 = 6,5 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi anterior kanan bawah =12 mm, kiri bawah =12
mm. Tempat yang tersedia untuk gigi posterior kanan bawah = 22 mm, kiri bawah = 20 mm.
Pada pemeriksaan radiografi panoramik tidak terdapat kelainan , Gigi 33,34, 43 dan 44,45
sedang erupsi. Hasil pemeriksaan sefalometri lateral menunjukkan sudut SNA = 87( N=82);
SNB = 83(N=80), NaPog = 3(N=0), MP:SN= 32 (N=33), NSGn = 76 (N=66), I:SN =
110,5(N=104 ), I:MP = 97(N=90),Bidang E: Ls = 0 mm, Bidang E: Li = 2,5 mm.
Pertanyaan :
1. Jelaskan analisis model pada maloklusi kasus tersebut (sagital,transversal, dan vertikal)
2. Jelaskan analisis ruang (metode Moyers dan Tanaka Johnston) yang dibutuhkan pada kasus
diatas.
3. Jelaskan hasil analisis sefalometri pada kasus tersebut
4. Jelaskan diagnosis dan etiologi kasus diatas
5. Sebutkan pra-perawatan yang diperlukan sebelum perawatan ortodonti pada kasus tersebut.
6. Apabila kualitas radiografi panoramik dan sefalometri kurang bagus dan harus dilakukan
pengulangan, berapa lama boleh dilakukan pengulangan foto dan berapa dosis maksimal yang
boleh terpapar pada pasien selama satu tahun.

1. JELASKAN ANALISIS MODEL PADA MALOKLUSI KASUS TERSEBUT


(SAGITAL,TRANSVERSAL, DAN VERTIKAL)
MODEL OKLUSI INDIVIDUAL RA DAN RB
ARAH SAGITAL
RAHANG ATAS
*Anterior
1. gigi 21 palatoversi ( gigi insisivus sentral kiri bawah mengalami arah tumbuh yg lebih
kedalam palatum dari posisi normal)
*Posterior
1. 24, dan 25 mesioversi (gigi 24, dan 25 mengalami arah tumbuh yg miring ke mesial)
RAHANG BAWAH
*Posterior
1. gigi 36, 37 mesioversi ( gigi 36 dan 37mengalami arah tumbuh yg miring ke mesial)
ARAH TRANSVERSAL
RAHANG ATAS
*Anterior
Gigi 12 mesiolabiotorsiversi ( gigi 12 mengalami pergerakkan ke arah mesial dan berotasi atau
berputar ke daerah labial)
MODEL OKLUSI SENTRIK RA DAN RB

1.
2.
3.

1.
2.

Arah Sagital
Terdapat crossbite pada gigi 21 /31
Overjet 11/41 : 1,5 mm, normalnya 2-4 mm (tidak normal)
Overjet 21/31: -1 mm, normalnya 2-4 mm (tidak normal)
Arah vertikal
Overbite 11/41: 2,5 mm, normalnya 2-3mm (normal)
Overbite 21/31 :3,5 mm, , normalnya 2-3mm (tidak normal)
(cara mengukur over bite :insisal gigi 11 di proyeksikan ke insisivus gigi 41, kemudia
diukur secara vertikal dari insisal 41 sampai ke daerah yang di proyeksikan

2. JELASKAN ANALISIS RUANG (METODE MOYERS DAN TANAKA JOHNSTON)


YANG DIBUTUHKAN PADA KASUS DIATAS.
ANALISIS RUANG MOYES
Tahap I (Ruang yang dibutuhkan)
1. Ukur lebar mesio distal setiap keempat insisivus Rb
Yaitu didapatkan Lebar mesiodistal gigi 31=6 mm, 41= 5 mm, 32 dan 42 = 6,5
2. Jumlahkan lebar mesio-distal keempat insisivus RB
(M-D gigi 31 + 41 + 32 + 42 = 6 + 5 + 6,5 + 6,5 = 24)
3. Gunakan tabel probability moyyers untuk menentukan C,P1, dan P2
Didapatkan hasil pada RA = 22,5 mm, dan RB = 22,3 mm
Tahap II (Ruang yang tersedia)
-ukur jarak dari distal gigi insisvus lateralis ke mesial gigi molar pertama permanen pada RA dan
Rb.
TahaP III (Penentuan ruang yang dibutuhkan)
-selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang tersedia
Analisis Ruang RA dan RB
RAHANG ATAS
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 11 + 12 = 9,5 + 8 = 17,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 12-11 = 16,5
Selisih : 17,5 16,5 = + 1mm
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 21 + 22 = 9,5 + 7,5 = 17
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 22-21 = 15,5
Selisih : 17 15,5 = + 1,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 13 + 14 + 15 = 22,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 13 s/d 15 = 21,5 mm

Selisih : 22,5 21,5 = + 1


Diskrepansi (analisis ruang) posterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 23 + 24 + 25 = 22,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 23 s/d 25 = 17,5 mm
Selisih : 22,5 17,5 = + 5
RAHANG BAWAH
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri ahang bawah
Lebar mesio distal gigi 31 + 32 = 6 + 6,5 = 12,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 31-32 = 12mm
Selisih : 12,5-12 = + 0,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri rahang bawah
Lebar mesio distal gigi 41+ 42 = 5 + 6,5 = 11,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 41-42 = 12
Selisih : 11,5 12 = - 0,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kiri rahang bawah
Lebar mesio distal gigi 33 + 34 + 35 = 22,3
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 33 s/d 35 = 20 mm
Selisih : 22,3 20 = +2,3
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 43 + 44 + 45 = 22,3
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)

Gigi 43 s/d 45 =22 mm


Selisih : 22,3 22 = + 0,3
DISKREPANSI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH
+1

+ 1,5

+ 0,5

+5

+ 0,5

+ 2,3
- 0,3

+ 0,5

HASIL

+ 1,5

+ 6,5

+ 0,2

+ 2,8

ANALISIS TANAKA JHONSON


Tahap I (Ruang yang dibutuhkan)
-ukur M-D setiap ke empat insisivus rahang bawah
(lebar mesio distal gigi 31 + 41 + 32 + 42 = 6 + 5 + 6,5 + 6,5)
-jumlahkan lebar M-D ke empat insisivus rahang bawah kemudian dibagi 2
( M-D gigi 31 + 41 + 32 + 42 = 6 + 5 + 6,5 + 6,5 = 24)
= 24/2 = 12 mm
-untuk prediksi M-D C, P1, dan P2 RA, nilai yang diperoleh ditambah 11
= 12 + 11 = 23 mm
-untuk prediksi M-D C, P1, dan P2 Rb, nilai yang diperoleh ditambah 10,5
= 12 + 10,5 = 22,5 mm
Tahap II (Ruang yang tersedia)

-ukur jarak dari distal gigi insisvus lateralis ke mesial gigi molar pertama permanen pada RA dan
Rb.
TahaP III (Penentuan ruang yang dibutuhkan)
-selisih antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang tersedia
Analisis Kebutuhan Ruang
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 11 + 12 = 9,5 + 8 = 17,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 12-11 = 16,5
Selisih : 17,5 16,5 = + 1mm
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 21 + 22 = 9,5 + 7,5 = 17
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 22-21 = 15,5
Selisih : 17 15,5 = + 1,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 13 + 14 + 15 = 23
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 13 s/d 15 = 21,5 mm
Selisih : 23 21,5 = + 1,5
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kiri rahang atas
Lebar mesio distal gigi 23 + 24 + 25 = 23
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 23 s/d 25 = 17,5 mm
Selisih : 23 17,5 = + 5,5
RAHANG BAWAH
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri ahang bawah

Lebar mesio distal gigi 31 + 32 = 6 + 6,5 = 12,5


Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 31-32 = 12mm
Selisih : 12,5-12 = + 0,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) anterior kiri rahang bawah
Lebar mesio distal gigi 41+ 42 = 5 + 6,5 = 11,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 41-42 = 12
Selisih : 11,5 12 = - 0,5 mm
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kiri rahang bawah
Lebar mesio distal gigi 33 + 34 + 35 = 22,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 33 s/d 35 = 20 mm
Selisih : 22,5 20 = +2,5
Diskrepansi (analisis ruang) posterior kanan rahang atas
Lebar mesio distal gigi 43 + 44 + 45 = 22,5
Pengukuran tempat yang tersedia (available space)
Gigi 43 s/d 45 =22 mm
Selisih : 22,5 22 = + 0,5

DISKREPANSI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH


+1

+ 1,5

+ 1,5

+ 5,5

+ 0,5

+ 2,5
- 0,5

+ 0,5

HASIL

+ 2,5

+ 7

+3

3. JELASKAN HASIL ANALISIS SEFALOMETRI PADA KASUS TERSEBUT


Diketahui SNA = 87( N=82); SNB = 83(N=80), NaPog = 3(N=0), MP:SN= 32 (N=33),
NSGn = 76 (N=66), I:SN = 110,5(N=104 ), I:MP = 97(N=90),Bidang E: Ls = 0 mm,
Bidang E: Li = 2,5 mm.
Jawab :
1. Relasi rahang (ANBo) (DIperoleh dari SNA SNB = 87 -83 = + 4) Yang menunjukkan
:kecendrungan hubungan kelas 1 skletal
2. Konveksitas wajah skelatal(N A Pogo) pada pasien + 3 yang menunjukkan : konveksitas
wajah pasien Cembung
3. Rotasi Mandibula (MP : SN) pada pasien 32 yang menunjukkan : normal
4. Pola Pertumbuhan Wajah (NS : GN)pada pasien 76 yang menunjukkan : pola pertumbuhan
wajah vertikal
5. Inklinasi insisivus atas(I : SN) pada pasien 110,5 yang menunjukkan

: Proklinasi

Inklinasi insisivus bawah(I : MP) pada pasien 97 yang menunjukkan

: Proklinasi

6. Posisi bibir atas terhadap garis estetik (E : Ls) pada pasien 0 mm yang menunjukan : bibir
berhimpit dengan garis estetis

Posisi bibir bawah terhadap garis estetik (E:Li) pada pasien 2,5 mm yangg menunjukkan :
bibir Didepan garis estetis
4. JELASKAN DIAGNOSIS DAN ETIOLOGI KASUS DIATAS
Diagnosis
sesuai dengan analisis model yang menunjukkan gigi berjejal, serta gigi 21/31 mengalami crossbite anterior, ditambah dengan analisis sefalometri yang menunjukkan relasi rahang normal
(kelas I). Kesimpulan diagnosa yang didapat adalah pasien mengalami :
maloklusi Klas I tipe 3 yaitu hubungan pertama molar pertama atas dan bawah
normal tetapi terjadi gigitan bersilang anterior (croosbite anterior) (menurut devey).

Etiologi
Etiologinya karena cross bite anterior dental
Dimana gigi insisivus sentral kiri bawah mengalami arah tumbuh yg lebih kedalam
palatal dari posisi normal (palato versi), yang menyebabkan gigi 21/31 menjadi cross-bite, akibat
dari gigi yang cross bite dapat mengganggu posisi erupsi normal gigi anterior RA sehingga
menyebabkan gigi berjejal dan maloklusi.
5. SEBUTKAN PRA-PERAWATAN YANG DIPERLUKAN SEBELUM PERAWATAN
ORTODONTI PADA KASUS TERSEBUT.
1. Tongue Blade
Sebagai pengungkit digunakan saat insisivus rahang atas masih dalam
keadaan erupsi, dimana arahnya menuju lingual insisivus rahang bawah. Pasien
dan orang tua di instruksikan untuk menekan tongue blade dengan tangan ke
bawah dan ujung lain dipasang diantara insisivus rahang atas dan insisivus rahang
bawah. Penekanan dilakukan dua puluh kali sebelum makan. Jika metode ini tidak
berhasil dalam waktu satu atau dua minggu, dilakukan perawatan yang lain.
2. Incline Plane
Jika jumlah gigi pada lengkung rahang atas tidak cukup untuk
menahan pesawat lepas, dapat digunakan sebuah inclined plane yang disemen ke
gigi insisivus bawah. Plane ini dapat dibuat dari akrilik atau logam cor, dan harus

bersudut kira-kira 45 derajat. Peralatan ini dapat menyebabkan trauma dan


seharusnya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu.
3. Stainless Steel Crown (SSC)
SSC dijadikan pilihan untuk merawat maloklusi crossbite anterior yang
sederhana karena dapat menghasilkan tekanan resiprokal yang akan
menggerakkan gigi. Ketika SSC dipasangkan secara terbalik pada gigi anterior
rahang atas yang terkunci, permukaan labial dari mahkota berfungsi sebagai
dataran penuntun yang akan membawa gigi yang terkunci kehubungan overjet dan
overbite yang normal.
JAWABAN TAMBAHAN
Tongue Blade.
Dental crossbite anterior yang melibatkan satu gigi dapat dirawat dengan tongue blade.pasien
diinstruksikan untuk menempatkan tongue blade 45 dibelakang gigi yang mengalami crossbite
dan mengguankan insisivus bawah sebagai tumpuan,sehingga mendorong gigi maksila ke arah
labial.hal ini dilakukan 1 atau 2 jam sehari selama 10 atau 14 hari.
Keuntungan cara ini adalah tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama selain itu harganya juga
lebih murah.tongue blade sangat baik bila digunakan pada gigi yang baru erupsi.keberhasilan dan
prognosis sesuai dengan kerjasama pasien dan orang tuanya.kerugiannya adlah besar dan arah
kekuatan tidak memiliki control yang baik sehingga dapat menimbulkan gangguan
perkembangan akar gigi.
Mahkota stainless stell yang terbalik.
Alat ini dipasangkan dengan menyemenkan anterior stainless stell crown secara terbalik pada
gigi insisivus sentralis atas yang crossbite.dimana permukaan labial menghadap ke palatal dan
permukaan palatal menghadap ke labial.
Keuntungan cara ini adalah mudah melakuakannya ,dapat dilakukan dalam 1 kunjungan
saja.kerugiannya yaitu semen perekat stainless crown itu dapat terlepas pada waktu
perawatan.selain itu bila gigi insisivus baru erupsi maka SSC sulit untuk dipasangkan.
6. APABILA KUALITAS RADIOGRAFI PANORAMIK DAN SEFALOMETRI KURANG
BAGUS DAN HARUS DILAKUKAN PENGULANGAN, BERAPA LAMA BOLEH

DILAKUKAN PENGULANGAN FOTO DAN BERAPA DOSIS MAKSIMAL YANG


BOLEH TERPAPAR PADA PASIEN SELAMA SATU TAHUN.

Boleh langsung dilakukan pengulangan karena selain paparan radiasi radiografi


panoramik relatif kecil sekitar 47 Sv. Panoramik dan sefalometri adalah indikasi pemeriksaan
yang akan dilakukan kepada pasien. Jika sesuai dengan indikasinya, maka tidak ada batasan
dosis. Diharapkan dari hasil sefalometri dan panoramik ini dapat membantu menegakkan
diagnosa.
Nilai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang
tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama
jangka waktu 1 tahun. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :
1). Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun
2). Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv per
tahun.(batas dosis lama). Batas dosis baru adalah 1mSv per tahun.
Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam
tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv (Depkes, 2006).

Anda mungkin juga menyukai