PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks (a highly complexion
process). Di sebut kompleks karena di tuntut dari adanya kemampuan
pprofesional, personal, dan sosio cultural secara terpadu dalam proses belajarmengajar. Di katakan kompleks juga karena di tuntut penguasaan materi dan
metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa. Di katakan kompleks juga karena
mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan
dalam proses belajar- mengajar.
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang menungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen
yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi
yang di ajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranannya dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan, serta sarana dan
prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar mempunyai
profil yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-tujuan yang berbeda.
Atau, kalau di katakan secara terbalik, untuk mencapai tujuan belajar tertentu
harus di ciptakan sistem lingkungan yang tertentu pula.
Tujuan belajar yang pencapaiannya di usahakan secara eksplisit dengan
tindakan instruksional tertentu di namakan instruksional effect. Sedangkan tujuan
tujuan yang merupakan penggiring, yang tercapainya karena siswa menghidupi
suatu sistem lingkungan belajar tertentu di namakan nurturant effect.
Proses pembelajaran itu sendiri menurut Standar Proses Pendidikan
merupakan kegiatan yang tidak hanya menekankan peran guru di dalamnya, tetapi
siswa harus di jadikan subjek atau prilaku dalam proses pembelajaran. Oleh sebab
itu paradigma yang keliru tentang pembelajaran selama itu harus di ubah dan di
sesuaikan dengan Standar Proses Pendidikan ( SPP ).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Mengajar
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk proses mengajar
sebagai proses menyampaikan pengetahuan, akan lebih tepat jika diartikan
dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan Smith (1987)
bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching
is imparting knowledge or skill).
Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih di anggap
sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan ilmu pengetahuan.
Pandangan semacam ini masih umum di gunakan di kalangan pengajar. Hasil
penelitian dan pendapat para ahli sekarang lebih menyempurnakan konsep
tradisional di atas.
Menurut
mengorganisasi
Nasution
atau
(2000);
mengatur
Mengajar
lingkungan
adalah
suatu
sebaik-baiknya
aktifitas
dan
pelajaran, tetapi lebih luas dari pada itu bahwa tujuan belajar adalah agar
siswa merubah pola perilakunya menuju arah yang lebih baik.
2.2 Perlunya perubahan paradigma tentang mengajar
Apakah mengajar sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan masih
berlaku dalam abad teknologi sekarang ini ? Bagaimana seandainya pengajar
tidak berhasil menanamkan pengetahuan kepada orang yang di ajarnya juga di
anggap orang tersebut telah mengajar? Lalu, kalau begitu apa kriteria
keberhasilan mengajar ? Apakah mengajar hanya di tentukan oleh seberapa besar
pengetahuan yang telah di sampaikan ?
Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan
itu di anggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal itu dapat kita lihat dari
tiga alasan penting. Alasan inilah yag kemudian menuntut perlu terjadinya
perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan
materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
Pertama, siswa bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka
adalah organisme yang sedang berkembang. Guru tidak lagi memposisikan diri
sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus
berperan sebagai pengelola sumber belajar untuk di manfaatkan siswa itu
sendiri.
Kedua, Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap
orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Belajar tidak
hanya sekadar menghafal informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana
menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan
berfikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi,
mengakibatkan pemahaman baru tentang konsep perubahan tingkah laku
manusia. Manusia pada hakikatnya memiliki potensi dan dengan dasar potensi
itulah manusia bisa mengembangkan dirinya. Dengan kata lain bahwa siswa
bukan lagi di jadikan objek pasif tetapi siswa harus aktif dalam melakukan
kegiatan belajar.
Ketiga hal di atas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar
jangan di artikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, tetapi
5
lebih di pandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang di milikinya. Oleh karena itu, menurut
Gagne (1992:3) mengajar merupakan bagian dari pengajaran , dimana peran
guru lebih ditekankankepada bagaimana merancang atau mengaransemen
berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan siswa dalam
mempelajari sesuatu. Jadi, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.
2.3 Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar
menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses
mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain yang demikian sering di
istilahkan dalam pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses
belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk
membentuk watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan peserta didik.
Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di arahkan untuk
mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu
mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat
belajar.
Dalam imlementasinya, walaupun istilah yang di gunakan pembelajaran,
tidak berarti guru menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara
konseptual pada dasarnya mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa.
Mengajar belajar adalah dua istilah yang memiliki makna tidak dapat di
pisahkan. Mengajar adalah suatu aktifitas yang dapat membuat siswa belajar.
Keterkaitan antara belajar dan mengajar menurut Jhon dewey ( Wina sanjaya ,
2009) adalah teaching is to learning as selling and buying.
Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peran
siswa di satu pihak dan mengecilkan peran guru di pihak lain. Dalam istilah
pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal, demikian halnya dengan
siswa. Perbedaan dominasi dan aktifitas di atas, hanya menunjukan kepada
perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses
pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru menentukan proses belajar dengan
6
5. Kemampuan-kemampuan Kognitif
Kemampuan-kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi,
ingatan, dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi,
dalam mengingat, dan dalam berfikir besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar.
2.4.2 Prinsip- prinsip belajar
Belajar itu sangat kompleks. Hal itu dapat di ketahui dari prinsipprinsip belajar yang akan di paparkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
merupakan
salah
satu
aliran
psikologi
yang
10
Perbedaan antara teori behavioristik dan kognitif dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
No
1
2
3
4
dalam diri
Mementingkan bagian-bagian
Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan peranan reaksi
Mengutamakan fungsi kognitif
Hasil belajar terbentuk secara Terjadi keseimbangan dalam
mekanis.
diri
Dipengaruhi oleh pengalaman masa Tergantung pada kondisi saat ini
lalu
Mementingkan
kebiasaan
Memecahkan
pembentukan Mementingkan
terbentuknya
struktur konitif
dilakukan Memecahkan
masalah
masalah
(Guthrie)
Gestalt
(Kofka,
Kohler, Wertheimer)
Teori Medan (Lewin)
Teori
Organismik
(Wheeler)
dan Rogers)
Teori Konstruktivistik (Jean
Piaget)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
11
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, J.J. 2000. Proses belajar mengajar. Bandung: Remaja rosdakarya
Sanjaya, wina. 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana prenada media group
12
13