Anda di halaman 1dari 84

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM


1994 / 95 - 1998 / 99

BUKU
II

REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 17 TAHUN 1994
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
(REPELITA VI)
1994/95 - 1998/99
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang

: a. bahwa pelaksanaan Rencana Pembangunan


Lima Tahun Kelima (Repelita V) telah
berhasil menciptakan kerangka yang cukup
mantap dalam Pembangunan Jangka
Panjang 25 Tahun Pertama sehingga dapat
dijadikan landasan yang kuat untuk tahap
pembangunan selanjutnya;
b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil
yang telah dicapai serta kemampuankemampuan yang telah dapat dikembangkan
dalam Repelita V, maka ditetapkan
Repe-lita VI sebagai awal Pembangunan
Jangka Panjang 25 Tahun Kedua yang
merupakan
kelanjutan,
peningkatan,
perluasan
dan
pembaharuan
dari
Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun
Pertama;
3

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, serta dengan


mendengar dan memperhatikan secara
sungguh-sungguh saran-saran dari Dewan
Perwakilan Rakyat, maka sesuai dengan
tugas yang diberikan Majelis Permusyawaratan Rakyat seperti yang tercantum dalam
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor II/MPR/ 1993 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara, dipandang perlu
untuk mengeluarkan Keputusan Presiden
yang menetapkan Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam (1994/95 - 1998/99);
Mengingat

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar


1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1993 tentang Pengangkatan Presiden Republik Indonesia;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM (REPELITA VI) 1994/95 - 1998/99.
Pasal 1
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
1994/95 - 1998/99 sebagaimana termuat dalam

lampiran Keputusan Presiden ini merupakan


pelaksanaan dari pada Pembangunan Nasional,
Pembangunan Jangka Panjang Kedua, dan
Pembangunan Lima Tahun Keenam sesuai
dengan Garis-garis Besar Haluan Negara yang
telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
Pasal 2
Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, menjadi
landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam
melaksanakan Pembangunan Lima Tahun
Keenam.
Pasal 3
Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.
Pasal 4
Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan
dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan perubahan dan perkembangan keadaan
yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian
terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun
Keenam.

Pasal 5
Keputusan Presiden ini mulai
berlaku pada
tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Maret 1994
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Salinan Sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum
dan Perundang-undangan
u.b.
Kepala Bagian Penelitian
Perundang-undangan I
cap/ttd.
Lambock V. Nahattands, S.H.

RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
1994/95 - 1998/99
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 1994
tentang
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM
(REPELITA VI)

BUKU
II

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM


1994/95 - 1998/99
DAFTAR ISI
BUKU I
Bab
Bab

1 Pendahuluan
2 Hasil Pembangunan Dalam Pembangunan
Jangka Panjang Pertama
Bab 3 Sasaran dan Kebijaksanaan Pokok Dalam
Pembangunan Jangka Panjang Kedua dan
Pembangunan Lima Tabun Keenam
Bab 4 Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan
Bab 5 Keuangan Negara
Bab 6 Kebijaksanaan Moneter dan Lembaga-lembaga
Keuangan
Bab 7 Neraca Pembayaran Internasional
Daftar Singkatan dan Akronim

BUKU II
Bab 8 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Bab 9 Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan
Kemiskinan
Bab 10 Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
Bab 11 Pangan dan Perbaikan Gizi
Bab 12 Pengembangan Usaha Nasional
Bab 13 K o p e r a s i
Bab 14 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bab 15 Kelautan dan Kedirgantaraan
Bab 16 Pembangunan Daerah
Bab 17 Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
Bab 18 Lingkungan Hidup
Bab 19 Penataan Ruang dan Pertanahan
Daftar Singkatan dan Akronim
9

BUKU III
Bab 20 Industri
Bab 21 Pertanian
Bab 22 Pengairan
Bab 23 Perdagangan
Bab 24 Transportasi
Bab 25 Pertambangan
Bab 26 Kehutanan
Bab 27 Pariwisata
Bab 28 Pos dan Telekomunikasi
Bab 29 Transmigrasi
Bab 30 Energi
Daftar Singkatan dan Akronim

BUKU IV
Bab 31 A g a m a
Bab 32 Pendidikan dan Olahraga
Bab 33 Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Bab 34 Kesejahteraan Sosial dan Penanggulangan Bencana
Bab 35 Kesehatan
Bab 36 Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
Bab 37 Peranan Wanita, Anak dan Remaja, dan Pemuda
Bab 38 Perumahan dan Permukiman
Bab 39 H u k u m
Bab 40 Politik Dalam Negeri
Bab 41 Hubungan Luar Negeri
Bab 42 Aparatur Negara
Bab 43 Penerangan, Komunikasi dan Media Massa
Bab 44 Pertahanan Keamanan
Bab 45 Sistem Informasi dan Statistik
Bab 46 Sistem Pelaksanaan dan Pengawasan Pembangunan
Daftar Singkatan dan Akronim
10

BUKU V
Bab 47

Pembangunan Daerah

Tingkat I
1. Daerah Istimewa Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. R i a u
5. J a m b i
6. Sumatera Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
9. DKI Jakarta
10. Jawa Barat
11. Jawa Tengah
12. Daerah Istimewa Yogyakarta
13. Jawa Timur
14. Bali
Daftar Singkatan dan Akronim
BUKU VI
Bab 47

Pembangunan Daerah

Tingkat I
15. Kalimantan Barat
16. Kalimantan Tengah
17. Kalimantan Selatan
18. Kalimantan Timur
19. Sulawesi Utara
20. Sulawesi Tengah
21. Sulawesi Tenggara
22. Sulawesi Selatan
23. Nusa Tenggara Barat
24. Nusa Tenggara Timur

25. Maluku
26. Irian Jaya
27. Timor Timur
Daftar Singkatan dan Akronim
11

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEENAM


1994/95 - 1998/99
DAFTAR ISI
BUKU II

Bab 8 Peningkatan Kualitas Sumber Daya 1


Manusia.. Pembangunan dan
7
Bab 9 Pemerataan
Penang-gulangan Kemiskinan ................
53
Bab 10 Tenaga Kerja dan Perluasan
97
Kesempatan
Kerja .......................................................
14
Bab 11 Pangan dan Perbaikan Gizi ....................
9
Bab 12 Pengembangan Usaha Nasional ..............
203
24
Bab 13 Koperasi .................................................
7
Bab 14 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .............
281
32
Bab 15 Kelautan dan Kedirgantaraan ................
7
38
Bab 16 Pembangunan Daerah ...........................
7
Pembangunan Perkotaan dan
Bab 17
Perdesaan .................................................
49
Bab 18 Lingkungan Hidup .................................
3
53
Bab 19 Penataan Ruang dan Pertanahan ...........
5
Daftar Singkatan dan Akronim
.571
13

BAB 8
PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

BAB 8
PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
I.

PENDAHULUAN

Dalam Pembangunan Jangka Panjang 25


Tahun Kedua (PJP II), bangsa Indonesia memasuki
proses
tinggal
landas
menuju
terwujudnya
masyarakat yang maju, adil, makmur, dan mandiri
berdasarkan Pancasila. PJP II merupakan masa
kebangkitan nasional kedua bagi bangsa Indonesia
yang tumbuh dan berkembang dengan makin
mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan
sendiri serta makin menggeloranya semangat
kebangsaan untuk membangun bangsa Indonesia
dalam upaya mewujudkan kehidupan yang sejajar
dan sederajat dengan bangsa lain yang telah
maju.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan,
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa,
1
7

dan
negara
untuk
melaksanakan
tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, antara lain memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan


bangsa.
Pembangunan
nasional
adalah
pembangunan dari, oleh, dan untuk
rakyat yang
diarahkan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual. Adapun
hakikat pembangunan nasional, seperti dinyatakan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1993, adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya.
GBHN 1993 meletakkan titik berat PJP II serta
prioritas Repelita VI pada bidang ekonomi yang
merupakan penggerak
utama pembangunan
seiring dengan kualitas sumber daya manusia.
Manusia dan masyarakat Indonesia ditempatkan
sebagai
titik
pusat
dari
segenap
gerak
pembangunan, sekaligus sebagai modal dasar
atau kekuatan, faktor dominan, dan sasaran utama
PJP II.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan
manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya mencakup pembangunan manusia, baik
sebagai insan maupun sebagai sumber daya
pembangunan, yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Pembangunan manusia sebagai
insan, menekankan harkat, martabat, hak dan
kewajiban manusia, yang tercermin dalam nilainilai yang terkandung dalam diri manusia, baik
etika, estetika maupun logika, yang meliputi nilainilai rohaniah, kepribadian, dan kejuangan. Nilainilai tersebut antara lain adalah beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran
agama
18

dan ilmunya, bersikap amanah, radar akan harga


diri pri badi dan bangsanya, memiliki kepercayaan
diri, cerdas, terbuka, demokratis, dan memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara.
Selain
itu, pembangunan manusia sebagai insan meliputi
juga aspek
jasmaniah, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, dan keadaan gizinya.
Manusia sebagai insan menjadi perhatian utama
dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia karena menjadi dasar dari

kehidupan
dirinya.
Keberhasilan
membangun
manusia sebagai
insan seutuhnya akan
menentukan keberhasilan membangun manusia
pada sisi lainnya, yakni pelaku yang tangguh
dalam
membangun
diri
dan
lingkungannya.
Pengetahuan, keterampilan, dan keahlian harus
ditegakkan di atas dasar etika moral dan akhlak
yang baik. Pembangunan manusia sebagai insan tidak
terbatas pada kelompok umur tertentu, tetapi
berlangsung dalam seluruh
kehidupan manusia
sejak janin sampai usia lanjut. Setiap tahap dari
pertumbuhan tersebut terutama tahap awal sangat
mempengaruhi kualitasnya sehingga perhatian yang
sungguh-sungguh akan
membentuk manusia yang
tangguh, baik dalam sikap mental, daya
pikir
maupun daya ciptanya, serta sehat jasmani dan
rohaninya.
Pembangunan manusia sebagai sumber daya
pembangunan menekankan manusia sebagai pelaku
pembangunan yang memiliki
etos kerja
produktif,
keterampilan,
kreativitas,
disiplin,
profesiona-lisme,
serta
memiliki
kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
yang berwawasan lingkungan maupun kemampuan
manajemen. Kualitas manusia sebagai insan dan
sumber daya pembangunan seperti itu
akan
membawa Indonesia tumbuh dan maju menjadi
bangsa besar yang sejajar dengan bangsa maju
lainnya.
Selain
merupakan
perwujudan
pelaksanaan
amanat UUD 1945
dan pengamalan Pancasila,
peningkatan kualitas sumber daya
manusia
juga merupakan tuntutan yang tumbuh dengan
perkembangan pembangunan yang makin cepat
dan
kompleks.
Perkembangan
ekonomi,
industrialisasi, arus informasi, dan perkembangan
19

iptek yang pesat makin menuntut sumber daya


manusia
yang tinggi kualitasnya. Berhasilnya
pembangunan nasional
bergantung pada peran
aktif masyarakat, sikap mental, tekad,
semangat,
ketaatan, dan disiplin para penyelenggara negara
serta seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian,
peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi
tuntutan yang sangat mendesak, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.

Dalam peningkatan kualitas sumber daya


manusia, GBHN
1993 menggariskan agar
dalam PJP II rasa cinta tanah air yang melandasi
kesadaran kebangsaan, semangat pengabdian, dan
tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik
hams terus dibang-kitkan dan dipelihara sehingga
berkembang menjadi sikap mental
dan sikap
hidup
masyarakat
yang
mampu
mendorong
percepatan proses pembangunan di segala aspek
kehidupan bangsa guna memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa demi terwujudnya tujuan
nasional.
Selanjutnya, GBHN 1993 juga mengamanatkan
bahwa melalui upaya pembangunan, potensi sumber
daya nasional diarahkan
menjadi kekuatan
ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan
keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai
iptek serta kemampuan manajemen.
Sumber
daya manusia, termasuk pemuda dan wanita, sebagai
penggerak
pembangunan
nasional
dipadukan
aspirasi, peranan
dan kepentingannya ke
dalam gerak pembangunan bangsa
melalui
peran aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Sasaran umum PJP II adalah terciptanya kualitas
manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang
maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan
sejahtera lahir batin. Sasaran ini dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) VI hendak
dipacu melalui peningkatan peran serta, efisiensi,
dan produktivitas rakyat. GBHN 1993 juga
mengamanatkan bahwa sebagai kelanjutan dari
20

kegiatan pembangunan dan berdasarkan hasil


pembangunan sebelumnya, kebijaksanaan Repelita
VI diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia
dan kualitas kehidupan masyarakat agar makin maju
dan mandiri yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.
Kemajuan tercermin dari makin tingginya tingkat
pendidikan, kesehatan, dan pendapatan penduduk,
serta dimilikinya nilai
budaya yang
berorientasi ke masa depan dan pencapaian prestasi.
Adapun kemandirian tercermin dari sikap
budaya seseorang,

kelompok atau suatu bangsa dalam menghadapi


tantangan dengan mendayagunakan seluruh potensi
yang ada di dalam diri dan lingkungan sekitarnya,
serta mampu menentukan apa yang terbaik bagi
dirinya. Bangsa yang maju dan mandiri hanya
mungkin terbentuk
dari ketangguhan kualitas
manusia dan masyarakatnya, kekukuhan ekonomi,
ketahanan nasional, penguasaan iptek yang didukung
dengan upaya mempertahankan serta meningkatkan
pembangunan
yang berkelanjutan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan upaya terpadu untuk mengembangkan
potensi jasmani dan rohani secara utuh, serasi,
selaras, dan seimbang dengan perkembangan raga
dan jiwanya. Dalam hal ini, keluarga sebagai wahana
pertama untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, mempunyai peran
yang penting.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia bersifat
matra
ganda
dan
lintas
sektoral
sehingga
pelaksanaannya dilakukan melalui berbagai bidang
pembangunan. Selain itu, peningkatan
kualitas
sumber daya manusia merupakan proses interaksi
yang
dinamik
antara
pertumbuhan
ekonomi,
perubahan sosial budaya
dan politik,
perkembangan iptek, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
hukum, serta berbagai bidang pembangunan lainnya.
Faktor manusia, dengan potensi keahliannya yang
menyatu dengan iptek, merupakan
penggerak dan
memegang peran utama yang menentukan bagi
perkembangan sosial, ekonomi, budaya, serta
pertahanan dan keamanan. ,Pembangunan yang
bertumpu pada sumber daya
manusia yang
berkualitas akhirnya akan membawa bangsa bergerak
21

ke taraf kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.


Harapan
seperti itu sangat memerlukan
adanya mekanisme yang sistematis,
serta
adanya kelembagaan yang mendukung, dan program
yang
terarah. Karena luasnya dimensi
peningkatan
kualitas
sumber
daya
manusia,
penanganannya secara lebih menyeluruh makin
diperlukan.
Dalam menghadapi masa depan yang penuh
dengan tantangan serta dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara dan ketahanan

nasional,
pembangunan
manusia
Indonesia
diwujudkan dengan kebijaksanaan dan program
pembangunan yang dilakukan secara saksama, dan
di atas landasan kekuatan budaya bangsa. Kualitas
manusia ditentukan oleh ketangguhan budaya
sehingga membangun manusia pada dasarnya
adalah membangun akhlak, watak
dan perilaku
budaya yang mendukung kemajuan bangsa. Dalam
proses tersebut, terjadi perubahan dari pola pikir
lama ke pola
pikir baru yang lebih maju dan
dinamis. Dengan ketangguhan
budaya, suatu
bangsa dapat meraih kemajuan dan mendukung
pencapaian ketahanan nasional.
Kualitas manusia yang dilandasi oleh disiplin
yang tinggi merupakan faktor dominan bagi
pembangunan. Disiplin pribadi, sebagai pembentuk
disiplin nasional yang merupakan perwujudan
kepatuhan dan ketaatan kepada hukum dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat, menuntut
kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang
menghayati
dan
mengamalkan
nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Manusia dan masyarakat Indonesia memiliki jiwa
kekeluargaan dan semangat gotong
royong
yang dilandasi oleh pandangan untuk mendahulukan
kepentingan masyarakat dan negara daripada
kepentingan pribadi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, potensi, inisiatif, dan daya kreasi
setiap warga negara dikembangkan
sepenuhnya
dalam
batas-batas
yang
tidak
merugikan kepentingan umum. Seluruh upaya yang
dilakukan dalam pemanfaatan
iptek harus
dapat meningkatkan kecerdasan dan nilai tambah
serta meningkatkan kehidupan masyarakat.
22

II.

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA


MANUSIA DALAM PJP I

Dalam PJP I, upaya peningkatan kualitas


sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan
pembangunan telah menunjukkan
hasil yang
cukup menggembirakan.

Pembangunan
di
bidang
agama
telah
meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan umat
beragama terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Tata
nilai
keagamaan
yang
mendukung
pembangunan telah mulai tumbuh dan berkembang,
serta kehidupan keagamaan makin semarak
seirama dengan kemajuan pembangunan nasional.
Pembangunan
di
bidang
kebudayaan
memperlihatkan hasil
yang berarti, antara lain
dengan makin berkembangnya kebudayaan nasional
yang dijiwai nilai-nilai luhur Pancasila disamping
melembaganya budaya membangun di kalangan
masyarakat, serta makin mantapnya semangat
kebangsaan yang berwawasan nasional.
Jumlah penduduk yang buta aksara telah
menurun dan yang memperoleh kesempatan belajar
makin banyak, seperti terlihat dari peningkatan
jumlah peserta didik di semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan. Jumlah pekerja terdidik makin
banyak, yang
berarti kualitas tenaga kerja
makin meningkat. Peningkatan kualitas tenaga kerja
juga tercermin dari meningkatnya produktivitas ratarata pekerja. Walaupun relatif masih terbatas
dibandingkan dengan negara maju dan negara
industri di Asia Pasifik, peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai
iptek
dalam
PJP
I
terus
menunjukkan
perkembangannya. Lembaga pendidikan tinggi,
yang berorientasi pada pengembangan iptek tumbuh
dalam jumlah
yang makin besar. Kemajuan di
bidang pendidikan yang amat mendasar adalah
ditetapkannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional berikut
peraturan
pelaksanaannya,
sehingga
penyelenggaraan pendidikan dalam PJP II diharapkan dapat lebih mantap dan terarah.
Pembangunan

di

bidang

kependudukan

dan
23

kesehatan memperlihatkan hasil yang amat berarti


dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat,
seperti terlihat dari indikator penurunan laju
pertumbuhan penduduk, angka kematian bayi, angka
kematian
anak balita, angka kematian ibu
melahirkan, angka kematian kasar, fertilitas, serta
peningkatan angka harapan hidup penduduk.
Demikian pula, kecukupan pangan dan keadaan gizi
penduduk mengalami perbaikan, seperti terlihat
dalam peningkatan
konsumsi kalori dan
protein.

Keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya


manusia
juga
terlihat
dalam
pembangunan
kesejahteraan
sosial.
Kesadaran
masyarakat
sebagai makhluk sosial makin meningkat, seperti
terwujud dalam berbagai kegiatan kesetiakawanan
sosial. Kegiatan sosial makin meluas di dalam
organisasi
kemasyarakatan
dan
lembaga
kemasyarakatan
lainnya
termasuk
organisasi
pemuda dan wanita, serta lembaga swadaya
masyarakat.
Peran
serta
masyarakat
makin
meningkat di dalam berbagai segi kehidupan sosial,
sehingga pelayanan sosial tidak hanya dilakukan
oleh lembaga pemerintah, tetapi juga oleh
organisasi kemasyarakatan dan
lembaga
kemasyarakatan lainnya serta masyarakat sendiri.
Perbaikan tingkat kesejahteraan juga tercermin
dari peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat
dan berkurangnya secara cepat jumlah penduduk
yang berada di bawah garis kemiskinan.
Di sisi lain, kelembagaan dan manajemen yang
berorientasi
pada
peningkatan
mutu
dalam
pengembangan sumber daya
manusia telah
berkembang di berbagai bidang pembangunan.
Perkembangan kelembagaan dan manajemen ini
tercermin dalam keberhasilan dari lembaga
nasional,
baik
Pemerintah,
swasta
maupun
organisasi
kemasyarakatan
dan
lembaga
kemasyarakatan lainnya yang menangani program
peningkatan kualitas sumber
daya manusia di
beberapa
sektor,
seperti
pendidikan,
kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, dan
kesejahteraan sosial.
III. TANTANGAN, KENDALA, DAN
PELUANG PEMBANGUNAN

24

Berbagai upaya telah dilaksanakan selama PJP I

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


Makin meningkatnya tingkat kecerdasan dan
kesejahteraan
masyarakat
menandakan
keberhasilan dalam pembangunan nasional yang
pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber
daya

manusia pada PJP II dalam rangka mencapai sasaran


kemandirian bangsa, perlu dikenali berbagai
tantangan, kendala, dan peluang pembangunan.
1.

Tantangan

Menjelang
akhir
abad
ke-20
terjadi
transformasi yang mendasar dalam kehidupan
manusia dan hubungan antarbangsa di dunia. Makin
meluasnya arus informasi sebagai salah satu produk
pengembangan iptek, di samping membuka berbagai
peluang dan sekaligus tantangan baru, juga dapat
menimbulkan berbagai permasalahan atau dampak
negatif terhadap kualitas manusia, terutama kualitas
akhlaknya. Hal itu menimbulkan tuntutan untuk
memperkuat kualitas keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, dengan
memperkuat kualitas keluarga. Kualitas akhlak serta
moral, khususnya pada anak dan remaja merupakan
dasar untuk pengembangan diri pada tahap
selanjutnya. Masalah yang dihadapi sebagian anak
dan remaja pada saat ini seperti kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat terlarang, perkelahian anak
sekolah, masalah kriminal muda, dan perilaku
menyimpang lainnya meskipun masih terbatas
gejalanya di kota besar, dapat merupakan masalah
dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia yang
tangguh di masa mendatang. Semangat belajar tekun
dan cita-cita untuk meraih
prestasi sulit
ditegakkan di atas landasan akhlak dan moral yang
lemah. Oleh karena itu, pada PJP II agama
ditempatkan sebagai
salah satu bidang
pembangunan, sementara asas keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
merupakan asas pembangunan yang pertama. Itu
berarti bahwa agama memegang peranan sangat
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, khususnya kualitas akhlak dan moral.
Dengan demikian, menyiapkan sumber daya manusia
25

yang berakhlak dan tangguh


dalam
menghadapi perubahan nilai yang berdampak negatif
pada kehidupan sosial masyarakat menjadi tantangan
yang harus dijawab dalam PJP II.

Keterbukaan hubungan antarbangsa, terutama


dalam
bidang
ekonomi
dan
perkembangan
pembangunan menuntut kemampuan bersaing yang
tinggi. Hal itu dapat dicapai dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.
Sementara itu, pelayanan dan mutu pendidikan di
semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan masih
belum memuaskan, serta minat baca sebagian besar
masyarakat masih kurang. Dalam hal tenaga
kependidikan,
mekanisme
pengadaan,
pengangkatan, dan pembinaannya masih belum
mantap. Cukup banyak pendidikan dan pelatihan
yang
diselenggarakan
kurang
memperhatikan
manfaat yang akan diberikan secara langsung
sehingga masih banyak tenaga kerja yang
belum siap pakai. Selama satu dasawarsa terakhir
ini, dunia ketenagakerjaan dihadapkan pada
kecenderungan
baru,
berupa
pergeseran
pengangguran terbuka dari angkatan kerja
berpendidikan rendah menuju ke arah angkatan
kerja berpendidikan lebih tinggi. Selain itu, tenaga
kerja dengan keahlian di bidang ilmu
eksakta
masih terbatas dibandingkan dengan bidang ilmu
sosial dan humaniora. Padahal, tenaga kerja dengan
bidang keahlian khusus seperti keteknikan dan
perekayasaan
sangat
diperlukan
untuk
menyongsong era industrialisasi. Kenyataan ini
menunjukkan
adanya kekurangserasian antara
hasil pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan
dunia kerja, baik karena kurikulum yang sangat
umum maupun kurangnya pendidikan keterampilan.
Selain itu,
angka putus sekolah murid sekolah
dasar (SD) serta sekolah
lanjutan tingkat
pertama (SLTP) masih tinggi, terutama di kalangan
penduduk miskin di perdesaan. Dewasa ini masih

banyak anak
usia sekolah, khususnya yang
berusia 10-14 tahun, yang terpaksa bekerja.
Berbagai hal tersebut menimbulkan tantangan,
yaitu mengembangkan sistem pendidikan dan
pelatihan yang tepat,
yang mampu memenuhi
tuntutan pembangunan dan kebutuhan pasar tenaga
kerja.
Di samping itu, pesatnya arus informasi, yang di
antaranya
tidak selalu sesuai dengan
kepribadian bangsa, dapat membawa dampak
berupa memudarnya semangat kejuangan, idealisme,
dan patriotisme di kalangan generasi muda
sebagai generasi penerus.

26

Semangat juang yang lemah dapat menimbulkan


sikap mudah menyerah, mematikan inisiatif dan
kreativitas, serta dapat menghilangkan
rasa
tanggung jawab. Padahal, kemampuan bangsa
Indonesia untuk meningkatkan ketahanannya sangat
bergantung pada jiwa kejuangan, khususnya di
kalangan
generasi
muda.
Oleh
karena
itu,
menumbuhkan idealisme, patriotisme, semangat
kejuangan dan kepeloporan di kalangan anak,
remaja, dan pemuda menjadi tantangan
yang penting.
Di nisi lain, tingkat disiplin individu, disiplin
kelompok, dan sampai dengan disiplin nasional yang
merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan
pada hukum dan norma yang berlaku
dalam
masyarakat masih belum memadai. Hal itu antara
lain terlihat dalam menghargai dan menepati
waktu, serta di dalam menghormati dan menaati tata
tertib, peraturan dan norma-norma sosial. Dengan
demikian,
merupakan
tantangan
untuk
menciptakan manusia dan masyarakat yang memiliki
kesadaran disiplin nasional yang tinggi.
Kepemimpinan sebagai salah satu indikator
kualitas sumber
daya manusia merupakan
faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu
organisasi
ataupun
pembangunan
secara
keseluruhan. Kepemimpinan yang baik dapat
mengakibatkan manajemen yang
tepat dan
berhasilnya pelaksanaan tugas. Dalam hal itu,
tantangan
yang dihadapi adalah mengembangkan
kepemimpinan masyarakat
yang berkualitas,
andal, dan patut diteladani.
Manusia sebagai
selalu sadar akan

insan pembangunan harus


hak dan kewajibannya sesuai
27

dengan yang ditetapkan dalam UUD 1945, serta


mendahulukan kewajiban daripada haknya sebagai
warga negara. Demikian pula, manusia yang ingin
diwujudkan
adalah yang lebih mementingkan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
atau golongan, atas dasar kebersamaan dan
semangat
kesetiakawanan,
serta
senantiasa
mempertimbangkan
lingkungan
sosial
masyarakatnya. Oleh karena itu, menciptakan
m a n u s i a d a n m a s y a ra k a t I n d o n e s i a y a n g
memahami dan

melaksanakan hak dan kewajibannya secara tepat dan


bertanggung jawab serta menciptakan manusia yang
memiliki kepedulian dan kesetiakawanan sosial,
merupakan
tantangan
yang
perlu
mendapat
perhatian.
Agar dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, baik bagi
generasi masa kini maupun bagi generasi masa yang
akan
datang
dan
menjamin
terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan, sumber daya alam
perlu dikelola
dan dimanfaatkan dengan
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kesadaran
masyarakat
mengenai
pentingnya
pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam kehidupan
manusia
sangat diperlukan sehingga juga
merupakan tantangan untuk mengembangkan sikap
sadar dan rasa tanggung jawab manusia dan
masyarakat akan arti penting lingkungan hidupnya.
Jika ditinjau dari aspek kesehatan, mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan masih belum
memadai dan belum menjangkau seluruh penduduk,
terutama penduduk di daerah terpencil, di desa
tertinggal, serta penduduk yang tidak mampu.
Walaupun kecukupan pangan dan keadaan gizi
masyarakat secara umum makin
baik, pola
pangan sebagian penduduk masih belum mendukung
kesehatan dan proses pembentukan manusia dengan
kecerdasan
yang diharapkan. Layanan
penyediaan dan akses untuk air bersih belum
meluas, khususnya dalam kehidupan masyarakat di
lingkungan kumuh sehingga dapat mengakibatkan
kesulitan untuk menciptakan budaya dan perilaku
hidup bersih dan sehat. Di sisi
lain, untuk
meningkatkan
kesegaran
jasmani
dan
mental,
28

olahraga memegang peranan penting. Oleh karena


itu, membangun manusia
yang sehat jasmani dan
mentalnya juga merupakan tantangan yang
perlu
diperhatikan.
Selanjutnya,
walaupun
laju
pertumbuhan
penduduk sudah
berhasil ditekan, pertumbuhan
penduduk Indonesia masih tinggi. Bahkan pada akhir
Repelita
VI,
jumlah
penduduk
Indonesia
diperkirakan akan mencapai 204,4 juta orang,
dan akan terus

berkembang menjadi 258,2 juta orang pada akhir PJP


II. Dampak pertumbuhan penduduk pada dasawarsa
sebelumnya terasa pada
saat ini dengan
besarnya jumlah penduduk usia muda. Kualitas
hidup manusia Indonesia sulit menjadi lebih baik
apabila
pertumbuhan
penduduk
tidak
terus
dikendalikan. Pertambahan jumlah penduduk dan
persentase penduduk usia muda yang masih tinggi,
serta persebaran penduduk yang masih belum
merata dapat menimbulkan masalah pengembangan
sumber
daya
manusia,
khususnya
masalah
peningkatan
kualitas,
penyediaan
lapangan
kerja, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan.
Masalah lain yang perlu mendapat perhatian adalah
arus perpindahan penduduk tanpa keterampilan
yang memadai dari perdesaan ke perkotaan. Jika
perpindahan
penduduk
ini
tidak
berhasil
dikendalikan, kota-kota di masa mendatang akan
menjadi "desa" yang besar, dengan kantungkantung
kemiskinan dan permukiman kumuh. Konsekuensi
permasalahan
kependudukan
tersebut
adalah
penyediaan lapangan kerja yang memadai serta
penyediaan pangan, perumahan, sandang,
dan kebutuhan dasar lainnya, seperti pendidikan
dan kesehatan. Dengan demikian, peningkatan
kualitas hidup penduduk Indonesia yang jumlahnya
besar dan persebarannya tidak merata
itu
menjadi tantangan pula.
Karena keadaan geografis dan kondisi setempat,
pembangunan
di kawasan timur Indonesia
secara relatif lebih tertinggal dibandingkan dengan
kawasan barat Indonesia. Demikian pula, beberapa
daerah terpencil di kawasan barat Indonesia. Di
samping
itu, masalah kemiskinan masih cukup
meluas serta masih banyak
desa yang
tertinggal. Kemiskinan merupakan salah satu
perwujudan rendahnya kualitas sumber daya
manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber
daya pembangunan. Sementara itu, pengentasan
rakyat dari kemiskinan merupakan komitmen
nasional, yang penanganannya mendapat prioritas

sangat tinggi, dan merupakan pesan politik GBHN.


Dengan demikian, untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan serta meningkatkan
harkat dan martabat penduduk di daerah tersebut
dihadapi tantangan untuk
29

mempercepat peningkatan kualitas sumber daya


manusia guna membantu rakyat mengentaskan diri
dari kemiskinan serta
mengatasi
ketertinggalan kawasan timur Indonesia, daerah
terpencil, dan desa tertinggal pada umumnya.
Di sisi lain, dalam pengembangan sumber daya
manusia,
selain sumber daya manusia yang
produktif dijumpai masalah
dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
memiliki keterbatasan untuk produktif, baik karena
kurang beruntung seperti penyandang masalah sosial
termasuk penyandang cacat fisik dan mental, maupun
penduduk yang telah lanjut usianya. Jumlah
penduduk usia 60 tahun ke atas makin meningkat dan
penyandang masalah sosial, khususnya penyandang
cacat, cukup banyak jumlahnya sehingga menjadi
tantangan untuk meningkatkan kualitas
hidup
penduduk usia lanjut dan penyandang masalah sosial.
Selanjutnya, wanita baik sebagai warga negara
maupun sebagai sumber daya pembangunan
diharapkan
peran
aktifnya
dalam
kegiatan
pembangunan,
termasuk
upaya
mewujudkan
keluarga
kecil, sehat, sejahtera, dan bahagia
serta meningkatkan kualitas
anak, remaja, dan
pemuda dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Namun, perannya belum dapat
diwujudkan secara optimal sehingga meningkatkan
peran wanita dalam pembangunan merupakan salah
satu tantangan yang hams dijawab.
Jika ditinjau dari aspek ketenagakerjaan, secara
umum dapat dikatakan bahwa kualitas tenaga kerja
Indonesia masih rendah.
Masih banyak tenaga
kerja yang hanya berpendidikan SD, bahkan
tidak
30

tamat SD atau tidak pernah sekolah. Komposisi


tenaga kerja seperti itu merupakan masalah
tersendiri dalam membangun
manusia
Indonesia sebagai sumber daya pembangunan yang
terampil, maju, mandiri, produktif, dan efisien.
Rendahnya tingkat produktivitas serta besarnya
jumlah angkatan kerja yang kurang seimbang dengan
ketersediaan
kesempatan
kerja
menyebabkan
pengangguran
masih
meluas.
Di
sisi
lain,
kesejahteraan tenaga
kerja sulit terwujud
karena masih ada pengguna tenaga kerja

memberikan upah di bawah ketentuan tingkat upah


minimum.
Untuk itu, dalam rangka
memecahkan masalah pengangguran dan rendahnya
produktivitas, yang menjadi tantangan dalam PJP II
adalah menciptakan tenaga kerja yang terampil,
beretos kerja
produktif, maju, efisien, profesional,
dan mempunyai kemampuan kewiraswastaan.
Kemampuan
dalam
memanfaatkan,
mengembangkan, dan menguasai iptek serta unsur
pendukungnya merupakan prasyarat
untuk
keberhasilan dalam memasuki era industrialisasi.
Dalam PJP
II, dengan berkembangnya industri
dan meningkatnya persaingan, makin dibutuhkan
sumber daya manusia berkemampuan iptek yang
memadai. Budaya iptek masih belum meluas di
masyarakat sehingga dapat menghambat upaya
peningkatan
kemampuan
memanfaatkan,
mengembangkan, dan menguasai iptek. Dengan
demikian, membangun budaya iptek agar menjadi
bagian dari budaya masyarakat dalam rangka
membangun
masyarakat
Indonesia
yang
modern, yang maju dan mandiri sehingga
meningkatkan kemampuan manusia Indonesia
dalam memanfaatkan, mengembangkan,
dan
menguasai iptek, juga merupakan tantangan.
Selama ini kegiatan peningkatan kualitas sumber
daya manusia belum didukung oleh pranata, baik
yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat
hukum yang mantap. Berbagai kegiatan lebih banyak
diselenggarakan
oleh
masing-masing
sektor
pembangunan
serta masing-masing lembaga.
Upaya keterpaduan manajemen serta peningkatan
efisiensi dan efektivitas kelembagaan yang terkait
secara langsung dan tidak langsung dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia masih
belum terciptakan. Sering terjadi
tumpang
tindih
dan
ketidakserasian
antarberbagai
kebijaksanaan.
Data dan informasi mengenai

berbagai aspek yang berkaitan


dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia belum
tersedia
secara mantap dan lengkap sehingga
tidak menunjang perumusan kebijaksanaan secara
tepat dan cepat. Di sisi lain, peran serta masyarakat,
termasuk dunia usaha, organisasi kemasyarakatan,
dan lembaga kemasyarakatan lainnya masih
harus ditingkatkan.

31

Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak


terlepas dari aspek hukum, khususnya kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat. Namun,
peningkatan kualitas sumber daya manusia
belum
sepenuhnya didukung oleh perangkat hukum yang
memadai. Oleh karena itu, mengembangkan pranata
yang mendorong peningkatan kualitas sumber daya
manusia menjadi tantangan pula.
2. Kendala
Masih melekatnya sikap mental yang sulit
melakukan perubahan atau menerima hal Baru
pada sebagian masyarakat,
merupakan salah
satu kendala bagi peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
Tingkat
pendidikan,
pengetahuan,
dan
keterampilan wanita
yang relatif masih rendah
menyebabkan partisipasi angkatan kerja wanita
masih rendah. Demikian pula, kondisi lingkungan
sosial
yang kurang mendukung, antara lain
adanya perilaku yang bertentangan dengan normanorma ajaran agama. Masih ada kondisi
sosial
budaya yang membatasi ruang gerak kaum wanita
dan
cenderung menyebabkan banyak wanita
melangsungkan perkawinan pada usia muda,
terutama di perdesaan. Sebagian masyarakat
belum menyadari akan perlunya memberi perhatian
terhadap kebutuhan dan hak anak, serta pembinaan
keluarga sejahtera.
Sarana dan prasarana pendidikan, seperti jumlah
dan mutu
tenaga kependidikan, ataupun
sarana pustaka, sarana dan prasarana kesehatan
serta pelayanan gizi, sarana pelayanan sosial, dan
32

sarana olahraga, masih belum memadai dan belum


secara merata terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Tidak semua orang tua siap menyekolahkan
anaknya karena adanya cara pandang bahwa
pendidikan
tidak
memberi
dampak
terhadap
peningkatan kualitas hidup secara langsung, di
samping karena kemampuan ekonomi keluarga yang
kurang
mendukung.
Kendala
lain
adalah
rendahnya keterampilan, pengetahuan, serta

belum berkembangnya lingkungan sosial yang


menumbuhkan wawasan, etos kerja produktif,
disiplin, daya kreasi, dan inovasi
tenaga kerja.
Kendala ini antara lain juga menyebabkan pela yanan Pemerintah kepada masyarakat masih belum
optimal. Selain
itu, masih terbatasnya lapangan
kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang
akan masuk pasaran kerja serta terbatasnya
sarana pelatihan, merupakan kendala pula.
Informasi mengenai iptek masih belum meluas,
tenaga peneliti
yang andal masih terbatas, serta
prasarana dan sarana penelitian
dan
pengembangan
yang
dimiliki
masih
kurang.
Lingkungan sosial
juga belum menunjang
tumbuhnya iklim penelitian dan pengembangan.
Akibatnya, tenaga peneliti yang ada belum
dapat dimanfaatkan secara optimal.
3.

Peluang

Makin meningkatnya kesehatan dan gizi yang


memungkinkan makin panjangnya usia produktif,
meningkatnya pendidikan ratarata penduduk
dan makin terbukanya lapangan kerja di berbagai
bidang dan jenis usaha sebagai akibat dari
pertumbuhan ekonomi nasional yang makin baik,
serta makin banyaknya tenaga berkualifikasi tinggi
(profesional) yang dapat merupakan tenaga inti dalam
memasuki era industrialisasi adalah merupakan
peluang bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Di samping itu, kepercayaan dan
keyakinan bangsa atas kebenaran falsafah Pancasila
sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa,
dan
bernegara
merupakan modal sikap mental atau peluang
yang sangat penting.
Jumlah penduduk yang besar dan tenaga kerja usia
muda yang makin meningkat apabila dibina dan

ditingkatkan kemampuannya
serta ditingkatkan
mobilitasnya,
merupakan
tenaga
kerja
yang
produktif
dan
potensi
yang
besar
bagi
pembangunan.
Kecen-derungan
tumbuhnya
keluarga
kecil,
merupakan
peluang
untuk
menjadikan keluarga sebagai wahana peningkatan
kualitas sumber

33

daya manusia. Demikian pula, peran serta


masyarakat dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia makin meningkat.
Upaya dan
program peningkatan kualitas sumber daya manusia,
yang dilakukan baik oleh Pemerintah maupun oleh
swasta dan organisasi kemasyarakatan serta lembaga
kemasyarakatan lainnya,
juga telah mulai
tumbuh.
Peluang lainnya adalah keanekaragaman nilainilai budaya
bangsa yang luhur, serta
berkembangnya sekolah keagamaan dan sarana
ibadah, yang dapat menunjang pembentukan
manusia Indonesia yang tangguh. Sebagai akibat
perkembangan pembangunan yang makin pesat
dan interaksi antarbangsa, tuntutan
akan
pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek,
serta peningkatan pendidikan, makin meningkat.
Kesadaran, pemahaman dan kepedulian yang besar
Pemerintah dan masyarakat terhadap pentingnya
sumber daya manusia berkualitas yang merupakan
tuntutan pembangunan yang cepat, juga merupakan
peluang dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
IV.
1.

ARAHAN, SASARAN, DAN


KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
Arahan GBHN 1993

GBHN
1993
memberikan
arahan
bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
Repelita VI, yang dilihat dari berbagai aspek.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat
mendukung
pembangunan
ekonomi
rnelalui
peningkatan
produktivitas
dengan
pendidikan
34

nasional yang makin merata dan bermutu, disertai


peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian yang
dibutuhkan berbagai bidang pembangunan, serta
pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi yang makin mantap.

Pembinaan
kehidupan
beragama
dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
diarahkan pada peningkatan kualitas
keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
serta meningkatkan kesadaran dan peran serta aktif
umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa akan
tanggung jawabnya
untuk secara bersama-sama memperkukuh landasan
spiritual, moral, dan etik bagi pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila.
Perlu dikembangkan sumber daya manusia
sebagai tenaga ahli
dan tenaga terampil yang
mampu melaksanakan alih berbagai jenis teknologi,
termasuk mampu memilih teknologi yang tepat, serta
menerapkan, menguasai, dan mengembangkannya
sebagai teknologi hasil sendiri yang serasi dengan
perkembangan budaya
masyarakat agar dapat
lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional dan pendapatan masyarakat. Selain itu,
perlu dikembangkan kemampuan sumber daya
manusia, baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
penguasaan teknologi maupun
untuk
tumbuhnya profesionalisme dan kewiraswastaan,
menuju terwujudnya masyarakat industri Indonesia.
Kebijaksanaan pemerataan dan peningkatan
kesempatan kerja
serta pelatihan tenaga kerja
terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar menjangkau
setiap warga negara dan terarah pada terwujudnya
angkatan kerja yang terampil dan tangguh.
Kesempatan kerja
terbuka bagi setiap orang
sesuai dengan kemampuan, keterampilan,
dan
keahliannya, serta didukung oleh kemudahan
memperoleh pendidikan dan pelatihan, penguasaan
3

teknologi, informasi pasar ketenagakerjaan, serta


tingkat upah yang sesuai dengan prestasi
dan
kualifikasi yang dipersyaratkan.
Upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat agar
makin adil dan merata terus ditingkatkan, serta
pertumbuhan ekonomi sebagai
hasil
pembangunan harus dapat dirasakan masyarakat
melalui
upaya pemerataan yang nyata dalam
bentuk perbaikan pendapatan
dan peningkatan
daya beli masyarakat. Dalam pada itu, pemberian

pelayanan sosial kepada masyarakat rentan, sebagai


tanggung
jawab negara dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan sosial, perlu ditingkatkan
sehingga dapat dirasakan makin adil dan makin
merata di seluruh tanah air. Peran aktif golongan
masyarakat yang mampu dalam penyelenggaraan
pelayanan sosial perlu digalakkan
dan
dibudayakan, tidak hanya sebagai perwujudan
kesetiakawanan sosial, tetapi juga sebagai upaya
memperkecil kesenjangan sosial.
Pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan
keluarga,
sekolah, dan masyarakat harus
mampu meningkatkan kualitas
manusia
Indonesia dan menumbuhkan kesadaran, serta sikap
budaya bangsa untuk selalu berupaya menambah
pengetahuan
dan
keterampilan
serta
mengamalkannya
sehingga
terwujud
manusia
dan masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih
maju, mandiri, berkualitas, dan menghargai setiap
jenis
pekerjaan
yang
memiliki
harkat
dan
martabat
sesuai
dengan
falsafah
Pancasila.
Kebudayaan nasional ditujukan untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia, jati
diri dan
kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri,
kebanggaan nasional, serta memperkukuh jiwa
persatuan dan kesatuan bangsa.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk makin
meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan
pelayanan
kesehatan
masyarakat,
guna
meningkatkan derajat kesehatan, termasuk perbaikan
gizi masyarakat. Pelayanan kesehatan dikembangkan
dengan terus mendorong peran serta aktif
masyarakat termasuk dunia usaha. Kesadaran
masyarakat
untuk
hidup
sehat
dan
bersih
36

berorientasi kepada kepedulian lingkungan terus


dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi
sikap dan budaya bangsa.
Pembangunan kependudukan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan
manusia serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku
utama dan sasaran pembangunan. Untuk
itu,
perlu terus dikembangkan iklim kemasyarakatan
yang mendukung terwujudnya
peningkatan kualitas sumber daya manusia

melalui upaya pembangunan di berbagai bidang dan


sektor. Pembangunan kependudukan dilaksanakan
dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan
upaya pelestarian sumber daya
alam dan
lingkungan
hidup,
penciptaan
keserasian
antargenerasi,
serta peningkatan
kesejahteraan rakyat. Penduduk usia lanjut yang
memiliki pengalaman luas dan kearifan perlu diberi
perhatian
untuk tetap berperan dalam
pembangunan.
Pembinaan dan pengembangan anak, remaja, dan
pemuda diupayakan melalui pembangunan di
berbagai bidang dan sektor
serta didukung oleh
iklim yang menunjang terwujudnya masyarakat
belajar. Pembinaan dan pengembangan anak dan
remaja Indonesia harus dimulai sedini mungkin dan
perlu terus ditekankan pada kedudukan dan fungsi
mereka sebagai tunas bangsa dan penerus
citacita
perjuangan
bangsa.
Pembinaan
dan
pengembangan
pemuda diarahkan pada upaya
persiapan generasi muda menjadi
kader bangsa
yang tangguh dan ulet dalam menghadapi tantangan
pembangunan, serta bertanggung jawab terhadap
masa depan kehidupan bangsa dan negara.
Wanita sebagai mitra sejajar pria harus lebih
dapat berperan
dalam pembangunan dan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
serta ikut melestarikan nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena
itu, perlu terus dikembangkan iklim
sosial budaya yang mendukung
agar mereka
dapat menciptakan dan memanfaatkan seluasluasnya
kesempatan
untuk
mengembangkan
kemampuannya melalui peningkatan pengetahuan,
keahlian,
dan
keterampilan
dengan
tetap
37

memperhatikan kodrat serta harkat dan martabat


kaum wanita.
Pembinaan olahraga sebagai salah satu upaya
peningkatan
kualitas sumber daya manusia,
diarahkan pada peningkatan kondisi kesehatan
fisik, mental, dan rohani manusia Indonesia dalam
upaya pembentukan watak dan kepribadian,
disiplin, dan sportivitas.

Pembangunan aparatur negara diarahkan untuk


mewujudkan aparatur negara yang andal serta
mampu melaksanakan
keseluruhan
penyelenggaraan tugas pemerintahan umum dan
pembangunan dengan efisien, efektif, dan terpadu,
yang didukung oleh aparat negara yang profesional,
bertanggung jawab, bersih,
dan berwibawa
serta menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan
keadilan. Pendayagunaan aparatur negara terus
ditingkatkan,
terutama yang berkaitan
dengan
kualitas,
efisiensi
pelayanan,
dan
pengayoman kepada masyarakat serta kemampuan
profesional dan kesejahteraan aparatnya.
2.

Sasaran
a. Sasaran PJP II

Sasaran peningkatan kualitas sumber daya


manusia pada PJP
II adalah terwujudnya
kehidupan masyarakat yang makin sejahtera
lahir batin secara adil dan merata, serta terwujudnya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
yang baik, bersikap amanah,
mengamalkan
ajaran agama dan ilmunya, berbudi pekerti luhur,
tangguh, sehat jasmani dan rohaninya, cerdas,
patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, profesional,
serta memiliki kemampuan
dalam
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai
iptek.
Sasaran lainnya adalah terwujudnya
manusia yang mandiri, maju
dan tetap
berkepribadian bangsa Indonesia, mampu mengatasi
hambatan
budaya,
sadar
akan
hak
dan
kewajibannya, memiliki kemampuan kewiraswastaan
38

dan kemampuan kepemimpinan yang andal, memiliki


kesetiakawanan
sosial
yang
tinggi,
memiliki
wawasan kebangsaan dan Bela negara, memiliki
kesadaran dan
etika politik yang tinggi serta
bersikap dan berperilaku sesuai
dengan
budaya politik Pancasila.
Di samping itu, Sasaran berikutnya adalah
meningkatnya peradaban, harkat dan martabat
manusia Indonesia, dan makin kuatnya jati diri dan
kepribadian bangsa, meningkatnya keselarasan

hubungan antara manusia dan lingkungan hidupnya,


terwujudnya
sistem
kelembagaan
dan
dilaksanakannya
peraturan
perundangundangan
yang menunjang peningkatan kualitas sumber daya
manusia secara mantap, serta cukup besarnya
peran serta masyarakat dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
b. Sasaran Repelita VI

Sasaran peningkatan kualitas surnber daya


manusia dalam
Repelita VI adalah makin
meningkatnya kualitas manusia dan
kualitas
masyarakat
Indonesia
yang
tercermin
dari
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, akhlak, pengamalan ajaran
agama dan ilmunya, sikap amanah, kesehatan
jasmani dan rohani, kecerdasan, pengetahuan dan
keterampilan,
etos kerja produktif, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, wawasan
dan kemampuan iptek, serta kesadaran dan
pemahaman pentingnya menjaga kelestarian sumber
daya alam
dan lingkungan hidup. Sasaran
lainnya adalah tumbuhnya sikap kemandirian, makin
berkembangnya
kemampuan
kepemimpinan
dan kewiraswastaan, serta makin banyaknya kader
pembangunan bangsa yang mempunyai idealisme,
patriotisme, semangat kejuangan, kepeloporan,
disiplin dan kepedulian sosial, serta memiliki
kesadaran akan hak dan kewajibannya.
Guna tercapainya efektivitas dan efisiensi
manajemen sumber daya manusia, pada akhir
Repelita VI lembaga pelaksana
peningkatan
kualitas sumber daya manusia sudah makin tertata,
dalam arti makin meningkatnya koordinasi dan
keterpaduan antarlembaga pemerintah, antara
Pemerintah dan masyarakat, serta antarmasyarakat.
Selain itu, pemahaman dan peran serta masyara39

kat termasuk swasta dalam peningkatan kualitas


sumber daya
manusia makin meningkat, serta
sudah ditetapkan perangkat hukum yang menunjang
peningkatan kualitas sumber daya manusia.

3.

Kebijaksanaan

Agar peningkatan kualitas sumber daya manusia


dapat lebih terarah, dalam arti sasarannya dapat
dicapai, dengan berpegang
teguh pada asas
pembangunan dan kaidah penuntun sebagaimana
yang diamanatkan GBHN, dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan nilai-nilai agama dan nilainilai luhur budaya bangsa, memperhatikan kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat,
tidak
terlepas dari pembangunan bidang/sektor lainnya,
memperhatikan
perkembangan
iptek,
serta
memperhatikan kelestarian
fungsi lingkungan
hidup bagi terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia dalam Repelita VI dilakukan melalui empat
kebijaksanaan, yaitu
peningkatan kualitas hidup
yang meliputi baik kualitas manusianya seperti
jasmani, rohani, dan kejuangan maupun kualitas
kehidupannya; peningkatan kualitas sumber daya
manusia yang produktif dan upaya pemerataan
penyebarannya
sesuai
kebutuhan;
peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan
dalam
memanfaatkan,
mengembangkan,
dan
menguasai iptek
yang berwawasan
lingkungan; serta pengembangan pranata yang
meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang
mendukung peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Kebijaksanaan
tersebut
merupakan
kebijaksanaan yang bersifat lintas sektoral serta
menjadi dasar keterpaduan kebijaksanaan dan
program yang bersifat sektoral.
a. Peningkatan Kualitas Hidup

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup


manusia
Indonesia, kebijaksanaan yang
ditempuh adalah menanamkan sejak
dini nilainilai agama dan moral, serta nilai-nilai luhur budaya
bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah
maupun pendidikan
luar sekolah guna
mewujudkan manusia dan masyarakat dengan
k ua lita s y a ng utuh . H a l it u d ila k uk a n m ela lu i
p e nd e k a ta n
40

menyeluruh, yaitu memasukkan unsur keimanan dan


ketaqwaan
pada rnetode pengajaran;
membekali guru dan tenaga kependidikan lainnya
dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa sehingga mempunyai rasa, jiwa, perilaku ,
budi pekerti
yang baik, iman dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa; serta mendorong
penyediaan sarana ibadah di beberapa tempat,
antara
lain di lingkungan keluarga, lembaga
pendidikan, tempat bekerja
dan tempat umum.
Bersamaan
dengan
itu,
ditingkatkan
pula
peran orang tua, pendidikan dalam keluarga dan
masyarakat, pendidikan seumur hidup, peran
pendidikan pesantren dan pendi-dikan keagamaan
lainnya.
Upaya mewujudkan sistem pendidikan yang
tepat ditempuh dengan melakukan reorientasi
kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan agar
tanggap terhadap dinamika pembangunan dan
permintaan pasar tenaga kerja. Hal itu antara lain
dilakukan dengan menyempurnakan metode serta
kurikulum pada seluruh jalur, jenis,
dan jenjang
pendidikan. Kurikulum memuat topik inti, muatan
lokal, dan minat pribadi peserta didik, serta diberi
bobot unsur pendidikan sikap hidup yang mampu
mengubah nilai dan sikap budaya ke arah kesadaran
menjaga harkat dan martabat diri, serta kebesaran
bangsa. Demokratisasi pendidikan bagi seluruh
warga negara untuk mendapatkan haknya dalam
pendidikan,
ditegakkan
dengan
memberikan
kemudahan
memasuki
sekolah
dan
hak
mengembangkan kreativitas. Perhatian yang lebih
besar diberikan terhadap peningkatan mutu, nasib,
dan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan
41

lainnya, terutama di daerah terpencil,


tertinggal, dan kawasan timur Indonesia.

desa

Kebijaksanaan selanjutnya adalah meningkatkan


kemampuan konseptual, teknis dan manajerial,
bersamaan dengan meningkatkan mental,
akhlak, serta iman dan taqwa secara berimbang dan
dinamis; meningkatkan daya tampung peserta didik,
dengan mendayagunakan secara optimal sarana dan
prasarana pendidikan
yang ada agar peserta
didik dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi; memperluas kesempatan belajar
bagi anak

usia 7-15 tahun di SD dan SLTP melalui program


Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun;
mengurangi secara bertahap jumlah anak yang
putus sekolah dan menuntaskan masalah pendidikan bagi anak usia 10-14 tahun yang terpaksa
bekerja; serta meningkatkan kepedulian masyarakat
akan hak anak.
Upaya untuk meningkatkan kesadaran berdisiplin
masyarakat dilakukan dengan menanamkan dan
menyebarluaskan sikap
ketaatan masyarakat
terhadap
hukum,
peraturan,
dan
kepatuhan
terhadap kewajibannya, termasuk bela negara
seperti yang tercantum dalam pasal 30 UUD 1945,
baik dalam keluarga, sekolah,
tempat bekerja
maupun tempat umum; serta mengembangkan iklim
yang mendukung sadar hukum, kedisiplinan di
masyarakat, dan
saling menghargai sesama
manusia.
Kebijaksanaan
untuk
mengembangkan
kepemimpinan masyarakat yang berkualitas adalah
menanamkan jiwa dan menumbuhkan kemampuan
kepemimpinan dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memberi teladan dan
mempunyai
akhlak
yang
baik,
mampu
mengembangkan tekad dan menjadi daya pendorong
bawahan, waspada, berani memberi koreksi kepada
yang melakukan kesalahan, dapat memilih dengan
tepat, mana
yang harus didahulukan,
menunjukkan tingkah laku yang bersahaja,
sederhana, setia, hemat, cermat, jujur, ikhlas, dan
bijaksana
serta berwawasan kebangsaan.
Hal itu ditempuh baik melalui pendidikan di sekolah
sejak SD sampai perguruan tinggi maupun melalui
lembaga pendidikan di luar sekolah, dan lembaga
42

pendidikan aparatur.
Keluarga sebagai wahana pertama pendidikan
anak dan remaja, harus dapat membekali anak
untuk maju dan mandiri. Selain
bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pendidikan di sekolah, kepada anak, remaja, dan
pemuda dibekali
pula dengan pendidikan budi
pekerti. Selain itu, nilai-nilai agama
dan nilainilai luhur budaya bangsa, serta jiwa kemandirian
dan kejuangan ditanamkan melalui pendidikan
pendahuluan bela

negara, dan berbagai kegiatan di luar sekolah.


Bersamaan dengan
itu, didorong dan diperluas
kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang
lebih tinggi, baik pendidikan menengah umum,
kejuruan maupun pendidikan tinggi; ditingkatkan
minat baca
antara lain dengan
mengembangkan
sarana
perpustakaan;
serta
ditanamkan kebiasaan hidup sehat dan pola makan
dengan gizi seimbang. Khusus bagi pemuda, peran
serta dan kepeloporannya ditingkatkan dengan jalan
membuka kesempatan yang seluasluasnya
untuk berperan serta dan berprestasi dalam
pembangunan nasional, dengan mengembangkan
dan memperluas kesempatan
yang
memungkinkan pemuda dapat mengisi lapangan
kerja atau membuka lapangan kerja sendiri; serta
memperluas kegiatan dan meningkatkan mutu
pelaksanaan pemahaman Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (P4), dan pendidikan
politik.
Kebijaksanaan selanjutnya ialah meningkatkan
kegiatan P4
bagi masyarakat, dalam rangka
membangun manusia yang menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila; membangun
manusia yang berwawasan kebangsaan yang cinta
tanah air dengan meningkatkan dan memperluas
pendidikan
politik
bagi
masyarakat
melalui
kelembagaan yang ada, baik formal maupun
informal; mendorong kebebasan mengeluarkan
pendapat
yang
bertanggung
jawab
dan
membudayakan keterbukaan; serta meningkatkan
penyuluhan akan
hak dan kewajiban setiap
warga negara. Di samping itu, sifat
tidak
mementingkan diri sendiri, semangat kebersamaan
dan kesetiakawanan sosial ditanamkan sedini
43

mungkin, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah


maupun masyarakat. Demikian pula, dikembangkan
iklim yang mendukung membudayanya kesetiakawanan sosial.
Kebijaksanaan
lainnya
adalah
menanamkan
kesadaran terhadap pentingnya mengelola sumber
daya alam secara hemat dan lestari,
serta
menjelaskan
seluas-seluasnya
akan
hak
dan
kewajiban untuk
turut berperan serta dalam
menjaga kualitas lingkungan hidup,
guna
terlaksananya pembangunan berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani


dan mental, ditempuh beberapa kebijaksanaan, yaitu
meningkatkan
cakupan
dan
mutu
pelayanan
kesehatan terutama kepada penduduk miskin,
penduduk di desa tertinggal, daerah terpencil, dan
kawasan timur Indonesia; mengembangkan cara
pelayanan kesehatan masyarakat yang efektif dan
efisien sehingga sesuai dengan keadaan setempat;
mengembangkan cara penyelenggaraan pendidikan
dan
penyuluhan kesehatan, yang sesuai
dengan perkembangan
teknologi dan
informasi yang edukatif; menanamkan kebiasaan,
dan memasyarakatkan budaya hidup bersih dan
sehat, dan pola makan dengan gizi seimbang di
lingkungan keluarga; serta meningkatkan upaya
terpadu untuk makin menjamin kecukupan pangan
dan perbaikan gizi penduduk, antara lain dengan
mengarahkan pembangunan pertanian untuk
memantapkan
swasembada
pangan
dan
diversifikasi
makanan.
Kegiatan
olahraga
ditingkatkan dan dimasyarakatkan sejak dini,
melalui pendidikan di sekolah
(sejak SD) dan
luar sekolah guna meningkatkan kesegaran jasmani.
Sejalan dengan itu, ditingkatkan fasilitas olahraga,
baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang
terjangkau oleh kemampuan
ekonomi
masyarakat luas. Demikian pula, bakat dan
kreativitas positif semua anak didik mendapat
perhatian agar mereka dapat berkembang menjadi
sumber daya manusia yang produktif dan inovatif.
Kebijaksanaan lainnya ialah menekan laju
pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan
pelaksanaan gerakan keluarga berencana untuk
mewujudkan keluarga sejahtera bagi seluruh
44

masyarakat;
memupuk
kesadaran
keluarga
berencana sejak dini; meningkatkan keseimbangan
kepadatan dan persebaran penduduk antara lain
melalui transmigrasi dan industri di perdesaan yang
umumnya adalah industri pertanian; meningkatkan
pelayanan kesehatan dan budaya hidup sehat
terutama pada daerah yang
padat
penduduknya; meningkatkan keterampilan dan
memberikan
kesempatan
kerja;
serta
memasyarakatkan norma keluarga kecil, bahagia,
dan sejahtera.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di


kawasan timur Indonesia, daerah terpencil, dan desa
tertinggal
dilakukan
dengan
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani penduduk; meningkatkan mutu, dukungan
tenaga dan
sarana pendidikan, serta dukungan
tenaga dan sarana kesehatan. Khususnya bagi
penduduk miskin, peningkatan kualitas sumber
daya manusia dilakukan dengan memberikan
keterampilan praktis, menumbuhkan sikap produktif
dan mandiri melalui pendidikan dan pelatihan,
memberikan kesempatan kerja dan berusaha, serta
meningkatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial lainnya dengan mutu yang memadai.
Selanjutnya, upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan
penduduk usia lanjut dan penyandang cacat melalui
pelatihan;
memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat umum
terutama kepada anak-anak
untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi seperti sikap
menghargai penderita cacat dan memperlakukannya
seperti warga masyarakat lainnya yang tidak
cacat; dan menggalakkan peran serta masyarakat
dalam upaya sosial. Di samping itu, perhatian khusus
diberikan kepada penduduk usia lanjut dan
penyandang cacat dengan menyediakan sarana
khusus di tempat umum; memberikan kemudahan
dan keringanan pelayanan transportasi, kesehatan,
dan pelayanan umum lainnya; serta memberikan kesempatan untuk berperan serta dalam
kegiatan pembangunan bagi mereka yang masih
mampu bekerja sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya.
Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan

diupayakan dengan meningkatkan kemampuannya,


baik pengetahuan maupun keterampilan melalui
pendidikan dan pelatihan; meningkatkan
peran
aktifnya dengan memberikan kesempatan untuk
berperan
serta dalam berbagai kegiatan
pembangunan termasuk mewujudkan
keluarga kecil, sehat, sejahtera dan bahagia, serta
mengembangkan akhlak dan watak anak dan remaja
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya, dengan memperhatikan kodrat, harkat,
dan martabatnya sebagai wanita.
45

b. Peningkatan Kualitas Sumber Daya


Manusia
Produktif dan Upaya Penyebarannya

Peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan


dengan meningkatkan disiplin dan etos kerja
produktif; menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
teratur dan aman; membina dan meningkatkan
kesehatan tenaga kerja; mengembangkan sistem
insentif
untuk memacu prestasi; memberi
kesempatan yang terbuka untuk berkomunikasi;
serta mengupayakan kepemimpinan kerja yang
dinamis.
Selain
itu,
diupayakan
untuk
mendayagunakan secara
optimal dan
menempatkan tenaga kerja secara tepat pada tugas
dan daerah yang sesuai dengan keahliannya; serta
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
dengan meningkatkan kegiatan pendidikan dan
pelatihan, baik di kalangan pegawai pemerintah,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan maupun
lembaga kemasyarakatan lainnya. Hal itu antara
lain ditempuh dengan melaksanakan pelatihan
dengan cara pemagangan, yang dikelola dan
didukung oleh pendanaan dari perusahaan yang
mampu; mendorong perusahaan yang dikategorikan
sudah maju agar memiliki program pelatihan untuk
meningkatkan kualitas pegawainya; serta mendorong
terwujudnya pusat unggulan yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Selain
itu,
produktivitas
tenaga
kerja
ditingkatkan dengan mengarahkan pelatihan tenaga
kerja pada pengembangan usaha mandiri yang
profesional sehingga dapat berkembang menjadi
kader wiraswasta yang mampu menciptakan
46

lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan bagi


orang lain. Jiwa wiraswasta ditanamkan sejak
dini melalui pendidikan mulai tingkat SLTP sampai
perguruan tinggi, dan kemampuan wiraswasta
ditingkatkan melalui penyuluhan dan pelatihan.
Dalam kaitan ini, diupayakan pula
untuk
menyebarkan secara merata sesuai kebutuhan,
sumber daya manusia yang sudah terlatih dan
bermental wiraswasta bagi penumbuhan kegiatan
ekonomi di kawasan timur Indonesia, desa tertinggal
dan daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis,
daerah perbatasan serta daerah terbelakang lainnya.

Kebijaksanaan lainnya adalah meningkatkan


kualitas aparatur pemerintah secara terus-menerus,
dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan di
dalam dan luar negeri, menggalakkan kursus dasar
pengetahuan lingkungan hidup, memantapkan peran
struktural dan fungsionalnya secara seimbang, serta
melaksanakan sistem seleksi ataupun menempatkan
aparat pemerintah secara tepat melalui analisis
jabatan untuk mengoptimalkan perannya sebagai
penggerak dan pelaku pembangunan. Pendidikan
dan
pelatihan
aparatur
negara
diupayakan
seoptimal mungkin sehingga mampu menjangkau
aparatur di seluruh tanah air.
c. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Iptek Berwawasan Lingkungan

Untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan


iptek,
kebijaksanaan
yang
ditempuh
adalah
membudayakan serta memasyarakatkan nilai-nilai
iptek berwawasan lingkungan sejak dini,
baik
di lingkungan sekolah dengan memasukkannya pada
mata
ajaran mulai pendidikan dasar maupun
di luar sekolah pada keluarga dan
masyarakat, melalui media cetak, media elektronik,
media tradisional, dan sarana lain yang sesuai. Selain
itu, masyarakat
terutama anak, remaja, dan
pemuda didorong untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara aktif dan kreatif dalam rangka mengembangkan bakat dan kemampuannya semaksimal
mungkin.
Upaya peningkatan wawasan dan kemampuan
iptek,
dilakukan pula dengan meningkatkan
pendidikan
dan
pelatihan
untuk
mendorong
47

peningkatan jumlah dan kualitas sumber daya


manusia iptek, terutama tenaga yang berkualitas
dalam bidang keilmuan dan keteknikan, serta
memperluas dan memacu peningkatan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengatasi
ketinggalan
iptek. Dalam bahan pendidikan
dan
pelatihan
di
bidang
iptek
diciptakan
keseimbangan yang dinamis antara ilmu eksakta dan
ilmu
sosial serta humaniora sesuai dengan
kebutuhan, serta cara
mengelola iptek sehingga
dapat dicapai inovasi, efisiensi, dan produktivitas.
Kebijaksanaan berikutnya adalah mendorong para
ilmuwan untuk berprestasi, serta meningkatkan
kegiatan penelitian

dan pengembangan dari para pelaku iptek di semua


bidang ilmu
agar sumber daya manusia iptek
yang telah ada dapat terus mengembangkan dirinya
sesuai dengan perkembangan iptek.
d. Pengembangan Pranata

Pengembangan pranata termasuk kelembagaan


yang menunjang peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dilakukan dengan meningkatkan koordinasi
dan kerja sama antara berbagai sektor/lembaga, baik
antarlembaga
pemerintah,
antara
Pemerintah
dan masyarakat, maupun antarmasyarakat, yang
ditunjang dengan mekanisme keterpaduan yang tepat.
Hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan keserasian
dan keterpaduan antarberbagai kebijaksanaan dan
program yang berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas
sumber
daya
manusia,
terutama
kebijaksanaan pembangunan
ekonomi, sosial,
politik, dan budaya.
Selanjutnya, pengembangan pranata dilakukan
dengan mendorong masyarakat, baik individu,
kelompok,
badan
usaha
maupun
organisasi
kemasyarakatan
serta
lembaga
kemasyarakatan
lainnya,
untuk berperan serta dalam
peningkatan kualitas sumber daya
manusia bagi
kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Jenis
kegiatan pendidikan masyarakat dapat dilakukan oleh
berbagai
pihak, baik Pemerintah maupun
masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan dan
lembaga kemasyarakatan lainnya yang berlatar
belakang keagamaan, yang mempunyai tradisi
menyelenggarakan pendidikan, yang juga berperan
cukup strategis dalam
peningkatan kualitas
sumber
daya
manusia.
Peran
pemimpin
48

informal,
peran
koperasi
dan
organisasi
kemasyarakatan serta
lembaga kemasyarakatan
lainnya, sebagai suatu dinamika baru dan merupakan
potensi di dalam masyarakat, ditingkatkan dalam
pelaksanaan program peningkatan kualitas hidup
manusia, sesuai dengan bidang perhatian utamanya.
Kebijaksanaan berikutnya adalah mendorong
badan usaha,
baik milik swasta maupun
Pemerintah untuk berperan serta dalam peningkatan
mutu dan pemerataan pendidikan, kesehatan,
dan

pelayanan sosial, serta peningkatan kualitas tenaga


kerja, baik
dalam pelaksanaan kegiatannya
secara
langsung
maupun
dalam
penyediaan
prasarana dan sarana, termasuk sarana olahraga.
Dengan demikian, pihak swasta menjadi mitra
Pemerintah yang senantiasa mendorong potensi yang
ada di luar Pemerintah. Di samping itu, dilakukan
penataan
kelembagaan
yang
terkait
dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik
melalui peningkatan maupun perluasan fungsi dan
perannya; serta penataan data
dan informasi,
termasuk pengembangan sistem informasi guna
mendukung perumusan kebijaksanaan yang efektif
dan efisien, mendukung evaluasi peran serta
masyarakat, serta pengenalan akan ketahanan
nasional.
Pengembangan pranata dilakukan pula dengan
menciptakan
iklim yang mendukung upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta
memberikan
perlindungan
hukum,
dengan
merumuskan dan menetapkan perangkat hukum
yang mendukung, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus, seperti peraturan
bagi
penyandang cacat, usia lanjut, serta tenaga kerja
wanita dan
usia muda untuk menumbuhkan
prakarsa, kreativitas, dan produktivitasnya.
V.

PROGRAM PEMBANGUNAN

Sebagai
pelaksanaan
operasional
dari
kebijaksanaan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, disusun berbagai program
yang
dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, maupun oleh
masyarakat termasuk dunia usaha, organisasi
49

kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan


lainnya. Program
tersebut
meliputi
program
peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
ekonomi; di bidang kesejahteraan rakyat, pendidikan
dan kebudayaan; di bidang agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa; di bidang iptek; di
bidang hukum; di bidang politik, aparatur negara,
penerangan, komunikasi dan media massa; serta di
bidang
pertahanan dan keamanan; yang secara
rinci terdapat dalam
program masing-masing
sektor. Program yang bersifat lintas

sektoral, antara lain adalah program pengembangan


kelembagaan
dan manajemen sumber daya
manusia, serta program
pengembangan
sistem informasi sumber daya manusia, bertujuan
untuk mengembangkan mekanisme keterpaduan
kebijaksanaan dan program.

50

Anda mungkin juga menyukai