Anda di halaman 1dari 23

Ritual Pesugihan Berkedok Seks di Gunung

Kemukus
Feb 15, 2013Muhammad Abduh Tuasikal, MScAqidah10 Komentar

Benar kata Syaikh Muhammad At Tamimi bahwa kesyirikan di masa kini lebih parah dari kesyirikan di masa
silam. Jika di masa dulu, yang dijadikan perantara agar mendapatkan rizki adalah orang-orang baik (para nabi,
para malaikat dan orang sholih). Namun saat ini, yang dijadikan perantara untuk dapat berkah adalah dari ahli
maksiat. Lihat saja bagaimana orang ngalap berkah dengan mengikuti jejak Pangeran Samudro yang
menzinai ibu kandungnya sendiri. Kisahnya terjadi di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Akhirnya saat
ini muncullah pesugihan, yang konon harus melakukan hubungan intim dengan pasangannya sendiri, bisa pula
dengan pasangan yang disewa (PSK).

Sudah menjadi cerita umum, ada ritual mencari pesugihan semacam babi ngepet dan lainnya dilakukan orang
di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Untuk mendapatkan pesugihan itu, konon harus berhubungan seks
dengan pasangan tidak sah.
Ritual mesum ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang mencari jalan pintas untuk menjadi kaya. Di
gunung ini, ratusan warga dari berbagai wilayah di Jawa terutama datang berduyun-duyun ke Gunung
Kemukus ini. Mereka bertujuan untuk mencari pasangan melakukan ritual pesugihan itu. Bagaimana
sebenarnya ritual ini bisa menjadi semacam tata cara dan menjadi semacam tradisi yang sesat?
Tempat ritual ini berada di Gunung Kemukus tepatnya terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang,
Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Kota Solo. Gunung Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks
karena di tempat ini orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani laku
ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan berhasil.
Dalam suatu aturan yang tidak resmi diwajibkan bahwa setiap peziarah harus berziarah ke makam Pangeran
Samudro sebanyak 7 kali yang biasanya dilakukan pada malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon atau pada harihari dan bulan yang diyakhini baik, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan suami atau
istrinya. Tapi jika ingin membawa pasangan sendiri pun tidak jadi masalah.
Acara ritual seks di Gunung Kemukus ini ada yang menganggap hanya sebuah legenda rakyat daerah. Zaman
dulu dikisahkan tentang seorang Pangeran dari Kerajaan Majapahit yang bernama Pangeran Samudro
bangsawan ini berasal dari kerajaan Majapahit tapi ada juga yang menyebutnya berasal dari zaman Kerajaan
Pajang.
Menurut cerita, Pangeran Samudro ini jatuh cinta kepada ibunya sendiri yaitu Dewi Ontrowulan. Ayahanda
Pangeran Samudro yang mengetahui hubungan anak-ibu tersebut menjadi murka dan kemudian mengusir
Pangeran Samudro.
Setelah diusir oleh ayahnya inilah Pangeran Samudro melakukan perjalanan hingga akhirnya sampai ke
Gunung Kemukus, tak lama kemudian sang ibunda menyusul anaknya ke Gunung Kemukus untuk melepaskan
kerinduan.
Singkat cerita, ibu dan anak yang tengah dilanda asmara ini melepas kerinduan setelah sekian lama tidak
bertemu. Namun, sebelum sempat ibu dan anak ini melalukan hubungan intim, penduduk sekitar memergoki
mereka berdua yang kemudian merajamnya secara beramai-ramai hingga keduanya meninggal dunia.

Keduanya kemudian dikubur dalam satu liang lahat di gunung itu juga. Menurut cerita lainnya, sebelum
menghembuskan nafasnya yang terakhir Pangeran Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan yaitu kepada
siapa saja yang dapat melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan terkabul
semua permintaannya.
Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku , itulah yang menebus
dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk apapun. Begitulah isi sumpah yang dilontarkan Pangeran
Samudro sebelum akhirnya wafat.
Dari cerita legenda tentang Pangeran Samudro ini lah ritual di Gunung Kemukus seolah menjadi ajang pesta
seks untuk meminta kekayaan. Jika berhasil, kedua pasangan yang bukan sah sebagai suami istri ini harus
bertemu kembali untuk melakukan selamatan dan syukuran di Gunung Kemukus itu kembali.
Jika ingkar, maka kedua pasangan yang telah berjanji di makam Pangeran Samudro ini, akan jatuh miskin
kembali. Bahkan, menurut mitos dan kepercayaan warga mereka atau titisan kedua pasangan yang melakukan
ritual mesum berdua itu akan mengalami celaka. (Diambil dari Merdeka.com)

Wallahul mustaan, ini jadi bukti bagaimana parahnya ritual ngalap berkah saat ini dibanding di masa silam
karena yang dijadikan ajang ngalap berkah adalah dari pelaku maksiat, bukan orang-orang sholih seperti di
masa silam.
Sisi lain yang membuktikan bahwa kesyirikan orang musyrik masa dulu masih lebih mending daripada masa
sekarang dapat dilihat dari perkataan Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Qowaidul Arba ketika
menyebutkan kaedah keempat,




:
.

.]56: [

Kesyirikan di zaman kita betul-betul lebih parah daripada kesyirikan pada zaman dulu. Karena orang-orang
musyrik dahulu berbuat syirik di saat lapang, sedangkan mereka mengikhlaskan ibadah kepada Allah ketika
dalam kondisi sempit. Namun, orang-orang musyrik saat ini berbuat syirik di sepanjang waktu, baik ketika
lapang maupun sempit. Dalil hal ini adalah firman Allah taala (yang artinya), Maka apabila mereka naik
kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan-Nya. (QS. Al
Ankabut [29] :65)

Begini
ritual
Gunung Kemukus

seks

di

19/11/2014By ken-maesain BERITA,NASIONALTags: GUNUNG KEMUKUS, RITUAL SEKS, RITUAL SEKS GUNUNG
KEMUKUS,VIDEO GUNUNG KEMUKUS, VIDEO SEKSTINGGALKAN KOMENTAR

Video yang mengungkap ritual seks di Gunung Kemukus beredar di Youtube. Ritual
seks dilakukan oleh para peziarah demi mendapatkan keberuntungan dan pesugihan
(cepat kaya). Selama ini, Gunung Kemukus biasa dikenal dengan gunung seks.

Adalah Patrick Abboud, jurnalis asing dari program Dateline SBS Australia, yang
membuat kisah ritual aneh di Gunung Kemukus. Menurut Abboud yang
dikutip Kompas.com dari Daily Mail, setiap 35 hari, seseorang harus berhubungan seks
selama tujuh kali agar ritual itu berhasil.
Ini kisah yang aneh. Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang
hal itu dan melihat ke sana. Butuh beberapa saat untuk sampai ke sana, kata Abboud.
Dia menggambarkan ritual itu sebagai kejadian yang luar biasa mengejutkan. Ia pun
menunjukkan foto-foto orang sebelum melakukan ritual seks di Gunung Kemukus.
Berdasarkan penelusurannya, ritual seks di Gunung Kemukus berawal dari kisah
seorang pangeran muda yang memiliki hubungan asmara dengan ibu tirinya pada abad
ke-16. Keduanya bercinta di puncak Gunung Kemukus, kemudian tertangkap basah, lalu
dibunuh dan dikubur di sana.
Kini, puncak gunung itu dijadikan tempat suci bagi mereka yang ingin mendapatkan
kemakmuran dan kemajuan hidup. Tempat ritual ini berada di Gunung Kemukus
tepatnya terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30
km sebelah utara Kota Solo.
Ritualnya dimulai dengan berdoa dan memberikan persembahan. Lalu mereka
membasuh tubuhnya di air suci yang ada di lokasi tersebut. Setelah itu, saatnya
bercinta. Anehnya, jika orang yang berhubungan seks mengeluarkan duit untuk
membayar pasangannya, maka ritual tidak akan bekerja. Artinya keberuntungan tidak
akan datang.
Mereka yang melakukan ritual seks mulai dari pria beristri, ibu rumah tangga, pejabat,
hingga pekerja seks komersial (PSK). Bahkan, lokasi itu kerap dijadikan tempat
prostitusi.
Tempat itu kini begitu populer sehingga menarik wisatawan lokal. Ironisnya,
pemerintah setempat menarik pungutan kepada mereka yang memasuki kawasan
tersebut.
Pertanyaan lalu muncul. Dari mana kita tahu ritual seks ini akan berhasil? Apakah
dengan berhubungan seks dengan orang asing di gunung ini maka rejekimu langsung
bertambah?

Terlepas dari pro dan kontra akan ritual ini, silahkan nilai sendiri dengan melihat video
perjalanan jurnalis asal SBS Dateline yang meliput ritual seks di Gunung Kemukus.
Ini sebuah kontradiksi. Pemerintah mengetahui perzinahan yang terjadi, tetapi
mengabarkan sesuatu yang berbeda dan menutup mata, kata Abboud dikutip Daily
Mail.
Menurut dia, pemerintah dan tokoh agama setempat terkesan membiarkan prostitusi
berkedok ritual di Gunung Kemukus. Selain bertolak belakang dengan ajaran agama,
aktivitas tersebut juga rawan penyebaran penyakit kelamin.
Bagi warga Jawa Tengah, khususnya Soloraya, Gunung Kemukus bukan tempat yang asing di
telinga. Namun, kini media Australia, SBS, membuat sebuah tayangan liputan mendalam
mengejutkan mengenai ritual seks gunung yang kerap dijalani warga Jawa di Gunung Kemukus,
Sragen.
Jurnalis Australia, Patrick Abboud, dalam laporannya yang disiarkan acara Dateline Stasiun
TV SBS, berhasil mengungkap kehidupan yang luar biasa di atas gunung. Dia mengatakan para
peziarah kerap melakukan pesta seks terselubung.

Abboud mengatakan ritual aneh yang dijalankan yakni peziarah harus melakukan hubungan seks
tujuh kali dengan orang asing berturut-turut setiap Jumat Kliwon.
Ini cerita yang cukup aneh. Beberapa tahun yang lalu saya membaca sebuah artikel tentang hal itu
dan ingin mempelajari lebih dalam, butuh beberapa saat untuk sampai ke sana, katanya
dikutipSolopos.com dari Dailymail, Rabu (19/11/2014).
Dailymail sendiri memuat artikel tentang ritual seks ini dengan judulWelcome Sex Mountain, Remote
Religious Site: People Sex Strangers Bring Good Fortune (Selamat Datang di Gunung Seks, Situs
Religi Terpencil: Bercinta dengan Orang Asing Membawa Keberuntungan).
Yang lebih mengejutkan betapa banyak ribuan orang, bahkan mencapai hingga 8.000 pada malam
sibuk menggelar pesta seks berbarengan, kata Abboud. Sulit untuk memahami itu, setelah berada
di sana, butuh beberapa pekan untuk mencernanya.
Ritual kuno ini berasal dari abad ke-16 dan merupakan pertemuan rutin orang yang mempercayai
ritual seksual di tempat itu akan membawa keberuntungan. Dari pria yang sudah menikah, ibu
rumah tangga, pejabat pemerintah, hingga pelacur, ikut melakukan pesta seks.

Dia bercerita jika ritual itu diawali saat seorang pangeran muda berselingkuh dengan selir atau ibu
tirinya. Dari sana, mereka mengasingkan diri ke gunung dan melakukan hubungan seks. Ada
sebuah tempat suci di sana. Jika mempercayainya maka akan membawa keberuntungan, ujarnya.
Abboud menyebut itu merupakan ritual asli orang Jawa dan tidak terkait dengan agama apa pun
yang berkembang di Indonesia, termasuk Islam.
Kata Peneliti UGM
Kendati menurut pengajar di Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeparno, yang telah meneliti
ritual tersebut selama 30 tahun, mengakui hal itu merupakan paradoks dan perbuatan hipokrit.
Sebab, sehari-hari para peziarah ini tetap beribadah.
Selain itu, di dekat tempat ritual tersebut, juga berdiri sebuah masjid. Namun, di samping tempat
ibadah, justru terjadi perselingkuhan.
Agama Islam melarang perbuatan itu. Tetapi, mereka tetap melakukan hal tersebut, karena hanya
keuntungan yang dilihat, sehingga pondasi agamanya ditinggalkan, kata Koentjoro yang turut
dimintai komentarnya oleh Abboud.
Koentjoro turut menyoroti tumbuh suburnya aksi prostitusi di Gunung Kemukus tiap ritual tersebut
tiba. Bagi para peziarah yang tidak bisa melakukan hubungan intim dengan sesama peziarah
lainnya mereka bisa menggunakan jasa para pekerja seks itu.
Abboud mengatakan pemerintah setempat mengetahui adanya ritual tersebut. Sebab, ada petugas
khusus yang diminta untuk mengawasi ritual itu. Menurut petugas yang ditemui Abboud, ritual seks
tidak diwajibkan oleh si juru kunci.
Itu hanya maunya orang itu sendiri. Para peziarah kan seharusnya kalau datang kemari harus
dengan hati dan tubuh yang bersih, kata petugas penjaga Gunung Kemukus.
Saking ramainya para peziarah, pemerintah setempat kemudian mengenakan biaya sebesar
Rp10.000 untuk sekali berkunjung.

GUNUNG KEMUKUS, GUNUNG KESYIRIKAN DAN GUNUNG SEKS

2
8

JUN

Rate This

A
B
:
Wah
A
:
B : Gedubraaakkk!!!
Ada
apa

mau
Ke

Mau

ikut

mendaki

bangetke
gunung

dgn

gunung

gunung

Gunung

gak?

mana?
Kemukus.
Kemukus?

Yang orang Sragen atau sekitarnya pasti tahu ada apa di Gunung itu
Gunung Kemukus adalah salah satu tempat sumber kesyirikan terbesar di negara ini, selain itu juga
tempat
ziarah
paling
mesum
di
seluruh
Indonesia.
Lho koq bisa ziarah kubur sambil berzina (bahkan dianjurkan berzina dengan aman dan
dilindungi)???
Namanya
juga
Indonesia,
semua
ada
di
Indonesia.
Apa

itu

gunung

Kemukus?

(berita

dari

mbah

Google)

Kalau kamu mau sukses dan kaya secara instan, datanglah ke Gunung Kemukus. Kalau kamu ke

Gunung Kawi, salah satu anak, keponakan, cucu, atau cucu keponakan, akan terlahir idiot. Kalau
kamu memelihara tuyul, dan tuyul itu tertangkap, lalu salah satu tangannya dipaku, maka
tanganmulah yang akan luka ditembus paku. Kalau kamu datang ke Jimbung, dan memelihara
bulus, maka kulitmu akan belang-belang putih yang terus meluas. Ketika belang itu menyatu, maka
kamu akan mati dan menjadi bulus. Kalau kamu jadi babi ngepet, dan tertangkap, akan langsung
dibunuh orang. Paling aman memang ke Kemukus. Tidak ada resiko, tidak ada tumbal
Demikian sebuah nasihat orang tua kepada seseorang yang ingin sukses tanpa resiko, bahkan bisa
dibilang mudah dan nikmat. Lho koq nikmat? Ya, karena kita hanya diminta berziarah ke makam
pangeran Samudro dan mandi di sendang Ontrowulan, lalu melakukan hubungan seks dengan
seorang yang bukan muhrimmu di alam terbuka. Baik laki-laki maupun perempuan. Dan hanya
diperlukan 7 kali kehadiran di sana.
Itulah
mengapa
banyak
orang
yang
datang
ke
Gunung
Kemukus:
mandi
di
Sendang
Ontrowulan,
nyekar
ke
makam
Pangeran
Samodra,
mendapatkan
seorang
pasangan
selingkuh,
bayar
sewa
kamar
(
Rp
10.000,- untuk short time), dan ngamar berdua. Mereka yang percaya melakukan ritual ini
tujuh
kali
berturut-turut,
tiap
malam
Jumat
Pon,
dan
konon
keinginan
mereka
akan
terkabulkan:
misalnya
naik
pangkat,
atau
kaya
raya
mendadak.
Banyak
yang
percaya
hal
ini,
terutama
dari
dari
daerah
Jawa
Barat:
Sunda,
Cirebon
dan
Jawa
bagian
utara:
Pati,
Jepara,
Kudus.
Penduduk
sekitar
sendiri
tak
ada
yang
cari
pesugihan
di
situ.
Konon
karena
kami
sudah
mendapat
pengayoman
dari
Pangeran
Samodra, jadi sudah tidak dapat lagi jatah pesugihan.
Tiap
dan

malam Jumat Pon,


muram,
tiba-tiba

Gunung
berubah

Kemukus
menjadi

yang pada hari-hari biasa sepi


hingar
bingar
seperti
gadis

perawan
yang
bersolek.
Lampu-lampu
gemerlapan,
sehingga
jika
dilihat
dari
jauh
nampak
seperti
sebuah
bukit
yang
bercahaya.
Segala
jenis
hiburan
ada
di
sana
:
siter,
tukang
ngamen,
tukang
sulap,
bakul
jamu,
bakul
obat,
dan
tidak
ketinggalan
kupu-kupu
malam
dengan
pakaian
warna
menyolok
dan
parfum
murahan.
Tarif
mereka
rata-rata
Rp 50,000,- itu untuk yang cukup muda dan bagus, untuk yang tua dan
gembrot bisa jauh lebih murah dari itu.
Tempat
yang
paling
sakral
di
Gunung
Kemukus
adalah
makam
Pangeran
Samodra
yang
terletak
tepat
di
puncak
gunung,
atau
tepatnya
hanya
sebuah
bukit.
Makam
tersebut
berada
di
dalam
sebuah
bangsal
yang
cukup
luas
sehingga
orang-orang
yang
kelelahan
bisa
duduk
dan
istirahat
di
dalamnya.
Tepat
di
dalam
ruang
makam,
ruang
yang
dianggap
paling
suci,
orang
menabur
bunga
dan
menciumi
batu
nisan.
Seorang
perantara
akan
mendengarkan
permohonan
peziarah
dan
menyampaikannya
kepada
Sang
Pangeran,
dan
mereka
akan
berharap
bahwa

keinginan
mereka
akan
terkabulkan.
Di
luar
bangsal
banyak
pria
dan
wanita
yang
mencari
pasangan.
Mereka
bisa
saja
PSK atau
wanita
baikbaik
yang
sengaja
datang
ke
Gunung
Kemukus
untuk
mencari
persugihan.
Tepat
di
belakang
bangsal
berdiri
sebatang
pohon
beringin
tua
yang
sangat
besar.
Tempat
tersebut
gelap
dan
kotor.
Tapi
di
bawah
pohon
tersebut
sering
dijumpai
pasangan
pria-wanita
yang
sedang
bercinta,
meski
banyak
kamar
yang
disewakan
secara
murah.
Mungkin
ada
yang
percaya
bahwa
pohon
tersebut
bertuah,
jadi
lebih
afdol
kalau
gituannya dilakukan di bawah pohon tersebut.
Saya (penulis artikel ini) pernah ketemu seorang kakek, dan kami ngobrol hingga subuh di
dalam
bangsal.
Dia
bercerita
bahwa
dia
datang
ke
Gunung
Kemukus
sejak
sekitar
tahun
70-an,
ketika
dia
masih
anak
muda.
Anehnya,
dia
belum
kaya-kaya
juga
sampai
sekarang.
Lebih
aneh
lagi,
dia
masih
setia juga datang ke Gunung Kemukus.
Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan
Sumberlawang,
Kabupaten
Sragen,
Jawa
Tengah.
Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar 29 km di sebelah utara kota
Solo. Dari Sragen sekitar 34 km ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Dari kota Sragen dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan
Sragen Pungkruk/Sidoharjo Tanon Sumberlawang/Gemolong Gunung Kemukus.
Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama 30 menit, melewati jalan Solo
Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi
Waduk Kedung Ombo.
Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas
permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran
Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu,
Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen.
Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen.

Sejarah
Ritual
Gunung Kemukus
ADD GOOGLE PLUS

HALAMAN

Arkwork

Books

Cara-Cara

Cerita-Cerita

DAFTAR ISI

HAL MENARIK LAINNYA

Kata-Kata

Kumpulan Dongeng

Music

Penulis dan Pengarang Cerita

Perihal

PHOTOS

TEMPEL LINK TEMAN

VIDEOS

WORDPRESS
KATEGORI

TOP POST

Mengenal Unsur-unsur dalam Cerita Rakyat


KISAH SUUL KHATIMAH ANAK RAKUS DEMI HARTA WARISAN
Cara Download Aplikasi Berbayar Jadi Gratis di Play Store
Sejarah Ritual Seks Gunung Kemukus
SEJARAH BAMBAPUANG
Download Aplikasi Scrapebox full version

Seks

Trick Telkomsel SNC 500 Terbaru di bulan September 2014

RECENT POST

10 Metode Mengajar Kurikulum 2013


Pemandian Unik Ala Jepang
Cerita Rakyat Timun Emas
Kisah Pangeran Gumansalangi Bertabiat Buruk
Tokoh Aesop
KISAH SUUL KHATIMAH ANAK RAKUS DEMI HARTA WARISAN
CERITA LUCU BBM NAIK

TAG

android

aplikasi

keren Artikel

bebas buat

Humor Indonesiainspirasi

nusantara download gambar


kah kamu Tips

email

cerita

kurikulum Musicramadhan speed

fablecerita

Story tahu

dan trick tutorialunik dan menarik

Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem,


Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Solo. Untuk mencapai
daerah ini tidak terlalu susah, dari Solo kita bisa naik bis jurusan Purwodadi dan turun di Belawan
Gunung Kemukus menjadi seperti sebuah pulau tetapi pada waktu musim kemarau air akan surut
dan praktis kita tidak memerlukan lagi jasa penyeberangan. Di Gunung Kemukus inilah terletak
sebuah makam yang dikeramatkan banyak orang yaitu makam Pangeran Samudro, sehingga
peziarah berdatangan ke tempat ini untuk memohon berkah/keberhasilan.
Sebenarnya ada banyak maksud orang datang ke tempat ini, mencari pesugihan (kekayaan),
memohon jodoh, mohon agar naik pangkat/mendapatkan pekerjaaan, menikmati seks bebas dan
sebagainya, dahulu sewaktu masih ada undian nasional berhadiah (KSOB, PORKAS, TSSB, SDSB)
orang berdatangan meminta angka-angka ramalan. Menurut Humas Kabupaten Sragen, wilayah ini
mulai tahun 1983 dikelola oleh Dinas Pariwisata Sragen, setelah sebelumnya dibawah pengelolaan
Dinas Pendapatan Daerah. Gunung Kemukus identik sebagai kawasan wisata seks karena di
tempat ini orang bisa sesuka hati mengkonsumsi seks bebas dengan alasan untuk menjalani laku

ritual ziarahnya, itulah syarat kalau mereka ingin kaya dan berhasil. Dalam suatu aturan yang tak
resmi disyaratkan bahwa setiap peziarah harus berziarah ke makam Pangeran Samudro sebanyak
7 kali yang biasanya dilakukan pada malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon atau pada hari-hari dan
bulan yang diyakhini baik, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan suami atau
istrinya

(mereka

boleh

membawa

pasangannya

sendiri atau mungkin bertemu di sana), pada hari yang terakhir kedatangannya/yang ke 7 kalinya,
peziarah harus melakukan slametan (semacam syukuran dengan menyembelih ayam atau kambing)
yang dipimpin oleh juru kunci untuk mensyukuri penggenapan laku ziarahnya itu dan memohon
berkah

agar

keinginannya

berhasil.

Pertama kali pengunjung yang bermaksud berziarah datang biasanya mereka harus menemui juru
kunci, kepada juru kunci mereka menceritakan apa maksud kedatangannya, setelah itu masuk ke
dalam beranda makam dan menaburkan kembang telon/bunga tiga macam sambil memohon agar
terkabul

permintaannya.

Syarat

laku

yang

kemudian dilakukan adalah tradisi bersetubuh dengan pasangan yang bukan suami atau istrinya
dan mereka sengaja tidak tidur semalam dengan menggelar tikar di bawah pohon di sekitar makam
bersama pasangannya itu.
Mitos Kemukus dipercayai oleh para kapitalis cilik jawa sebagai media untuk memacu spritit kapital
mereka secara maksimal. Lahirnya kemantapan diri (self fulling prophecy) untuk meraih kesuksesan
berusaha, menjadi peneguh kaum kapitalis cilik untuk merealisasikan harapannya. Dalam
perkembangan Kemukus telah berubah menjadi pasar, terjadi pertemuan antara supplier dan
pembeli maupun broker (perantara), dalam wujud penziarah, PSK dan pemerintah itu sendiri.

Fenomena ritus Kemukus, merupakan wujud dari apa yang disebut oleh Wiliam James, sebagai
pragmatisme agama. Hal tersebut tampak sekali karena karakter pragmatisme, tampak terjadi dalam
ritus tersebut. Fenomena pragmatisme dijelaskan oleh Wiliam James, sebagai berikut
The moment pragmatism asks this question, it sees the answer: True ideas are those that we can
assimilate, validate, corroborate and verify. False ideas are those that we can not. That is the
practical difference it makes to us to have true ideas; that, therefore, is the meaning of truth, for it is
all that truth is known as.

James, sebagai psikolog, mengakui bahwa kehidupan manusia tidak hanya hal empirik saja, namun
juga ada dimensi mentalitas-sakral. Dimensi ini, dipandang memegang peranan sebagai parameter
pemahaman apa yang disebut oleh manusia sebagai kebenaran. Seperti penjelasanya
The importance to human life of having true beliefs about matters of fact is a thing too notorious. We
live in a world of realities that can be infinitely useful or infinitely harmful. Ideas that tell us which of
them to expect count as the true ideas in all this primary sphere of verification, and the pursuit of
such ideas is a primary human duty. The possession of truth, so far from being here an end in itself,
is only a preliminary means toward other vital satisfactions. If I am lost in the woods and starved,
and find what looks I like a cow path, it is of the utmost importance that I should think of a human
habitation at the end of it, for if I do so and follow it, I save myself. The true thought is useful here
because the house which is its object is useful. The practical value of true ideas is thus primarily
derived from the practical importance of their objects to us. Their objects are, indeed, not important
at all times. I may on another occasion have no use for the house; and then my idea of it, however
verifiable, will be practically irrelevant, and had better remain latent. Yet since almost any object may
some day become temporarily important, the advantage of having a general stock of extra truths, of
ideas that shall be true of merely possible situations, is obvious. We store such extra truths away in
our memories, and with the overflow we our books of reference. Whenever such an extra truth
becomes practically relevant to one of our emergencies, it passes from cold storage to do work in
the world and our belief in it grows active. You can say of it then either that it is useful because it is
true or that it is true because it is useful. Both these phrases mean exactly the same thing, namely
that here is an idea that gets fulfilled and can be verified. True is the name for whatever idea starts
the verification process, useful is the name for its completed function in experience. True ideas
would never have been singled out as such, would never have acquired a class-name, least of all a
name suggesting value, unless they had been useful from the outset in this way.
Secara sederhana William James, menekankan bahwa perasaan kebenaran diuraikan secara
sederhana, yakni : The true, to put it briefly, is only the expedient in, the way of our thinking, just as
the right is only the expedient in the way of our behaving.
Selanjutnya, dalam dataran fenomena, ditemukan hubungan yang erat antara ritus dengan kuatnya
spirit mencari harta. Hubungan ini seakan-akan memiliki signifikasi tinggi dengan keuntungan
setelah melakukan ritual. Menilik hal tersebut, Webber dalam The ethic of Protestant and Spirit
capitalism menjelaskan adanya hubungan yang erat antara kesadaran manusia terhadap
menguatkan kesadaran akan capital. Ritus Kemukus, dipandang memiliki pemicu yang kuat
terhadap penguatan harapan-harapan capital para Bakul Jawa di dalam upaya meraih spirit
capital yang mereka miliki
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi pasrtisipan dan wawancara.
Observasi partisipan dilakukan dengan cara mengamati prosesi ritual dari setiap individu dan terlibat

dalam prosesi ritual yang dilaksanakan oleh para penziarah,. Wawancara dilakukan dengan
berbagai individu yang berhubungan dengan tujuan penelitian termasuk guru kunci makam.
Penelitian ini mencoba menerapkan metode grounded research. Penelitian ini hanya mendasarkan
pada data yang diperoleh dan atas itulah dibangun hipotesis atau teori. Data yang diperoleh akan
dikonfirmasikan (cross checking) di antara subjek penelitian, data primer dan data sekunder. Lalu
kemudian dianalisis melalui interpretasi kualitatif. Sementara analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode verstehen.

MASYARAKAT GUNUNG KEMUKUS


Kemukus bagi orang Jawa merupakan tempat dimana seseorang mencari pesugihan dengan suatu
ritual unik, yakni seks. Sungguhpun demikian, ritual seks yang ada di Kemukus bukanlah sesuatu
yang ada begitu saja dalam rangkaian ritus para pencari pesugihan, namun kehadirannya telah
menjadikan Kemukus sebagai tujuan para pesugih untuk ngalap berkah yang banyak dikunjungi
orang, terumata pada tiap malam Jumat Pon.
Keunikan ritus tersebut telah banyak mengundang para peneliti untuk mengkaji secara seksama
realitas sebenarnya dibalik semua gejala budaya tersebut. Berbagai pendekatan telah dilakukan
untuk mengkajinya seperti antropologi, religi, politik dan ekonomi. Tujuan kajian mereka, pada
umumnya ingin mengkaji motif terdalam mengapa ritus seks tersebut menjadi bagian dari
prosesi pesugihan di Kemukus.
Ritus atau laku khusus berkenaan dengan suatu prosesi sakral di dalam budaya Timur memegang
arti penting terhadap kehidupan manusia. Masyarakat Timur memandang jika ritus merupakan laku
yang

melekat

dalam

kesadaran

makro-mikro

manusia.

Sehingga

jika

manusia

tidak

melaksanakannya, maka akan terjadi bencana bagi dirinya. Karena konstruksi masyarakat Timur,
memiliki kesadaran makrocosmis yang komprehensif.
Terlepas dari konstruk mitos atau legenda yang menghidupkan Kemukus, kini Kemukus telah
menjelma menjadi pasar, karena semua potensi ekonomi bertemu pada ritus Kemukus. Jadi, di
ruang Kemukus telah terbentuk pasar tempat bertemunya pada para pemilik modal yang ikut
memperebutkan ruang Kemukus sebagai arena pergumulan kepentingan dan modal.
Kehadiran Kemukus, khususnya bagi Desa Pendem merupakan asset lokal yang sangat potensial
menghasilkan kapital. Transaksi kapital dalam semalam yang terjadi pada pasar Kemukus, disadari
oleh pemeerintah Desa mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap PAD mereka. Transaksi tersebut
dapat terjadi pada berbagai sektor ekonomi, seperti retribusi, biaya sewa kamar, biaya parkir dan
sumbangan para peziarah terhadap para kuncen, juga retribusi dari warung-waring serta para
pedagang kaki lima.

Bagi ilmu politik, situasi tersebut menujukkan gejala subcentral authorities yakni adanya otoritas
pengelolaan atas desentralisasi aset ekonomi yang dimiliki oleh pemerintah lokal.
Kemukus oleh Pemda Sragen telah ditetapkan sebagai tujuan wisata. Oleh karena itu, pengelolaan
Kemukus diberikan kepada tiga lembaga, yakni Kelurahan, Dinas Pariwisata dan Kepolisian. Dalam
kamus, ditemukan pengertian Tourisma sebagai berikut:
Tourism is travel for predominantly recreational or leisure purposes or the provision of services to
support this leisure travel. The World Tourism Organization defines tourists as people who travel to
and stay in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for
leisure, business and other purposes not related to the exercise of an activity remunerated from
within the place visited. Tourism has become a popular global leisure activity. In 2006, there were
over 842 million international tourist arrivals. Tourism is vital for many countries, due to the income
generated by the consumption of goods and services by tourists, the taxes levied on businesses in
the tourism industry, and the opportunity for employment in the service industries associated with
tourism. These service industries include transportation services such as cruise ships and taxis,
accommodation such as hotels, restaurants, bars, and entertainment venues, and other hospitality
industry services such as spas and resorts
Tourisma telah menjadi paradigma baru di dalam pendekatan Developmentalism. Lahirnya tourisma
tidak sekedar berangkat dari logika kesejahteraan rakyat, namun lebih sebagai perwujudan dari
logika kapitalistik terhadap pengeloaan ekosistem atau ruang hidup manusia. Meskipun demikian
juga tourisma tidak akan mencapai prestasinya apabila masyarakat tidak sejahtera.
Hubungan timbal balik antara logika kapital dan tingkat kesejahteraan rakyat menjadi konstruksi
epistemologis dibalik manajemen tourisma oleh negara maupun swasta. Kenyataan tersebut akan
tampak pada pengelolaan pasar Kemukus oleh tiga pihak yang berkepentingan secara kapital, yakni
negara, swasta dan pribumi.
Tiga pihak yang dipandang sebagai penentu roda pasar di Kemukus, dicurigai memiliki satu karakter
relasional, apakah simbiosis mutualistik, simbiosis komensialitik ataukah simbiosis parasitivistik.
Melalui pendekatan tiga karakter patronase tersebut kajian ini dilakukan. Kajian ini merupakan salah
satu cuplikan analisis dari penelitian bersama yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti Mahasiswa
Program Studi Sosiologi Agama sejak bulan Desember 2007- Januari 2008. adapun tema utama
yang diungkapkan oleh Tim Peneliti Prodi SA itu adalah Spirit Kapital di Balik Ritus Seks di
Kemukus dengan pendekatan pada sisi sosiologi agama, sedangkan kajian ini diarahkan pada
konstelasi politik diantara pemerintah, pihak swasta dan pribumi. Walaupun demikian, penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota Tim Prodi SA atas bantuan data untuk
kebutuhan penulisan karya ini, karena beberapa data yang ditemukan oleh Tim tersebut, juga
dimanfaatkan oleh penulis untuk kebutuhan analisis.

Masyarakat Kemukus selalu mengkondisikan daerah wisata Kemukus sebagai tempat mencari rizki
saja, termasuk aktivitas penginapan dan prostitusi. Tradisi ritual yang lebih banyak pengunjung
adalah perayaan adat pada setiap tanggal 1 syuro. Pada kesempatan tersebut masyarakat
melaksanakan dua kegiatan, yakni bersih desa sehabis musim panen dan Cuci kelambu
Ritual pesugihan paling rame dilakukan pada setiap 40 hari, yakni malam Jumat Pon. Pada malam
tersebut, hampir ribuan manusia berada di Kemukus. Mereka datang dari berbagai pelosok tampat,
seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatra, hingga Madura. Tujuan mereka adalah satu, yakni
berburu pesugihan.
Jika diamati secara prosesi, sebenarnya ritus Kemukus tidaklah beda dengan di beberapa tempat
pesugihan, yakni menemui juru kunci, mandi bersuci, berdoa di makam, tirakat, dan kemudian
menjelang pagi hari, mereka pulang. Tetapi yang menarik dari rentetan ritus tersebut, yakni adanya
keyakinan jika ingin hajatnya cepat terkabul harus melaksanakan ritual seks dengan pasangan yang
baru bertemu di lokasi. Untuk kebutuhan tersebut tersebar berbagai mitos yang menguatkan jika
ritus Seks menjadi salah satu bagian yang tidak boleh dilewatkan.
Mitos tersebut akhirnya terus melekat pada ritual Kemukus. Meskipun ada sebagian peziarah tidak
percaya dengan ritus demikian. Termasuk beberapa juru kunci pun menyatakan bahwa mereka
tidak pernah menganjurkan kepada penziarah melakukan ritus seks sebagai prasyarat terkabulnya
hajat mereka. Namun pada kenyataanya ritus seks teleh menggejala secara terbuka di Kemukus.
Dalam perkembangannya, daerah Gunung Kemukus telah menjelma menjadi kompleks prostitusi.
Banyak para pendatang, khususnya para penanam modal mendirikan bedeng-bedeng berupa
bangunan semi permanen yang menyediakan jasa kamar dan makanan sekedarnya. Jika diamati
bisnis ini semakin menjamur, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya warung-warung kumuh berdiri
di dalam wilayah Kemukus.
Biasanya para pemilik warung berasal dari luar daerah, mereka berprofesi juga sebagian Germo,
yakni penyedia kamar plus wanita-wanitanya. Sementara para pribuminya, sebagian besar bertani
dan menyewakan lahan kosongnya kepada para pendatang untuk mendirikan warung atau kamarkamar. Harga sewa tiap lapak kira-kira 2 juta pertahun, sedangkan biaya sewa tiap kamar per sekali
pake adalah Rp. 20.000, (maksimal 30 menit) untuk tarif hari Jumat Pon, sementara untuk tarif di
luar hari itu, harganya antara Rp. 5- 10.000
Kondisi kamar, sebenarnya sulit disebut sebagai kamar ideal, karena ruangnnya hanya 2,5 m X 1
meter, tidak ada ventilasinya. Di dalamnya hanya diberi selapis karus lepek yang tergelak lantai.
Tiap warung biasanya memiliki rata-rata 4 kamar. Jika dalam kondisi Jumat Pon, mereka dapat
meraup keuntungan hingga 1 juta per malam. Hal ini dikarenakan banyak orang antri membutuhkan.

Selanjutnya, tidaklah sulit untuk mendapatkan pasangan, karena ketika para peziarah pertama kali
datang kemudian menuju Cungkup, pasti akan melewati satu-satunya akses jalan, yang berukuran 5
meter terbentang dari bawah hingga ke atas. Biasanya para penzarah yang sedang mencari atau
menunggu pasangan, mereka berjajar duduk sepanjang jalan tersebut. Mereka men-display wajah
dan dandangan mereka sendiri secara terang-terangan. Dengan demikian tidak dipungkiri jika jalan
ibarat catwalk tempat mendisplay supplyer dan customer secara terbuka.
Tua muda, molek kurus, hingga nenek-nenek dan kakek-kakek pun dapat bertemu di jalan tesebut.
Tentu, banyak pria yang mengincar wanita molek, namun bukan berarti yang separu baya pun tidak
ada yang mengincar. Terbukti sepanjang pengamatan, ditemukan seseorang wanita paruh baya
pun, ketika ditanya, ia mengaku telah 3 kali masuk kamar. Dan ketika didesak siapa yang
mengajaknya,

ia

juga

mengatakan

kebanyakan

pria

seusiannya,

tetapi

kadang-kadang

diajak ngamar oleh pria seusia anaknya.


Demikian juga, suatu kali ditemukan seorang pria berusiah 70 tahun, yang sudah 7 tahun
berkunjung ke Kemukus, menunjukkan gejala maniak seks. Menurut pengakuannya, dalam
semalam ia baru merasa puas jika sudah berhubungan dengan 4 wanita yang berbeda, baik usia
maupun bentuk tubuhnya. Ia mengaku jika keinginannya tersebut merupakan tuntutan dari ritual
pesugihan di Kemukus. Keyakinan tersebut semakin kuat karena selama ini ia telah melakukan 5
kali nazar karena keinginan untuk kaya telah terpenuhi selepas jiarah di Kemukuks ini. Kakek ini
tergolong berhasil karena sekarang di desanya, ia memiliki sawah berhektar-hektar. Jadi untuk
kebutuhan ritual tersebut, tak heran ia menyediakan dana 1 juta untuk kebutuhan ritus seks
tersebut. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari tarif yang dipasang oleh para wanita atau pria. Tarif
minimal adalah Rp. 50.000 sekali kencan. Itupun dapat berubah tergantung kesepakatan bersama.
Pernah ditemui, tarif tertinggi sampai Rp. 500.000 dipatok oleh seorang wanita muda.
Dari survey yang dilakukan, tampaknya semua penziarah berharap dapat melakukan ritus seks
tersebut. Selain sebagai upaya melengkapi ritual pesugihan yang mereka lakukanm juga sebagai
upaya mencari ongkos untuk pulang.
banyaknya pengunjung yang datang, membawa berkah tersendiri bagi para pedagang kaki lima,
pengojek, penyedia jasa parkir, pedagang makanan dan juga pedagang jamu. Apalagi bagi pedang
aksesoris ritual, seperti kembang, menyan dan botol kosong untuk mengisi air suci dari sendang
selalu mendapatkan keuntungan besar. Pendapatkan pedagang bunga sendiri rata-rata pada hari
Jumat Pon mampu menembus pendapatan 1 juta rupiah, Ini merupakan pendapatan yang luar biasa
bagi seorang pedagang bunga rampe sejenisnya jika dibandingkan dengan pedagang di tempat lain.
Bagi pihak pemerintah, pendapatkan diperoleh dari retribusi masuk yang dipatok harga Rp. 7.500
perorang dan retribusi bagi pada pedagang kaki lima yang membuka lapak di dalam wilayah
Kemukus. Jadi, tidak heran jika PAD Dusun Pendem bisa menembus milyaran rupiah pertahunnya.

Ini merupakan PAD tertinggi yang diperoleh Pemda Sragen jika dibandingkan dengan daerah wisata
lainnya, seperti Sangiran.
Untuk menemukan peran negara dalam pasar Kemukus, dapat ditelusuri dari dari prespektif
tourisma. Dalam perspektif tourisma, jenis-jenis bisnis tour dibagi ke dalam beberapa bentuk, yakni
1. Pilgrimage atau wisata rohani. Di Eropa jenis ini sangat banyak ditemukan. Beberapa negara
menjadikan objek wisata mereka sebagai tujuan keagamaan, seperti Lourdes atau Knock di
Ireland, juga Graceland dan kuburan Jim Morrison di Pre Lachaise,atau Istana Vatikan di
Roma.
2. Health tourism atau wisata kesehatan. Jenis wisata ini tidak hanya berkunjung ke tempattempat yang indah semata, tetapi juga bertujuan untuk berobat atau menyembuhkan diri.
Tempat-tempat yang sering dituju untuk wisata kesehatan ini seperti pemandian air panas /spa
di kaki-kaki pegunungan
3. Leisure travel atau perjalanan untuk bersantai
4. Jenis wisata ini menekan pada objek-objek wisata yang memiliki potensi untuk berjalan-jalan
santai, seperti susana asri pemandangan laut, perladangan ataupun sungai-sungai yang indah
dan menyegarkan.
5. Winter tourism atau wisata winter. Wisata jenis ini khusus diperuntukan pada bulan-bulan
winter yang menawarkan paket-paket outdoor yang menyenangkan. Seperti skiing, berkemah
ataupun olahraga yang menantang di alam terbuka.
6. Terakhir, disebut Mass tourism atau wisata rakyat. Massa tourism atau wisata rakyat adalah
jenis wisata yang memadukan semua unsur wisata berada pada satu tempat, sehingga
banyak orang berkunjung pada satu waktu untuk kebutuhan wisata, seperti Disney Land, dan
lain-lainnya.
Lalu, Wisata Kemukus dapat dimasukan ke dalam jenis apa? Jika melihat aktivitas utamanya, tentu
tidak dapat dimasukan ke dalam wisata rohani, meskipun di Kemukus terdapat serangkaian ritual.
Jika melihat aktivitas utama di Kemukus, resort ini lebih tepat disebut sebagai tujuan wisata seks.
Kemukus dipelihara karena daerah Kemukus telah menjadi resort mitis yang banyak dituju oleh para
pencari pesugihan, juga menjagi resort sex yang menggiurkan bagi para petualang sex. Perpaduan
antara dua entitas tersebut telah menguatkan posisi Kemukus sebagai tempat yang patut dilindungi.
Oleh karena itu memang sulit untuk memasukan wisata Kemukus sebagai sex tourism, mengingat
definisi dari sex tourisma sebagai berikut:

Sex tourism is travel to engage in sexual intercourse or sexual activity with prostitutes, and is
typically undertaken internationally by tourists from wealthier countries. The World Tourism
Organization, a specialized agency of the United Nations, defines sex tourism as trips organized

from within the tourism sector, or from outside this sector but using its structures and networks, with
the primary purpose of effecting a commercial sexual relationship by the tourist with residents at the
destination.
Sungguhpun sulit mengkategorikan pada jenis apa jenis wisata Kemukus, toh, Kemukus tetap
dianggap sebagai penghasil PAD tertinggi bagi PEMDA Sragen. Inilah yang menurut Bailey (1999)
menjadikan Kemukus sebagai aset potensial pemerintah lokal. Maka tak heran jika pemerintah
daerah ikut melibatkan diri dalam bisnis ini. Hal tersebut dapat diamati dari pemberian status kepada
Kemukus sebagai tujuan wisata dan beberapa fasilitas disediakan untuk keperluan tersebut, seperti
penyediakan ruang keamanan yang dimanfaatkan oleh Pam Swakarsa sebagai pos jaga. Selain itu
juga mensupply tenaga-tenaga kesehatan setiap bulannya untuk memeriksa kesehatan para PSK.
Diperkirakan dalam malam Jumat Pon terdapat ratusan PSK beroperasi di Kemukus, baik yang
terdaftar maupun musiman. Memang sulit untuk membedakan mana PSK mana pengunjung, karena
aktivitas mereka juga menunjukkan gejala yang sama yakni berupaya mencari teman kencan.
Meskipun demikian, sebenarnya dari tampilan fisik mapun perilaku mereka di lapangan, dapat
dibedakan. Jika PSK biasanya berpakaian seronok, serta secara profesional dan agresif mencari
teman kencannya, sementara para penziarah dalam berpakaian lebih sopan bahkan ada yang
berjilbab dan berpeci dan tidak agresif di dalam mencari teman kencan.
Aktivitas Ekonomi di Kemukus
Aktivitas ekonomi penduduk Kawasan Kemukus baru berputar pada siang hari. Khusus bagi
penduduk setempat, mereka pada umumnya petani dan pedagang keliling. Sedangkan, para
pendatang yang menetap, pada umumnya berjualan baik warung ataupun penyedia jasa-jasa PSK.
Seperti ungkap Pak Lurah:
Mata pencaharian penduduk disana selain sebagai wiraswasta, penduduk juga berjualan,
menyewakan kamar, nelayan dan ada juga yang bercocok tanam atau bertani dan lain-lain. Akan
tetapi kalau pendatang mayoritas berdagang, namun yang bercocok tanam adalah penduduk asli
gunung kemukus. Namun dari semua pekerjaan yang ada disitu yang lebih potensial adalah
pertanian, kalau berdagang itu cuma sampingan saja. Demi berkembangnya desa kami pemerintah
setempat selalu memberikan pembenaan seperti penyuluhan, pembinaan kesehatan yang diadakan
tiap bulan sekali, pemeriksaan itu sudah termasuk semuanya baik dari cek darah, sampai kebidang
lain seperti diberikan pengarahan, mencegah demam berdarah, kesehatan disitu yang jelas sudah
komplit! Terus pembinaan secara khusus dari kabupaten, puskesmas dan desa adalah lebih
ditekankan pada posyandu, dan juga disini terdapat berbagai macam organisasi seperti organisasi
sosisal, termasuk karang taruna, Gertak ataupun Pam Swakarsa yang dikelola kepolisian, juga ada
arisan rutin, ibu-ibu PKK sampai sekarang masih dikerjakan, bakti sosisal kemasyarakatan
menyangkut masyarakat kami mulai dari tingkat RT, kadus maupun desa selalu mengadakan
kegiatan-kegiatang yang bersifat sosial.

Mata pencaharian penduduk gunung kemukus adalah bertani, pertukangan dan bedagang.
Penduduk asli lebih banyak melakukan aktivitasnya dengan memanfaatkan sumber daya alam
sekitar, yakni bercocok tanam ataupun mencari ikan ketika musim hujan tiba. Namun ketika musim
kemarau tiba, sebagian penduduk asli ada juga yang menjual bunga dan air sendang kepada
peziarah. Pendatang lebih banyak melakukan aktivitas ekonominya dengan berwiraswasta, yakni
membuka warung dan penginapan serta penitipan kendaraan, menyewakan kamar serta
menyewakan tanah kepada para mucikari. Seperti ungkap Pak Lurah lagi :
Masyarakat kami mengondisikan daerah wisata yang ada, jadi istilahnya masyarakat kami di sana
itu taunya ya mencari hasil terus masalah-masalah orang ziaroh yang jelas disana memang ada
penginapan-penginapan yang sifatnya kayak itu ya, itu adalah ya tidak lepas dari segi untuk mencari
penghasilan semisal ada orang Bandung, orang Kediri, Jombang, Jawa Timur yang kasarnya gitu,
yang ziaroh kesitu banyak yang bermalam disana, orang-orang disitu banyak menyediakan
makanan yakni makanan yang biasa dikonsumsi untuk dimakan sehari-hari, yang mungkin untuk
dua hari tiga hari juga mereka menyewakan tempat yang untuk itu ya istilahnya jual jasa jadi dia bisa
bermalam disitu, masalah lain-lain ada yang pernah kayak itu ada yang tidak, kita kan sudah tau
permasalahan itu tapi yang jelas taunya orang yang bermalam disitu bagi saya atas nama
pemerintah desa adalah dia peziarah, peziarah dengan bermalam disitu, saya tidak menghendaki
atau tidak mengatakan bahwa disitu adalah untuk ngarami untuk perselingkuhan atau prostitusi.
Bagi saya atas nama pemerintah desa tidak mengatakan itu, melainkan kamar-kamar yang ada
adalah tempat untuk bermalam untuk tempat istirahat bagi peziarah yang rumahnya jauh sperti
orang Jawa Barat, Jakarta, Bandung Jawa Timur Pati Rembang karena ziarah disitu bermacammacam, mungkin ke sendang dulu baru mandi entah di sendang sana maupun disendang situ, baru
kita ziarah. Namun kadang-kadang banyak yang disalah gunakan atau salah persepsi karena
mungkin tadi dari sana istilahnya bersama nanti kita ketemu disitu jodoh nah saya sendiri kok tidak
melihat ya mungkin menurut keyakinan pribadi.
Adanya ritual ataupun peziarah yang datang ke kemukus, sebagaimana data yang diberikan Dinas
Pariwisata mulai terjadi sekitar tahun 1960, yang sampai sekitar tahun 1977 kepengurusannya
dipegang oleh desa. Pada tahun 1977 sampai 1980 dipegang oleh Dinas Pendapatan Daerah dan
pada tahun 1982 tanggung jawab pengelolaan gunung Kemukus diserahkan kepada Dinas
Pariwisata sampai sekarang. Dana yang diperoleh dari tiket masuk tiap bulannya mencapai 13-16
juta rupiah, dengan PAD yang harus diserahkan pada Kabupaten Sragen sebesar 170 juta rupiah
pertahun dan 10% dari PAD tersebut dialokasikan pada desa untuk membenahi infrastruktur yang
ada di desa Pendem. Hal tersebut sebagaimana juga yang dikatakan oleh Lurah Desa Pendem. Hal
tersebut juga dibenarkan oleh Darwiji, salah seorang warga :
Kamar-kamar yang disewakan seadanya, dan kebanyakan berupa biliki-bilik yang terbuat dari papan
berukuran 2 meter. Entah saya juga tidak bisa membayangkan apakah kamar segitu bisa bernafas.

Untuk harga kamar setahu saya tergantung pada situasi dan kondisi, dengan tarif rata-rata 25 ribu
permalam dan biasanya per-rumah ada 5 kamar, mungkin sepuluh ribu bisa saja diterima ketika
dalam keadaan sepi, tapi saya tidak tau pasti karena saya orangnya suka cuek dan tidak pernah
nanya sampai sedalam itu. Saya sebagai bu RT disini hanya ikut membantu memecahkan dan
menyelesaikan ketika ada permasalahan yang terjadi disini, misalnya seperti cekcok atau bentrok
antara tetangga satu dengan tetangga yang lain yang disebabkan oleh omongan-omngan kecil yang
kemudian di besar-besarkanya, yaa seperti layaknya orang hidup bertetangga di tempat-tempat lain
lah. Dan itu sudah biasa terjadi mengingat karakter dari orang-orang yang berbeda-beda dan
cenderung keras, kalau sudah kemauanya pasti pengennya selalu dipaksakan. Sampai terkadang
kami kewalahan ketika mengajak mereka untuk berdamai, ketika permasalahan itu tidak bisa kami
atasi maka kami serahkan pada pihak yang lebih tinggi bahkan bisa sampai polsek apabila
permasalahan itu sudah mencapai taraf yang besar, sampai mengeluarkan darah atau kriminal.
Yang saya tahu kebanyakan dari pendatang yang menetap, hasil kerjanya disini dibawa pulang ke
kampung halamannya masing-masing. Dari cerita mereka yang dulunya rumahnya terbuat dari
papan, tau-tau ketika kita berkunjung kesana rumah mereka sudah terbuat dari tembok dan
berkaramik juga. Ya saya tau itu karena saya sering kali diundang oleh warga pendatang yang
sudah menetap, ketika ada hajatan di kampung mereka. Bahkan sampai ke Tuban pun saya jalanin,
jadi semisal jagong 30 ribu bisa sampai 60 ribu sekalian sama ongkos ke sana (demi menghormati

undangan mereka).
Religiusitas Masyarakat Kemukus
Meskipun terkenal sebagai kawasan prostitusi, di daerah Kemukus terdapat mushola dan aktivitas
keberagamaan. Penduduk setempat atau pendatang selalu memanfaatkan mushola tersebut untuk
beribadah. Sementara bagi penduduk setempat, keberadaan mushola dan takmirnya dimanfaatkan
bagi kegiatan keberagamaan seperti pengajian, sholat berjamaah dan Perayaan Hari Besar Islam
lainnya. Seperti pengakuan Bapak Imron, imam masjid setempat
Untuk jamaah kebanyakan berasal dari pendatang yang sudah menetap dan juga berasal dari para
peziarah, para peziarah yang datang kesini seperti yang mbak pantau dan nikmati adalah gejolak
dari warga atau keluarga yang berniat dengan syariat berziarah, untuk masalah ini dan itu
sebenarya seperti yang dikatakan oleh pemerintah untuk mengarahkan pada hal-hal yang yang

baik dari segi sejarahnya, tapi karena sudah sangat membudaya jadi rasanya sulit untuk mengikis
secara extrim ataupun secara total itukan sulit. Sehingga diharapkan dengan adanya tempat
peribadatan kita ini insya Allah sedikit demi sedikit akan memberikan masukan kepada pendatang
bahwa syarat-syarat seperti itu (ritual seks dan mandi disendang) tidak ada. Dan sebenarnya syarat
yang utama yang diinginkan disini bahwa arwah itu kita doakan sehingga secara psikologis
membawa pada peziarah itu menyadari. Hal-hal lain yang pernah dilakukan misalnya mengajak
PSK-PSK itu selalu ikut di setiap ada kegiatan seperti pada bulan besar umat Islam seperti Maulid
Nabi bisa diadakan kegiatan peringatan (mengadakan pengajian dengan dana yang ada dengan
mengundang Ustad) kegiatan itu biAsa dilakukan di Masjid al-Hidayah.
Pada awalnya sebelum tahun 2005 sebelum kita membangun Masjid ini, kita mengelola Masjid
pariwisata yang ada atas di depan makam, tapi karena volume dan kondisi disana tidak
memungkinkan untuk dijadikan tempat Ibadah, maka kita berinisiatif untuk membuat Masjid yang di
prakarsai oleh dinas pariwisata dan RT 02 (Pak Sadi) disekitar pintu masuk yang akan di pakai
untuk shalat Jumat dan sebagainya. Karena disini dinilai lebih kondusif dan volumenya bisa lebih
banyak.
Pejelasan imam masjid tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Ifah, salah satu peserta pengajian ibu-ibu
Dulu waktu pertama kali diadakan pengajian untuk ibu-ibu anggotanya hanya 12 orang, yang
kemudian pada akhirnya berkembang dan bertambah. Dari kumpul-kumpul itu kemudian ada
musyawarah kecil-kecilan yang bersepakat untuk diisi dengan barzenji, yasinan, dan sebagainnya.
Saya rasa tradisi tersebut ada dikarenakan anggotanya banyak yang berasal dari Jepara, Pati atau
daerah utara lainnya. Ya,, itu adalah salah satu usaha yang dilakukan warga setempat karena dilihat
tidak adanya kegiatan yang menunjang spiritual keagamaan mereka. Jadi ya sedikit demi sedikit
meskipun tidak semudah membalikkan telapak tangan kita tetap berusaha. Untuk masalah
keagamaan saya sendiri tidak bisa mengkatagorikan warga sini, bahkan saya sendiri tidak tau Islam
apa yang saya anut ini, tapi kalau saya boleh bilang sebagian besar warga sini Islamnya ya cuma
Islam KTP, sama seperti saya yng Islamnya juga Islam KTP.
Selain pengajian rutin yang diadakan tiap hari Senin, diwakti-waktu tertentu juga diadakan ketika
ada undangan hajatan, seperti kelahiran bayi, sunatan atau khitanan dan lain-lain, bahkan
terkadang kita juga di undang di acara pernikahan, apalagi di bulan-bulan baik seperti
bulan Ruwah, hampir tiap hari ada undangan, bahkan pernah juga dalam satu hari bisa tiga kali
sampai empat kali kit dapat undangan untuk acara hajatan dibulan baik. Pernah juga dua kali kita di
undang ke luar kemukus yakni daerah Salatiga karena ada anggota dari PKK yang melakukan
hajatan disana, untuk acara pernikahan yang ditujukan untuk penyambutan acara temu manten,
meski pertunjukan yang kami buat bisa dibilang tidak bagus tapi yang penting kita PD. Bu Joko
sendiri sebagai pimpinan pengajian al-Hidayah suaminya berada di Sukoharjo untuk bekerja, dan
pulangnya tiap satu minggu sekali.

Tokoh masyarakat yang ada di kemukus banyak sekali diantaranya seperti Pak Tri, Pak Bandi, Pak
Darsono dan lai-lain. Selain sebagai imam Masjid mereka juga sesekali mengisi atau memimpin
acara pengajian bapak-bapak yang dilaksanakan tiap satu minggu sekali di Masjid yakni pada
malam Jumat, tapi kalau misalkan malam Jumat ramai (peziarah) biasanya dialihkan ke malam
Sabtu. Biasanya pengajian tersebut diisi dengan kegiatan yasinan dan tahlilan bagi orang yang telah
mendahului kita.
Untuk tradisi itu ada memang beberapa orang yang tidak menyepakati, dan dulu pernah terjadi. Ya
tau sendirilah mbak dikemukus orang-orangnya itu komplit dari manapun dan bahkan dari tradisi
apapun ada. Tapi yang jelas mau tidak mau dari manapun asalnya, prinsipnya masyarakat disini,
pendatang ya harus mengikuti tradisi yang sudah ada, karena itu memang yang sudah sejak awal
diikuti oleh masyarakat kemukus. Jadi seperi dulu ketika ada tradisi Muhammadiyah yang masuk
misalnya, penduduk banyak yang protes karena koq berubha-ubah. Jadi pendatang dari manapun
memang harus mengikuti tradisi dimana ia berdiri.
Di bulan Ramadhan di tiap-tiap Musalla atau Masjid yang ada dikemukus itu berbeda-beda
kegiatannya, di Masjid dekat pintu masuk misalnya biasanya di bulan Ramadhan tiap minggu sekali
mengundang imam dari luar Kemukus untuk mengisi menjadi imam. Juru kunci sendiri tidak cawecawe (ikut) dalam kegiatan keagamaan masyarakat, karena juru kunci bukan berasal dari wilayah
Kemukus melainkan berasal dari daerah Barong, sehingga juru kunci murni hanya mengurusi
makam saja.
Mayoritas masyarakat Kemukus adalah beragama Islam. Dilihat dari ritual ibadah yang dilakukan,
seperti tradisi barjanji, tahlil dan yasin maka bisa dikategorikan sebagian besar masyarakat secara
idealisme lebih condong pada NU, dan itu merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat asli
sekitar Kemukus. Ada memang sebagian masyarakat terutama pendatang yang secara ideologi
adalah Muhamadiyah, tapi hal tersebut ternyata kurang diterima oleh sebagian besar masyarakat
sekitar karena takut akan menganggu ritualitas yang selama ini sudah berjalan. Namun dari observsi
yang penulis lakukan dan ditunjang dengan pernyataan dari Bapak dan Ibu RT, bahwa kebanyakan
penduduk terutama pendatang beragama Islam hanya secara formalitas saja ( Islam KTP).
Sebagaimana informasi yang kami dapatkan dari ketua RT 02 dan mbah Parjan selaku sesepuh
desa yang pertama kali mendirikan tempat ibadah di gunung Kemukus, sampai saat ini dilokasi
sudah tetrdapat 5 tempat ibadah yakni 2 masjid dan 3 surau. Tempat ibadah pertama kali didirikan
pada tahun 1982, yang berada di dekat sendang ontrowulan, yakni sebuah surau sederhana yang
berada tepat disebelah rumah mbah parjan. Surau yang lain berada di dekat tangga menuju makam
pangeran samudra dan surau yang berada paling barat. Sedangkan 2 masjid berada di dekat pintu
masuk (masjid yang dibangun dinas Pariwisata) dan masjid yang berada di dekat sendang
ontrowulan yang juga merupakan jerih payah dari mbah parjan bersama penduduk asli sekitar.

Kegiatan keagamaan yang ada yaitu TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) bagi anak-anak, pengajian
rutin untuk bapak-bapak yang dilaksanakan tiap malam jumat di masjid dengan membaca yasin dan
tahlil bagi orang-orang yang telah mendahului. Pengajian rutin biasanya dipindah harinya ketika
bertepatan dengan malam jumat kliwon atau malam jumat pon Sedangkan pengajian untuk ibu-ibu
dilakuakan tiap senin siang jam 13.00 secara door to door yakni dari rumah ke rumah. Pengajian
tersebut berisi barjanji yang diiringi oleh musik rebana, arisan dan pembacaan doa-doa. Selain itu
ada pula pengajian memperingati hari besar keagamaan seperti maulid ataupun as-syura yang
diikuti oleh bapak, ibu dan anak-anak.

Berkaitan dengan hal tersebut, ibu Darmi, salah satu

pengelola pengajian ibu-ibu mengatakan


Disini ada pengajian untuk ibu-ibu yang dilaksanakan tiap hari senin siang habis dzuhur. Pengajian
ini telah berjalan selama 5 tahun yang dipimpin oleh Bu Joko. Pengajian tersebut bersifat
anjangsana yang berisi arisan, baca Yasin, dan barzanji dan diiringi dengan musik rebana oleh ibuibu itu sendiri. Kita mengadakan latihan sendiri dan dengan peralatan sendiri. Kalau alat musik yang
ada didepan makam berupa alat musik karawitan (gamelan) itu milik Gertak (PAM SWAKARSA)
yang dibina oleh kepolisian, selain sebagai tim keamanan wilayah Kemukus. Karena dikemukus
sendiri sebelum dibentuk Gertak tersebut dulunya Kemukus adalah daerah yang rawan dengan
pencopetan, kerusuhan dan lain-lain sehingga di bentuklah Gertak untuk mengantisipasi.
Nama pengajiannya adalah pengajian Al-Hidayah, jadi pengajian tersebut lingkupnya 1 RW
digunung Kemukus yang terdiri dari 5 RT, kegiatan lain dibulan Ramadhan berjalan seperti pada
bulan-bulan yang lain, hanya saja sebagian masyarakat lebih rajin ke masjid untuk melaksanankan
shalat Taraweh, warga di RT 02 disini melakukan shalat Taraweh di Masjid yang berada didekat
pintu masuk gunung kemukus. Masjid itu baru berdiri sekitar 2 tahun yang lalu atas prakarsa Dinas
Pariwisata bersama penduduk warga RT 02, itu pun belum juga selesai karena lantainya belum
dikeramik dan masih berupa semen kasar.

Anda mungkin juga menyukai