Anda di halaman 1dari 86

Cerita Dewasa | Ngentot Dengan Pacarku dan Mamanya |

Didalam cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul "Masa kecil saya di
Palembang", saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama
pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah
berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya
sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan
saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita
porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.
Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh
wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak
seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana
Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield,
yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan
melakukan masturbasi beberapa kali.
Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi
kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu,
tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa
memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang
begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk
bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya
tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium
dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih
berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya
menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan
buah larangan yang penuh rahasia buat saya.
Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang
disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun
saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium
aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati
bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta
ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam
liang sanggamanya yang sudah banjir.
Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut
bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Ayu dengan
bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila
dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian
sayapun segera menyusul.
Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat

gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat
tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi
sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya
sendiri agak besar menurut penilaian saya. Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil
susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera
menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.
Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya
kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu
menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga
biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis
saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya
seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua
saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul dengan orgasmenya
sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya
lebih dalam kedalam sorga dunia.
Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara
maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering menggoda saya dengan menertawakan
"kulup" saya, dan setelah beberapa minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup
saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha
menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya
dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti
memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya
sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan
mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.
Kadang-kadang Ayu juga minta "main" walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha
mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya
perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja
kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak
begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan
saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani
saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.
Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang
telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh
tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya
sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun
dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama.
Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah
kerumah kontrakan mereka yang baru.
Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya
yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerangerang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata

sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, "Ibu main kancitan, iya..?" (kancitan =
ngentot, bahasa Palembang)
Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak
klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Efi datang
mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang
bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan
mata melotot.
"Hayo, ibu main kancitan," katanya lagi.
Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha
menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .
"Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini?" kata Ayu lemas.
"Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang
Johan," kata Efi tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu
tetapi juga heran melihat Ayu tenang-tenang saja.
"Efi juga mau kancitan," kata Efi tiba-tiba.
"E-eh, Efi masih kecil.." kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.
"Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah."
"Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk.
"Efi mau kancitan," Efi membandel. "Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah.."
"Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi." Ayu berkata.
Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu
menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut
saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang "main
kancitan" segala?
Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus
penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.
"Sini, biar Efi lihat." Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya
kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak,
saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul
bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.
Cerita Hot - Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi untuk membuka

baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat
tubuh Efi yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi
sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Ayu
kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan Efi yang sangat mulus, seperti
kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya
melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi merapatkan pahanya
dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan
pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan
membungkuk untuk mencium selangkangan Efi.
"Ibu, Efi malu ah.." kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.
"Ayo, Efi mau kancitan, ndak?" kata Ayu.
Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam.
"Uh, mambu pesing." Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya "keju" yang
keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Efi.
"Tunggu sebentar," kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil
mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai membuka pahanya makin
lebar.
Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai
mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Efi mulai
memerah karena digosok-gosok Ayu dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali
membongkok untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun
menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka
celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Efi-pun merenggangkan pahanya
semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas.
Bagian samping kemaluan Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya
dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.
Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya
dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat sambil mengerang, "Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli
nian ibuu.."
Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Efi
dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.
"Aduh, sakit bu..," Efi hampir menjerit.
"Johan, pelan-pelan masuknya." Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi.

Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan.


"Sakit, ibu."
Ayu bangkit kembali dan berkata,"Johan tunggu sebentar," lalu dia pergi keluar dari kamar.
Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut
didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di
clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai
lagi mendorong.
Cerita Panas - Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit.
Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Ayu yang longgar dan penis saya tidak
pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil
itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, "Aduuh..!"
Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Efi masih tetap
kesakitan.
Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia
mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi.
Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki
liang vagina Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Efi
meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak,
saya tidak tahu pasti.
Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya
pelan-pelan.
"Cabut dulu," kata Ayu tiba-tiba.
Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa melihat lobangnya yang
kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan
minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang
menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi. Aduh
nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa
menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan
Efi. Efi yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami
berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri.
Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia
diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Efi yang
menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi
yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.
Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Efi. Saya
merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu sudah terangsang lagi setelah melihat

saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya
dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis
saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali.
Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru
cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu
menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi
menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan
Ayu dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Ayu kentut
beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut,
dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut
Ayu. "Alangkah lemaknyoo..!" saya berteriak dalam hati.
"Ugh, ibu kentut," kata Efi tetapi Ayu hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang
sedang dicekik lehernya.
Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Efi. Ternyata dia masih belum cukup dewasa
untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya
belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Ayu terus menikmati indahnya
permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya
selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum
mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras
untuk melayani Ayu - See more at: http://www.unikz.up2det.com/2012/07/cerita-dewasangentot-dengan-pacarku.html#sthash.1gbW311L.dpuf

Cerita Sex Ngentot Dan Pijit Dengan Pembantu


Diposkan oleh cerita anu di 13.16

"Dari Cisompet, Bu" kata pembantu baru itu kepada isteriku ketika ditanya asalnya dari mana.
"Cisompet ? daerah mana tuh"
"Itu Bu" Garut terus ka kidul .. jauh". Dekat perkebunan teh" jelasnya lagi dengan wajah
memerah karena malu2 kali. Wajah yang biasa saja seperti wajah gadis desa lainnya, tapi Tini ini
punya kelebihan, kulitnya kuning langsat dan bersih, badannya sedikit agak gemuk.
"Pameumpeuk, maksud kamu" kataku nimbrung, ingat daerah pantai selatan Garut, yang ada
tempat peluncuran roket itu.
"Sebelumnya Pak. Tempat saya daerah pegunungan, kebun teh. Pameumpeuk mah cakeut pisan
ka laut"
"Berapa umur kamu"
"Bulan depan 21 tahun, Bu"
"Udah berkeluarga ?"
"Sudah Bu, tapi sekarang udah cerai"
"Punya anak ?"
"Satu Bu, laki2, umur 2 tahun"
"Dimana anaknya sekarang ?"
"Di kampung, ikut neneknya"
"Udah pernah kerja sebelumnya ?" tanya isteriku lagi.
"Pernah dua kali Bu". Di Jakarta"
"Kerja di mana ?"
"Pembantu juga bulan, trus pindah ke Swasta hanya sebulan
"Sebagai apa di swasta"
"Biasa Bu, buruh"
.
Singkatnya, setelah"wawancara rekrutmen" itu akhirnya isteriku menerima Tini sebagai

pembantu rumah tangga kami yang baru. Sebenarnya,"interview ? yang dilakukan oleh isteriku
kurang mendalam, setidaknya menurut text-book yang pernah kubaca. Tapi biarlah, toh hanya
PRT dan kami memang sangat membutuhkannya. Di hari pertama Tini bekerja, isteriku terpaksa
ambil cuti sehari untuk"memberi petunjuk" kepada pembantu baru ini.
.
Pembaca yang baik, dari sejak diterimanya Tini sebagai pembantu rumah tangga kami inilah
kisah nyataku berawal. Cerita ini memang sungguh2 saya alami sekitar setahun yang lalu.
Setelah aku dapat kiriman URL address Samzara lewat seorang mail-mate dan aku membaca
cerita2 serunya, aku terdorong untuk ikut berkisah tentang pengalamanku nyataku ini, walaupun
aku sebenarnya bukan penulis.
.
Kami suami isteri memang sama-sama bekerja sebagai karyawan, tapi beda perusahaan. Anak
kami orang. Si sulung, laki2, baru sebulan ini mulai kuliah dan kost di Jatinangor. Walaupun
kami juga tinggal di Bandung, tapi untuk menghemat waktu dan biaya transport dia kost di dekat
kampusnya. Nomor dua perempuan, SMU swasta kelas dua, masuk siang, dan si Bungsu lelaki,
masih SLTP negeri masuk pagi.
.
Walapun aku terkadang"jajan" kalau keadaan darurat, sebenarnya aku tak tertarik kepada Tini.
Selain karena dia pembantu, juga karena isteriku masih mantap dan mampu memuaskanku dalam
banyak hal, termasuk seks. Kenapa masih suka jajan ? Ya .. karena dalam keadaan darurat itu.
Tapi sekepepet gimanapun aku engga akan"makan" pembantu. Tak baik. Lagipula Tini, yang
menarik darinya sebagai wanita, hanya kulit tubuhnya yang langsat dan bersih.
.
Demikian juga setelah Tini sebulan kerja di rumahku. Sampai suatu saat, aku mulai lebih sering
memperhatikannya karena peristiwa yang akan kuceritakan ini.
.
Waktu itu aku tak masuk kantor sebab badanku tak enak. Seluruh badan pegal2, mulai dari
punggung, pinggang sampai kedua kaki. Mungkin ini cuma flu atau masuk angin, aku tak perlu
ke dokter. Tapi karena pegal2 tadi aku memutuskan untuk istirahat di rumah saja. Tiduran saja
sambil membaca.
.
"Oh" maaf Pak" saya kira Bapak ke kantor" seru Tini kaget. Dia masuk ke kamarku untuk
membersihkan seperti biasanya. Tini langsung menutup pintu kembali dan keluar.

"Engga apa2 bersihin aja"


"Bapak sakit ?" tanyanya
"Engga". Cuman pegel2 badan, kayanya masuk angin"
.
Tini mulai menyapu, kemudian mengepel. Ketika dia membungkuk-bungkuk ngepel lantai itulah
aku"terpaksa" melihat belahan dadanya dari leher T-shirt nya. Kesan pertama : bulat dan putih.
Wah" pemandangan menarik juga nih, pikirku. Tak ada salahnya kan menikmati pemandangan
ini. Bentuk buah dada itu semakin jelas ketika Tini mengepel lantai dekat tempat tidur. Belahan
dada itu menyiratkan"kebulatan" dan mantapnya ukuran bukit-bukit disampingnya. Dan lagi,
putihnya ampuun.
.
Walaupun aku mulai terrangsang menikmati guncangan sepasang"bola kembar besar itu, aku
segera menghilangkah pikiran-pikiran yang mulai menggoda. Ingat, dia pembantu rumah tangga
kamu.
"Kalo masuk angin" mau dikerokin Pak ?" Pertanyaan yang biasa sebenarnya, apalagi ekspresi
wajahnya wajar, polos, dan memang ingin membantu. Tini ternyata rajin bekerja, isteriku senang
karena dia tak perlu banyak perintah sudah bisa jalan sendiri. Jadi kalau dia bertanya seperti itu
memang dia ingin membantuku. Tapi aku sempat kaget atas tawarannya
itu, sebab lagi asyik memperhatikan belahan putihnya.
.
"Kerokin ? Bapak engga biasa kerokan. Punggung pegal2 begini sih biasanya dipijit" Memang
aku suka memanggil Mang Oyo, tukang pijat, tapi dia sedang
ada panggilan ke Cimahi. Besok lusa baru tukang pijit langgananku itu janji mau dateng.
"Oo .. tukang pijit yang ditelepon Ibu tadi ya" sahutnya. Tini rupanya memperhatikan isteriku
menelepon."Dia kan baru dateng 2 hari lagi" lanjutnya sambil terus mengepel. Tini memang suka
ngobrol. Tak apalah sekali2 ngobrol ama pembantu, asal masih bisa menikmati guncangan bukit
kembarnya. Aku tak menjawab. Kini ada lagi"temuanku ?. Meski Tini agak gemuk, tapi
badannya berbentuk. Maksudku shaping line-nya dari atas lebar, turun ke pinggang menyempit,
terus turun lagi ke pinggul melebar. Seandainya tubuh Tini ini bisa di"re-engineering", dibentuk
kembali, tingginya ditambah sekitar 5 cm tapi tidak perlu tambahan"bahan baku", jadilah tubuh
ideal.
"Entar kalo kerjaan saya udah beres, Bapak mau saya pijitin ?" Hah ? berani bener dia menawari

majikan lakinya untuk dipijit ? Tapi kulihat wajahnya serius dan masih tetap polos. Jelas tak ada
maksud lain selain memang ingin membantu majikannya.
"Emang kamu bisa ?"
"Saya pernah kursus memijat, Pak"
"Boleh" hanya itu jawabanku. Sebenarnya aku ingin tanya lebih jauh tentang kursusnya itu, tapi
dia telah menyelesaikan pekerjaannya dan terus keluar kamar.
.
Tinggal aku yang menimbang-nimbang. Aku memang senang dipijit, baik oleh Mang Oyo
apalagi oleh wanita muda. Tapi gimana kalau isteriku tahu aku dipijit oleh Tini, aku belum tahu
reaksinya. Terima sajalah tawarannya ini, toh aku nanti bisa pesan sama dia untuk tak bilang ke
isteriku.
"Dipijat sekarang, Pak ?" tawarnya ketika ia membawa minuman yang kuminta. Kulihat baru
jam 12 siang.
"Kerjaan kamu udah beres ?"
"Belum sih, mau seterika tapi jemuran belum kering"
Aku juga ingin sekarang, tapi anakku yang sekolah siang belum berangkat. Tak enak kalau dia
tahu bapaknya dipijat oleh pembantu wanita muda.
"Entar aja. Sekitar jam 2? Pertimbanganku, pada jam itu anak kedua sudah ke sekolah, si Bungsu
sudah pulang sekolah dan main keluar rumah seperti biasanya, dan masih cukup waktu sebelum
isteriku pulang kantor pada pukul 5 sore.
.
Sekitar pukul 2 lewat seperempat, Tini mengetuk pintu kamarku.
"Masuk" Tini nongol di pintu.
"Bapak ada henbodi ?" Maksudnya tentu hand-body lotion.
"Cari aja disitu" kataku sambil menunjuk meja rias isteriku. Aku membalikkan tubuh, telungkup,
siap dipijat.
"Lepas aja kaosnya Pak, biar engga kena henbodi"
Celaka ! ketika aku melepas kaos, aku baru sadar bahwa aku dari pagi belum mandi dan masih
mengenakan"pakaian tidur" kebiasaanku : T-shirt dan singlet untuk atasnya, dan hanya sarung

sebagai penutup tubuh bawahku. Pakaian"kebesaran" ini memang kesukaanku, sebab


memudahkan kalau sewaktu-waktu aku ingin meniduri isteriku. Akupun menuntut isteriku untuk
berpakaian tidur khusus pula : gaun agak tipis model tank-top dan mini, tanpa apa-apa lagi di
dalamnya !
.
Jadi kalau aku akan berhubungan seks aku perlu stimulasi lebih dulu, maklum sudah belasan
tahun aku menikah. Stimulasi yang paling aku senangi dan bisa membuat penisku keras adalah
oral. Isteriku tinggal menyingkap sarung dan melahap isinya. Dan setelah kami siap tempur, aku
tak perlu direpotkan oleh pakaian isteriku. Aku tinggal"menembak" setelah menindih tubuhnya,
sebab biasanya baju tidur pendek nya itu akan tersingkap dengan sendirinya ketika aku menindih
dan menggeser-geserkan tubuhku"
.

.
Tini memang pintar memijat. Dengan hand-body lotion dia mengurut tubuhku mulai dari
pinggang sampai punggung begitu enak kurasakan. Dia tahu persis susunan otot2 di punggung.
Sepertinya dia sudah pengalaman memijat."Kamu pernah kursus pijat di mana ?" tanyaku
membuka percakapan.
.
"Ehhmm" di" di panti pijat Pak"
"Ha. Kamu pernah kerja di panti pijat ?"

"Iiyyyaa" Pak "


"Kok engga bilang"
"Takut engga diterima ama Ibu, Pak"
"Dimana dan berapa lama ?"
"Di panti pijat -, cuma sebulan kok. Tapi Bapak jangan bilang ke Ibu ya "
"Iya deh, asal kamu mau cerita semua pengalaman kamu kerja di panti pijat". Untuk sementara
aku menang, punya kartu as yang nanti akan berguna kalau aku harus bilang ke Tini, jangan
bilang ke Ibu ya"
"Sebelum kerja"kan ikut trening dulu seminggu Pak"
"Oh iya"
.
"Soalnya itu emang tempat pijat beneran" Aku tahu, panti pijat yang disebutnya itu terletak di
Jakarta Selatan dan memang panti pijat serius". Bukan seperti di Manggabesar misalnya, semua
panti pijat hanya kamuflase dari tempat pelayanan seks saja.
"Trus kenapa kamu hanya sebulan, gajinya lumayan kan, dibanding pembantu"
"Iya sih" cuman cape" Pak. Saya sehari paling tahan memijat 2 orang saja."
"Kerja memang cape"
"Tapi tangan saya jadi pegel banget Pak. Sehari saya memijat 5 - 6 orang. Penghasilan memang
gede tapi biaya juga gede. Mendingan pembantu aja, semua biaya ada yang nanggung, bisa
nabung"
"Kamu senang kerja di sini ?"
.
"Saya kerasan Pak, semuanya baik sih" Memang aku mengajarkan kepada anak-anakku untuk
bersikap baik kepada pembantu.
"Kamu mijit sekarang ini cape juga dong"
"Engga dong Pak, kan cuma sekali2"
"Kalau Bapak minta tiap hari ?"

.
"Engga baik Pak pijat setiap hari. Paling sering sekali seminggu"
Lalu hening lagi. Aku asyik menikmati pijatannya, masih di punggungku.
"Punggungnya udah Pak. Kakinya mau ?"
"Boleh" Kaki saja bolehlah, asal jangan ke atas, soalnya burungku sedang tak ada kurungannya.
Tini menyingkap sarungku sampai lutut, lalu mulai
memencet-mencet telapak kakiku.
.
"Aturan kaki dulu Pak, baru ke atas"
"Kenapa tadi engga begitu ?"
"Kan Bapak tadi minta punggung"
Lalu naik ke betis, kemudian mengurutnya dari pergelangan kaki sampai lutut, kaki kiri dulu
baru yang kanan.
"Apa aja yang diajarin waktu trening ?"
"Pengetahuan tentang otot2 tubuh, cara memijat dan mengurut, terus praktek memijat. Paling
engga enak prakteknya"
"Kenapa ?"
.
"Mijitin para senior, engga dibayar"
Kedua kakiku sudah selesai dipijatnya. Tiba2 Tini menyingkap sarungku lebih ke atas lagi dan
mulai memijat paha belakangku (aku masih telungkup). Nah,
ketika mengurut pahaku sampai pangkalnya, burungku mulai berreaksi, membesar. Aku yakin
Tini sudah tahu bahwa aku tak memakai CD. Meskipun sarung masih menutupi pantatku, tapi
dalam posisi begini, terbuka sampai pangkal paha, paling tidak"biji"ku akan terlihat. Tapi Tini
terlihat wajar-wajar saja, masih terus mengurut, tak terlihat kaget atas kenakalanku. Bahkan dia
sekarang memencet-mencet pantatku yang terbuka.
.

"Cuma itu pelajarannya ?" tanyaku asal saja, untuk mengatasi kakunya suasana. Tapi aku
mendapatkan jawaban yang mengejutkan.
"Ada lagi sebetulnya, cuman" malu ah bilangnya"
"Bilang aja, kenapa musti malu"
"Engga enak ah Pak"
"Ya udah, kamu cerita aja pengalaman kamu selama kerja mijat"
"Ahh" itu malu juga"
"Heee". Udah" cerita apa aja yang kamu mau"
"Kan tamu macem2 orangnya. Ada yang baik, yang nakal, ada yang kurang ajar"
"Trus ?"
.
"Kita diajarin cara mengatasi tamu yang ingin coba-coba"
"Coba2 gimana?"
"Coba itu" ah .. Bapak tahu deh maksud saya "
"Engga tahu" kataku pura-pura
"Itu" tamu yang udah tinggi". Emm" nafsunya" Wah menarik nih.
"Gimana caranya"
"Hmm" ah engga enak ah bilangnya" katanya sambil mengendurkan otot2 pantatku dengan
menekan dan mengguncangkan. Punyaku makin terjepit.
"Bilang aja"
"Dikocok aja"
.
"Ha"!"
"Kalo udah keluar, kan tensinya langsung turun"

"Kamu diajarin cara ngocoknya ?"


"Sebenernya bukan itu aja sih Pak, tapi diajarin cara
mengurut"itu .
.
"Wah .. kamu jadi pinter ngurut itu dong" Pantesan dia biasa2 saja melihat pria telanjang.
"Buat apa itu diurut" tanyaku lagi.
"Biar jalan darahnya lancar"." Maksudnya peredaran darah.
.

"Ya" biar sip, gitu. Ah Bapak ini kaya engga tahu aja. Sekarang depannya mau Pak ?"
Mau sih mau, cuman" malu dong ketahuan lagi tegang begini. Ketahuan sama pembantu lagi.
Apa boleh buat. Dengan acuhnya aku membalikkan badan. Jelas banget yang tegang itu di balik
sarungku. Punyaku memang besarnya sedang2 saja, tapi panjang. Kulihat Tini melirik sekilas
kepada punyaku itu, lalu mulai mengurut kakiku. Ekspresinya tak berubah. Biasa saja. Dia
memang udah biasa melihat"perangkat lelaki.
"Cerita lagi pengalaman kamu" kataku sambil menahan geli. Tangan Tini sudah sampai di
pahaku. Kedua belah telapak tangannya membentuk lingkaran yang pas di pahaku, lalu
digerakkan mulai dari atas lutut sampai

ke pangkal pahaku berulang-ulang. Terasa jelas beberapa kali jari2nya menyentuh pelirku yang
membuat penisku makin kencang tegangnya. Apalagi gerakan mengurut pahaku itu membuatnya
harus membungkuk sehingga aku bisa makin jelas melihat belahan dadanya dan sebagian buah
putihnya itu. Bahkan sampai guratan2 tipis kehijauan pembuluh darah pada buah dadanya
nampak. Aku harus berusaha keras menahan diri agar tak hilang kendali lalu menggumuli wanita
muda di depanku ini, menelanjanginya dan memasukkan penisku yang sudah tegang ke lubang
vaginanya. Walaupun udah high begini, aku tak akan memberikan air maniku kedalam vagina
pembantuku sendiri. Semacam pantanganlah. Lebih baik sama isteri atau cari di luaran. Ada
kawan kantor yang bersedia menerima penisku memasuki tubuhnya, kapan saja aku butuh.
Termasuk sedang mens, tentunya dengan teknik oral kalo bulannya lagi datang.
"Banyak susahnya dibanding senengnya, Pak"
"Ah masa"

"Iya. Makanya saya hanya tahan sebulan"


"Gimana sih engga enaknya"
"Banyak tamu yang dateng maunya"main, bukan pijit. Saya kan engga mau begituan. Lagian
udah jelas di situ kan engga boleh buat main"
"Kalo tamunya ngotot minta"

"Yaah .. dikocok aja, sambil " Aku tunggu dia tak meneruskan kalimatnya.
"Sambil apa"

"Kalo ada yang nekat, daripada bikin repot, saya kasih aja pegang2 tetek, tapi dari luar aja. Saya
engga kasih buka kancing"
"Pantesan kamu laris, ada bonusnya sih.."
"Engga semua tamu Pak, emangnya diobral. Hanya yang bandel aja. Biasanya sih kalo mulai
nakal pengin pegang2, trus saya tolak terus, dia bisa ngerti. Kalo udah keluar"kan langsung surut
nafsunya"

Paha kanan selesai diurut, kini pindah ke paha kiri. Mungkin karena posisinya, kayanya kali ini
pelirku lebih sering disentuh dan terusap. Baru aku menyadari, lengan Tini ditumbuhi bulu-bulu
halus. Aku makin tegang saja, penisku sudah tegang maksimum, siap untuk digunakan. Tapi aku
tetap bertahan untuk tak lepas kontrol.

Tiba2 muncul ide nakalku. Dengan menggerakkan pinggul dan kaki, aku diam2 menarik
sarungku seolah-olah tak sengaja sehingga kini seluruh batang kelaminku terbuka. Aku juga
pura2 tak tahu. Tapi dasar". Reaksi Tini tak seperti yang kuduga. Dia hanya sekilas melihat
kelaminku, lalu kembali asyik mengurut dan acuh. Dia sudah terlalu sering melihat kelamin
lelaki yang tegang".

"Setiap tamu kamu kocok"

"Engga dong, yang nakal iya, ada juga yang minta. Sebenarnya saya bukan ngocok, tapi
mengurut supaya darahnya lancar, tapi tamunya yang minta sekalian dikocok"

Ah" pengin juga punyaku diurut, supaya lancar. Terus dikocok, supaya segar"

"Kamu ngocoknya selalu sampai keluar"


"Iya dong Pak, kan supaya aman. Lagian cuman sebentar."
"Oh iya"
"Iya .. ada juga sih yang lama, tapi umumnya 2- 3 menit juga keluar. Malah ada yang udah
keluar duluan sebelum diurut, cuman kesentuh"
"Oh ..ya"

"Waktu saya ngerjain perutnya, kalau dianya udah tegang, sering kesentuh ama tangan saya. Eh
.. tahu2 jari saya kesiram"air hangat".
Oh iya .. terus gimana "Saya emang sedikit kaget, t
api pura2 engga tahu.

supaya dia engga kesinggung" Bijaksana juga dia.


"Yang lucu lagi, ada yang udah keluar sebelum disentuh"
"Ah masa"
"Anak muda. Setelah selesai pijit belakang, terus kan saya suruh balik badan buat pijit depan.
Dianya engga segera membalik. Trus saya minta ijin buat
minum sebentar. Waktu saya masuk lagi, dianya udah terlentang dan itunya ditutup pakai
handuk. Padahal tadi dia telanjang. Trus waktu saya ngurut paha kaya sekarang ini lho, terasa
basah2 di situ. Setelah dia pulang" spreinya basah. Dia udah keluar sewaktu telungkup"

Paha kanan dan kiriku sudah selesai diurut, pelir kanan dan kirikupun sudah beberapa kali
disentuh.
Terus, what next ?

Dengan"dingin"nya Tini menutupi kembali kelaminku dengan sarung, lalu.


"Sekarang atasnya, Pak"

Tini lebih mendekat, berdiri di samping kiri perutku dan mulai memijit bahuku, trus dadaku.
Bulu-bulu di lengannya makin jelas, lumayan panjang, halus, dan
berbaris rapi. Hali ini menambah rangsanganku. Kedua tanganku bebas. Kesempatan ini
kugunakan buat"tak sengaja" menyentuh pantatnya yang begitu menonjol ke belakang, dengan
tangan kiriku. Uh" padat banget
pantat si Tini.

Dia tak bereaksi. Tanganku makin nakal. Kali ini tak menyentuh lagi, tapi sudah meremas-remas
kedua bulatan di belakang tubuhnya itu.
Tini tak protes, tapi dengan amat sopan" dan lihai dia menghindari kenakalan tanganku sambil
terus memijit, seolah-olah tak sengaja menghindar. Benar2 dia"bijaksana". Akupun segera tahu
diri, dia tak suka diganggu oleh majikannya ini.

Begitu juga waktu dia memijat tanganku. Ketika mengurut di bagian lengan atas telapak
tanganku berada di wilayah dadanya. Aku lagi2"tak sengaja" menyentuh bukit kanannya". Uuuh
bukan main padat dada janda muda beranak satu ini. Tapi aku tak berani melanjutkan aksi
tanganku di dadanya. Ada rasa tak enak.

Kedua tangan selesai diurut. Tini menyibak sarung yang menutupi perutku, sehingga seolah-olah
makin mempertegas menjulangnya penisku. Dengan perlahan ia mengurut perutku.
"Kalau perut memang engga boleh kuat2" katanya. Memang, dia lebih mirip mengusap
dibanding mengurut. Hal ini makin menambah rangsanganku saja. Benar, dalam mengusap perut
Tini beberapa kali menyentuh penisku, tapi tak langsung, masih kehalangan dengan kain sarung.
Lebih nikmat kalau langsung".

"Selesai Pak" katanya begitu selesai mengurut perut.


Selesai ? Aku ingin dia mengurut penisku, seperti yang dilakukan kepada customernya.

"Engga sekalian " kataku setengah ragu dan dengan suara agak serak.
"Apa pak?"

"Punya Bapak diurut sekalian "


"Ah engga perlu Pak, punya Bapak masih bagus, masih sip .."
"Tahu dari mana kamu"

"Itu" tegangnya masih bagus" katanya. Anak ini benar2". Ekspresi wajahnya biasa2, polos wajar,
padahal bicara tentang suatu yang amat sensitif dan
rahasia. Dan". Kaget banget aku dibuatnya. Dia tiba2 menyingkap sarungku dan lalu .
Memegang batang penisku !
"Tuh kan" kerasnya juga masih bagus"
"Ah ..masa"

"Benar Pak, masih tok-cer"

Anak Cisompet ini benar2 mengagumkan, seperti sex-counselor aja. Apa yang dikatakannya
benar. Punyaku tak pernah ngambek bila ingin kugunakan.
"Engga apa2, biar tambah sip" aku masih belum menyerah ingin menikmati urutannya.
"Eehmm".. sebenarnya saya mau aja mengurut punya Bapak, cuman rasanya kok engga enak
sama Ibu"
Kan engga perlu bilang sama Ibu"

"Seolah saya mengganggu milik Ibu, engga enak kan" Ibu kan baik banget ama saya "
"Ah .. siapa bilang mengganggu, justru kamu membantu Ibu. Ini kan untuk kepuasan Ibu" Tini

termakan rayuanku. Dituangnya hand-body ke telapak tangan, lalu menyingkirkan sarungku, dan
mulai bekerja.

Pertama-tama, dioleskannya ke pahaku bagian dalam yang dekat-dekat kelamin, dan diurutnya.
Lalu urutan pindah ke kantung buah pelir dan bergerak keatas ke batangnya, dengan kedua
tangan bergantian. Ahhh
sedapnya Lalu dengan telunjuk dan ibu jari dipencetnya batang penisku mulai dari pangkal
sampai ke ujungnya. Demikian gerakannya bergantian antara mengurut dan memencet. Lalu
proses diulang lagi, mulai dengan
mengurut paha, biji pelir, batang, dan seterusnya sampai empat kali ulangan.

Begitu ulangan keempat selesai, dia lanjutkan dengan gerakan urut naik-turun. Kalo gerakan ini
sih lebih mirip mengocok tapi lebih perlahan" enak campur geli2" Pencet lagi dengan kedua jari,
lalu urut lagi, dilanjutkan mengocok pelan. Terkadang kocokannya diselingi dengan kecepatan
tinggi, tapi hanya beberapa kali kocokan terus pelan lagi. Kurasakan aku mulai mendaki".
Tangan Tini benar-benar lihai menstimulir kelaminku hingga mulai
meninggi" terus mendaki".. mungkin beberapa langkah lagi aku sampai di puncak. Tapi"..
"Udah Pak "

"Udah ..?" aku kecewa berhenti mendadak begini.


"Masih yahuud begini" kalo orang lain sih udah muncrat dari tadi"
"Ah masa"
"Bener Pak, udah lebih dari 10 menit Bapak belum"."
"Sebentar lagi aja" udah hampir kok"
"Jangan ah pak" simpan aja buat Ibu nanti malem"
"Sebentar aja deh"

"Udahlah Pak. Bapak hebat. Ibu beruntung lho memiliki Bapak"


Akhirnya aku mengalah.

"Iyalah". Makasih ya" bapak jadi seger nih" Memang perasaanku menjadi lebih segar dibanding
tadi pagi. Tapi ini" rasa yang menggantung ini perlu
penyelesaian. Tiba2 aku berharap agar isteriku cepat2 pulang".
"Makasi ya Tin" kataku lagi waktu dia pamitan.
"Sama-sama Pak"

Pukul lima kurang seperempat. Tini memijatku selama satu setengah jam. Sebentar lagi isteriku
pulang. Aku cepat2 mandi menghilangkan wanginya hand-body lotion, entar curiga isteriku,
tumben2an pakai handbody.

Isteriku terheran-heran ketika sedang mengganti baju aku serbu dari belakang
"Eh" ada angin apa nih"

"Habis" seharian nganggur, jadinya mengkhayal aja " kataku berbohong. Isteriku sudah makfum
maksud seranganku ini. Akupun sudah pengin banget, gara-gara nanggungnya pekerjaan tangan
Tini tadi. Tahu suaminya udah ngebet banget, dia langsung melepas Cdnya dan pasang posisi.
Kusingkap dasternya. Kusingkap juga sarungku, dan aku masuk. Goyang dan pompa. Kiri kanan,
dan atas bawah. Sampai tuntas, sampai kejang melayang, sampai lemas. Seperti yang sudahsudah. Hanya bedanya sekarang, waktu menggoyang dan memompa tadi aku membayangkan
sedang menyetubuhi Tini ! Hah !

Sejak Tini memijatku kemarin, aku jadi makin memperhatikannya. Padahal sebelumnya hal ini
tak pernah kulakukan. Seperti waktu dia pagi hari menyapu lantai terkadang agak membungkuk
buat menjangkau debu di bawah sofa misalnya. Aku tak melewatkan untuk menikmati bulatan
buah dada putihnya. Atau kalau dia sedang naik tangga belakang ke tempat jemuran. Aku bisa
menikmati betis dan bagian paha belakangnya, walaupun bentuk kakinya tak begitu bagus, tapi
putih mulus. Paling menyenangkan kalau memperhatikan dia mengepel lantai, makin banyak
bagian dari buah dadanya yang terlihat, apalagi kalau dia memakai daster yang dadanya rendah.

Tentu saja sebelum memperhatikan dia, aku harus memeriksa situasi dulu, ada isteriku atau
anak-anakku engga.

Yang membuatku merasa beruntung adalah ketika aku terpaksa pulang lagi ke rumah karena ada
berkas kantor yang ketinggalan. Waktu itu sekitar jam 10 pagi. Aku parkir mobilku di tepi jalan,
tidak di garasi, toh hanya mengambil
dokumen. Aku ketok pintu depan tak ada yang menyahut.

Kemana nih si Uci (anakku yang SMU masuk siang). Si Tini pasti ada di belakang. Ternyata
pintu tak terkunci, aku masuk, sepi, langsung ke belakang. Maksudnya mau memperingatkan
anakku dan pembantu tentang kecerobohannya tak mengunci pintu. Sampai di belakang tak ada
seorangpun. Ke mana mereka
ini. Aku kembali ke ruang tengah. Saat itulah Tini muncul dari kamar mandinya. Aku berniat
menegurnya, tapi niatku urung, sebab Tini keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang
tak begitu lebar. Buah dada besar itu seakan"tumpah"?. Lebih dari separuh dada tak tertutup
handuk. Puting dada ke bawah saja yang tersembunyi. Dan bawahnya Seluruh pahanya tampak
! Handuk sempit itu hanya sanggup menutup sampai pangkal pahanya saja. Aku segera
mengambil posisi yang aman buat mengamatinya, dibalik pintu kaca belakang. Viterage itu akan
menghalangi pandangan Tini ke dalam. Aman. Habis mandi dia masih berberes-beres berbagai
peralatan cuci, dengan hanya berbalut handuk. Sebelumnya dia tak pernah begini, mungkin
dikiranya tak ada orang, berarti Si Uci lagi pergi. Yang membuat jantungku berdegup kencang
adalah, dengan membelakangiku Tini membungkuk mengambil sesuatu di dalam ember. Seluruh
pantatnya kelihatan, bahkan sedetik aku sempat melihat kelaminnya dari belakang !

Tak hanya itu saja. Setelah selesai berberes, Tini melangkah memasuki kamarnya. Sebelum
masuk kamar inilah yang membuat jantungku berhenti. Tini melepas handuknya dan
menjemurnya dengan telanjang bulat ! Hanya beberapa detik aku menikmati tubuh polosnya dari
belakang agak samping. Bulatan buah dada kirinya sangat jelas. Kulit tubuhnya begitu bersih.
Bentuk tubuhnya nyaris bagus, kecuali agak gemuk. Dada besar, pinggang menyempit, pinggul
melebar dan pantat bulat menonjol kebelakang. Dia langsung melangkah masuk ke kamarnya.
Dalam melangkah, sepersekian detik sempat terlihat bahwa bulu2 kelamin Tini lebat !

Aku tegang. Rasanya aku harus melanggar janjiku sendiri untuk tak meniduri pembantu. Ini
adalah kesempatan baik. Tak ada siapapun di rumah. Aku tinggal masuk ke kamarnya dan
menyalurkan ketegangan ini. Kukunci dulu pintu depan. Dengan mantap aku melangkah, siap
berhubungan seks dengan wanita muda bahenol itu. Tapi sebelum keluar pintu belakang, aku
ragu. Bagaimana kalau dia menolak kusetubuhi ?. Kemarin saja dia menolak meneruskan
mengocok penisku sampai keluar mani. Apakah sekarang ia akan membiarkan vaginanya
kumasuki ? Dia begitu merasa bersalah sama isteriku. Bahkan hanya buat mengonaniku, apalagi
bersetubuh. Aku menimbang. Rasanya dia tak akan mau. Lagipula, apakah aku harus melanggar
pantanganku sendiri hanya karena terrangsang tubuh polosnya ? Tapi" aku sudah high sekarang"

Ah sudahlah, aku harus bersabar menunggu Senin depan, saatnya dia memijatku lagi. Mungkin
aku bisa merayunya sehingga dia merasa ikhlas, tak bersalah, memberikan tubuhnya buat
kunikmati. Untuk menyalurkan yang sudah terlanjur tegang ini terpaksa aku akan
mengajak"makan siang"? wanita rekan kantorku seperti biasa kulakukan : makan siang di motel
.!

Kami sudah di dalam kamar motel langgananku. Begitu pelayan berlalu, aku langsung mengunci
pintu dan kupeluk si Ani, sebut saja begitu, mantan anak buahku, pasangan selingkuhku yang
selalu siap setiap saat kubutuhkan.
"Eehhmmmmhh"? reaksinya begitu ciumanku sampai di lehernya."?Katanya mau makan dulu "

"Makan yang ini dulu ah .."? kataku sambil tanganku yang telah menerobos rok mininya mampir
ke selangkangannya.
"Ehhmmmm kok tumben semangat banget nih" tadi malem engga dikasih ama dia ya "
"Udah kangen sih " Kutanggalkan blazernya.

"Huuu .. gombal ! Kemarin aja acuh banget ?


"Kan sibuk kemarin ? kubuka kancing blousenya satu persatu. Padahal kami masih berdiri di
balik pintu.
"Alesan " BH-nya juga kucopot, sepasang bukit itu telah terhidang bebas di depanku. Dengan
gemas kuciumi kedua buah kenyal itu. Putingnya kusedot-sedot. Gantian kanan dan kiri.
Walaupun sudah sering aku melumat-lumat buah ini, tapi tak bosan-bosan juga. Mulai terdengar
lenguhan Ani. Tanganku sudah menerobos CD-nya, dan telunjukkupun mengetest,"pintu"?nya
sudah membasah. Lenguhan telah berubah menjadi rintihan. Yang aku suka pada wanita 30
tahun ini selain dia siap setiap saat kusetubuhi, juga karena Ani cepat panasnya.

Mulut dan jariku makin aktif. Rintihannya makin tak karuan. Hingga akhirnya"
"Ayo".. sekarang"Pak .."? katanya. Akupun sudah pengin masuk dari tadi. Kupelorotkan CD-nya
dan kulepas celana dan CD ku juga. Kutuntun Ani menuju tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya.
Kusingkap rok mininya dan kubuka pahanya lebar-lebar. Siap. Padahal roknya masih belum
lepas, begitu juga kemejaku. Kuarahkan penisku tepat di pintunya yang basah itu, dan kutekan.
"Aaaaafffff hhhhhh" teriak Ani. Dengan perlahan tapi pasti, penisku memasuki liang
senggamanya, sampai seluruh batang yang tergolong panjang itu tertelan vaginanya. Kocok"
goyang". Kocok". Goyang". Seperti biasa.
Sampai jari2 Ani mencengkeram sprei kuat-kuat diiringi dengan rintihan histeris. Sampai aku

menekan kuat2 penisku guna menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya. Sampai terasa
denyutan teratur di dalam sana. Sampai kami berdua rebah lemas keenakan". Begitulah.
Persetubuhanku dengan Ani begitu sama gayanya. Gaya standar. Hal ini karena kami hampir
selalu diburu waktu, memanfaatkan waktu istirahat makan siang. Atau juga karena Ani cepat
panasnya. Aku merasakannya monoton. Aku ingin sesuatu yang baru, tapi masih sayang
melepaskan Ani, sebab sewaktu-waktu dia amat berguna meredakan keteganganku. Berarti harus
menambah"koleksi"? lagi ?

Mungkinkah sesuatu yang baru itu akan kudapatkan dari Tini ? Ah, masih banyak hal yang musti
kupertimbangkan. Pertama, tentang janjiku yang tak akan meniduri pembantu. Kedua, resiko
ketahuan akan lebih besar. Ketiga, si Tini belum tentu mau, dia merasa terhalang oleh kebaikan
isteriku. Tapi bahwa aku akan mendapatkan sesuatu yang lain, yaitu : jauh lebih muda dari
umurku, buah dada yang sintal dan besar, foreplay yang mengasyikkan dengan memijatku,
makin mendorongku untuk mendapatkan Tini. Tak sabar aku menunggu Senin depan, saatnya
Tini akan memijatku lagi"..

Senin, pukul 12.00. Aku menelepon ke rumah. Uci yang mengangkat, belum berangkat sekolah
dia rupanya. Aku mengharap Tini yang mengangkat telepon sehingga bisa janjian jam berapa dia
mau memijatku. Satu jam berikutnya aku menelepon lagi, lama tak ada yang mengangkat, lalu

?Halo"? suara Tini. Aha !


"Uci ada Tin"?
"Udah berangkat, Pak"?
"Si Ade ?

"Mas Ade tadi nelepon mau pulang sore, ada belajar kelompok, katanya"? Kesempatan nih.
"Ya sudah".. ehm".. kerjaan kamu udah beres belum"?
"Hmm udah Pak, tinggal seterika entar sore"?

Cerita Ngentot Dengan Pembantu Bagian 2


Diposkan oleh cerita anu di 13.30

"Mau"kan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu"?
"Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ?
"Sekarang"?
"Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu"?

Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya.


"Maaf Pak, tadi baru mandi " Kata Tini tergopoh-gopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini
mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan
jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buruburu.
"Engga apa-apa. Bisa mulai ?

"Bisa pak" saya ganti baju dulu"? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak
jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera
bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan
handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah,
agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya
makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya. Dada itu kelihatan
makin menonjol saja. Penisku berdenyut.
"Siap Tin"?
"Ya pak"?

Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan
memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian
belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini
melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari
tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku berganti-ganti antara tegang
dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basa-basi dan
serius"?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.
"Depannya Pak"?

Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang
di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum
mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk
buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai
mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali
menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam
kondisi siap tempur.
"Kenapa Tin ? Aku mulai iseng bertanya.

"Ah" engga "katanya sedikit gugup."?Cepet bangunnya


"hi ..hi..hi.."? katanya sambil ketawa polos.
"Iya dong". Kan masih sip kata kamu"?

Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia
langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ?
Jangan berharap dulu, mengingat"kesetiaan"?nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih
sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan. Jadi aku tak sempat"mendaki"?, cuman" pengin
menyetubuhinya !
"Udah. Benar2 masih sip, Pak"?

"Mau coba sipnya ? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah.
"Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu"?
"Engga apa-apa" asal engga ada yang tahu aja ?

Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku
makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya.

Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih
yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh". Aku mampu bertahan engga nih". Apakah aku akan
melanggar janjiku ?

Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusap-usap pantatnya yang padat dan
menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan. Tapi kali ini tanganku
bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkali-kali. Lama2 Tini membiarkannya,
bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremas-remas pantat itu, Tini tak berreaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah
menerobos gaunnya mengelus-elus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya
dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah

apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ?

Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan
dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku
makin nekat. Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu.
"Paak " Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku.

Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah
dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah
karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya.

Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas
kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu
lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah" putting dadanya sudah mengeras ! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya.
"Bapak kok nakal sih " Katanya, dan .. tiba-tiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku. Aku
sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk
tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing
blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai
irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada
kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan
mulutku."Aaahhffffhhhhh". Paaaaak"? rintihnya. Tak ada penolakan. Aku pindah ke dada kanan,
kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BH-nya sehingga
jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah.
Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi
melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku.

Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya
"Jangan Pak". Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah" engga bisa dong"

aku udah sampai pada point no-return, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.
"Engga apa-apa Tin ya". Bapak pengin". Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka
Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah
terangsang. Aku melanjutkan menarik CD-nya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi.
Benar, Tini punya bulu
kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.
Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala
penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya.

"Auww". Pelan2 Pak". Sakit".!"?


"Bapak pelan2 nih ? Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya.
"Bapak sabar ya". Saya udah lamaa sekali engga gini ?
"Ah masa ?
"Benar Pak"?

"Iya deh" sekarang bapak masukin lagi ya". Pelan deh.."?


"Benar Bapak engga bilang ke Ibu"kan ?
"engga dong" gila apa"?
Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugeser-geser lagi di pintu vaginanya,
ini akan menambah rangsangannya. Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan.
"Aaghhhhfff"? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi

"Sakit lagi Tin " Tini hanya menggelengkan kepalanya.


"Terusin Pak"perlahan"? sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH" bukan main
sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosok-gosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok.
Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di
vaginanya masing-masing. Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh
goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu.
Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan

dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai
ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap
menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan. Selain merintih dan teriak, dia gerakkan
tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya
liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat,
kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda,
janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga
rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering
dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini
menggerak-gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram
punggungku kuat-kuat sambil menjerit, benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya
total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam
sana. Ohh" nikmatnya".. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian
kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas". Tini telah
mencapai orgasme ! Sementara aku sedang mendaki.
"Paaak" ooohhhh".."?
"Kenapa Tin ?
"Ooohh sedapnya ?

Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur.
Tini menangis !
"Kenapa Tin ?
Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja.
saya berdosa ama Ibu"? katanya kemudian
"Engga apa-apa Tin".. Kan Bapak yang mau"?

"Iya .. Bapak yang mulai sih. Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan "
Aku diam saja.
"Saya khawatir Pak "

"Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun"?


"Juga khawatir kalo" kalo ?
"Kalo apa Tin ?

"Kalo saya ketagihan "


"Oh" jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja"?
"Ya itu masalahnya"?
"Kenapa ?
"Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .."?

"Yaah" harus hati2 dong"? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai.
"Ehhmmmmmm" reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut
bergoyang. Makin cepat. Aku merasakan hampir sampai di puncak.
"Tin "

"Ya" Pak "


"Bapak". hampir". sampai ?
"Teruus" Pak"?
"Kalo".. keluar .gimana ?
"Keluarin"..aja Pak" Engga". apa-apa"?
"Engga".. usah dicabut"?
"Jangan".. pak . aman".. kok"?

Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan
aku cepat mencaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2
Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas.

Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar
biasa. Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu
berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memang"gurih"?, dan aku bebas mencapai puncak
tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ?
"Tin "
"Ya .. Pak"?
"Makasih ya" benar2 nikmat"?
"Sama-sama Pak. Saya juga merasakan nikmat"?
"Masa .."?

"Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak"?


"Ah kamu ?
"Baner Pak. Sama suami engga seenak ini"?
"Oh ya ?

"Percaya engga Pak". Baru kali ini saya merasa kaya melayang-layang ?
"Emang sama suami engga melayang, gitu"?
"Engga Pak. Seperti yang saya bilang" punya Bapak bagus banget"?
"Katamu tadi". Udah berapa lama kamu engga begini .."?
"Sejak".ehm".. udah 4 bulan Pak"?

"Lho". Katanya kamu udah cerai 5 bulan"?


"Benar ?
"Trus ?
"Waktu itu saya kepepet Pak"?
"Sama siapa"?

"Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga
tahan diganggu terus"?
"Cerita dong semuanya"?

"Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia
mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak,
sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00. Dia mau ajak saya ke

Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu"?


"Trus ?

"Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya
mau"?
"Pernah sama tamu yang lain ?

"Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti"?


"Kapan kamu terakhir"main" ?

"Ya itu" sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu
sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah"?main"?, sampai barusan tadi sama Bapak . Enak
banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain ya"Pak" atau emang punya Bapak siip
banget"hi..hi.."?

Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia

mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yang"legit"?, lengket-lengket sempit, dan
seret."Kamu engga takut hamil sama tamu itu ?
"Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB).

Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang. Bapak takut saya hamil ya"?
Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa
khawatir dia akan hamil".
"Jam berapa Pak ?

"Jam 4 lewat 5"?


"Pijitnya udah ya Pak". Saya mau ke belakang dulu"?

"Udah disitu aja"? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan
tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga.
Tak lama kemudian Tini muncul lagi. Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada
besarnya.
Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BH-nya. Melihat caranya
memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit
sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CD-nya, tangannya
kupegang, kuremas.
"Bapak pengin lagi, Tin"?

"Ah" nanti Ibu keburu dateng , Pak"?


"Masih ada waktu kok"?
"Ah Bapak nih" gede juga nafsunya"? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.
Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu
rumah tanggaku"..

Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal
pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu
menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku. Tempatnya, lebih
aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai"berani"? memanggilku untuk
menyetubuhinya. Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah
berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya
dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu
hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan
menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu .

Cerita ngentot : Malam Pertama diperkosa Diatas Kapal


Sabtu, Januari 19, 2013 CINEPAK 1 comment

Cerita
Dewasa
Malam
Pertama
Diatas
Kapal
Berikut Kisah yang saya tulis kali ini akan membuat para pembaca blog ku semakin
tertarik dan tidak bosan meninggalkan layar komputer membaca bait demi bait,katakata demi kata apa kata hati mereka yang telah mengalami kejadian ini.makanya aku
berani menulisnya,Seiring hari yang datang aku akan mencoba manyijikan cerita cerita
seks dewasa yang tentunya bikin kamu tambah dewasa dan banyak mengantongi
berbagai
ilmu,dirasa
wajar
juga
sex
adalah
kebutuhan.
Jadi pelampiasan nafsu menurutku tidak hanya dengan mempraktekkan tapi dengan
membaca cerita panas cerita dewasa ni hasrat anda bisa sedkit terkendali dan hal-hal
yang tidak di inginkan yang akan memperpuruk hidup anda sangatlah minim.mari kita
berbagi pengalaman-dengan banyak nya pengalaman tentunya anda semakin tambah
cerdas.

Setiap Ciptaan Tuhan yang ada dalam diri kita dan seluruh ciptaan di bumi ini patut
disyukuri.Kekurangan dan tidak kesempurnaan merupakan hal yang wajartiada
kesempurnaan untuk hamba Tuhan,berpikir realistis karena tidak ada manusia yang

sempurna,contohnya aku inilah salah satu cerita semoga kalian tahu.Boleh dibilang
saya merupakan laki-laki yang beruntung. Karena terus terang saja saya tidak
mempunyai penampilan fisik yang sangat baik, walaupun tidak jelek-jelek sekali.

Kulit saya yang cukup gelap, badan saya yang cukup atletis, dan yang pasti batang
kemaluan saya yang cukup ukurannya. Tapi mungkin karena secara naluri saya sangat
senang melayani orang lain, sehingga akhirnya saya menjadi seperti sekarang ini
dengan
segala
kelebihan
yang
saya
miliki.

Awal cerita ketika tahun 1992, saya berangkat dari kampung halaman saya dengan
menumpang salah satu kapal milik PELNI, KM Rinjani. Karena waktu itu saya diterima
sebagai seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kota Yogyakarta, kota yang
sekarang menjadi tempat tinggal saya. Sebagai seorang mahasiswa baru dari keluarga
yang berkecukupan, saya sangat bangga, apalagi untuk berangkat ini saya dibekali
cukup uang dan tiket di kelas satu. Dan juga saya diperbolehkan untuk mampir di
rumah paman yang tinggal di Jakarta dan jalan-jalan di sana sebelum daftar ulang
sebagai
mahasiswa
baru
di
Jogja.

Ketika naik kapal pada hari keberangkatan, hati ini terasa senang sekali. Saya langsung
menuju kamar saya, kamar kelas satu, yang pasti sudah terbayang akan sangat enak
rasanya. Tapi saya kaget sekali, karena di dalam kamar sudah ada seorang wanita,
yang terus terang saja ada sedikit rasa senang juga karena wanita tersebut tersenyum
dengan
manisnya
ketika
melihat
saya
agak
terkejut.
Oh maaf, mungkin Mbak ini salah kamar..? tanya saya agak ragu.
Sebab setahu saya tidak mungkin, sudah sering bepergian dengan kapal laut, dalam
satu kamar harusnya hanya ada satu jenis kelamin, kalau laki-laki ya laki-laki semua,
atau
kalau
perempuan
ya
perempuan
semua.

Tapi setelah dicocokkan ternyata nomer tiket kami sama, artinya kami satu kamar.
Wah, terus terang saja saya agak canggung juga rasanya, tapi di balik kecanggungan
saya ada rasa senang juga lho. Karena wanita yang satu ini cukup cantik juga dan
bodinya cukup menggairahkan. Dan karena saya sering sekali nonton film porno,
langsung saya membayangkan kalau nanti malam kami akan tidur berdua dan
berpelukan dengan saling mengelus-elus pusat kenikmatan masing-masing.

Pada waktu pemeriksaan tiket, tanpa ragu dia langsung mengatakan bahwa saya
adalah adik sepupunya, jadi oleh petugas kami tidak dipindahkan. Wah, tambah
senanglah hati ini. Dan sejak itu kami banyak sekali ngobrol-ngobrol. Dari sini juga saya
tahu kalau dia adalah pegawai sebuah bank swasta di Jakarta, bernama Cindy,
suaminya seorang dosen sebuah perguruan tinggi di jakarta, dan yang lebih hebat lagi
dia tidak sesuai dengan umurnya yang sudah 35 tahun, dan sudah beranak dua.

Setelah makan siang kami masih melanjutkan obrolan kami tentang berbagai hal di
anjungan depan kapal. Kapal sudah semakin jauh dari daratan, jarum jam sudah pukul
dua, hawa terasa agak panas, mata mulai mengantuk diterpa angin laut, akhirnya kami
memutuskan untuk beristirahat saja. Tanpa sadar Cindy menggandeng tangan saya
ketika kami berjalan menuju kamar, karena agak canggung, tangannya saya lepaskan.
Cindy
agak
kaget
tapi
dia
malah
tersenyum
manja.

Memang pada waktu itu saya sering menonton film porno dan juga sering beronani, tapi
melakukan hubungan seks saya balum pernah sama sekali. Jadi hati ini rasanya degdegan luar biasa, karena ketika berjalan di lorong kapal yang kebetulan saya berada di
belakangnya, saya melihat pantatnya yang bulat yang terbalut celana jeans ketat dan
rambutnya yang panjang sepunggung dan diikat, sehingga terlihat jenjang belakang
lehernya
yang
putih
dan
mulus.
Oooh!
Indah
sekali!
jerit
batin
saya.
Pada waktu itu saya ingin memeluknya dari belakang dan ingin langsung mencium
lehernya itu, tapi sekali lagi hati ini rasanya canggung sekali, boleh dibilang saya takut!

Cerita Dewasa Malam Pertama Diatas Kapal Ketika kami bersama-sama masuk kamar
Cindy langsung menuju kamar mandi, katanya dia sudah kegerahan dan sebelum tidur
siang ingin mandi dulu. Saya langsung rebahan di tempat tidur sambil membayangkan
tubuh Cindy yang pasti sintal dan menggairahkan kalau dilihat dari pantatnya yang
bulat. Tanpa sadar tangan kiri saya sudah memegang batang kemaluan yang mulai
mengeras.
Tetapi tiba-tiba ada suara dari balik pintu kamar mandi, Mas Andi, tolong ambilkan
handuk
saya
di
dalam
koper
dong.
Saya terkejut setengah mati, karena pikir saya Cindy sudah keluar dari kamar mandi.
Ketika mengambil handuk, saya melihat pakaian dalamnya yang bagus-bagus dan
super
mini.
Oooh..!
batin
ini
semakin
menjerit.
Karena sebagai seorang laki-laki normal, pasti siapa saja tidak akan tahan dengan
momen
seperti
ini.

Pintu saya ketuk untuk memberikan handuknya, dan ketika pintu dibuka, betapa
kagetnya saya karena Cindy berdiri di depan pintu hanya dengan celana dalam yang
sangat mini dengan bordiran yang apik dan sangat jelas sekali terlihat gunungan hitam
di selangkangannya seperti akan meletus. Saat melihat saya tertegun dengan handuk
di tangan, dengan cueknya Cindy menarik tangan saya untuk mandi bersama. Pada

waktu itu saya hanya seperti robot yang bergerak hanya kalau disetel untuk bergerak.
Karena terus terang saja, waktu itu pikiran saya seakan tidak percaya dengan apa yang
sedang ada di hadapan saya. Ternyata tubuh Cindy lebih indah daripada apa yang
saya bayangkan, dan lebih hebat lagi lebih cantik dalam keadaan telanjang.

Tanpa sadar saya melepaskan celana dalam Cindy, dan tubuhnya saya sirami dengan
air dari shower. Cindy melenggak-lenggokkan pantatnya yang bulat ketika air shower
saya arahkan ke pantatnya. Dan ketika saya arahkan ke punggung, Cindy meliukliukkan tubuhnya dengan sangat erotis. Tiba-tiba Cindy membalikkan tubuhnya dan
langsung melahap bibir saya, dengan kencang dihisap dan disedot.
Tapi tiba-tiba Cindy berhenti dan marah, Hey, dicopot dong bajunya!
Saya hanya dapat terawa kecil karena bersamaan dengan itu Cindy pun dengan
bergairahnya mencopot kaos dan celana panjang saya yang mana celana dalamnya
langsung
ikut
terlepas.
Wow, lucu sekali bentuk batang kamu Andi..? Cindy bertanya dengan manjanya.
Lho apa punya suami kamu nggak lucu tuh..? saya balik tanya dan Cindy hanya
tertawa dengan ujung kemaluan saya yang sudah berada di dalam mulutnya.
Gila! Cindy benar-benar luar biasa, mungkin karena dia sudah bersuami dan sudah
punya anak pula. Dan baru kali ini saya merasakan betapa nikmatnya apa yang selama
ini selalu saya tonton di film dan selalu saya bayangkan siang dan malam. Dengan
gemasnya Cindy mengelus-elus buah zakar dan menghisap-hisap kepala penis saya
dengan
lembutnya.
Tidak terasa sudah lama sekali Cindy menghisap batang penis dan akhirnya, Hey,
capek
nih
jongkok
terus.
Gantian
dong..!
Cindy lalu saya gendong ke arah tempat tidur, lalu saya rebahkan dengan kakinya yang
putih mulus terkulai di lantai. Kaki Cindy saya angkat perlahan-lahan, sambil
memberikan sedikit sensasi di talapak kaki. Cindy kegelian dan mengelinjang,
kemudian saya mulai menyerang payudaranya yang memang tidak begitu besar tapi
cukup
menggoda.

Ujung penis saya gosok-gosokkan di lubang vaginanya sambil menghisap-hisap puting


payudara Cindy. Saya semakin menikmati permainan ketika Cindy mulai mengerangngerang keenakkan. Dan ketika pinggulnya mulai digerak-gerakkan ke atas dan ke
bawah saya mulai menyadarai kalau Cindy minta dicoblos liang vaginanya. Tapi saya
sengaja untuk mempermainkan ujung penis di mulut vagina Cindy.
Ayo Andi, dimasukkan saja, jangan cuma diluar begitu dong..! akhirnya Cindy benarbenar
tidak
tahan.
Lalu saya mulai menekan panis saya untuk masuk ke dalam vagina Cindy. Uuuhhh..!

Hangat dan enak sekali rasaya. Cindy sambil mengerang keenakkan mangangkat
pantatnya, sehingga penis saya semakin dalam masuknya. Aaahhh..! Semakin enak
saja rasanya. Akhirnya saya tahu kalau berhubungan seks itu sangat enak rasanya.

Ketika pantat Cindy diturunkan, tiba-tiba penis saya terlepas dari lubangnya. Cindy
menaikkan lagi pantatnya, dan ketika diturunkan lagi terlepas lagi. Begitu dan
seterusnya hingga Cindy marah-marah karena ternyata saya hanya diam saja.
Ayo dong Andi kamu goyang juga pantatmu maju mundur. Ayo dongg..!

Saya semakin tahu kalau behubungan seks bukan saja enak tetapi juga
menyenangkan. Pantat Cindy mulai diam dan pantat saya mulai digerakkan. Perlahanlahan saya masukkan batang penis yang sudah sangat tegang ini, dan saya tarik lagi
dengan satu hentakan keras. Perlahan-lahan lagi saya masukkan dan saya tarik lagi
dengan satu hentakan keras. Cindy merem melek ketika saya masukkan, dan Cindy
mengerang keras ketika saya tarik. Begitu terus saya lakukan hingga akhirnya Cindy
bangun
dan
memeluk
saya.

Dengan mesranya saya menggendong dan mencium bibir Cindy. Tapi saya terkejut
ketika tiba-tiba Cyndi menggoyang dengan keras sekali pantatnya, diputar-putar
pantatnya pada gendongan saya, dan pada saat itu saya semakin kaget ketika tiba-iba
pula lubang vaginanya terasa mengecil lalu dengan kerasnya Cindy berteriak,
Annddiii..! dan keringat kecil-kecil mulai keluar di atas keningnya.

Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar tahu bahwa berhubungan seks itu enak sekali,
menyenangkan, dan yang lebih menyenangkan lagi kalau kita dapat membawa
pasangan kita ke puncak kenikmatan. Karena pada saat kita melihat pasangan kita
menggelinjang keenakkan pada saat itu pula hati ini akan terasa plong.

Kembali Cindy marah, karena dia sudah kelelahan sementara batang kemaluan saya
masih berdiri tegak. Dan yang pasti saya belum ejakulasi. Tapi sambil mengecup bibir
Cindy dengan lembut saya katakan kalau saya sudah sangat senang diperkenalkan
dengan hubungan seks yang sebenarnya, dan saya sudah sangat puas melihat dirinya
puas
dan
senang
dengan
permainan
saya.

Akhirnya kami mandi bersama, dan di kamar mandi kami masih mengulangi permainanpermainan yang lebih menyenangkan lagi. Hampir setiap saat dan setiap kesempatan
di kapal kami melakukannya lagi dan lagi. Ketika sampai di Jakarta, dia memberikan
alamat dan nomer teleponnya dan berharap sekali kalau saya mau mampir ke rumah
atau
kantornya.

Beberapa kali Cindy pernah saya hubungi dan beberapa kali kami pernah berjumpa,
hingga akhirnya sekarang kami tidak pernah lagi berjumpa karena terakhir kali saya
hubungi alamatnya sudah pindah. Entah dimana kamu Cindy, tapi yang jelas aku selalu
merindukan kamu, karena kamu telah memberikan pengalaman dan pengetahuan yang
berharga tentang bagaimana berhubungan seks dan memuaskan pasangan main.
Terima kasih untuk Cindy, terima kasih untuk 17thn, dan terima kasih untuk semua.
Saya berharap Cindy membaca cerita ini di 17thn. Dan bagi para pembaca,
khususnya yang berkelamin wanita tulen dan ingin dilayani oleh saya boleh segera
menghubungi saya di email dengan mencantumkan alamat dan nomer teleponnya.
Sekali lagi terima kasih untuk Cindy dan Are you miss my dick..?

Cerita Ngentot Pembantu Bibi Di Villa


Cerita dewasa ini merupakan sebuah cerita dewasa setengah baya antara aku dengan pembantu bibi
yang sudah berumur, namun jangan salah meskipun demikian tubuh dan memek nya tidak kalah dengan
ABG dan rasa nya saya ingin sekali terus-menerus ngentot bersama pembantu bibi saya ini.

kisah ini terjadi kira-kira 2 bulan yang lalu, saat aku liburan akhir semester. Waktu itu aku sedang libur
sekolah. Aku berencana pergi ke villa tanteku di kota M. Tanteku ini namanya Sofi, orangnya cantik,
tubuhnya-pun sangat padat berisi, dan sangat terawat walaupun usia nya memasuki 38 tahun. Aku ingat
betul, pagi itu, hari sabtu, aku berangkat dari kota S menuju kota M.
Sesampainya di sana, aku pun disambut dengan ramah. Setelah saling tanya-menanya kabar, aku pun
diantarkan ke kamar oleh pembantu tanteku, sebut saja Bi Sum, orangnya mirip penyanyi keroncong
Sundari Soekotjo, tubuhnya yang indah tak kalah dengan tanteku, Bi Sum ini orangnya sangat polos, dan
usianya hampir sama dengan tante Sofi, yang membuatku tak berkedip saat mengikutinya dari belakang

adalah bongkahan pantat nya yang nampak sangat seksi bergerak Kiri-kanan, kiri- kanan, kiri-kanan saat
ia berjalan, seeakan menantangku untuk meremas nya. Setelah sampai dikamar aku tertegun sejenak,
mengamati apa yang kulihat, kamar yang luas dengan interior yang ber-kelas di dalamnya. sedang asyikasyik nya melamun aku dikagetkan oleh suara Bi sum.
Den, ini kamarnya.
Eh iya Bi. jawabku setengah tergagap.
Aku segera menghempaskan ranselku begitu saja di tempat tidur.
Den, nanti kalau ada perlu apa-apa panggil Bibi aja ya? ucapnya sambil berlalu.
Eh, tunggu Bi, Bibi bisa mijit kan? badanku pegel nih. Kataku setengah memelas.
Kalau sekedar mijit sih bisa den, tapi Bibi ambil balsem dulu ya den?
Cepetan ya Bi, jangan lama-lama lo?
Wah kesempatan nih, aku bisa merasakan tangan lembut Bi Sum memijit badanku. ucapku dalam hati.
Tak lama kemudian Bi Sum datang dengan balsem di tangan.
Den, coba Aden tiduran gih. suruh Bi Sum.
Eh, iya Bi. lalu aku telungkup di kasur yang empuk itu, sambil mencopot bajuku. Bi Sum pun mulai
memijit punggungku, sangat terasa olehku tangan lembut Bi Sum memijit- mijit.
Eh, Bi, tangan Bibi kok lembut sih? tanyaku memecah keheningan.
Bi Sum diam saja sambil meneruskan pijatannya, aku hanya bisa diam, sambil menikmati pijitan tangan
Bi Sum, otak kotorku mulai berangan- angan yang tidak-tidak.
Seandainya, tangan lembut ini mengocok-ngocok penisku, pasti enak sekali. kataku dalam hati, diikuti
oleh mulai bangunnya Adik kecilku. Aku mencoba memecah keheningan di dalam kamar yang luas itu.
Bi, dari tadi aku nggak melihat om susilo dan Dik rico sih.
Lho, apa aden belum dibilangin nyonya, Pak Susilo kan sekarang pindah ke kota B, sedang den Rico ikut
neneknya di kota L. tuturnya.
Oo.., jadi tante sendirian dong Bi? tanyaku
Iya den, kadang Bibi juga kasihan melihat nyonya, nggak ada yang nemenin. kata Bi Sum, sambil
pijatannya diturunkan ke paha kiriku. Lalu spontan aku menggelinjang keenakan.
Ada apa den? tanyanya polos.
Anu Bi, itu yang pegel. jawabku sekenanya.
Mm.. Bibi udah punya suami? kataku lagi.
Anu den, suami Bibi sudah meninggal 6bulan yang lalu. jawabnya. Seolah berlagak prihatin aku
berkata.
Maaf Bi, aku tidak tahu, trus anak Bibi bagaimana?
Bibi titipkan pada adik Bibi katanya, sambil pijitannya beralih ke paha kananku.
Mm.. Bibi nggak pingin menikah lagi? tanyaku lagi.
Buat apa den, orang Bibi udah tua kok, lagian mana ada yang mau den? ucapnya.
Lho, itu kan kata Bibi, menurutku Bibi masih keliatan cantik kok. pujiku, sambil mengamati wajahnya
yang bersemu merah.
Ah.., den andy ini bisa saja katanya, sambil tersipu malu.

Eh bener loh Bi, Bibi masih cantik, udah gitu seksi lagi, pasti Bibi rajin merawat tubuh. Godaku lagi.
Udah ah, den ini bikin Bibi malu aja, dari tadi dipuji terus. Lalu aku bangkit, dan duduk berhadapan
dengan dia.
Bi.., siapa sih yang nggak mau sama Bibi, sudah cantik, seksi lagi, tuh lihat tubuh Bibi indahkan?, apalagi
ini masih indah loh.. kataku, sambil memberanikan menunjuk kearah gundukan yang sekal di dadanya
itu. Secara reflek dia langsung menutupinya, dan menundukkan wajahnya.
Aden ini bisa saja, orang ini sudah kendur kok dibilang bagus. katanya polos.
Seperti mendapat angin aku mulai memancingnya lagi.
Bibi ini aneh, orang payudara Bibi masih inah kok bilangnya kendur, tuh lihat aja sendiri kataku, sambil
menyingkapkan kedua tangannya yang menutupi payudaranya.
Jangan ah den, Bibi malu.
Bi.. kalau nggak percaya, tuh ada cermin, coba Bibi buka baju Bibi, dan ngaca. Lalu aku mulai
membantu membuka baju kebaya yang dikenakannya, sepertinya ia pasrah saja. Setelah baju kebaya
nya lepas, dan ia hanya memakai Bh yang nampak sangat kecil, seakan payudaranya hendak mencuat
keluar. Aku pun mulai menuntunnya ke depan cermin besar yang ada di ujung ruangan.
Jangan den, Bibi malu nanti nyonya tahu bagaimana? tanyanya polos.
Tenang aja Bi, tante Sofi nggak bakal tahu kok Aku yang ada dibelakang nya mulai mencopot tali BH
nya, dan wow.. tampak olehku didepan cermin, sepasang bukit kembar yang sangat sekal dan padat
berisi, melihat itu Adik kecilku langsung mengacung keras sekali. Aku pun tak menyia-nyiakan
kesempatan emas ini. Aku langsung meremas nya dari belakang, sambil ciumanku kudaratkan ke
lehernya yang jenjang tersebut. Bi Sum yang telah setengah telanjang itu, hanya bisa mendesah dan
matanya Merem- melek.
Oh.. den jangan den, uhh.. den, Bibi diapain, den
Aku tak menggubris pertanyaannya malahan aku meningkatkan seranganku. Kini ia kubopong ke
ranjang, sambil menciumi putingnya yang merah mencuat itu, ia pun kelihatan mulai menikmati
permainanku, dan Bi Sum telah kurebahkan diranjang, lalu aku mulai lagi menciumi putingnya, sambil
menarik jarik yang dipakainya.
Uhh.. den shh.. Bibi enak den uh.. shh.. teruus den
Aku pun mulai membuka seluruh pakaianku dan ciumanku terus turun keperutnya, dan dengan
ganasnya ku pelorotkan CD yang dipakainya, aku terdiam sesaat seraya mengamati gundukan yang ada
dibawah perutnya itu.
Den, punya aden besar sekali katanya sambil meremas penisku, lalu kusodorkan penisku kemulutnya.
Bi, jilatin ya.. punya Andy. Bibir mungil Bi Sum mulai menjilati penisku. uuhh.., sungguh nikmat sekali
rasanya.
Mmhh.. ohh.. Bi terus, kulum penisku Bi.., tak lama kemudian Bi Sum mulai menyedot-nyedot penisku,
dan rasanya ada yang akan keluar di ujung penisku.
Bi.. teruuss, Bi.. aku mmaauu keeluuar, oohh jeritku panjang dan tiba-tiba, serr maniku muncrat dalam
mulut Bi Sum, Bi Sum pun langsung menelannya. Aku pun mulai pindah posisi, kini aku mulai menjilati

memek Bi Sum, tampak didepan mataku, memek Bi Sum yang bersih, dengan seikit rambut. Rupanya
Bi Sum sudah tidak sabar, ia menekan kepalaku agar mulai menjilati memeknya dan sluurpp.. memek Bi
Sum kujilati sampai kutenukan sesuatu yang mencuat kecil, lalu kuhisap, dan gigit kecil, gerakan tubuh Bi
Sum mulai tak karuan, tanganku pun tidak tinggal diam, ku pilin-pilin putingnya dengan tangan kiriku
sedangkan, tangan kananku ku gunakan menusuk memeknya sambil lidahku kumasukkan sedalamdalamnya. Ohh.. den.. teruuss den jilat teruss.. memek Bibi den.. mmhh katanya sambil menggeliat
seperti cacing kepanasan.
Ouhh den.. Bibi mau.. keluarr.. den ohh, ahh, den, Bibi keeluuaarr, akhh. Bi Sum menggelinjang hebat
dan serr cairan kewanitaannya kutelan tanpa sisa. Tampak Bi Sum masih menikmati sisa-sisa orgasme
nya. Lalu aku mencium bibirnya lidahku kumasukkan kedalam mulutnya, ia pun sangat agresif lalu
membalas ciumanku dengan hot.
Aku pun mulai menciumi telinganya, dan dadanya yang besar menempel ketat di dadaku, aku yang
sudah sangat horny langsung berkata, Bi aku masukkan sekarang ya... ia hanya bisa mengangguk
pelan. aku pun mengambil posisi, kukangkangkan pahanya lebar-lebar, kutusukkan penisku ke memek
nya yang sudah sangat becek. Bless.. separuh penisku amblas kedalam memeknya, terasa olehku
memeknya menyedo-nyedot kepala penisku. kusodokkan kembali penisku, bless.. peniskupun amblas
kedalam memeknya, aku pun mulai memaju- mundurkan pantatku, memeknya terasa sangat sempit.
Den.. ouhh.. teruuss.. denn.. mmhh..sshh. desahan erotis itu keluar dari mulut Bi Sum, aku pun
tambah horny dan kupercepat sodokkanku di memeknya.
Oh.. Bii memek kamu sempit banget, ohh enak Bii, goyang teruuss Bii.. ouhh..
Den.. cepatt.. den.. goyang yang cepat.. Bibi.. mauu.. keluar.. den..
aku mulai mengocok penisku dengan kecepatan penuh, tampak Bi Sum menggelinjang hebat.
Den.. Bibi.. mau keluuaarr.. ouhh.. shhshshshh..
Tahan Bii.. aku.. juga mau keluuarr.. Lalu beberapa detik kemudian terasa penisku di guyur cairan yang
sangat deras.. serr.. penisku pun berdenyut hebat dan, serr.. terasa sangat nikmat sekali, rasanya tulangtulang ku copot semua. aku pun rubuh diatas wanita setengah baya yang tengah menikmati
orgasmenya. Bi.. terima kasih ya.. memek Bibi enak kataku sambil mencupang buah dadanya.
Den kapan-kapan Bibi dikasih lagi yaa. akhirnya kami tertidur dengan penisku menancap di memek Bi
Sum.
Nantikan terus update berita cerita dewasa yang lain hanya disitus ini, dan anda juga bisa membaca
cerita yang lain yang juga tidak kalah seru nya yang berjudul cerita panas ngintip tante yang sedang
mandi.

Cerita Ngentot Tetangga Ingin Hamil


INFOKONYOL.COM

Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru
beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni.
Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar pasalnya
siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak
lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku
memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang
sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini Yang pertama malam ini aku
bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Puspa
istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama
hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh Makanya sepulang kantor
aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati kubeli
beberapa filem bokep pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini.
Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini,
hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada
di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang
lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus
kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu. Aaaah aku ingat mas
Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan
dengan rumahku, aku bisa pinjam dia kembali aku bernafas lega. Sehabis
mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga
biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza
hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah simpulku
sederhana

Mas Budhii maaas panggilku dari luar pagar, sesekali


kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi
beradu nyaring Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu
tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang
mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala. Biasanya mas budhi
langsung buka pintu.
Eeeiii Bimooo sorry yaayo masuk pagar ga dikunci kan..? seru suara
wanita yang sangat aku kenal, mbak Astrid istri mas Budhi keluar dari
pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater
Lho mas Budhi mana mbak sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?
kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi ga

muncul..
Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim eh mau minum apa neeh..? mbak
Astrid wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku
semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Astrid
dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String
putihnya aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang
BH nya atau mungkin ga pake yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat
montok Sebenarnya antara aku dan mbak Astrid sudah akrab sekali,
bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok tapi itu justru jika
ada di depan mas Budhi atau ada Puspa istriku.. ketika berdua begini aku
jadi kaya mati angin sementara mba Astrid masih bersikap wajar
Waah.. ga usah repot-repot mbak aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa kataku dengan
agak sungkan
Ada kok Bim bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah sendirian di
rumah mau nonton film jorok ya..? Tebak mbak Astrid yang tengah
berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong
membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju
tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu
bagaikan tanpa celanamau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga
ketemu musuhnya merespon positif mulai menggeliat bangun.
Waaah eeehhh anuu buat nonton video pengantin temen yang baru diedit jawabku sempat
gagap
Alllaaaaaa ga usah ngelesslaaah iya juga gapapa udah gede
inihaa..haaa.. potong mbak Astrid sambil meletakkan benda elektronik
tipis ini di meja dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap dua
gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di
dalam daster yang memang berleher rendah dan mbak Astrid seolah ga
merasa akan hal itu
Haaahaaa mbak Astrid nuduh neeh nonton bokep sendirian ga seru
kalo ditemenin mbak Astrid baru seruuu jawabku mulai terbawa gaya
sembarangannya mbak Astrid
Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep
soalnya mas Budhi ga pernah ngasih kamu ada kan filemnya..? cerocos
mbak Astrid tanpa bisa kujawab dan sebelum aku bisa jawab

Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu.
Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang
Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba
Astrid pikiranku jadi kacau, karena mba Astrid kepengen ikut nonton
bokep sama aku Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor
aku bingung sendiri aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan
istri orang Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari
pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan Lulu anak Fakultas
Psikologi, pendampingku setia nonton bokep ujung-ujungnya kami saling
melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex Lulu ga mau aku setubuhi,
katanya waktu itu dia masih perawan Trus beberapa lagi Titiek, Anita,
Mimi kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus.
Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman
Heeeiii aku datang! ko malah ngelamun Bim? Suara mba Astrid
membuyarkan lamunanku. Mba Astrid datang dengan membawa tentengan berupa
beberapa minuman kaleng dan makanan kecil..
Busyeeet bekelnya banyak bener? Mau sampe pagi? seruku untuk
menetralisir kebingunganku Waddduuu aku pikir mba Astrid tadi berganti
baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang
sama ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???
Heh..? siapa tau sampe pagi? Bim aslinya sebelum kamu datang tadi
aku di dalam rumah sendirian, tuh takut tau ga siih..? sepi bangeeet
makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi
setuju..? celoteh mba Astrid panjang lebar bener-bener ga berubah
sikapnya, ada atau ga ada suaminya
Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Astrid menentukan
pilihan kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan
sampulnya
Pilihan mba Astrid rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX jadi
sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari
adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai
aku lihat wajah mba Astrid agak memerah dan sesekali merapatkan
sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok.
Mmm apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo
beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Bim? kata mba Astrid sedikit

arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya


Yang bener aja deeeh Nyonya Astrid..?? kalo nontonnya sama suami
orang..? Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan
panggilan Nyonya Astrid untuknya yang selama ini ga pernah muncul..
Haa haaa suami Puspa sih anak kemaren sore mana berani
macem-macem..? sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya
dicibirkan padaku Memang usia mba Astrid lebih tua 2-3 tahun dari aku,
makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi
memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent seandainya orang
tau kelakuanku di jaman kuliah dulu pernah kencan ranjang dengan dosen
manajemen pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya ibu kospun
pernah aku embat mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Puspa
istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak
tahu masa laluku yang brengsek
Biim iihh asyik banget tuh mereka yak..? Gumam mba Astrid yang
memang dasar mulutnya ga bisa diem melihat adegan pose 69 kayanya heran
banget
Emang kamu belum pernah mba..? sahutku polos
Eeeh enggak no comment.. sssst diem aja ya sekarang.. kudengar mba
Astrid menjawab gagap dan suaranya agak bergetar. Benar saja suasana
jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari
luar. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Astrid yang
tidak teratur, seolah-olah terengah-engah sedangkan aku juga sudah
terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali
ini adalah XXX celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku
sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang,
makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Astrid
awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Astrid, karena aku sangat
terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu tapi beberapa
kali kudengar mba Astrid menghela nafas panjangnya dan beberapa kali
merubah posisi duduknya, seolah gelisah mulailah aku memperhatikan
tingkah wanita yang menahan gejolak birahi. kulihat sering nyonya muda
ini meregangkan jari-jari tangannya. dan kulihat wajah yang cantik
berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum
arak Satu setengah jam berlalu sesekali kulirik mba Astrid yang duduk
di sebelahku persis kegelisahannya kulihat semakin hebat dan hilang
sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama Pada suatu

saat menjelang film ini selesai mata kami bertemu pandang kulihat
sorot mata yang aneh dari mba Astrid sementara kurasa matakupun sudah
aneh juga dimata mba Astrid..
Biiiiiimmmm. Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku
Ya mbaa jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang
dihadapanku bukanlah Astrid sebagai wanita yang sudah kukenal
baiktetapi Astrid sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang
menggelar libidonya entah siapa yang memulai tahu-tahu tangan kami
sudah saling menggenggam kuremas lembut jari-jari halus mba Astrid. Mba
Astrid menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut
panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya kembali dia mengangkat
wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa
hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna Entah keberanian dari
mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik
mba Astrid aah reaksi positif kudapatkan kulumanku dibalasnya, sejenak
bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan
bibirnya dengan nafas terengah-engah.
Aaah Biimo jangan jangan diteruskan bahaya katanya setengah
berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku tak akan kulepaskan
nyonya cantik ini kepalang tanggung..pikirku.
Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..? sahutku sekenanya sambil
mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang sejenak dia
meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher
mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang
ternyata memang tak mengenakan bra beberapa kali tangan halusnya
menepiskan tanganku dari dadanya tapi segera tanganku kembali ke tempat
semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan
sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya
serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga
remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya
dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras
Bimo ssss aku ngga tahaaan.. bisiknya pendek, dekat sekali suara
itu di telingaku ooowww daun telingaku dikulumnya dijilatinya
Ikuti aja mba nikmati aja.. bisikku mesra sambil menarik tali daster
yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit
montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna

merah kecoklatan kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu,


tubuh mba Astrid menggeliat sambil mendesah panjang
Ssssssshhh aaahh Biimm..ooo.. aku.. takuut mmmmmhh Tak kupedulikan
lagi kalimat-kalimat mba Astrid, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun
apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak
layak untuk dilewatkan sesentipun desah-desah resah berhamburan dari
mulut mba Astrid, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya
kepada birahinya sendiri tangannya mulai melingkar di leherku, betapa
rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Astrid
mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam
waktu yang lama.
Duuuh ampuuunn.. desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih
dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala
bibirku mengecupinya Tubuh atas mba Astrid sudah kutelanjangi, entah
kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya
setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara
kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri Mba Astrid mengerang
panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika
lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku tubuhnya menggeliat
erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya
Owww Biimmoo jangaaan aku ga mauu bisiknya sambil tangannya
menahan daguku ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G
Stringnya yang sudah tampak bercak basah
Kenapa mbak..? tanyaku lembut..
Ssssshh aku belum.. pernah maluuu.. jawab mba Astrid, sambil
berusaha menarik tubuhku ke atas Busyeet jadi diapain aja tubuh indah
ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu
kusingkap ke samping. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah
tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat sebuah bentuk luar
kemaluan wanita yang masih orisinil indah sekali belahan yang basah
kulihat berdenyut-denyut tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan
yang membasahi belahan indah itu.
Aaaaahhh Biiiimmoooo kamu bandeeelll Erang mba Astrid dengan tubuh
semakin hebat menggeliat sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang
lebar kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet
tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa

setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya


yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku hal ini membuat
aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar bibirku
menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku
menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya.
sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras
Biiimmmmooo. ampuuuunn nikmaaaaat bangeeettt mba Astrid
merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis pinggulnya
bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya
Ooowwh Biiimmm sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan Suara mba Astrid
semakin memilukan Tiba-tiba tubuh mba Astrid bangkit dan mendorong
lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja
sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Astrid
mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya.
payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku
wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi
memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Astrid ini
kulihat semakin mempesonaku
Bimooo ayo masukin yaaah..? Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar
Alis indah di wajah cantik mba Astrid mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu
Ouught pelaaan Biiimm ssssss nyeriii keluhnya sambil memepererat
pelukannya kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika
palkonku berusaha menerobosnya Tapi ibu muda ini sangat bersemangat
untuk menuntaskan gairah binalnya walaupun dengan ekspresi yang nampak
kesulitan dan kesakitan. diiringi geal-geol pinggulnya akhirnya
amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang
sempit..
Sssshhh gilaaa gede banget punya kamu hhh hhh tunggu Biimm..
Tubuh sintal mba Astrid ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil
kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku
dengan nafas memburu tak beraturan besutan-besutan kecil kurasakan
ketika mba Astrid mulai menggerakkan pinggulnya dan gerakan itu semakin
keras dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan. aku ga bisa
menahan diri lagi untuk mengcounternya aku mulai mengayun batang
kemaluanku..

Biimmooo oooohhhsssshhhh hanya itu desah-desah kalimat pendek yang


sering terucap dari mulut mba Astrid yang dengan gemulai menarikan
pinggulnya diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif
sesekali bibir kami berpagutan liar remasan gemas tanganku pada
payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas
Biimm Biimmoooo ssssshh aku hampiiirrr ookkkhhh.. gerakan tubuh
mba Astrid semakin tak beraturan dan rasanya akupun ga perlu menahan
bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama
Tunggu mba.. desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami
bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku
sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal
Aaaaarrgh.. Biiiimmooo aammmpuuuunn Tubuh mbak Astrid menggelepar
hebat di atas tubuhku betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku
sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya.
Hening. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat kulihat jarum jam
didnding menunjukkan angka 11.30 tubuhku tetap rebah telentang
sedangkan tubuh mba Astrid tergolek disamping membelakangiku Ketika
deru nafas memburu kami mulai mereda dan ketika keringat birahi kami
mulai mengering. kupeluk tubuh sintal mba Astrid dari belakang, tapi
dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri dan
tubuh mbak Astrid beringsut menjauhiku kudekati lagi tubuh itu dan
kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu kudengar isak
tangisnya.
kenapa mba..? tanyaku lembut lama ga ada jawaban, isak tangis mba
Astrid makin keras kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya
Bimo aku sedih dengan kejadian ini aku malu sama kamu.. dan aku
merasa sudah melukai hati Puspa dan mas Budhi terdengar suara mba
Astrid serak
Malu kepadaku..? untuk apa malu? justru aku merasa lebih dekat dan
bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan
seperti ini selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya,
kurasa mas Budhi ataupun Puspa ga akan merasa kita sakiti.. jawabku
panjang lebar..
Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan.. sahut mba Astrid dengan suara yang semakin

tenang
Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu dan kondisi kita saat
ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus
terpenuhi saat ini juga kita tidak bisa menghindari mbak.. sahutku
lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya mba Astrid tak
bereaksi walaupun masih mempunggungiku
Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini bukan hanya sesaat sahut
mba Astrid sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara
montoknya menempel di dadaku matanya menatapku tajam penuh tantangan..
dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali
sepanjang malam ini mba..? tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang
raping
Yah bukankah malam masih panjang Bim? bisiknya manja.. wajahnya
ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan
sangat bergairah. Gairah liar birahi betina mba Astrid meletup dahsyat,
aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa
berubah sedemikian agresip Batang kemaluanku rupanya benar-benar
membikin ibu muda ini gemas setengah mati tak hentinya tangan berjari
lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..
Bimo aku pengen ini kamu.. bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata ini
Emang bisa..? sahutku menggoda wooww.. perutku digigit kecil mba Astrid dengan gemas
Boleeeh enggaaa..? rajuknya
Iyaaaa habisiiin deeeh.. jawabku sambil kuremas pantat bulatnya
Awalnya kurasakan mba Astrid masih coba-coba dengan sabar aku memberi
arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya lumayan sakiit
Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan
lidah dan lembutnya bibir mba Astrid membasuk batang kemaluanku
kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam
sampai ujung kerongkongannya sampai mba Astrid tersedak..
Eeeii.. jangan diabisin mbaa.. kataku lembut melihat mba Astrid tersedak..
Abis gemeees aku Bim punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi bisiknya manja, memberi
alasan

Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Astrid menindihku dengan posisi
mengangkangi wajahku Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai
orgasme kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami
sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Astridpun kurasakan beberapa
kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin
liar aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar,
membuatku semakin mendekati titik kulminasi
Eeeeeehhhkkk Biiiimmmm niiiikkkkmaaaattnyaaa rengek mba Astrid
panjang, tubuhnya menggeliat hebat kedua kakinya meregang.. besotan
meki ke mulutkupun makin hebat lidahku kujulurkan jauh kedalam liang
becek yang kurasakan mengedut-ngedut
Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr Desahku selang tak lama setelah
palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mba Astrid busyeeet, bukannya
melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mba Astrid malah memperhebat
aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang
kemaluanku Apa dayaku tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku
mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam
mulut mba Astrid yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku
tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin
diperas habis setelah dirasa tetes terakhir buru-buru mba Astrid
bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah
dan diteguknya sampai tandas
Iiih rasanya aneh banyak banget, kentel lagi kenyang deh aku Bim
tapi enaak kok, asin ada gurihnya.. komentar mba Astrid dengan
pengalaman barunya Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan
lemasnya tubuh
Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami
rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Astrid
menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang
monotone, mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex..
sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Astrid
tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina
tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Astrid
adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan
cepat mencapai puncak orgasme
Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan

kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis seeerrrr


langsung.. basah juga deh CD ku dan langsung kutarik mas budhi kekamar
dan aku telanjangi. haa.. haaa.. dapet dua kali tutur mba Astrid
sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi Kembali kami
nonton bokep yang belum kami tonton belum seperempat jam Asia Carrera
beraksi
Biiiimmm nggaaa tahaaan neeh keburu pagi Desah mba Astrid manja
dengan nafas yang sudah ngos-ngosan apalagi dengan membengkaknya batang
kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya.
Mba Astrid pingin diapain..? bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya
Pingin kaya di film itu jawabnya manja tanpa disuruh mba Astrid
menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak
mengangkang kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit
kemaluannya mengarah keluar mba Astrid kembali mengerang gemas ketika
palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya ketika pantat montok
itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa
mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi Aku membuktikan
mba Astrid memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali
berkobar birahinya dan mba Astrid menghendaki berganti posisi setelah
dia mencapai orgasme saking seringnya dia mencapai orgasme
hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Astrid
mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal Ketika
pada orgasme mba Astrid yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir
sampai mba Astrid menyadari itu
Biimm tumpahkan dimulutku sayaaang aku suka peju kentel kamu
rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya dan dengan bernafsu sekali
mba Astrid menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut
terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai Tubuh mba Astrid kembali
rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua
rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya
yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat terlihat
sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat Ketika aku keluar
dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower,
kulihat mba Astrid tertidur pulas dengan bibir tersenyum kulihat jam
menunjukkan jam 03.45 kurebahkan tubuhku disisinya kubelai lembut
rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi kukecup keningnya yang
sedikit nonong kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur
yang sempurna wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung

mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak
besar bulu mata yang lentik dan panjang alisnya seperti di gambar
postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya sekitar 165
170 cm buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B. memang masih
kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke
depan, berwarna merah kecoklatan
perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah pinggang ramping
menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang
panjang berbentuk atletis. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku Aku
membuka mata kulihat mbak Astrid bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan
pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku
kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15
Biim, aku pulang dulu yaa..? kata mbak Astrid, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci
mukanya sebelum membangunkanku
Eeeh buru-buru sih..? kan masih pagi jawabku sambil menarik pinggangnya
Bimo kamu gila liat tuh udah terang protesnya ketika tubuhnya
menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli
karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut
menggeliat bangun saat aku bangun. kembali kugumuli tubuh indah yang
kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya.
Aaaahhh Bimmooo ga mauuk bauuuk ga enak.. protesnya manja tapi
tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku
kembali menggelosor memasuki tubuhnya
Biiimmo asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk
desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya
yang sempit
Ayyuu Biiimmm keburu mbak Suti dateng bisik mbak Astrid di deket
telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci
yang tiap pagi datang ke rumahnya.
Owwkk.. Biiimmm giiilllaa kamuuu aku berasaa lagiii rengek mbak Astrid lirih.. kurasakan
tubuhnya mulai menegang
Mmmhh tuungguuu mbaakk.. Kupergencar pompaanku tubuh mbak Astrid
makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku

Oooowww nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm! teriakan keras mba Astrid


menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata
mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang
sanggama mba Astrid. Kembali kami terkapar di atas karpet kali ini
mbak Astrid ngga lagi telanjang hanya dasternya aja tersingkap sampai
ke perut Setelah nafsnya kembali teratur mbak Astrid beringsut bangkit
sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya
Udah ya Bim makasih banget untuk malam panjang ini aku ga akan
melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini
saja jangan sampai kita ulang ya Biim janji ya..? kata mbak Astrid
sendu akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari
mulutku Kuantar mbak Astrid sampai pintu ruang tamu, karena aku masih
telanjang bulat Nggak sampai setengah menit mba Astrid menutup pintu
rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu
datang
Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan
keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Astrid dan
Puspa istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi
kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati
aku dan mbak Astrid beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali
mbak Astrid curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone hanya
sebatas itu

Cerita sex | Kisah Winda


2:56 AM cerita sex, Cerita sex hot, Cerita sex keren 1 comment

Winda seorang ibu muda, 26 tahun yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak berumur 1
tahun di tempatkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. Kabupaten ini
terkenal dengan magisnya yang kuat, terletak di pesisir selatan Sumatera Barat. Demi karirnya di
sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang - Lubuk Sikaping tiap akhir
minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas di kota Padang.
Awal Winda mengenal Johan sejak Winda kost di rumah milik kakak perempuannya. Winda
tidak begitu kenal dekat, Winda hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya.
Diapun begitu juga pada Winda. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah,
sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Winda harus bisa menempatkan diri seakrab
mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Winda

kenal. Winda tahu diri sebab Winda adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota
tempat Winda bermukim.
Begitu juga dengan latar belakang Johan Winda tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya
juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Winda akan pulang ke Padang.
Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Winda tengah menunggu bis yang akan membawanya
ke Padang, maklum di depan rumah kost nya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis
umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah
menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Winda jadi gelisah karena biasanya bis ke
Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Winda transit dulu di
Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.
Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost Winda. Ia lalu memanggil
Winda dan mengatakan bahwa adiknya Johan juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang
akan di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Winda berusaha menolak tawarannya itu,
namun mengingat Winda harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Winda
terima. Yah, lalu Winda naik truknya itu menuju Padang.
Selama perjalanan Winda berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik
kostnya itu yang akhirnya Winda ketahui bernama Johan. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu
mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Winda juga
pekerjaan Johan sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya
mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa. Winda mendengarkannya dengan
baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang
sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Windapun memberikan tanggapan seadanya,
dapat dimaklumi karena Winda yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu
tahu kehidupan sopir.
Windapun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun
sempat memuji Winda yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di
kota Padang. Ya Winda tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.
Winda juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau
menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata
bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru.
Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di
Sumatera juga Jakarta.
Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Winda sempat bertanya tentang keluarga Johan. Ia
tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya
.Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka
menelantarkan keluarga. dan Johan memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan
lengkap. Padahal bagi Winda saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan
bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Winda
sampai di dekat rumahnya di Padang.

Winda di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Winda sempat mengenalkan Johan
pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Winda
menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Johan dengan sopan menolaknya dengan
alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di
perempatan by pass itu.
Semenjak Winda mengenal Johan, Winda akhirnya sering menumpang truknya ke Padang.
Winda jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang.
Sejauh itu, keakraban Winda dan Johan, mereka masih dalam batas - batas yang di tentukan
norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk
makan dan Winda selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada
perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. Winda tidak mau terlalu banyak
berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang
udah gratis ,makan gratis pula??
Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Winda bersama Johan. Kadang dia tidak ke
Padang, hanya ke Bukittinggi, Winda juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Winda naik
travel atau bis. Winda pun akhirnya telah menganggap Johan seperti kakaknya sendiri. Itu karena
ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga
sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Winda sering membawakan oleholeh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang Winda menyisihkan buat Johan, ya meski
harganya tidak seberapa namun ia amat senang.
Selama 2 bulan itu Winda selalu bersama Johan jika ke Padang. Mulailah Johan bersikap aneh.
Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Winda
berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Winda
berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa
risih dan tidak enak hati. Winda kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara
tentang hal-hal yang tidak pantas itu. Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang
cabul itu. Winda bersyukur hingga saat ini Johan tidak macam macam kepadanya. Winda
menyadari mungkin Johan sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun Winda tidak
menanggapinya, dan seperti angin lalu saja.
Hingga sampailah saat Winda pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang
jemari tangannya. Winda tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. Winda langsung menarik
tangannya dari genggaman Johan.
Da jaan da, Winda alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Winda
kecewa (bang jangan bang,,,,Winda punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega
membuat Winda kecewa)? ucap Winda. Winda juga mengancam akan mengadukan
perlakuannya itu kepada kakaknya. Johanpun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali
meraih jemarinya. Winda juga berkatag padanya.
Cukuik sampai disiko sajo da, Winda indak ka manumpang oto uda lai ( Winda tidak akan
menumpang truk abang lagi). Hingga Winda sampai di Padang Winda hanya berucap terima
kasih lalu diam. Winda masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun Winda tidak tahu apa
yang membuatnya jadi seperti tadi.

Hampir selama sebulan ini Winda tidak melihat Johan di rumah kakaknya, namun truknya masih
nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Winda pulang naik bis yang kadang
transit di Bukittinggi. Winda tidak tahu kemana ia pergi, namun Winda menanyakan pada ibu
kosnya, dan Winda di beri tahu bahwa Johan sedang mengunjungi mantan istrinya untuk
menjenguk anaknya. Windapun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.
Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Johan tanpa sadari Winda
perasaannya mulai berubah. Tiba - tiba saja Winda malah sangat ingin bertemu dan ingin
numpang pulang dengan truknya. Ya, Winda seakan rindu berat.
Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Windapun mau
saja diajak pulang bareng dengan Johan yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka
berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali
bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki
libido tersembunyi. Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Winda malah
mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak
tersalur atau laki - laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin
bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Winda. Sepertinya wanita muda tersebut tidak
peduli lagi akan omongan joroknya Johan.
Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di
Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Winda
membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Johan. Mereka makan dengan lahapnya. Dan
setelah makan mereka berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang
Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah
yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara
malam yang berembus dari celah kaca mobil, Winda jadi mengantuk. Winda menyandarkan
kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Winda sering
terantuk. Lalu Johan menawarkan, supaya Winda tidak terantuk kaca agar Winda mendekat
kearahnya, dan bersandar di bahunya.
Win...daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Winda
daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang) kata Johan.
Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok
elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah
bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang) kata Winda menolak dengan
halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Winda telah ngantuk berat.
Dengan sebelah tangannya Johan meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat,
dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi
handel persneling mobil. Winda akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki
tersebut. Winda terlelap sesaat. Padahal hati kecil Winda saat itu berbisik bahwa itu salah besar,
dan Winda mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Winda juga merasakan dorongan
yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.

Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Winda menyadari, tiba - tiba sebuah
kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Langsung
ia menolakkan muka Johan dengan tangannya. Johan pun menghentikan kecupannya meskipun
tangan kirinya masih merangkul bahu Winda agar tetap rapat menempel pada dirinya. Winda
berusaha melepaskan tangan Johan pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke
jalan.
Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang kancang
(Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh) kata Winda
mengingatkan. Johan pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..
Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat
Winda yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Johan, terkejut karena tiba tiba saja
karena bibir berkumis Johan menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Winda
langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak
bisa berkata kata apalagi berbuat kasar
Eh da Johan ko ndak mangarati juo, Winda mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang
beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Johan ini tidak juga ngerti, Winda mohon jgn di ulang lagi
ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?. Namun, Johan sang sopir dia tetap
santai-santai saja, seakan akan Winda mengizinkan Johan berlaku demikian
Abihnyo Winda mambuek uda galigaman (habis Winda bikin abang gemas) jawabnya sambil
meminta maaf.
Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang
Johan katakanKembali tangan kiri Johan meraih bahu Winda untuk mrengkuhnya agar kembali
rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Johan tidak lagi menciumi Winda, hanya meremas
remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa
hangat dan nyaman menghampiri perasaan Winda saat itu.
Hingga...
Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang
baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir
wanita muda itu. Hanya saja herannya Winda malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada
desir desir gairahnya yang mulai bangkit. Lalu Johan menghentikan truknya di tengah jalan
dan kembali... menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Winda kembali dengan lebih
bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung
terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Winda diam, matanya
terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan
mereka tersebut.
Tiba tiba...
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung
Johan menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga
rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Winda masih saja terbayang akan

perlakuan Johan pada dirinya. Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan
mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Winda
bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Johan. Dalam mimpinya ia merasa
amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.
Kembali kini Winda ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak
bertemu Johan. Kata kakaknya Johan sedang ada muatan ke Pematang Siantar. Winda sangat
berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Winda seolah
olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya
hanya tertuju pada Johan seorang.
Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Winda hendak
pulang ke Padang. Saat di perjalanan Johan minta Winda untuk melepas kacamata Winda. Winda
heran kenapa dia meminta Winda melepaskan kacamata?
Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata
Dik Win tidak mengenakan kaca mata) . kata Johan. Windapun menurut lantas melepas dan
menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang
perjalanan itu Winda tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu
Winda, menariknya agar duduk berdekatan. Winda yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan
karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu
kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Johan.
Dan kembali dalam perjalanan menuju Padangpanjang Johan meminta Winda melepas penutup
kepalanya
Win uda taragak mancaliak rambuik Winda, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo,
sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win..abang ingin melihat
rambut Winda...selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini,
tidak ada yang akan lihat) katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat
rambutku.
Jaan daa, Winda alah barumahtanggo.. punyo anak.. Winda taragak manjadi ibu jo istri nan
elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Winda kuatie da (jangan lah bang,Winda sudah
berkeluarga,juga punya anak, jadi Winda ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka
kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, Winda kuatir bang). Winda merasa keberatan,
sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
Alaa, Diek Winda jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Winda,
walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik Winda jangan takut ama abang, abang kan bukan
orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Winda,meski abang tau Winda sudah punya suami
dan anak) kata Namun Johan menyakinkan. Winda bahwa ini hanya sebentar. Lalu Windapun
meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Johan naik dan membelai rambut Winda, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di
tumbuhi rambut halus.

Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di
tengkuk dik Win) ujar Johan.
Harum bana (sangat wangi) lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu
mendekat kearah wajahnya. Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Winda merasa geli dan
merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Winda di bahunya di
sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi
wanita muda tersebut
Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih) tambah Johan. Winda diam
saja.
Biasalah laki laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi
aku batin Winda.
Winda pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena
macet Johan mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang
tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Winda berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan
kanan Johan berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu
melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung.
Winda memejamkan matanya
Uhhh...desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Winda tidak dapat berbuat apa apa selain
hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya
di pangkuan. Beberapa saat kemudian Johan menarik tangannya dan kembali melajukan truknya
menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.
Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di
stir Johan dengan tangan kanannya merengkuh wajah Winda, dan tiba tiba saja bibir wanita
muda tersebut di lumatnya. Winda langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun
Winda tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Johan melepaskan
bibir merah milik Winda. Namun tangan kiri Johan kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari
wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas
kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana
panjang. Winda sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru
bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Johan. Terasa hangat dan kasar. Tangan Johan lalu
keluar dan dia kembali asyik dengan stir.
Saat memasuki jalan by pass
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Johan menepi dan
menghentikan truknya di pinggir jalan.
Ko baranti da (kenapa berhenti bang)? tanya Winda bingung.
Johan diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya
mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Winda kembali
dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Johan pada bibir
lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun. Sedikit
demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Winda membalas setiap lumatan
bibir Johan, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Johan untuk menikmati

kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Johan
merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas
menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat
milik Winda tersebut dari luar bahan pembungkusnya. Wanita muda tersebut seolah tak mampu
menolaknya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan, namun keinginannya di kalahkan oleh
hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu
mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat geliat
dalam dekapan Johan di dera nikmat pada sekujur pori - porinya. Selang sekitar 25 menit
kemudian Johan menghentikan perbuatannya.
Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya
rawan sering terjadi perampasan) ujarnya kuatir kemudian.
Winda diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi
napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula
persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak.
Winda terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam
dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat
perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Winda di rumahnya sekitar pukul
setengah sepuluh malam itu Winda langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.
Malam itu Winda sempat bersetubuh dengan suaminya Winda heran malam itu ia kurang
bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.
Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik) kata
suaminya. Winda merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka
belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Windapun menuruti keinginan suaminya. Di
ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tibatiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Johan .Langsung gairah dan nafsunya mereda.
Winda langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan
tugasnya sebagai istri, maka Winda berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.
Aktifitas Winda kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya.
Dan bekerja seperti biasanya.
Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong.
Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang
anaknya di sana. Dan praktis hanya Winda yang berada di rumah itu. Johan dan juga tak
kelihatan. Besoknya pada hari rabu Johan muncul namun tidak dengan truknya.
Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ujarnya Johan
menerangkan pada Winda saat menanyakan truknya. Malam itu Johan mengajak Winda.
Win ..alah makan Win (Win udah makan Win)?tanya Johan.
Alun lai da (Belum bang) sahut Winda.

Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo
kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Johan
mengajak wanita muda tersebut.
Ndak baa do da (Boleh bang) sahut Winda.
"Tapi jan lamo - lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)? sambung Winda kembali.
Lalu Windapun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan
berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian
berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet
berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak
agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari
ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Johan mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru
Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung
yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk
secara lesehan. Winda berada pada sisi kanannya Johan. Memang tempatnya amat romantis,
apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka.
Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka
duduk bersantai.
Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Winda terlena oleh suasana. Winda
rebah di pangkuan pada paha kirinya Johan.
Winda memegang lengan Johan. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Johan
membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun
mendekati wajah Winda. Winda merasakan jantungnya berdegup kencang Johan mengecup
kepala Winda yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik
menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan. Winda memejamkan
matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Winda hanya diam
namun akhirnya Winda mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat
yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Johan.
Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Winda. Sedangkan tangan kiri Johan
telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang
krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat
dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Johan merayap di sepanjang batang paha Winda
mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Winda tetap
rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera
meletup dalam diri Winda. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.
Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi
lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Johan.
Didalam mobil itu masih di kursi depan Johan kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan
terus ke dada Winda yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Johan pun melumat bibir
tipisnya. Winda hanya bisa diam meski lidah Johan dengan leluasa telah mengait ngait
lidahnya dalam mulutnya... agak lama.... sebelah tangan Johan lalu berusaha masuk kedalam

celana panjang katun yang Winda kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai
menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Winda seperti tersengat... geli.
namun Winda menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.
Jaan lah da... ,Winda alah punyo laki jo anak (jangan bang Winda udah mempunyai suami dan
anak) ujar Winda lirih.
Winda malu...tambah Winda mencoba menahan keinginan Johan saat itu disela sela napsunya
yang telah bangkit hampir membakar dirinya.
Johanpun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan
begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Winda masuk kerumah pavilunnya dan terus
masuk ke dalam kamar. Sedangkan Johan pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu Winda
sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya
kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai... Winda pun takkan kuasa menolak
rasanya. Tetapi tampaknya Johan memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Windapun
kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya
Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di
tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan.
Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan.
Tempatnya juga tidak begitu ramai. Winda maklum Johan mengajaknya ke luar dari kota itu agar
mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Winda. mereka hanya makan
saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling
berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang
Malam Jumat itu Winda telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Johan di atas
ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.
Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda masih terlelap di ranjang yang
telah acak-acakan tersebut. Saat Winda bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya,
selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan
pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat itu Winda
mandi sebersih bersihnya, berusaha agar jejak - jejak di tubuhnya hilang. Ya, Winda kuatir
jika jejak jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan
pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang
memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan,
demikian alasannya. Winda berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup
untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari
perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu
Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar
jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu
langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan
setelahnya langsung mandi. Winda saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana

panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan
cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur memasak untuk dirinya
sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada
tempatnya.
Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju
rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan
mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri
di pintu ia bertanya pada Winda
Winda , indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang gak)?.
Ma bisa Winda pulang... (mana bisa Winda pulang).., sambil berdiri di pintu paviliun Winda
sewot menjawab.
Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke
Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren) tambah wanita bertubuh sintal
itu...
Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)
Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah
bisa kiamat) ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata.
Uda ka pai ka Medan malam ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu).
Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari) tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda
tersebut.
Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda) Winda diam saja, merasa
percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan
yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora
kemaren.
Johan berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya,
memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah
kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri
Winda, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir berkumisnya
berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu Winda diam membiarkan saja, bibir berkumis
tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri
tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut
wanita muda dan langsung melumat
Beberapa saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu. Lelaki
gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili demi mili,
mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan
lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus
mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Winda tergerak membalasnya, mulai

menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih
berpakaian lengkap. Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya
mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja... tindakannya tubuhnya
mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu,
menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Winda untuk
masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Winda tak sedikitpun berusaha menolak.
Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang, lalu melepaskan busana
Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya
termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat
tergesa gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Winda hanya memandang dengan nafas
yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda tau Johan ingin
melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian
malam sebelumnya yang sangat melenakannya.... Winda terlentang pasrah, tubuh Johan mulai
menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya. Winda yang tengah memeluk bahu lelaki
itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Hanya rasa
nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak
perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda yang kedua kakinya
terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas,
menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut hingga akhirnya Johan
menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram, dan
mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh
masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut... Padahal Winda belum apa - apa. Setelah ia
sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam
kamar tersebut.
Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ndak uda sampaikan ka Winda (Abang
akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda), ucap Johan.
Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo apo, lain wakatu uda ndak mamuehkan diek Winda
(abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik
Win), tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda merasa aneh, Johan malah minta maaf
karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu
kira - kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena
Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja.
Dan Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari. Merapikan
rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon.
bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya.
Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut
mertua Winda. Seharian itu Winda asyik dengan anak dan suaminya... jalan - jalan di daerah itu.
Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat
sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore
suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..

Saat itu Winda baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya
Johan masih belum pulang Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian
kerja. Selasa malam itu Johan pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Winda
mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif
bunga. Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Johan lalu menemui Winda di
kamarnya dan minta Winda menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia
membawa oleh - oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang merasakan lapar akhirnya mau
menemaninya makan senja itu.
Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo
(Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, kawani abang
makan ya)?,kata Johan. Winda menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan
malam itu. Setelah makan Winda merasakan makanan amat kentara panasnya maklum gulai
kambing pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Johan juga
begitu.
Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Winda
menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Johan. Johan hanya tersenyum
simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit
putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah
kamarnya. Winda agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa
Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?, tanya Winda
jengah.
Ado sasuatu untuak Winda (ada sesuatu buat Winda) jawabnya...
Winda dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah
dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. Winda dimintanya duduk di
tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda duduk saja mengikuti
permintaannya karena Johan memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal
yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja
sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung
wanita bertubuh sintal itu. Winda memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak
puntung rokok dan botol - botol minuman..
Kemudian Johan memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak
berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih.
Winda merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji..
Iko hadiah (ini hadiah) katanya.
Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang
juga) pintanya. Winda berusaha menolak
Indak usahlah damalu... katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya
namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa,
Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah
dipakainya. Winda menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala

Winda yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu
membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Winda kenakan ketangan
Winda, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang,
dan mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.
Setelah kalung putih tersebut terpakai, Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah
kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding,
kepalanya menunduk karena geli, Winda berusaha menolakkan kepala Johan dengan tangan
kanannya namun Johan terus saja menciumi tengkuknya, Winda kegelian dan Johan tak juga
berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak
ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Winda.
Uhhh..Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya,
memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang saat itu masih terbalut kimono dan
pakaian dalamnya. Winda lalu berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun
tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan! Hingga kancing kimono itu
akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai.
Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas
ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi
bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing
menikmati rasa geli yang timbul.
Ahh..rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada
Winda lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara
bebas. Johan membalikkan tubuh Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya
meraih kebelakang, pengait penutup dada Winda dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun
wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi
yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut
telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong Hanya tinggal celana panjang yang masih pada
tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik
celana tersebut. Winda membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah
membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran
medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga
meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda telanjang dan terkulai
pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.
Johanpun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah Winda
yang terlentang telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. Winda pun mulai
menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat
panas bergairah. Johan bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari
tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah,!!! dibantu oleh kedua kaki
Winda yang membuka memberikan jalan... Winda hanya bisa menatap mata Johan.., menggeliat
bak cacing kepanasan dan merintih

Ohh. Lalu Johan berdiri dalam tatapan Winda pada punggungnya dia dan mengambil
sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri
wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas
perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi. Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di
atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Winda
rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas,
lalu kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai,
dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal
tersebut.. Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang hebat..
Saat dirinya yang diam menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda dengan jemari tangan
kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya
bisa menggeliat dan merintih-rintih. Winda memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang
dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Johan.... terus bermain di
liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah
muda dan telah badah itu. Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah
yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian Winda...
orgasme...!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan
keras. Saat itu Winda hanya bisa memicingkan mata kejang,.. dan merintih.. , semua cairan
kewanitaan miliknya dihisap Johan...!!!
Johan bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya
yang berbulu kekar membuka kedua kaki Winda yang mulai merapat kembali, lalu meraih
tangan kanan Winda dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja Winda merasakan.. menyentuh dan
memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Johan menarik tangan wanita
muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh. Winda takjub karena ukurannya
yang luarbiasa.. Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Johan dengan cepat menarik
tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Winda menggenggamnya sambil
memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan
menyakitinya.., beberapa saat kemudian Winda melepaskannya kembali
Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda
di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat
pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, Windapun turut bergerak,
menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya.
Winda memicingkan mata yang ada hanya perasaan geli dan ingin cepat - cepat di masuki saja
Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda
hidup masuk.., sudah tidak sakit lagi!!!
Uhh.rintih Winda. Tubuh Winda terlonjak saat langsung mentok..! Kedua kakinya tetap
terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda
merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya
dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya
menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut
perlahan. Bergantian sebelah kiri dan kanan . Lalu... lelaki itu bergerak menarik pinggulnya
perlahan, sehingga lepitan kewanitan Winda seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang

kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking
nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di
bawah karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada
setiap hujamannya.
Ahh..klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa seperti tersengat
listrik..., tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang.
Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar. Winda ingin ia berlama lama
dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat.
Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu yang membuat Winda
merasa takjup saat Johan memompa itu amatlah kuat, iramanya perlahan dengan batang
kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira - kira 15
menit kemudian itu Johan semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada
rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.
Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping..
Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya.
Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Winda
terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Winda puas
Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya memandang,
terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu hanya rasa
lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.
Rupanya ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan
handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas meminta Winda untuk membersihkan diri di kamar
mandi itu. Windapun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang
Dalam kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya.
Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya pada bagian bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau
tubuh Johan.
Lalu Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk menutupi tubuh
telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk
menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. Winda melangkah
keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau,
mungkin jarang di cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.
Di kamar Winda pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak
ada dan Winda bertanya. Akhirnya carik segitiga itu dapat di temukan Johan tergeletak di sudut
ranjang-nya. Winda tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka
berdua. Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut kain segitiga penutup
pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas
ranjang. Winda bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang
melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.

Aw ah.. ah.. uda (aw ah.. ah.. abang), Winda menjerit manja. Winda kembali telanjang,
berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Johan yang telah mengenakan celana
dalam itu kembali memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti
tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.
Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda yang gelagapan tak
menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka saling kulum. Saat itu Winda pun
tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan Sementara kedua tangan berada di
samping kepala Winda, sedangkan naluriah tangan Winda mendekap bahunya. Di bawah, Winda
hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua kakinya telah membuka,
menempatkan tubuh Johan diantaranya.
Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan meremasnya, bibir
berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang
membusung pada bagian kanan sehingga Winda mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan
Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah bawah
pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Winda, dan jarinya masuk kedalam..!! Winda
semakin tidak karuan, Winda sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang,
mendesah
Sementara tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada Winda yang puncaknya
semakin menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi - jadi saat
kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Winda tentu saja menjepit
kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya
sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak
rambutnya..!! Winda mendengus,
Mnnnh ah mm ugh mm, Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam
kewanitaannya.
Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita
muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga . Rupanya saat melakukan rangsangan pada
Winda, Johan juga melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua
kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara Winda hanya bisa memegang dengan erat
kain sprei... Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita
muda yang telah terkangkang pasrah itu. Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya
menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah... Perlahan Winda merasakan sebentuk
batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir
bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia hentikan karena
telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya,
mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya..
Ou... uhh.. erang Winda saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam, tubuhnya
menggial matanya memicing... dengan tangan mencengkeram sprei. Winda tau keseluruhan
batang tegang Johan telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki

itu saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha Winda. Johan diam beberapa saat. Perlahan
ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Winda mulai merasakan
nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. Winda mendesah keras,
Ouhh Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong
pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal
dan nyilu!!
Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat,
Uuauuu ugh.. ugh Winda mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari
tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah merasa capai dan otot pinggulnya serasa
kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan
bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi - bunyian pada pertemuan kedua
selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Winda masih merasa
malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.
Beberapa saat kemudian Winda mengerang keras dengan serak, matanya terpejam dan
meledak, tubuhnya menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk
duri, menjepit ketat pinggul Johan dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian
dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang lalu
terkulai.. capai..
Oh ahhhhhh addduhh duhh
Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah
kewanitaan Winda tak berhenti malah semakin cepat..!!! Winda sudah sangat lemah saat itu,
hanya terlentang, terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang
apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu
riuh terdengar dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya
menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda
itu terbenam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di
dalam kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa
saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..
Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya
tidur di situ.
Da Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..),
Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat
bang..).kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda
berada di dalam kamar adiknya.
Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ko (kan
Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya gak mungkin malam ini koq), sahut
Johan.

Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo
beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?, kata
Winda menerangkan.
Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak
terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada
orang yang tau. Saat sampai di pintu paviliunnyanya. Winda masuk tetapi dengan nakal tangan
Johan masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya. Saking
lelahnya Winda tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di
kamar Johan. Winda berbisik pada Johan,
Da, sarawa Winda lupo..., (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)dengan tersenyum Johan
berkata,
Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik). Begitu
tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah,
berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
Malu da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..), kata Winda
Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur karena kelelahan yang amat
sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah
lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan
menyimpannya di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi
Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku
putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam
keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain
yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun
tetap segini-segini saja.
Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sek olah, aku disuruh ayah mengantarkan
surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang
melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.
Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak
muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit
beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak
semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.
Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke
pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena
dia lebih senang di rumah.
Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun
di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini
aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit
warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku

memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.
Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka
giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya
tidak dapat dia berikan sendiri.
Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku.
Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar. Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata,
"Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang."
"Makasih, Bi." jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.
Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert.
Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan
halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat
Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.
"Ooh.." pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulu-bulu dadanya yang lebat, dan
tonjolan di antara kedua pahanya. Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan
payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia
pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.
"Halo Karin, apa kabar kamu..?" sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku. Aku pun balas
sun dia walau kagok, "Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?" "Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari
sekolah yah..?" tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah. Tatapannya berhenti
sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat
tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.
"Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?" ujarku basa-basi. "Tante Mella lagi ke Bali sama
teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih." balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
"Ooh.." jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert
dengan leluasa lagi. "Ke dapur yuk..!"
"Kamu mau minum apa Rin..?" tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur. "Air putih aja Om, biar
awet muda." jawabku asal. Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah
duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya. "Duduk
di sini boleh yah Om..?" tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku
makin tinggi terlihat. "Boleh kok Rin." kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas
berisi air dingin.
Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang
beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun
limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku. "Aaah..!" pekikku kaget,

sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak
jatuh. "Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh.
Dingin nggak airnya tadi..?" tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan
kaosku.
Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan
matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku
yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert. "Om.. udah Om..!"
kataku lirih. Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan
kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil
mengelus rambutku.
"Kamu cantik, Karin.." ujarnya lembut. Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan
malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku
tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi
dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak
Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat
hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.
Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman,
tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang
bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert
juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas
payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.
aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu.
Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk
hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian
dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku
dari belakang dengan tangannya yang cekatan.
Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada
di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku
memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah
tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan
lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisaphisap puting kiri dan kananku.
Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat
Om Robert bernafsu. "Oom.. aah.. aah..!" "Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama
badan kamu, bagus banget. Apalagi ini.." godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan
tegang. "Ahh.., Om.. gelii..!" balasku manja.

"Sshh.. jangan panggil 'Om', sekarang panggil 'Robert' aja ya, Rin. Kamu kan udah gede.." ujarnya. "Iya
deh, Om." jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
"Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!" kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab
malahan mencium bibirku mesra.
Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahutahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana
renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah
ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang
merekah dan berwarna merah muda.
Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke
bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan. "Aeeh.. uuh.. Rob.. aawh..
ehh..!" Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang
tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan
atau ke belakang.
Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun
menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di
atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya
dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga
sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.
Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai
menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya
aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya. "Aawww.. gede banget sih Rob..!" ujarku
karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
"Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!" Aku tersenyum sambil
menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.
Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam
vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan
terdengar Om Robert mengerang keenakan. "Ah Rin.. enak Rin.. aduuh..!" "Iii.. iyaa.. Om.. enakk..
ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!" balasku sambil merem melek keenakan.
Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini
biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
"Awwh.. awwh.. aah..!" orgasmeku mulai lagi. Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah
dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri
tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela
paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style.
Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayunayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku.
Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih
itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.
"Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!" rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku
lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku. Kedua tanganku berpegang pada ujung
meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila
rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi
tubuhku.
Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok
makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi.
Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert,
akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.
"Aaah.. Riin..!" erangnya. Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas
sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan
kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.
"Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!" ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta
tadi di sekitar selangkangan Om Robert. Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang
sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia
mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.
Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang
ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum. "Rin, Om minta maaf
yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?" ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di
pangkuannya. "Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah
yang paling ganteng dan baik." pujiku. "Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon
Om yah..?" balasnya. "Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh." "Iya Rin, kamu
juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi." "He.. he.. he.." aku tersipu malu.
"Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa." ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada
Om Robert. "Iya, makasih ya Karin sayang.." jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari
dalam rokku. "Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore." elakku sambil melepaskan diri dari Om
Robert. Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku
pun pulang.
Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat

kejadian tadi pun bertanya. "Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?"
Sambil menahan tawa aku pun berkata, "Iya Pak, dikasih 'wejangan' pula.." Supirku hanya dapat
memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan
senyuman rahasia. He..he..he..

Cerita Ngentot Ibu Mertua


Cerita Ngentot Ibu Mertua Cerita Ngentot Ibu Mertua - Spesial Update Foto Imut Cantik tantemembara.blogspot.com
kali ini akan berbagi informasi unik seputar Berita Harian Dewasa Terbaru Posting Pilihan
Cerita Dewasa~vidio 3gp~ Berita Heboh~ Unik Asik Semoga Postingan Kali ini lebih
menghibur Pecinta tantemembara.blogspot.com Foto Hot ~ABG` Artis model Cantik IMut.

umurku sekarang ini 26 tahun. Ini adalah pengalamanku yang benar-benar nyata dengan
Ibu mertuaku. Umurnya belum terlalu tua baru sekitar 45th. Dulunya baru umur 18 tahun
dia sudah kimpoi. Ibu mertuaku bentuk tubuhnya biasa-biasa saja malah boleh dikatakan
langsing dan singset seperti perawan. Tak heran sebab hingga kini ia masih mengkonsumsi
jamu untuk supaya selalu awet muda dan langsing.

Singkat cerita ketika istriku baru melahirkan anak pertama dan aku harus puasa selama
sebulan lebih. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana pusingnya aku. Hingga suatu saat aku
mengantar Ibu mertuaku pulang dari menengok cucu pertamanya itu. Aku biasa

mengantarnya dengan motorku. Namun kali itu turun hujan ditengah perjalanan. Karena
sudah basah kuyup dan hari sudah menjelang tengah malam aku paksakan untuk
menerobos hujan yang deras itu.

Setiba dirumah aku ingin segera membersihkan badan lalu menghangatkan badan. Di
rumah itu hanya ada aku dan Ibu mertuaku karena kakak iparku tinggal ditempat lain.
Sedangkan adik iparku yang biasa menemani Ibu mertuaku dirumah itu untuk sementara
tinggal
dirumahku
untuk
menjaga
istriku.
"Kamu mandi aja deh sana, Her" Kata Ibu mertuaku menyuruhku mandi
"Ah.. nggak usah.. Ibu duluan deh" Kataku menolak dan menyuruhnya agar lebih dulu
"Udah.. Ibu disini aja" Kata Ibu mertuaku yang memilih tempat cuci baju dan cuci piring
diluar
kamar
mandi.
Karena
disitu
juga
ada
air
keran.
"Yah.. udah deh" Kataku sambil mendahuluinya masuk ke kamar mandi.
Suasana waktu itu agak remang-remang karena lampu penerangannya hanya lampu
bohlam 5 watt. Aku iseng ingin tahu bentuk tubuh Ibu mertuaku yang sebenarnya ketika ia
telanjang bulat. Maka aku singkapkan sedikit pintu kamar mandi dan menontonnya melepas
satu per satu bajunya yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Dia tidak tahu aku
menontonnya
karena
dia
membelakangiku.
Aku perhatikania mencopot kaus T-shirt-nya ke atas melewati bahu dan lehernya. Lalu BHnya dengan mencongkel sedikit pengaitnya lalu ia menarik tali BH-nya dan BH itupun
terlepas. Adegan yang paling syur ialah ketika ia membuka celana panjang jeansnya. Sret..
celana jeans ketat itu ditariknya ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Jreng..! Aku lihat
kedua
buah
pantatnya
yang
kencang
dan
montok
itu
menantangku.
Aku yang sudah tak merasakan sex selama satu bulan lebih dan lagi dihadapkan dengan
pemandangan seperti itu. Aku nekat untuk mendekatinya dan aku peluk dia dari belakang.
"Eh..
Her..
ini
apa-apaan..
Her"
hardik
Ibu
mertuaku.
"Bu..
tolongin
saya
dong,
Bu"
rayuku
"Ih..
apaan
sih..?!"
Katanya
lagi
"Bu, udah dua bulan ini saya nggak dapet dari Dewi.. tolong dong, Bu" bujukku lagi
"Tapi
aku
inikan
ibumu"
Kata
Ibu
mertuaku
"Bu.. tolong, Bu..
please banget"
rayuku sambil tanganku mulai
beraksi.
Tanganku meremas-remas buah dadanya yang ukurannya sekitar 34b sambil jariku
memelintir putting susunya. bibir dan lidahku menjilati tengkuk lehernya. Tanganku yang
satu lagi memainkan klentit-nya dengan memelintir daging kecil itu dengan jariku. Batang
penisku aku tekan dilubang pantatnya tapi tidak aku masukkan. Ibu mertuaku mulai
bereaksi. Tangannya yang tadi berusaha meronta dan menahanku kini sudah mengendor.
Dia membiarkanku memulai dan memainkan ini semua. Nafasnya memburu dan mulai
mendesah-desah.
"Dikamar
aja
yuk,
Bu"
bisikku
Aku papah Ibu mertuaku menuju kamarnya. Aku baringkan dia tempat tidur. Aku buka
kedua kakinya lebar-lebar dan sepertinya Ibu mertuaku sudah siap dengan batang penisku.
Tapi
aku
belum
mau
memulai
semua
itu.
"Tenang
aja
dulu,
Bu.
Rileks
aja,
Ok?"
Kataku.
Aku mengarahkan mukaku ke liang vaginanya dan aku mulai dengan sedikit jilatan dengan
ujung
lidahku
pada
klentitnya.

"Ough.. sshhtt.. ough.. hmpf.. hh.. ooghh" Ibu mertuaku mendesah dan mengerang
menahan
kenikmatan
jilatan
lidahku.
Dia sepertinya belum pernah merasakan oral sex dan baru kali ini saja ia merasakannya.
Terlihat
reaksi
seperti
kaget
dengan
kenikmatan
yang
satu
ini.
"Enak
kan,
Bu..?"
Kataku
"Hmh.. kamu.. sshtt.. kamu.. koq.. gak jijik.. sih, Her?" Tanyanya ditengah-tengah desah
dan
deru
nafasnya.
"Enggak,
Bu..
enak
koq..
gimana
enak
gak?"
"Hmh.. iyahh.. aduh.. sshhtt.. eenak.. banget.. Her.. sshhtt" jawab Ibu mertuaku sambil
terus
merintih
dan
mendesah.
"Itu
baru
awalnya,
Bu"
Kataku.
Kali ini aku kulum-kulum klentitnya dengan bibirku dan memainkan klentit itu dengan
lidahku. Aku lihat sekujur tubuh Ibu mertuaku seperti tersetrum dan mengejang. Ia lebih
mengangkat lagi pinggulnya ketika aku hisap dalam-dalam klentitnya. Tak sampai disitu
aku terobos liang vaginanya dengan ujung lidahku dan aku masukkan lidahku dalam-dalam
ke liang vaginanya itu lalu aku mainkan liukkan lidahku didalam liang vaginanya. Seiring
dengan
liukanku
pinggul
Ibu
mertuaku
ikut
juga
bergoyang.
"Ough.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh.. hmh.. ough.. shhtt.. ough.. hmh.. oufghh.. sshhtt"
suara itu terus keluar dari mulut Ibu mertuaku menikmati kenikmatan oral sex yang aku
berikan.
Aku sudahi oral sex ku lalu aku bangun dan berlutut dihadapan liang vaginanya. Baru aku
arahkan batang penisku ke liang vaginanya tiba-tiba tangan halus Ibu mertuaku memegang
batang
penisku
dan
meremas-remasnya.
"Auw..
diapain,
Bu..?"
Tanyaku
"Enggak.. ini supaya bisa lebih tahan lama" Kata Ibuku sambil mengurut batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat bercamput sakit sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja
tetapi tidak ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk
memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan kencang dan tahan lama.
"Guedhe.. juga.. punya kamu, Her" Kata Ibu mertuaku sambil terus mengurut batang
penisku.
"Iya
dong,
Bu"
Kataku.
Kali ini kedua tangan Ibu mertuaku beraksi mengurut batang penisku. Tangan yang satunya
lagi mengurut-urut buah pelirku dan yang satu lagi seperti mengocok namun tidak terlalu
ditekan
dengan
jari
jempol
dan
telunjuknya.
Tak
lama
kemudian..
"Egh.. yah.sudah.. pelan-pelan.. yah sayang" Kata Ibu mertuaku sambil menyudahi pijatanpijatan kecilnya itu dan mewanti-wantiku supaya tidak terlalu terburu-buru menerobos liang
vaginanya.
Aku angkat kedua kaki Ibu mertuaku dan aku letakkan dikedua bahuku sambil mencoba
menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sedari tadi sudah keras dan
kencang.
"Ouh.. hgh.. ogh.. pelan-pelan, Her" Kata Ibu mertuaku ditengah-tengah deru nafasnya.
"Iya, Bu.. sayang.. egh.. aku pelan-pelan koq" Kataku sambil perlahan-lahan mendorong
penisku
masuk
ke
liang
vaginanya.
"Ih..
punya
kamu
guedhe
banget,
sayang..
ini
sih.. gak
normal"Katanya
"Kan tadi udah diurut, Bu" Kataku.

Aku teruskan aksiku penetrasiku menerobos liang vaginanya yang kering. Aku tidak merasa
istimewa dengan batang penisku yang panjangnya hanya 15cm dengan diameter sekitar 3
cm.
Dengan sedikit usaha.. tiba-tiba.. SLEB-SLEB-BLESSS! Batang penisku sudah masuk semua
dengan
perkasanya
kedalam
liang
vagina
Ibu
mertuaku.
"Ough.. egh.. iya.. sshh.. pelan-pelan aja yah, sayang" Kata Ibu mertuaku yang mewantiku
supaya
aku
tidak
terlalu
terburu-buru.
Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Ibu mertuaku berputar-putar
seperti
penyanyi
dang-dut.
"Ough.. gilaa, Bu.. asyik.. banget..!" Kataku sambil merasakan nikmatnya batang penisku
diputar
oleh
pinggulnya.
"Ough.. sshtt.. egh.. sshh.. hmh.. ffhh.. sshhtt.. ough.. sshhtt.. oughh" Ibu mertuaku tidak
menjawab hanya memejamkan mata sambil mulutnya terus mendesah dan merintih
menikmati
kenikmatan
sexual.
Baru sekitar 30 menit aku sudah bosan dengan posisi ini dan ingin berganti posisi. Ketika itu
kami masih dalam posisi konvensional. Aku mau menawarkan variasi lain pada Ibu
mertuaku..
"Eh.. Ibu yang di atas deh" Kataku.

"Kenapa,
sayang..
kamu
capek..
yah..?"
Tanyanya.
"Gak"
jawabku
singkat.
"Mo
keluar
yah..
hi..
hi..
hi..?"
Godanya
sambil
mencubit
pantatku.
"Gak..
ih..
aku
gak
bakalan
keluar
duluan
deh"
Kataku
sesumbar.
"Awas.. yah.. kalo keluar duluan" Goda Ibu mertuaku sambil meremas-remas buah
pantatku.
"Enggak.. deh.. Ibu yang bakalan kalah sama aku"Kataku sombong sambil balas mencubit
buah
dadanya
"Auw.. hi.. hi.. hi" Ibu mertuaku memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku
semakin
horny.
Dengan berguling ke samping kini Ibu mertuaku sudah berada di atas tubuhku. Sambil
menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan
tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk
diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan putting susu yang mengacung ke
atas menantangku. Aku juga duduk dan meraih putting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum.
Ibu mertuaku mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini cukup ia
yang pegan kendali. Ibu mertuaku kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar
seperti Inul Daratista.

"Egh..
sshhtt..
ough..
sshhtt..
ough..
egh..
hmf"
desah
Ibu
mertuaku.
"Gila,
Bu..
enak
banget..!"
"Ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu mertuaku mendesah dan merintih sambil terus
meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang
vaginanya.
Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan telapak tangan.

Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan
keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Ini berkat pijatan dari Ibu mertuaku tadi itu. Bisa
dibayangkan jika tidak aku sudah lama orgasme dari tadi.

"Ough.. sshtt.. emh.. enagh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.. eeghh.. enak.. ough" liukan
pinggul Ibu mertuaku yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju
mundur
tak
karuan.
"Ough.. iiyyaahh.. egghh.. eghmmhhff.. sshhtt.. ough.. aku udah mo nyampe" Kata Ibu
mertuaku.
"Bu.. aku juga pengen, Bu.. egh" Kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
"Egh.. iyah.. bagusshh.. sayangg.. ough.. sshhtt.. ough.. sshtt.. ough" Ibu mertuaku
merespons
gerakanku
untuk
membantunya
orgasme.
Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak dibatang penisku untuk
keluar
juga.
"Hmfh.. terusshh.. iyah.. ough.. oughh.. AAAUGHH.. OUGH.. OUGH.. OUGH" Ibu mertuaku
telah sampai pada orgasmenya.

Pada batang penisku terasa seperti ada cairan hangat mengucur deras membasahi batang
penisku. Ibu mertuaku menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dan nafasnya
yang tersengal. Ibu mertuaku telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya
denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan
itu seperti menyedot-nyedot batang penisku Dan.. CROT.. CROTT.. CROTTT..! muncrat
semua
air
maniku
diliang
vagina
Ibu
mertuaku.
"Bu,
kerasa
nggak
air
mani
saya
muncratnya..?"
Tanyaku
"Eh.. iya, Heri sayang.. Ibu udah lama pengen beginian" Kata Ibu mertuaku
"Iya..
sekarang
kqn
udah,
Bu"
Kataku
sambil
mengecup
keningnya
"Oh.. kamu.. hebat banget deh, Her" Kata Ibu mertuaku sambil membelai-belai rambutku.
"Itu semua kan karena Ibu" Kataku memujinya

"Ih..
bisa
aja..
kamu"
sahut
Ibu
mertuaku
sambil
mencubit
pinggulku.
Ibu mertuaku masih di atas tubuhku ketika HP-ku berbunyi ternyata dari istriku yang
menyuruhku supaya menginap saja dirumah Ibu mertuaku. Setelah telepon di tutup aku
memekik kegirangan. Setelah itu kami melakukan pemanasan lagi dan melakukannya
sepanjang malam hingga menjelang subuh kami sama-sama kelelahan dan tidur. Entah
sudah berapa kali kami bersenggama dalam berbagai posisi. Pagi harinya kami masih
melakukannya lagi dikamar mandi untuk yang terakhir lalu setelah itu aku sarapan dan
pulang.

Anda mungkin juga menyukai