Anda di halaman 1dari 72

Mbak Yuli Bidan Serba Bisa

Namanya Yulianti, aku memanggilnya Mbak Yuli. Dia adalah bidan tempatku
sekarang tinggal, umurnya 38 th dan sudah 8 th menikah tapi belum dikaruniani
anak. Awal kenal dengannya kurang lebih 4 th yang lalu, lebih dulu kenal dengan
suaminya bernama mas Suryo yang berprofesi pemasok onderdil mobil.
Singkat cerita pada tahun pertama pernikahanku, istriku melahirkan seorang bayi
laki laki dan persalinannya dibantu oleh Mbak Yuli. Semua berjalan normal sampai
ketika itu jam 9 malam 4 jam setelah proses persalinan normal istriku aku disuruh
mengambil obat obatan buat anak dan istriku dirumah Mbak Yuli. Tanpa banyak
pikir akupun bergegas kerumah Mbak Yuli yang berjarak 100 m. Lampu ruang
tamu dan tempat prakteknya masih menyala.
"Ting toooongggg !"
Pintu tempat praktek Mbak Yuli tak lama terbuka
"Eh mas Doddy,masuk mas"sambut Mbak Yuli
"Iya mbak"jawabku
"Duduk dulu mas,tak ngracik obat dulu"sambung Mbak Yuli
"Iya mbak"aku cuma ber-iya iya aja
"Enak ya mas udah punya istri cantik sekarang sudah ada dede juga,cowok
lagi"Mbak Yuli mulai buka obrolan sambil ngracik obat
"Alhamdulillah mbak,dikasih amanah sama sang kholiq"jawabku
"Aku juga pengin banget sebenernya"katanya
"Ya tinggal bilang aja sama mas Suryo mbak"lanjutku. Mbak Yuli cuma tersenyum
mendengar kata2ku. Aku jadi berasa ga enak, takut menyinggung perasaannya.
"Emang mas Suryo kemana mbak koq gak keliatan"aku coba ganti topik obrolan
"Tadi sih telpon katanya mo ngecek barang yang baru datang,jadi pulangnya
telat"jawab Mbak Yuli
Tak lama obat pun selesai diracik
"Ini mas obatnya,aturan pakainya ada di bungkusnya ya mas"kata Mbak Yuli
"Iya mbak makasih,permisi sekalian"kataku
"Iya mas. Ehmm soal anak, gimana ya mas Dod. Soalnya mas Suryo kayaknya gak
bisa ngasih anak deh"tiba-tiba Mbak Yuli nyeletuk.
Deg ! Jantungku serasa berhenti, kenapa Mbak Yuli bilang begitu ya?pikirku.
"Ah jangan bilang gitu mbak Yuli,belum diamanahi mungkin"
"Emang iya koq mas,ya nasibku mungkin,andai saja mas Suryo kaya mas Doddy
pasti enak deh"senyumnya genit.
"Ya usaha terus aja mbak....eh enak apa maksudnya nih"tanyaku
"Ya enak...enak jadi istrinya pasti dikelonin terus"jawab Mbak Yuli.
"Sama istri sendiri ini kan gak apa apa toh mbak"aku menjawab sekedarnya.
"Iya sih tapi aku jadi ngiri deh"sahut Mbak Yuli.
Sejenak aku mikir nakal.
"Ngiri minta dikelonin juga?"candaku setengah mancing
"Boleh kalo mas Doddy ada waktu"jawabnya seraya tersenyum genit dan
mencubit pinggangku.
"Ah udah ah malah ngelantur,aku permisi mbak udah malem"
"Ok mas,ati ati"jawabnya
Akupun segera beranjak takut ada setan lewat....hehe
Setelah kejadian itu entah kenapa Mbak Yuli selalu datang kerumah dengan
berbagai macam alasan medis dan bahkan sering ngasih sesuatu ke anakku yang
masih bayi dan selama itu sikapnya ke aku terbilang biasa aja sampai waktu itu
hari senin jam 09.00 pagi hari,aku yang kebetulan malamnya habis lembur,
sengaja gak ke salon mobilku karena kebetulan babysitterku lagi ada hajatan
dirumahnya dan anakku sudah berusia 4 bulan, jadi sudah agak mudah dimomong
"Lagi apa mas"whatsapp masuk dihapeku
"Ini siapa ya?"balesku
"Yuli mas...gimana kabar?"
"Eh Mbak Yuli...baik mbak,ini lagi momong anak"balesku
"Loh ibunya kemana?"balesnya
"Kerja mbak,udah aktif lagi.eh tau nomorku dari mana?"
"Dari hape mas Suryo"
Aku tidak membales whatsapp terakhirnya karena harus nimang anak di ayunan
yang udah terlelap.
"Saya mau ngecek kesehatan Ryan mas,boleh?"whatsappnya lagi
"Boleh,bukannya kemarin udah ya mbak?"
"Ada yang kelupaan mas"
Tak lama kemudian....
Tok tok took.....
"Assalamu'alaikum....."
"Wa'alaikum salam....."
Aku bergegas ke arah pintu dan membukanya
"Eh Mbak Yuli,mari masuk"kataku
Tak lama anakku pun di periksanya
"Susunya pake ASI apa formula mas?"tanyanya
"Sekarang formula mbak, ASI cuma bertahan 2 bulan habis itu gak mau
lagi"jawabku
"Gak mau apa gak boleh sama bapaknya?"candanya
"Hehe bisa aja Mbak Yuli ini emang anakknya gak mau mbak mungkin ASInya gak
lancar"
"Owh...gitu ya"
"Gimana yang katanya mau ngelonin aku"ucap Mbak Yuli tiba tiba, dia melirik ke
arahku sambil tersenyum.
"Eeeeehh...mmmmmm waktu itu cuma becanda mbak,dari pada bingung mau
ngobrol apa"sahutku sambil cengar cengir
"Ih mas Doddy nih, padahal aku ngarepnya beneran loh mas"kali ini tatapannya
serius.
Aku pun terdiam bingung mau mgomong apa
"Tapi mana mungkin juga mas Doddy ini mau sama aku yang lebih tua"
"Kalo dikasih ya mau aja toh mbak mana ada kucing nolak ikan"aku menimpalinya
dengan sedikit bercanda dan pikirku selisih umurku dengannya ga terlalu jauh,
hanya 10 tahun dibawahnya.
Mbak Yuli menoleh ke aku yang sedang duduk di sofa kasur diruang keluarga,
kemudian meletakkan anakku yang tadi digendongnya & sudah tertidur pulas di
ayunan, dia menghampiriku lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku, tiba-tiba
mbak Yuli melumat bibirku dan memainkan lidahnya dirongga mulutku, Aku
tersentak kaget dan tak berapa lama akupun balas pagutannya dengan gigitan
kecil mesra, Mbak Yuli melepaskan ciumannya dan berbisik....
"Aku pengin ngrasain sperma mas Doddy......"
DUAAARRR !! Aku sempat kaget dengan kata2 Mbak Yuli tersebut. Mimpi apa aku
semalem !! Aku kembali melanjutkan mencium bibirnya yang sedikit tebal tapi
sensual itu, dan begitu lama kami berciuman, tangankupun mulai aktif bergerilya
di sekitar dadanya dan memainkan gundukan gunung kembarnya yang masih
tertutup blazer & dalemannya yang berupa tanktop berwarna hijau lumut.
Wah gede banget toketnya, pikirku. kuhentikan ciumanku ku buka blazer &
kusingkap tanktopnya, ternyata gak pake BH, langsung ku remes gunung kembar
itu dan kupilin puting cokelatnya yang dikelilingi areola cukup lebar sementara
bibirku dan bibir Mbak Yuli masih saling berpagutan...
"AAAAAHHHHH...MASSSSSSSHHH DODDDY........"mbak Yuli mengerang
membuatku semakin bernafsu.
Mbak Yuli mendesah lebih liar saat aku mulai menjilati dan mengenyot susunya
yang kiri sedang susu kanannya kuremas dan kupilin puting cokelatnya. Mbak
Yulipun tak tinggal diam, tangannya menggrayangi celana pendekku, mengusap
ngusap kontolku yang sudah berontak tegang di celana pendekku yang tak ber-CD,
sambil mendesah karena teteknya ku mainin, Mbak Yuli menyusupkan tangannya
kedalam celana pendekku yang berkolor mencari pusaka tersembunyi.
Didorongnya tubuhku agar tiduran sementara mulut dan tanganku masih asik
meremas2 toket gede Mbak Yuli.
Mbak Yuli memutar badannya hingga posisinya diatasku dan susunya dibiarkan
menggelantung dikenyot aku. Mbak Yuli memlorotkan kolorku dan terpampanglah
pusakaku, aku hanya memakai singlet aja setelahnya. Mbak Yuli mencabut
susunya dari seponganku dan merangkak menuju kontolku, mengelusnya dan
mengocoknya sebentar lalu dikulumnya kontolku hingga membuatku merinding,
sementara aku pun menyibak roknya dan terkaget Mbak Yuli gak pake CD,
Langsung saja ku jilat memeknya yang udah basah, ku jilat memeknya dan ku gigit
ringan itilnya namun jeritannya tak terdengar keras karena mulutnya dipenuhi
batang kontolku dan kami pun berposisi 69 cukup lama hingga...
"AAAAAAAAAHHHHHH.....SSSSSSHHHHHH..MASSSSSSSHHH..DO..DDY...."
......memeknya ditekankan ke wajahku sambil badannya bergetar hebat dan
keluarlah cairan khas wanita orgasme. Mbak Yuli bangkit melucuti pakaian dan
roknya yang masih menempel dibadannya sedang aku masih terlentang di sofa
dengan kontol yang berdiri tegak, Mbak Yuli menaikiku dan posisi kami
behadapan, dipegangnya kontolku diarahkan ke memeknya dan bleeeessssss.....
.....ambles semua kontolku ke dalam memeknya yang basah, didiamkannya
sebentar dan Mbak Yuli pun mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur
perlahan lahan memompa kontolku didalam memeknya dan lama kelamaan
goyangan maju mundurnya mulai dipercepat dan semakin cepat tak beraturan
dan akupun mengimbanginya ikut bergoyang mengikuti irama goyangan pantat
Mbak Yuli, kedua tangannya merengkuh tanganku dan diremaskan ke toketnya,
Mbak Yuli pun mengeluh menengadahkan kepalanya dan mencengkeram kuat
tanganku yang sedang meremas kedua teteknya....
"UUUUUUGGGGGGHHHHHH MASSSSHHH.....EENAAAK BANGEEET MAASSS......!!!"
Mbak Yuli ambruk didadaku, dia tersenyum dan mencium lembut bibirku
sementara aku menggoyang goyangkan kontolku yang masih terbenam di
memeknya yang sudah orgasme dua kali, Mbak Yuli bangkit lagi jongkok diatasku
dengan memeknya masih tertusuk kontolku yang masih tegar, dia naik turun
diatasku sambil merem melek dan mulutnya merekah lebar, lidahnya menjilat2
bibirnya sendiri menikmati surga dunia, sementara toketnya yang besar berukuran
38 itu ikut terguncang guncang akibat gerakan naik turun memompa kontolku
hingga mengeluarkan bunyi....PLAAK...PLAAAKK..PLAAAAK......aku terpukau
menikmati pemandangan menakjubkan itu. Sesekali dimentokin kontolku hingga
menyentuh rahimnya sambil dia goyangin pantatnya ke kanan kekiri dan tak lama
kemudian ....
"OUUUHHH MASSSSS...EENAAAK BANGEEET SIICHHH...KONTOL MAASSS
DODDY...MEMEK MBAK...BERASSAAAA....BONYOOOK...OOUCCHH MAASSS..." aku
cukup kaget mbak Yuli bicara vulgar seperti itu, mungkin karena kami berdua
sudah dikuasai nafsu birahi jadi sudah tidak malu2 lagi.
Kontolku basah oleh cairan memeknya yang orgasme yang ketiga kalinya. Mbak
Yuli ambruk di dadaku lagi dengan kontolku masih menancap tegang di
memeknya,
"Mas Doddy...ayo digoyang disodok lagi...lebih kenceng mas...pentokin sampe
mentok....memekku udah gatel banget......"mbak Yuli berbisik sambil menjilat
telingaku. Aku bisa merasakan deru nafasnya yang begitu dilanda nafsu birahi.
Mendengar permintaannya, aku langsung menaik turunkan pantatku dengan kasar
dan liar, kontolku naik turun ditelan memeknya, tiba tiba Mbak Yuli bangkit dan
nungging sambil berpegangan sandaran sofa kasur, akupun paham langsung
mengarahkan kontolku ke memeknya dari belakang, aku genjot kencang tak
pedulikan erangan dan racauan Mbak Yuli yang semakin liar, aku remas dan
kupukul pukul pantat bulat montoknya dengan kasar hingga kemerahan.
"AAAAHHHHHHH.....OOUHHH...SSSSHHHHHH...MASSSSHH DO..DDY...."
Dan tak lama........
"MBAK...AKUUU..MAU KELU...AAAARR....KELUARIIIN...DI..MAN..AAA..."
"DIDALAM AJAAAAHHHH MAASSS...AKK...KUUUUHHH JUGAAAAAH
MAUU....KELUAAAAR LAGIIIH...OOHHHHH AAHHHH....ENAAAAK
MAASSSHHH...."Mbak Yuli mengerang berisik sekali, aku langsung jambak kasar
rambutnya dari belakang hingga wajah mbak Yuli menengadah keatas dengan
mulutnya terbuka lebar dan semakin gila meracau.....
“ARRGHHH…OOOOHH…AARRGHHH MAASSS...DO...DDY.....!!!!!”
Tak lama kemudian.....CROOT CRROOOT CROOOOOTTSS !!!!...spermaku muncrat
didalam memek Mbak Yuli membanjiri rahimnya. Kontolku kubiarkan dimemeknya
merasakan kedutan empotan dinding memek Mbak Yuli. Aku peluk Mbak Yuli dari
belakang, kucium tengkuk, leher, pundak juga punggungnya yang bermandikan
keringat sambil kuremas gemas kedua toketnya yang berukuran 38 itu.
"Emang gak apa apa mbak?"tanyaku sambil kembali menciumi pundak dan
punggung Mbak Yuli yang basah oleh keringat kami berdua.
"Gak apa apa mas,tenang aja,aku numpang ke kamar mandi dulu ya mas"
Aku cabut kontolku yang bau campuran sperma dan cairan memek Mbak Yuli,
kupandangi goyangan pantatnya saat telanjang menuju kamar mandi buat bersih
bersih, tak lama Mbak Yuli kembali dari bersih bersihnya, kupandangi tetek
besarnya yang menggelayut didadanya dan kubiarkan Mbak Yuli merapihkan
penampilannya lagi, sementara aku cuma pake tisu basah anakku untuk bersihin
kontolku dan kupakai lagi kolorku
"Makasih ya mas Doddy sayang, aku pulang dulu ya...."ujarnya tersenyum sambil
mengelus pipiku dan mengecup bibirku lalu bergegas pulang ke rumahnya.
Hampir seminggu ga ada kabar dari Mbak Yuli, sampai pada hari minggu istriku
ditelpon Mbak Yuli katanya hari ini jadwalnya imunisasi tahap 5. istriku tak seperti
biasa, hari itu mengajakku untuk mengimunisasi anakku dirumah Mbak Yuli dan
aku pun menggendong anakku, setelah diimunisasi pas mau pulang istriku permisi
sebentar buat numpang pipis di toilet tempat praktek Mbak Yuli. Pada
kesempatan itu Mbak Yuli bilang kalo dia udah telat mens, aku kaget tapi Mbak
Yuli malah tersenyum gembira sambil mencium pipiku.
Sesampainya dirumah aku berusaha menghilangkan pikiran Mbak Yuli yang telat
mens setelah berhubungan denganku, aku hampir tak bisa menghilangkan pikiran
andai saja istriku tidak mengajak bersetubuh.
Hari senin jam 4 sore aku pulang ke rumah dan seperti biasa aku melewati jalan
pintas beraspal yang melintasi rumah Mbak Yuli dari belakang sampai kedepan
halaman rumahnya karena rumahnya terletak di pojok jalan komplek tempatku
tinggal. Kebetulan aku sedang tidak membawa mobilku ke salon mobilku, aku lihat
Mbak Yuli sedang membuang sampah dibelakang rumah dan melihatku melintas,
dipanggilnya aku
"Udah pulang mas???"sapanya
"Iya mbak,"jawabku sambil tersenyum.
"Mampir sini mas, mas Suryo lembur lagi cek dropan barang"
"Ga enak mbak takut dilihat orang nanti bisa celaka"
"Masuk aja lewat dapurku mas, ayolah mas, mau ya????"pintanya sambil
tersenyum genit.
"Oke deh mbak"sahutku segera masuk lewat dapur Mbak Yuli yang tembus ke
garasi mobilnya.
Mbak Yuli membuatkan es sirup kesukaanku dan ketika menyuguhkan es sirup,
teteknya terpampang jelas di wajahku karena dia memakai kaos berkerah rendah,
langsung ku tarik tangannya hingga Mbak Yuli tersungkur ke pangkuanku, kucium
bibirnya dengan ganas, kukulum lidahnya dan kumainkan lidahku di rongga
mulutnya, Mbak Yuli membalas pagutanku. begitu lama kami berciuman, Mbak
Yuli melepaskan ciumannya
"Udah ga sabar ya mas...diminum dulu mas kan cape ama haus"ujarnya sambil
tersenyum genit & mencubit pipiku.
Akupun meminum es sirup dan kulihat Mbak Yuli membuka kaosnya dan terlihat
jelas teteknya yang gede tanpa tersanggah BH. kuletakkan gelas es sirup yang
telah habis ku minum langsung ku sosor tetek gede yang ngganggur dihadapanku,
ku kenyot kencang sampai Mbak Yuli melenguh, kuremas dan kupilin putingnya
yang sudah mengeras sementara itu Mbak Yuli juga sibuk melepas leggingnya
dan...gilaaaaa, dia gak pake cd...!!!!
Aku hentikan kenyotanku, kududukkan Mbak Yuli dan reflek kakinya langsung
mengkangkang lebar, kujilat memek juga itilnya, tersebak bau khas organ
memeknya, kumasukkan lidahku ke dalam memeknya sambil tanganku meremas
kedua teteknya dan kedua puting cokelatnya. Mbak Yuli mendesah menikmati
lubang memeknya ku jilati, Mbak Yuli menekan & membenamkan kepalaku ke
memeknya hingga membuatku susah bernafas tapi kutahan karena aku ingin terus
menjilati memeknya dan semakin kuremas serta kupilin puting teteknya agar
Mbak Yuli semakin dekat dengan kenikmatan orgasmenya
"AAAAAAAAACCCHHHHHHHH...MAASSSSS !!!!,"jeritnya serta semakin
membenamkan wajahku ke memeknya.
Tubuhnya menggelinjang kuat ketika cairan wanitanya keluar membasahi
memeknya, aku segera bangkit dan melepas celana jeansku beserta cd dan jaket
yang kupakai, kubiarkan kaos tetap menempel ditubuhku,ku arahkan kontolku ke
memek Mbak Yuli yang masih terlentang di sofa ruang keluarganya, kali ini dengan
hati hati karena Mbak Yuli mungkin sedang mengandung janin hasil hubunganku
dengannya.
Perlahan namun pasti kontolku masuk keliang memeknya, aku mulai memaju
mundurkan pantatku dan lama lama mulai kupercepat dan terdengan bunyi
keciprak2 gerakan kontolku yang menusuk nusuk memek yang sudah sangat
basah, nampak Mbak Yuli juga ikut menggerak gerakan pantatnya mengimbangi
gerakanku. Aku remas kedua teteknya yang terombang ambing akibat gerakan
pompa kontolku dimemeknya, tangan Mbak Yuli mencengkeram pantatku seraya
membantuku memaju mundurkan kontolku. Mbak Yuli mengejang2, pahanya
mengapit pingganggku kencang, dia melenguh kencang sekali dan kontolku pun
terasa tersembur cairan hangat memek Mbak Yuli. Mbak Yuli kembali mengalami
orgasme dan mengerang-erang berisik sekali.....
"MBAK..SUKAAA...BANGEEEEET…KOOONTOL MAS DO..DDY....ENNTOTIN MBAK
TIAP HAAARII MAASSS…ENTOTIIN MBAK… ENTOTIIN…TERUSSSS !"
Mbak Yuli kembali tergolek lemas tapi aku tak mempedulikannya, justru semakin
kulanjutkan menghajar kasar memeknya dengan kontolku, kupercepat gerakanku
dan tak lama kontolku hendak mengeluarkan lahar panas, Mbak Yuli menekan
pantatku dalam dalam, kurasakan kontolku mentok dirahimnya dan....CROOOT
CROOOOT CROOOTTTS !!!!...spermaku menyembur deras di dalam memeknya
kembali memenuhi liang rahimnya. Masih kubiarkan kontolku didalam memek
Mbak Yuli menikmati empotan kedutan memeknya, kucium bibir Mbak Yuli,
kubelai mesra rambutnya yang basah oleh keringat. Disingkapnya kaosku, lalu
dicupangnya bekas cupangan istriku di dadaku.
"Buat oleh-oleh mas"candanya genit sambil meremas dadaku.
Aku tersenyum sambil mencubit puting teteknya, aku cabut kontolku, tiba tiba
dipegangnya kontolku, dijilatnya dan dikulumnya kontolku hingga bersih, ngilu
rasanya.
"Biar gak usah ke kamar mandi mas"timpal Mbak Yuli
"Gak jijik sih mbak?"tanyaku tersenyum
"Enggaklah mas kan sekarang udah jadi punyaku juga,"jawabnya sambil makein cd
ku, dibelai dan diciumnya kontolku.
"Makasih ya sayaaang"ucapnya sambil mengusap lembut kontolku lalu
dimasukkannya ke cd.
“Mbak Yuli, terima kasih yaa, memek Mbak enak banget...,”kataku.
“Mas Doddy suka memekku?"ujarnya.
“Suka banget Mbak, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibir
tebal sensualnya.
“Jadi, mas Doddy mau lagi dong sama aku lain kali...??”ucap Mbak Yuli sambil
tersenyum manja.
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk tubuh telanjang Mbak Yuli,
bidan istriku yang sekarang jadi kekasih gelapku.
Kemudian aku segera pakai jeans dan jaketku sedang Mbak Yuli ke kamar mandi
lalu mengambil bh dan cd-nya yang berserakan di lantai, kemudian memakainya
lalu kaos serta legging baru dipakai. aku pamit pulang dan keluar lewat garasi
mobil.
Hari-hari selanjutnya tiap suaminya tidak ada dirumah dan tiap ada kesempatan
aku dan mbak Yuli selalu melakukan hubungan sex. Hal ini tanpa dicurigai
suaminya karena Mbak Yuli juga selalu melayani suaminya meski katanya kurang
puas karena permainan suaminya tidak seliar & selama permainanku, pun istriku
tidak menaruh curiga karena aku selalu rutin dalam hubungan sex dengan istriku.
TAMAT
Bu Yuli Babysitter Serba Bisa
Aku memiliki seorang anak laki-laki yg telah berumur 5 tahun dan duduk di
bangku TK-B. Aku dan istriku sama-sama bekerja, sehingga anakku biasanya
kutitipkan di rumah kakak iparku disaat kami berdua pergi bekerja. Kebetulan
rumah kakak iparku dan rumah kami bersebelahan, dan kakak iparku tdk bekerja,
sehingga urusan menitipkan anak bukanlah suatu masalah, apalagi keponakanku
(anak dari kakak iparku tersebut) ada yg berumur sebaya dengan anakku.
Namun, belum lama berselang, kakak iparku pindah ke Sumatra karena suaminya
ditugaskan di kota Medan. Sejak itulah masalah anak muncul menjadi persoalan
yg memusingkan, sementara itu tdk ada lagi sanak saudaraku ataupun sanak
saudara istriku yg tinggal di Jakarta selain kakak iparku yg pindah ke Sumatra
(kebanyakan keluarga kami tinggal di jogja dan beberapa di Solo).
Keadaan ini memaksa kami untuk membayar seorang babysitter untuk menjaga
anak kami disaat kami berada di kantor.
Sebagaimana biasanya, mempekerjakan seorang babysitter adalah persoalan yg
sangat menjengkelkan, bayangkan saja dalam dua bulan kami telah 3 kali
mengganti babysitter dengan berbagai macam sebab yg aku rasa tdk perlu
kupaparkan disini.
Namun akhirnya ada juga seorang babysitter yg dapat bertahan bekerja selama
hampir 3 bulan, ini merupakan rekor pertama yg telah dicapai setelah sebelumnya
tdk pernah ada babysitter yg bertahan lebih dari 3 minggu. Atas dasar alasan itu
juga, aku menyarankan kepada istriku untuk menaikkan gajinya sebagai
kompensasi atas kerja serta tanggung jawabnya. Babysitter yg satu ini memang
agak berbeda dari semua babby sitter terdahulu.
Ke-3 babysitter sebelumnya yg sempat bekerja di tempat kami, rata-rata berusia
dibawah 30 puluh tahun, bahkan ada yg baru berusia 19 tahun, namun babysitter
yg terakhir ini adalah seorang janda berusia 44 tahun. Kami memanggilnya Bu Yuli,
bertubuh cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita (kurang lebih 165 cm), tapi
masih cukup montok dan kencang bagi seorang wanita paruh baya.
Pada awalnya kami agak ragu kalau Bu Yuli ini akan sanggup merawat Ryan putra
kami, mengingat Bu Yuli sudah tidak bisa dibilang muda lagi, sementara Ryan
sangat hiperaktif, sehingga merawat Ryan akan lebih melelahkan dibandingkan
merawat anak-anak lain pada umumnya.
Ternyata perkiraan kami salah, dan cukup surprise, ternyata Bu Yuli dapat merawat
Ryan dengan baik. Bahkan ada kejadian yg lebih mengejutkan lagi, dan ini yg ingin
kuceritakan pada kesempatan ini. Kami memiliki acara rutin, yaitu berenang yg
kami lakukan seminggu sekali setiap hari Sabtu sore.
Aku dan istriku selalu mengajak Ryan berenang di gelanggang renang, dan
biasanya selalu ada dua atau tiga orang anak tetangga teman bermain Ryan yg ikut
berenang bersama kami. Babysitter selalu kami ajak ikut serta untuk membantu
mengawasi anak-anak, meskipun tdk ikut berenang. Sebagaimana biasanya, pada
hari Sabtu kami pergi gelanggang renang, namun kali ini istriku tdk dapat ikut.
Istriku pulang ke Yogyakarta yg rutin dilakukannya enam bulan sekali untuk
menjenguk keluarga di sana, terutama orangtuanya (mertuaku), sehingga pada
acara berenang kali ini, yg ikut hanya aku, Ryan beserta lima orang temannya serta
tdk ketinggalan Bu Yuli. Karena istriku tdk ikut, sementara teman Ryan yg ikut lebih
banyak dari biasanya, yaitu sampai lima orang (biasanya paling banyak tiga orang),
aku berfikir bahwa Bu Yuli perlu ikut turun ke air untuk membantu mengawasi
anak-anak.
Masalahnya keselamatan anak-anak tetangga juga merupakan tanggung jawabku.
Menurut keterangannya, Bu Yuli dapat berenang, tetapi dia tdk memiliki pakaian
renang. Bagiku, yg penting Bu Yuli dapat berenang, karena soal pakaian renang
adalah soal mudah, tinggal beli saja, beres. Sesampainya di kolam renang, aku
mampir sebentar di sebuah kios yg menjual perlengkapan renang untuk
membelikan baju renang Bu Yuli. Untungnya ada nomor yg pas untuknya.
Setelah itu seperti biasanya, aku selalu menyewa kamar bilas keluarga yg dapat
disewa per tiga jam. Aku selalu menyewa kamar bilas keluarga, karena kupikir
lebih praktis. Di kamar bilas itu kami sekeluarga dapat berkumpul dan tdk perlu
terpisah seperti di kamar bilas umum yg dipisahkan antara kamar bilas untuk pria
dan wanita.
Disamping itu, di kamar bilas keluarga semua perlengkapan, pakaian, tas dan
sebagainya dapat disimpan di kamar bilas tersebut, tinggal dikunci dan beres, tdk
perlu repot- repot antri ke tempat penitipan pakaian yg melelahkan, ditambah
resiko kehilangan barang-barang. Battery juga sudah tersedia di dalam kamar
bilas, tdk perlu repot-repot keluar kamar, ada air panasnya lagi. Begitu praktis,
sehingga mengawasi anak-anak pun jadi lebih mudah. Ryan dan teman-temannya
begitu antusias, di kamar bilas mereka mengganti pakaian dengan tergesa-gesa.
Dan setelah selesai, mereka semua langsung lari ke kolam tanpa tunggu-tunggu
lagi. Setelah semua anak-anak keluar menuju kolam, aku segera melepas
pakaianku. Setelah aku telanjang bulat, aku bergegas menuju shower, namun…
astaga… aku baru sadar kalau ternyata ada Bu Yuli di kamar bilas itu. Kulihat Bu
Yuli senyum-senyum malu sambil mencari-cari sesuatu dari tasnya. Aku pun pura-
pura bersikap biasa, seolah-olah telanjang bulat di depan Bu Yuli merupakan hal
yg lumrah bagiku, padahal itu kulakukan untuk mengusir rasa malu. Dengan sok
berlagak tenang, aku menyuruh Bu Yuli untuk segera ganti pakaian.
“Ayo.. Bu Yuli.. cepat ganti baju.. itu anak-anak nggak ada yg jagain..” Semua
ucapanku itu betul-betul hanya bertujuan untuk mengusir rasa malu karena sudah
terlanjur telanjang, sementara itu kulihat Bu Yuli terus saja senyum-senyum, dan
ini mengundang perasaan aneh pada diriku.
Sebetulnya aku mengerti makna senyumnya Bu Yuli, aku yakin kalau berkaitan erat
dengan keadaanku yg sedang telanjang ini.
“Forget it !” kupikir sambil tetap telanjang bulat, akhirnya aku langsung menuju
battery untuk membasahi tubuhku, hal yg biasa kulakukan sebelum berenang.
Saat berada di bawah kucuran shower, aku sempat memperhatikan Bu Yuli sedang
menanggalkan seragam baby sitternya yg berwarna putih, dan masih sambil
senyum-senyum. Mungkin dia pikir buat apa malu-malu telanjang dihadapan
majikannya ini, toh majikannya saja tdk malu telanjang bulat dihadapannya,
semua ini membuat perasaan mesum mulai menjalari tubuhku.
Selanjutnya pemandangan di hadapanku menjadi sangat mendebarkan. Bu Yuli
mulai menanggalkan pakaian dalamnya, jantungku berdebar keras, apalagi disaat
dia melepaskan kaitan BH-nya, serta meloloskan tali-tali BH tersebut dari
lengannya. Belum pernah terbayangkan dalam pikiranku melihat Bu Yuli dalam
keadaan yg kulihat saat ini.
Selama ini gairahku sama sekali tidak pernah terusik oleh wanita paruh baya yang
selalu mengenakan pakaian seragam putih ini. Namun pemandangan di
hadapanku kali ini sungguh-sungguh berbeda. Payudara yg sungguh besar, montok
dan masih cukup kencang dengan puting yg berwarna coklat gelap, menggantung
di dadanya serta areola lebar kecokelatan begitu menggetarkan kalbuku. Apalagi
saat dia memelorotkan celana dalamnya, membuat rambut lebat di kedua pangkal
pahanya yg montok begitu jelas terpandang, sungguh membuat darahku menjadi
berdesir dengan derasnya.
Jantungku semakin berdetak tdk beraturan, dan tubuhku gemetar menahan gairah
yg kali ini terusik oleh pemandangan yg sungguh benar-benar lain dari biasanya,
serta tdk pernah terbayangkan sebelumnya olehku. Disaat Bu Yuli hendak
mengenakan pakaian renangnya, secara refleks aku langsung berkata kepadanya,
“Ayo… Bu Yuli....mandi dulu… supaya nggak keram nanti di kolam.”
Sebetulnya, ucapanku hanyalah akal bulusku yg semata-mata hanya agar aku
dapat menikmati pemandangan tubuh bugil Bu Yuli lebih lama lagi.
Namun ternyata...."pucuk dicinta ulam tiba"....Bu Yuli batal mengenakan pakaian
renangnya, dan melemparnya ke atas jok empuk berkulit plastik yg ada di kamar
bilas itu. Lantas sambil terus senyum-senyum dan masih telanjang bulat, Bu Yuli
melangkah menuju shower.
Aku sedikit menggeser posisi berdiriku di bawah shower untuk memberi tempat
bagi Bu Yuli. Tubuh telanjangnya yang ternyata begitu montok, bergidik kedinginan
saat air yg memancar dari battery menerpa tubuhnya. Bu Yuli mengusap-usap
wajahnya yg terguyur air shower. Birahi yg sudah menguasai diriku membuatku
nekat menjamah payudaranya yg sangat besar itu..., sungguh aku sangat
gemetaran, takut kalau-kalau Bu Yuli menolak untuk disentuh.
Tetapi ternyata Bu Yuli hanya diam saja saat aku mengusap-usap payudaranya. Hal
ini membuatku nekat untuk berlanjut menjamah kemaluannya. Saat jemariku
menyentuh kemaluannya yg berambut lebat itu, tanpa malu-malu Bu Yuli
menjamah batang kontolku yg sudah tegang. Dia terus-terusan mengusap dan
mengelus batang kontolku. Kupandangi wajah Bu Yuli, matanya menatapku nakal
dengan senyuman genit di bibirnya.
Wanita paruh baya ini ternyata begitu menggairahkan !!! Entah siapa yang
memulai, tahu-tahu kami sudah berciuman. Aku sudah tidak peduli lagi.
Kusalurkan gejolak birahi yang sudah menumpuk karena melihat pemandangan
sangat menggairahkan di depanku dengan melumat bibir Bu Yuli. Dia membalas
dengan tak kalah panas dan bernafsu. Lidah kami saling melilit, bibir kami saling
mengulum dan menggigit, air liur kami saling bertukar bercampur jadi satu.
Tanpa kuminta, Bu Yuli kemudian berjongkok di hadapanku, dia segera mencium,
menjilat, mengulum, menyedot dan meludahi helm juga batang kontolku
berlanjut kedua biji kontolku hingga menimbulkan bunyi yang begitu khas. Bu Yuli
lalu mengoles2kan batang kontolku yang sudah berlumuran air liurnya ke
wajahnya sambil menatapku penuh nafsu.
Keahliannya menyedot dan mengulum batang kontolku begitu luar biasa,
membuatku tidak dapat menahan diri lagi. Kutarik tangannya mengajak berdiri,
lalu menggiringnya menuju jok berkulit plastik di kamar bilas itu. Kubimbing agar
Bu Yuli duduk di jok empuk itu, dan tanpa kuminta, Bu Yuli pun langsung
membengkangkan kedua kakinya lebar2 sehingga kemaluannya merekah
menantang di hadapanku.
Tanpa buang-buang waktu, aku langsung menyibakkan rambut lebat yg menutupi
memeknya, sehingga kudapati bibir memek tebal berwarna hitam kecoklatan.
Lendir putih mengalir dari bibir memek yg mulai merekah itu yg merupakan
pertanda birahi luar biasa yg telah menghinggapi dirinya.
Saat bibir memek itu kurenggangkan, muncul klitoris sebesar kacang tanah seperti
menuntut untuk dijilati. Belum pernah kulihat klitoris sebesar itu, juga bibir
memek yg begitu tebal, mungkin karena tubuh montoknya membuat klitoris-nya
juga besar sesuai dengan ukuran badannya. Kuludahi dan kujilati klitoris itu
dengan buas, membuat Bu Yuli mendesah sangat liar dan keras.
"ARRGHHH…OOOOHH…AARRGHHH....PAAKK...DO..DDY...,”desahnya.
Tubuhnya menjadi kejang dan gemetaran hebat menahan kenikmatan itu,
pinggulnya terangkat menyambut jilatan lidahku pada memek dan klitoris-nya.
Secara refleks dan mungkin karena sudah dikuasai nafsu birahi, Bu Yuli justru
semakin membenamkan wajahku ke memeknya yang ditumbuhi bulu lebat
sampai aku kesulitan bernafas.
Memeknya menjadi semakin menganga lebar, membuat dinding memeknya yg
merah menjadi jelas terlihat seperti menyampaikan kesiapannya untuk menerima
coblosan batang kontolku.
Aku segera berdiri dan langsung mengarahkan kontolku ke memek Bu Yuli yang
sudah siap menerima hantaman kontolku....."BLEESSS...!!!!!"
Tanpa aba2 kuhujamkan batang kontolku ke lubang memeknya dengan kasar
penuh nafsu hingga Bu Yuli kaget, mulutnya terbuka lebar dan matanya terbelalak,
kepalanya menengadah keatas. "AARGGHHH PAAKKK DODDY.....!!!,"jeritnya.
Kurasakan jari2 kedua tangannya mencengkeram sangat erat lenganku, kuku2nya
yang cukup panjang bagaikan menembus kulitku. Memeknya berasa begitu sempit
dan menggigit, mungkin akibat Bu Yuli yg telah hampir 15 tahun menjanda,
membuat otot-otot memeknya kembali menguat.
Tubuh kami berguncang-guncang dahsyat di atas jok itu saling menekan,
sementara batang kontolku keluar masuk lubang memeknya menggesek dan
menggaruk dinding-dinding memek yg sudah begitu gatal selama ini. Kujejalkan
kontolku dengan kasar liar lebih dalam lagi, Bu Yuli pun menyambut dengan
mendorong pinggulnya supaya kontolku masuk mentok ke tempat yg makin
dalam.
Sementara itu jempol serta telunjukku memilin-milin klitorisnya, membuat Bu Yuli
makin mengalami kenikmatan yg sangat dahsyat, sampai-sampai matanya
mendelik, sementara desahan dan erangan keras silih berganti mengiringi
orgasme yg dirasakannya. Tanpa malu-malu, mungkin karena nafsu birahi benar2
sudah menguasai dirinya, Bu Yuli mengerang-erang sangat liar dan keras
sekali......!!!!!
"PAAAKK..DO...DDY.....ARRGHHH…OOOOHH…AARRGHHH....”
“SSSHHH….. AAAHHH…OOOOHHH…KON..TOOOL...PAK..DO...DDY...ENAK
BANGETTSSS.…AADDUUHHH….TERRUUUSSS PAAAKK….AAAAAHH…!!!!!!”
Ternyata Bu Yuli bisa seliar ini kalo sedang bercinta, aku tersenyum
memandangnya. Kucium kening dan kukulum bibirnya penuh nafsu. Mata Bu Yuli
sayu menatapku & sedikit menggigit bibir bawahnya sendiri, sepertinya dia sedang
menikmati hantaman kontol majikannya yang sedang telanjang bulat sambil
menindih tubuh montoknya yang tak tertutup sehelai benang pun didalam
vaginanya. Kami sama-sama sudah melupakan status masing-masing, dimana aku
seorang majikan dan Bu Yuli adalah babysitter Ryan anakku.
Keringat kami semakin deras bercucuran keluar bercampur jadi satu menyiprat
kemana2, sungguh panas sekali permainan kami hari itu. Erangan desahan
racauan Bu Yuli yang semakin liar tak terkendali dan memenuhi kamar bilas justru
semakin menaikkan birahku & kontolku sudah tak sabar buat segera
menembakkan laharnya ke dalam rahimnya.
“OOOHH…AAAHHH…OHHH…AAHHHH…TERUUSS..PAAK DOD...DDY…
TERUUSSSS…..KON...TOLLL.....BA....PAAK..EEE...NNAAAAK....BAANGETSSS…...ADDU
UUH……OOHHH…AAAHHH…TERUSSS PAAK…YAAACCHHHH…YACHHH…
OOOOHHH.....AAARGGHH…..SSSSHHH…ENAAAAAKHHH…
KONTOOOLL...NYAAA....ADDUUUHH….OOOHH…YACHH…YAAHHHHH…
TER....RUUUUUSSS.....PAAAKK.....DO..DDY....TERRUUUSSS
PENTTOOOKKIIIIIIN......OOOHH…AAAHHH.....!!!!!"
Akhirnya spermaku menyembur deras di dalam lubang memek Bu Yuli membanjiri
memenuhi rahim babysitter anakku ini
CROOOT...CROOOOT....CROOOTTTS....CROOOOTTTSSS.....!!!
Tubuhku tergolek lemas di atas tubuh telanjang Bu Yuli dengan batang kontol yg
masih terbenam di lubang memeknya untuk beberapa waktu. Nafas kami
tersengal2 karena baru saja saling memacu nafsu birahi. Tubuh kami berdua
benar2 dibanjiri keringat yang mengalir campur jadi satu, membasahi jok empuk
tempat kami baru saja melampiaskan nafsu birahi.
“Bu Yuli, terima kasih yaa, memek Bu Yuli enak sekali...,”kataku.
“Pak Doddy suka memek saya?"jawabnya, matanya menatapku sayu.
“Suka banget Bu, abis ada empot ayamnya,” jawabku sambil mencium &
mengulum bibirnya.
“Jadi....Pak Doddy mau lagi dong sama saya lain kali...??”ucap Bu Yuli tersenyum
dan mengelus pipiku.
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan kembali memeluk tubuh telanjang Bu
Yuli, babysitter anakku yang sekarang jadi kekasih gelapku.
Saat kucabut batang kontolku, Bu Yuli merenggut batang kontolku dan
memerasnya dengan penuh bernafsu, sehingga sisa-sisa sperma yg telah
bercampur lendir memeknya meleleh keluar dan langsung ditampung dengan
lidahnya hingga bersih. Setelah kejadian yg mengejutkan dan menegangkan itu,
kami melanjutkan acara berenang bersama Ryan dan teman2nya.
Hubunganku dengan Bu Yuli tetap berjalan seperti biasa, Bu Yuli bersikap
sebagaimana aku adalah majikannya. Hanya disaat istriku meleng atau sedang
tidak di rumah, kami pun langsung bergelut bergumul bersetubuh di atas ranjang
dikamarnya tanpa malu-malu dan tanpa basa-basi. Namun selain di ranjang,
sikapnya terhadap diriku begitu wajar seperti sediakala, bahkan meskipun istriku
sedang tidak di rumah, sikapnya tetap saja wajar. Sama sekali tdk tercermin di
wajahnya maupun di sikapnya kalau wanita paruh baya itu sebetulnya binal dan
sering bersetubuh dengan diriku. Wajah mesum penuh birahi, mata binal, senyum
nakal dan kebuasannya hanya muncul saat berada di atas ranjang.
TAMAT
Bu Yuli Pembantu Serba Bisa
Kisah ini adalah pengalaman seks ku dengan pembantuku yang sudah cukup
berumur tapi masih memiliki nafsu yang sangat tinggi dalam urusan ngentot.
Sudah tak terhitung berapa kali aku dan Bu Yuli melakukan hubungan layaknya
suami istri. Sudah lebih dari satu tahun, kita bercumbu dan saling memberi
kepuasan. Dari Bu Yuli, aku tahu bahwa suaminya sudah lebih dari 2 tahun tidak
bisa memberinya kepuasaan. Akibat dari suaminya yang sudah tua dan sering
pulang sore dengan keadaan yang lelah setelah bekerja sebagai kuli.
Maka dari itu, diusianya yang meski sudah berumur 44 tahun tapi ia masih begitu
liar bersetubuh. Seringkali Bu Yuli memintaku supaya setiap kali ngentot, ia ingin
di atas (WOT) dulu. Aku tak pernah menolak walaupun dengan posisi itu ia sering
kelelahan dan orgasme. Tapi perlahan dan tanpa paksaan aku setubuhi ia dalam
posisi berbaring miring, kadang telentang, kadang tengkurap, dan kadang kalau Bu
Yuli masih kuat ada sisa-sisa tenaga bisa bervariasi sampai ke doggy style.
Dan walaupun Bu Yuli kelelahan ia selalu bersedia memberikan tubuhnya untuk
aku nikmati sampai aku mencapai orgasme dan puas. Memang, aku kecewa
karena setelah aku duduk di kelas 3 SMA hubungan ngentotku dengan Bu Yuli
menjadi sulit terealisasi. Sebab, sekolahku masuk pagi. Tak ayal, aku seringkali
sakit kepala menahan birahi yang membuat pusing bukan kepalang.
Namun, pada suatu hari ketika aku sudah di semester 3 keluargaku berencana
liburan ke Singapore. Aku menolak ikut dengan alasan mau ikut pelatihan untuk
persiapan ujian dan banyak tugas yang mesti dipenuhi sebagai syarat kelulusan.
Akhirnya keluarga membolehkan aku tinggal di rumah. Aku pun menyarankan
kepada ibuku, untuk urusan makan, biar Bu Yuli yang menyiapkan untukku dan
mengurusku selama keluarga berlibur. Ibuku setuju tanpa banyak bertanya ini itu.
Sungguh senang hatiku. Artinya aku punya kesempatan untuk ngentot lagi dengan
Bu Yuli. Hari jumat pukul 7 malam keluargaku berangkat. Sambil bersantai di kursi
dan nonton televisi, aku membayangkan ngentot dengan Bu Yuli lagi. Teringat
kembali kenangan-kenangan ngentotku yang liar bersamanya. Sungguh menjadi
kenangan yang indah.
Sekitar pukul setengah 8, Bu Yuli masuk ke rumahku. Dag dig dug jantungku.
Bingung memulainya tapi aku pun sudah kebelet ingin segera ngentot. “Mas
Doddy sudah dibuatkan makan malam?” tanyanya.
“belum, bu. Gak sempet masak soalnya sedari siang semua ribet ngurus
perlengkapan dan barang yang akan dibawa berlibur untuk keluarga.” jawabku.
“oh ya udah, biar ibu yang masakin buat mas Doddy. Tadi sebelum berangkat ibu
diberi uang untuk keperluan mas Doddy selama yang laen pergi.”ujarnya penuh
perhatian.
“asik dimasakin Bu Yuli. Bikin nasi goreng udang aja, bu. Itu di lemari es ada
persediaan udang.” pintaku pada Bu Yuli. “iya, boleh. Tapi tunggu bentar ya. Ibu
mau ke rumah dulu ijin sama suami takut nyariin.” jawabnya sambil beranjak ke
luar rumah.
Sambil menunggu Bu Yuli, aku bersantai kembali di kursi sambil tiduran. Aku masih
bingung, bagaimana caranya memulai persetubuhan yang sudah lebih dari 6 bulan
tidak aku lakukan bersama Bu Yuli. Semakin berpikir, semakin sakit kepalaku.
Birahiku sudah tak dapat aku bendung lagi. Tanpa menunggu lama, Bu Yuli telah
kembali. Dalam keadaan bingung, aku hanya bengong ketika Bu Yuli melintas
dihadapanku menuju dapur. Antara birahi dan kebingungan akhirnya aku
beranikan diri beranjak dari kursi menuju dapur.
Tampak Bu Yuli tengah menyiapkan bahan-bahan masakan. Akibat nafsu yang
besar, tanpa banyak cakap aku peluk tubuh Bu Yuli sambil mengesek-gesekan
kontolku pada pantatnya yang bahenol. Sambil mencium dan menjilati lehernya,
kedua telapak tanganku pun bergerilya pada kedua toket montoknya yang
berukuran 38 dengan puting cokelat serta areola lebar yang selalu aku ingat.
Meski sudah usia 44 tahun, tapi boleh dibilang body Bu Yuli masih cukup kencang
dan montok. Toketnya memang sudah tidak sekencang toket2 yang lebih muda,
tapi belum terlalu kendor juga, masih montok menggiurkan. Pantatnya pun masih
bulat cukup kencang, tidak tepos. Kalo kata Bu Yuli, karena dia rajin minum jamu.
Ditambah suaminya sudah hampir tidak pernah menyentuhnya selama 2 tahun ini
karena terlalu lelah begitu pulang sehabis kerja kuli bangunan.
“sssshhh mas, ibu lagi gak bisa begituan. ibu habis mens kemaren sssshhhhhh
maassss....” ucapnya sambil mendesah pelan tanpa menghindari tindakanku yang
penuh nafsu.
“emang kenapa kalau habis mens?” tanyaku sambil terus bergerilya di toket,
pantat dan pahanya yang sangat montok.
“memek ibu jadi agak risih..oohh..aahh mas Dod....” jawabnya sambil diselingi
desah karena terbawa nafsu birahi.
“oh itu, nanti pakai ludah aja, bu!” saranku sambil terus bergerilya.
“gak bisa, ludah gampang kering. Memek ibu pasti perih kalau dimasukin kontol
kamu” sergahnya masih disertai desahan pelan.
Dengan kecewa, aku beranjak pergi dari dapur. Aku tak bisa memaksa Bu Yuli
untuk melakukan persetubuhan. Karena aku tidak mau menyakitinya. Ketika aku
hendak duduk, aku melihat ada baby oil di dalam perlengkapan mandi adikku.
Rupanya ibu lupa membawanya. Dengan secepat kilat, aku ambil dan segera
menuju dapur.
“Bu Yuli, ada ini! Nah, kalau pakai ini pasti licin dan ibu gak akan merasa perih
memeknya!” ucapku sambil menunjukan botol baby oil.
Bu Yuli mengangguk menandakan bahwa ia setuju dengan keinginanku. Maka, aku
segera menghampirinya dan kembali bergerilya ditubuh Bu Yuli yang sedang sibuk
mengiris bahan masakan. Sampai akhirnya Bu Yuli terbawa bernafsu kembali.
Dengan secepat kilat ia membalikan badan dan langsung menyosor bibirku sambil
tangannya meremas rambut serta kepalaku. Aku tak tinggal diam, aku balas
ciumannya sampai lidah kami saling hisap, saling jilat, saling lilit dan bertukaran air
liur.
Sambil berciuman dan saling remas, aku tuntun tubuh Bu Yuli menuju meja
makan. Aku tarik kursi, aku dudukkan dia. Terlihat mata Bu Yuli begitu sayu karena
terbakar nafsu birahi. Aku naikkan daster batik merah tanpa lengan dengan
belalahan dada rendah milik Bu Yuli sampai ke perutnya.
Aku turunkan perlahan celana dalam hitam yang ia kenakan. Tampak bulu hitam
memeknya. Segera aku arahkan kepalaku untuk melakukan jilatan dan hisapan
pada liang memeknya sampai ke klitorisnya. Aku kenyot-kenyot itilnya. Terdengar
desahan dan erangan saat lidahku dengan lincah menari-nari pada memeknya.
“emmmmhhhh aaaahhhh ahhhhhhh ouuuuhhhhhh ssssshhhh.” desahnya
membuat suasana menjadi semakin mesum.
“bagaimana bu, masih enak?” tanyaku disela-sela kesibukan menjilat dan
mengenyot-ngenyot memeknya.
“aaaahhhhhhh ssshhhhh iiyyaaaa maasss eeeennaaakkk baangeeett!” jawabnya
sambil meracau dengan erangan nikmat.
Aku terus lakukan aktivitas lidahku di memeknya. Terlihat ia semakin bernafsu,
wajahnya memerah, dan matanya semakin mengecil sehingga terlihat warna putih
matanya saja sambil tangannya meremas-remas toketnya sendiri. Aku bantu Bu
Yuli menelanjangi dirinya. Kutarik daster batik merahnya keatas, Bu Yuli
membantuku dengan mengangkat kedua tangannya sampai tak ada sehelai
benangpun melekat pada tubuhnya. Setelah telanjang bulat, aku jilat dan kenyot-
kenyot kedua toket besarnya dengan penuh nafsu. Ia tampak begitu menikmati
ulahku. Perlahan kepalaku kembali kubenamkan pada memeknya.
Aku jilat, aku hisap, aku kenyot liang memeknya sampai pada itilnya. Bu Yuli
tampak menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat. Dinding memeknya yang
cukup tebal berasa berkedut kedut. Ludahku cukup banyak sehingga memeknya
menjadi basah.
“oouuuuuhhhhhh ssshhhhhh maasss Doddy maaassssuuuukkkiiiiiiinnnn
meeeemmmeeekkk doong jangan dijilatin terussss uuddddaaaahhh
gaaatttteeeellll!” rintihnya disertai desahan penuh gairah.
Aku menuruti kemauannya, aku tak mau menyiksanya dengan ulahku. Maka aku
lebarkan kakinya. Tapi Bu Yuli menolak. Ia meminta untuk duduk di atasku. Maka
setelah membaluri kontolku dengan baby oil cukup banyak, Bu Yuli mulai
menurunkan pantatnya dan membimbing kontolku supaya bisa masuk ke dalam
memeknya. Dengan perlahan dan hati-hati akhirnya kontolku terbenam dalam di
memeknya.
Bu Yuli terdiam sejenak supaya kontolku bisa menyesuaikan diri dengan
memeknya. Ketika kontolku sudah bisa beradaptasi, Bu Yuli mulai menggoyang
memutar serta menaik turunkan pantatnya. Terasa nikmat, kontolku bagai ada
yang mengurut-urut. Membuat kami saling mendesah, mengerang, dan melenguh
akibat nikmat yang tak terhingga.
“ooooouuuuuhhhh aaaaaahhhhh aaaahhhhh maasss Doddy sssssshhhhh
eeeeemmmmhhhh.” desahnya sambil terus menggoyang dan menaik turunkan
pantatnya pada pangkuanku.
Tangan kananku, aku gunakan untuk memilin puting cokelatnya yang mancung
tegang dan meremas-remas toketnya secara bergantian. Sedang tangan kiriku
yang sudah aku beri baby oil aku arahkan ke liang duburnya. Bu Yuli tidak menolak
ketika jari tangan kiriku menjamah liang duburnya.
“eeeeeemmmmhhhh maassss Doddy ssssshhhhhh eeeennnaaaakkkk
bangeeeetttss aaaaahhhhhhh.” desahnya merasakan sensasi dari kontol dan jari
tengahku pada memek dan duburnya.
Sampai akhirnya, Bu Yuli melenguh cukup lama. Badannya meliuk-liuk dan
bergetar kelejotan. Sedangkan liang memeknya berkedut-kedut pertanda bahwa
ia mencapai orgasme.
“auuuuhhh..ooouuuwww...ssssshhh...keeluaaaaarrr massss !!!!!” lenguhnya cukup
panjang dan keras sekali sambil sesekali menghentak-hentakan pinggulnya. Meski
sudah tidak muda lagi, tapi tiap orgasme Bu Yuli selalu meracau liar tak terkendali
diiringi tubuhnya kelejotan keras sekali. Belum keringat yang selalu membanjiri
tubuhnya tiap bersetubuh denganku, baunya sangat menggairahkan !!! Hal-hal
semacam itulah yang membuatku tidak pernah bisa melupakan sensasi
bersetubuh dengan pembantuku ini.
Bu Yuli menikmati sisa-sisa orgasmenya sambil melingkarkan tangannya pada
pundakku. Kepalanya juga disenderkan ke pundakku. Aku bisa merasakan deru
nafas Bu Yuli tersengal sengal terputus putus. Keringatnya bercucuran membasahi
tubuhnya dan tubuhku. Dengan posisi demikian, bau keringat penuh birahinya
sangat menusuk hidungku. Sungguh baunya membuatku mabuk kepayang. Tanpa
mempedulikan Bu Yuli yang masih lemas lunglai setelah mencapai orgasme dan
nafasnya masih ngos-ngosan, dengan sedikit kasar karena nafsuku justru semakin
menggila, aku segera tarik Bu Yuli menuju tempat cucian piring.
Bisa kurasakan Bu Yuli masih sangat lemas dan tenaganya belum pulih setelah
orgasme tadi, tidak ada penolakan sama sekali dan langkahnya pun sempoyongan.
Aku suruh Bu Yuli berdiri membelakangiku. Aku arahkan tangannya supaya
bertumpu pada pinggir bak cuci. Aku kangkangkan kakinya lebar-lebar. Dan
setelah menambah baby oil pada kontolku, aku mulai masukan kontolku pada
liang memeknya. Dengan perlahan aku mulai maju mundurkan kontolku pada
liang memeknya yang setengah menungging.
Aku cium2, jilat2, gigit2 leher, tengkuk, pundak juga punggung Bu Yuli yang masih
bercucuran keringat buat kembali memancing birahinya. Kuremas-remas kasar
toket besarnya dari belakang. “Aaahhhhh oooouuhhhh ssssshhhhh
heeemmm...maasss Doddy...maauuuu diapaaain lagiiii ini.....ssssshhhhh
eeeemmhhhh....bisaaa pingsaaan ibuuu...aaahhhhh oooouuhhh
maaasssss....,”desahnya kembali membahana. BERHASIL !!!! Aku kembali
menggoyang-goyangkan pinggul dan mengocok dengan memaju mundurkan
kontolku dengan cepat.
Jari tengah tangan kiriku yang basah oleh baby oil mulai aku arahkan kembali
menuju duburnya. Perlahan-lahan mulai aku tusukkan jari tengahku pada
duburnya.
“emmmmmhhhhh sssshhhhh maaasss eeemmmhhhhh...mau diapain
pantatku...perriiiihhhh tapiii..eenaaaak bangeeetsss.....”erangnya bercampur
dengan desahan.
Aku diamkan jari tengahku yang sudah masuk setengah di dalam liang duburnya.
Dengan tangan kanan aku raih botol baby oil dan kemudian mengucurkannya
pada duburnya. Perlahan, jari tengahku mulai sedikit mudah masuk lebih dalam.
Tersentuh daging-daging kenyal di dalam liang duburnya. Sungguh nikmat sekali.
Bu Yuli semakin mendesah serta mengerang- erang mendapat perlakuan jari
tengah tangan kiriku pada liang duburnya dan kontolku yang semakin lincah pada
liang memeknya karena cairan baby oil yang mengucur dari duburnya. Sampai
akhirnya, aku sudah tak tahan lagi menahan geli serta gatal pada kepala kontolku.
Dengan gerakan cepat aku kocok memeknya dengan kontolku.
“Buuuu Yuliiiii....aku keluaaaarrr.....aaaahhh....!!!,”lenguhanku disambut lenguhan
panjang Bu Yuli yang mencapai orgasmenya lagi. “ooouuuuhhhh ssssshhhh
aaaaahhh iiibbbuuuu juuggaaaaa maaasssss aaaaahhhh eeennnaaaakkkk
bangeeetss..!!”lenguhnya panjang. Kepala Bu Yuli menengadah keatas, mulutnya
terbuka lebar. Matanya terbelalak. Dengan kasar, kujambak rambutnya dari
belakang sambil kucium2 kugigit2 daging pundak dan punggungnya yang basak
kuyub oleh keringat, dengan gemas kuremas kasar toket montoknya saat
kusembur memek dan rahimnya dengan spermaku.....CROOT CRROOOT
CROOOOOTTSS !!!!
Setelah usai bersetubuh, aku dan Bu Yuli sama- sama masuk kamar mandi
membersihkan diri. Kemudian aku beranjak menuju kursi tempatku menonton
televisi. Hampir 15 menit, nasi goreng udang pesananku selesai dibuatkan oleh Bu
Yuli. Ketika aku hendak makan di meja makan, aku ajak Bu Yuli makan bersama.
Tetapi Bu Yuli menolak karena sebelumnya sudah makan di rumah bersama
suaminya. Maka Bu Yuli memilih pamit pulang. Aku mengiyakan sambil memeluk
erat tubuhnya dan memberikan kecupan pada bibir dan keningnya.
Tak lupa aku ucapkan banyak terima kasih atas segala pelayanannya. Bu Yuli
berjanji akan kembali besok pagi-pagi sekali. Namun aku katakan padanya jangan
terlalu pagi sebab, besok hari sabtu sekolahku libur untuk siswa kelas 3 untuk
mempersiapkan diri ikut pra ujian. Setelah mendapat informasi demikian ia pun
mengerti dan mohon diri. Ketika berjalan ke luar dapur untuk pulang, aku lihat Bu
Yuli berjalan agak gemetaran. Mungkin ia lemas setelah dua kali mendapat
orgasme.
Besoknya, aku bangun agak siang. Sekitar pukul 8 pagi. Aku segera membuka
kunci rumah kemudian beranjak mandi. Selesai mandi, ketika aku ke luar kamar
mandi tampak Bu Yuli tengah membuatkanku sarapan. Dengan perasaan riang,
aku sibak rambut sepunggung Bu Yuli kemudian aku ciumi tengkuk dan
pundaknya. Bu Yuli tersenyum ketika membalikan badannya. Aku langsung sosor
bibirnya yang sedikit tebal tapi sensual dan kami pun berciuman penuh nafsu,
lidah kami saling bergelut, kami saling rangkul dan peluk. Kembali kuremas2 toket
montoknya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku bergerilya di
bongkahan pantat Bu Yuli.
“emhhhh sudah mas Doddy pakai baju dulu. Sarapan dulu.” ujarnya sambil
tersenyum penuh perhatian.
“Iya bu Yuli sayang, aku pengen lagi nih bu!” jawabku sambil tetap meremas-
remas toketnya yang membusung karena terbawa nafsu.
“Ya udah, mumpung lagi sepi. Jangan lupa baby oilnya.” ujarnya kembali
tersenyum sambil tangannya meremas kemaluanku yang sudah tegang.
Dengan masih berbalut handuk aku mengambil baby oil dan menunjukan
padanya. Bu Yuli tersenyum penuh arti. Maka aku tarik tangannya meninggalkan
dapur menuju kamar tidurku. Di dalam kamar, aku mulai serang bibirnya. Kami
pun berciuman dengan liar. Nikmatnya...tanganku mulai membuka kancing daster
batik tanpa lengan warna hijau yang di kenakan Bu Yuli. Sampai akhirnya daster itu
kandas dari tubuhnya sehingga terlihat BH dan CD berwarna hitam yang
dikenakannya.
”Wow, bu Yuli seksi banget....sumpah!” bisikku memujinya.
Ia tersenyum membalas ucapanku dengan ciuman. Kami kembali berciuman
dengan penuh birahi. Lidah kami kembali saling lilit, saling jilat, saling hisap dan
saling menukar air liur. Ehmm sungguh nikmat rasanya. Aku buka kutang hitamnya
dan mulai meremas serta memilin puting cokelatnya yang sudah mengeras.
Sedangkan tanganku yang lain meremas-remas pantat bahenolnya dengan gemas.
Bu Yuli melepaskan ciumannya dan mendesah-desah seperti orang makan sambal.
Sungguh menggairahkan sekali. Sehingga, mulutku yang menganggur aku gunakan
untuk menjilat susu dan mengenyot-ngenyot puting susunya yang menggairahkan.
Tanganku mulai aku mainkan menggosok memeknya yang masih dibalut celana
dalam hitamnya.
“aaaaahhhh ssssshhhhh heeeemmmmm....mas Doddy.....” desahnya membuat
suasana semakin panas.
Aku buka handukku sedangkan ia membuka celana dalam hitamnya sehingga kami
sama- sama bugil. Aku rebahkan badanku di kasur. Aku bimbing Bu Yuli untuk
melakukan 69. Awalnya ia tidak mengerti namun setelah aku jelaskan ia pun
paham dan mulai naik di atasku dengan memeknya yang ditutupi bulu hitam
cukup lebat sudah berada tepat di wajahku. Dengan rakus aku lahap memeknya
tanpa ampun, aku sedot- sedot, gigit gigit, kenyot kenyot itilnya. Bu Yuli pun tak
hanya mengocok kontolku dengan tangannya tapi ia mulai mengulum kontolku
pada mulutnya.
Sungguh sensasi 69 memang mantap. Nikmat rasanya. Aku semakin liar
melakukan kenyotan, jilatan serta hisapan pada seluruh permukaan memek, liang
memek, dan itilnya. Begitupun Bu Yuli yang mengulum lebih bervariasi dengan
menjilat dan mengenyot kepala dan batang kontolku.
Kontolku ia jilat dan hisap dari kepala sampai ke biji pelerku. Rasanya sungguh luar
biasa, walaupun ketika kepala Bu Yuli naik turun saat mengulum kontolku masih
sering kena gigi yang mengakibatkan rasa ngilu pada kontolku. Memang, selama
berhubungan dengan Bu Yuli bisa di hitung berapa kali ia mengoral kontolku.
Sebab, kerapkali Bu Yuli gatel memeknya dan memintaku segera memasukan
kontol pada memeknya.
“emmmmhhhh sssshhhhh aaaaahhhh maaaassssuuukkkiiiiinnn mmaaaassssss!”
pintanya sambil mendesah begitu sensual.
Aku pun meminta supaya aku di atasnya. Ia pun setuju dan mulai berbaring
telentang membuka kakinya lebar-lebar supaya aku lebih leluasa memasukan
kontolku. Setelah memberi pelumas (baby oil) yang cukup banyak pada kontolku
dengan perlahan aku masukan kontolku pada liang memeknya.
Secara perlahan kontolku mulai masuk melewati gerbang memeknya, perlahan
lebih dalam dan lebih dalam lagi. Aku memaju mundurkan kontolku denga
perlahan. Plok...plok...plok, suara yang khas itu menggema di ruang kamarku. Aku
remas-remas toketnya secara bergantian. Aku pun memilin dengan gemas
putingnya yang mancung menantang.
Bu Yuli yang sudah sangat birahi kemudian menarik kepalaku dan mencium
bibirku. Kami pun saling pagut, saling jilat, saling hisap, saling kenyot. Liur kami
bercampur jadi satu. Mulutnya sesekali menganga saat sedang berciuman untuk
mengeluarkan desahan erangan racauan yang sangat liar tak terkendali.
Semakin lama, kocokan kontolku semakin kencang dan cepat. Sampai akhirnya
badan Bu Yuli melengkung-lengkung. Erangan dan desahannya semakin
menggema dan panjang memenuhi kamarku. Badannya bergetar kelojotan liar
dengan wajah memerah. Memeknya berkedut-kedut.
“aaaaaaahhhhhh ssssshhhhhhhhhh....maasss Dooooddy.....!!!” lenguhnya ketika
mendapat orgasme.
Aku hentikan gerakanku. Aku sedot kuat-kuat toketnya sambil lidahku menjepit
kuat-kuat puting susunya di mulutku. Bu Yuli mencengkram kepalaku begitu kuat
dengan kedua tangannya merasakan orgasmenya yang dahsyat. Ketika
orgamsenya sedikit mereda, aku pinta Bu Yuli untuk posisi doggy style.
Ia menuruti kemauanku sambil mengambil posisi nungging di atas kasurku. Aku
mulai mengucurkan baby oil pada duburnya. Dengan perlahan dan hati-hati aku
mulai tusuk liang duburnya dengan jari tengahku. Bu Yuli mengerang mungkin
terasa pedas di liang duburnya. Namun ia tidak berontak dan tidak mencegah
perbuatanku.
Sampai akhirnya jari tengahku amblas semuanya di liang duburnya. Perlahan aku
kembali mengucurkan baby oil pada duburnya. Setelah baby oil itu cukup banyak,
aku mulai masukan jari telunjukku berbarengan dengan jari tengahku. Bu Yuli
kembali mengerang. Dengan perlahan aku kocok pelan supaya tidak terlalu terasa
pedih. Bu Yuli mengerang dan mendesah ketika kedua jariku mengocok-ngocok
liang duburnya. Liang duburnya kini telah menyesuaikan diri dengan kedua jariku.
Aku lumasi kontolku dengan baby oil cukup banyak dan mulai mengarahkannya
pada liang duburnya. Tampak Bu Yuli kaget ketika kepala kontolku telah masuk
secara perlahan pada liang duburnya. "Mas
mau...diapain...pan..taaat...ooouuuuhhhh....,"desahnya. Namun, dengan
gerakanku yang perlahan ia mulai lebih santai. Sedikit demi sedikit kontolku
semakin dalam memasuki liang duburnya. Kontolku merasakan sensasi luar biasa
nikmat. Kontolku tercengkeram kuat otot duburnya !!!
Aku mulai melenguh merasakan kenikmatan yang baru. Rasanya nikmat sekali
walau memang agak sakit sedikit sebab, kontolku seperti terjepit di dalam
duburnya. Perlahan-lahan liang duburnya telah beradaptasi dan mulai menerima
kehadiran kontolku. Maka dengan menambahkan lagi baby oil membuat aku
menjadi lebih leluasa memaju mundurkan kontolku.
Keinginan untuk ngentot dubur Bu Yuli sudah lama jadi obsesiku, pantatnya yang
bohay sangat menggodaku. Akhirnya kini dapat terealisasikan dan memang luar
biasa sensasinya. Kini kocokan dalam duburnya aku naikan temponya dengan lebih
cepat. Desahan erangan Bu Yuli sambil menahan perih terdengar menggema di
seluruh ruangan kamarku.
“aaaaahhhhhh sssshhhhhh aaaauuuuuuwwwww sssshhhhhh maasss
Doooddy,"erang Bu Yuli merasakan sensasi baru yang aku berikan.
Cukup lama aku mengentot duburnya, Bu Yuli tiba-tiba mengejang-ngejang dan
kelejotan tak beraturan sambil melenguh panjang. Aku baru tahu kalau dengan
cara mengentot liang dubur pun ternyata dapat membuat orgasme. Duburnya ikut
berkedut-kedut dan mencengkram kuat-kuat kontolku. Sehingga aku pun
merasakan sensasi gatal dan geli menggelitik kontolku. Hingga aku kembali
mempercepat gerakanku untuk memburu orgasme.
“ooooouuuuwwwwwhhhh aaaaaaaaahhhhh sssshhhhhhhhhh....eenaaaak
bangeeets maasss Dod....enaaaaak bangeeetss....,”Bu Yuli yang dilanda orgasme
meracau tak karuan, tangan kirinya mencengkeram seprei sementara tangan
kanannya menutup mulutnya sendiri. Tak lama kemudian, aku merasakan desakan
lahar sperma hendak keluar dari kontolku, dan...“aaaarrgghhhhhhh....Bu
Yuli....akuuu....keluuuaarrrrr !!!!” lenguhanku sambil kutembakkan sperma
sebanyak-banyaknya ke dalam dubur Bu Yuli, kurasakan otot duburnya menekan
batang kontolku. Jauh lebih dahsyat daripada empotan memek Bu Yuli selama
ini !!!
Usai sperma terkuras habis, aku cabut perlahan kontolku ke luar dari duburnya.
Terlihat cairan spermaku mengalir dari liang duburnya begitu banyaknya. Aku
merasakan badanku cukup lemas sehingga aku baringkan tubuhku di samping Bu
Yuli. Kemudian ia berbalik badan menghadapku. Seperti yang sering ia lakukan, ia
mencium pipi dan mengusap wajahku. Bu Yuli memeluk tubuhku, dan
menyenderkan kepalanya ke dadaku. Paha montoknya dia baringkan diatas
pahaku. Keringatnya yang bercucuran bercampur jadi satu dengan keringatku,
membanjiri seprei dan kasur tempat tidurku. Nafas kami tersengal-sengal, tulang2
berasa mau copot.
Aku tersenyum dan balas mengecup bibirnya sambil merasakan pegal dan agak
ngilu di kontolku akibat ngentot duburnya. Tiba-tiba, HP-ku berbunyi. Aku segera
bangkit untuk mengangkatnya, rupanya dari temanku.
Ketika asik berbincang di telpon, Bu Yuli kemudian ke luar dari kamar. Ketika
melintas di belakangku, ia berbisik, “Pinjam handuknya ya mas, ibu mau mandi
dulu. Ini seprei ama kasurnya basah bau sperma, ibu mau cuci sepreinya sekalian."
Aku menggangguk mengiyakan. Bu Yuli kemudian berlalu meninggalkanku yang
masih asik berbincang dengan kawanku. Setelah selesai ngobrol, aku segera ke
kamar mandi. Pintunya tidak di kunci oleh Bu Yuli. Segera aku buka dan masuk. Bu
Yuli sedang menyabuni tubuhnya. Seksi sekali. Meski sudah usia 44, tapi sangat
menggairahkan.
“Bu, aku pengin Bu Yuli nginep malem ini,” ujarku memberitahu Bu Yuli. “Oh,
gitu...atur aja, mas....mumpung disini juga lagi sepi ga ada orang lain. Nanti ibu
bisa cari alasan ke suami kok,” jawabnya santai sambil menggosok-gosok
badannya. "Pengen maen ama Bu Yuli sampe pagi,"kataku sambil meremas2
pantat bohaynya dan toket besarnya yang bergelantung sangat menantang.
“Ahh mas Doddy aneh-aneh aja nih. Gini aja ibu udah kewalahan gimana sampe
pagi. Kalo besok ibu gempor ama pingsan apa mas Doddy mau tanggung jawab,”
candanya sambil tersenyum genit dan mencubit pinggangku. “Mau ya bu,
please,”aku memohon dengan sungguh- sungguh.“Iya mas-ku sayang, tenang aja.
Kan udah tugas ibu layanin mas Doddy,” jawabnya sambil geleng-geleng kepala
tapi tersenyum penuh arti dan menarikku kepelukannya. Kami kembali berciuman
penuh nafsu, bergelut lidah dan bertukar air liur.
Senangnya hatiku karena bakal menghabiskan waktu dengan Bu Yuli semalaman.
Setelah mencuci tangan dan kelamin, aku segera ke luar kamar mandi untuk
sarapan, sementara Bu Yuli meneruskan mandinya. Perutku jadi keroncongan
setelah melakukan kegiatan mengentot Bu Yuli yang banyak makan energi. Tapi
selalu terpuaskan !!!
TAMAT
Mbak Yuli Pembantu Serba Bisa
Namaku Doddy. Umurku 35 tahun. Aku bekerja dibidang pemerintahan. Aku
memiliki seorang istri, kami sudah menikah selama 2 tahun namun hingga saat ini
belum diberi momongan.
Di Jakarta aku tinggal di rumah mertua, kebetulan dulu mertuaku bekerja sehingga
memiliki rumah di sini. Mertuaku sekarang sudah pensiun dan mereka
memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Pulau Jawa, menetap di sana
menikmati masa tua.
Karena sayang untuk dijual, maka mereka menyuruh aku dan istri untuk menjaga
dan tinggal di rumahnya. Kamipun setuju itung-itung menghemat biaya kontrak
rumah.
Di rumah aku memiliki seorang pembantu, namanya Mbak Yuli (Yulianti nama
panjangnya). Mbak Yuli berumur sekitar 30 tahun dan memiliki satu orang anak.
Mbak Yuli merupakan peranakan Jakarta. Secara fisik Mbak Yuli cukup seksi, tinggi
badan semampai rambut panjang sebahu dan badan yang sedikit montok
terutama pinggang dan pahanya.
Kulitnya cukup putih namun tidak terlalu terang, kuning langsat kata banyak
orang. Namun, sebagai seorang pembantu Mbak Yuli masih masuk kategori yang
cukup enak dipandang, not bad lah. Mbak Yuli tidak menginap di rumahku, dia
datang pagi dan pulang setelah pekerjaan rumah selesai. Mbak Yuli bekerja di
rumahku dari hari Senin sampai Sabtu.
Rumahnya berjarak kurang lebih 800 meter dari rumahku, dia biasanya datang ke
rumahku dengan berjalan kaki. Mbak Yuli tinggal bersama anaknya, sedangkan
suaminya bekerja di luar kota. Suaminya pulang sebulan sekali atau terkadang
Mbak Yuli yang datang ke kota suaminya bekerja.
Penghasilan suami Mbak Yuli bisa dibilang pas-pasan karenanya untuk memenuhi
seluruh kebutuhan keluarga, Mbak Yuli mencari penghasilan tambahan.
Sebenarnya aku dan istriku belum terlalu membutuhkan pembantu karena kami
masih tinggal berdua selain itu juga istriku tidak bekerja jadi tidak ada masalah
dengan pekerjaan rumah, namun karena Mbak Yuli sudah lama ikut dengan
mertuaku kami jadi tidak enak untuk memberhentikannya.
Aku jarang ngobrol dengan Mbak Yuli, karena kami juga jarang bertemu. Kami
biasanya hanya bertemu pada hari sabtu atau jika aku sedang sedang libur. Jika
bertemu kami hanya saling bertegur sapa saja dan sangat jarang sekali mengobrol.
Selama ini Mbak Yuli tidak pernah menyita perhatianku dan aku juga tidak pernah
berpikir macam-macam dengan Mbak Yuli. Namun ternyata hal tak terduga aku
alami bersama Mbak Yuli.
Pagi hari aku sedang bersiap-siap untuk berangkat kantor, ketika tiba-tiba kakak
iparku menelpon mengabarkan ibu mertuaku masuk rumah sakit. Ibu mertuaku
memang sudah lama sakit dan beberapa kali masuk rumah sakit, namun kali ini
harus dilakukan tindakan operasi.
Aku menyuruh istriku segera mencari tiket untuk pulang ke jawa menjenguk dan
memberi support ibu yang akan melakukan operasi. Karena aku masih banyak
pekerjaan kantor yang harus diselesaikan, maka tidak mungkin untuk ikut pulang
bersama istriku.
Siangnya aku pulang ke rumah untuk mengantar istriku ke bandara. Waktu itu
Mbak Yuli masih di rumahku, istriku sedang berpesan ini-itu, urusan rumah
sepertinya. Setelah selesai berpesan kepada Mbak Yuli, istriku menitipkan kunci
rumah cadangan ke Mbak Yuli sehingga jika aku sedang bekerja dia tetap dapat
datang untuk bersih-bersih rumah dan menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Hari ini Sabtu, aku terbangun oleh suara alarm hp-ku. Jam 08:00. Aku sengaja
mengeset alarmku supaya tidak bangun kesiangan karena aku ada janji dengan
teman kantorku untuk menyelesaikan laporan kami. Mataku masih berat untuk
dibuka, aku matikan alarmku namun aku masih bermalas-malasan di tempat tidur.
Baru jam 03.00 pagi tadi aku tidur karena semalam harus kerja lembur, hari ini
juga aku seharusnya libur namun terpaksa aku harus ke kantor untuk
menyelesaikan laporan karena deadline sudah dekat. Aku masih mencoba
mengumpulkan tenaga untuk beranjak dari kasur ketika terdengar ketukan pintu.
Siapa pikirku?
“Mas..Mas…Mas Doddy?!!”
Aku mendengar suara yang aku kenal, Mbak Yuli. Ahhg…aku masih malas untuk
bangkit. Mbak Yuli kembali mengetuk dan memanggil namaku. Biarkan saja
pikirku, toh dia bawa kunci cadangan juga. Benar saja setelah beberapa kali
mengetuk dan memanggil tanpa ada balasan, terdengar suara kunci pintu dibuka.
Mungkin Mbak Yuli berpikir aku sedang pergi. Terdengar suara pintu masuk depan
rumah terbuka.
“Mas Doddy?” Mbak Yuli masih mencoba memanggilku, memastikan aku ada di
rumah atau tidak.
Seketika itu juga aku sadar aku tidak menutup pintu kamarku. Aku tidak
menutupnya karena udara semalam dingin sehabis hujan lebat, sehingga AC
kamar tidak aku hidupkan. Biar kamar tidak gerah dan pengap, kubuka pintu
kamar biar ada sedikit udara segar masuk. Pintu kamarku menghadap ke ruang
tengah. Mbak Yuli pasti akan melalui kamarku untuk menuju ke dapur dan tempat
cuci baju.
Tiba-tiba timbul niat isengku. Biar saja Mbak Yuli melihatku dalam posisi tidur. Aku
biasa tidur hanya mengenakan kaos oblong dan celana boxer. Aku suka
mengenakan celana boxer tipis kalo di rumah karena si “Junior” rasanya jadi lebih
lega dan kalo tiba-tiba “pengen” ama istri tinggal plorotin aja hehehe. Nahhh yang
bikin aku jadi tambah iseng karena kalo pagi bangun tidur si Junior suka berdiri
tegak (ngaceng kata orang jakarte..hehe).
Aku arahkan penisku yang setengah berdiri ke samping paha kiri dengan
menyingkap sedikit bagian bawah boxerku sehingga seolah-olah penisku keluar
dengan sendirinya ketika aku tidur. Jadi kepala penisku sedikit keluar di sela2
antara celana boxer dan paha. Aku penasaran ingin melihat ekspresi Mbak Yuli
ketika melihatku dalam posisi seperti ini. Kenapa aku jadi exebisionis gini
ya….hehehe.
Hmmm.. muncul ideku untuk merekam ekspresi Mbak Yuli agar aku bisa
melihatnya nanti. Dengan cepat aku menyalakan kamera video di hape-ku,
kuarahkan ke pintu, dan aku sangga dengan bantal biar posisinya pas. Mbak Yuli
tidak akan tahu kalo kamera hape itu menyala, dia pasti akan berpikir hape-nya
tergletak biasa saja. Aku lalu kembali ke posisi semula dan pura-pura masih tidur
terlentang dengan kedua kaki agak ngangkang.
Terdengar suara langkah Mbak Yuli mendekat dan tiba-tiba berhenti sejenak ketika
sampai di depan kamarku. Aku tertawa geli dalam tidurku, pura-pura tidur
tepatnya hehehee. Sepertinya Mbak Yuli kaget melihat aku ada di rumah dan
tertidur pulas dengan Junior mengintip keluar dari boxer ku.
Beberapa saat Mbak Yuli berhenti kemudian dengan hati-hati dia menjulurkan
kepalanya ke dalam kamarku. Dia melihatku masih tidur pulas, sekilas dia melirik
kearah penisku. Sengaja aku gerakkan penisku sdikit seakan sedang mengangguk
biar lebih hot suasananya pikirku…hihi. Tak lama setelah itu terdengar langkah
kaki Mbak Yuli beranjak pergi.
Setelah Mbak Yuli pergi aku tertawa pelan, aku sudah menahan tawa dari tadi.
Dari bagian belakang rumah terdengar Mbak Yuli mulai beraktivitas, sepertinya
sedang mencuci baju karena terdengar suara berisik mesin cuci. Aku ambil hapeku
dan aku putar rekaman video tadi. Sambil menahan tawa aku melihat video itu.
Dalam rekaman video terlihat ketika Mbak Yuli sampai di depan kamarku dan
langsung kaget melihatku. Sepertinya dia juga menyadari kalo penisku terlihat,
dan matanya cukup lama melihat ke arah situ heheehe. Aku memang hanya iseng
dan tidak ada niat untuk bertindah lebih jauh.
Aku bangun dan segera menuju kamar mandi, aku masih tetap memakai boxer
tapi tentunya si Junior sudah kembai ke sarangnya. Aku pura-pura kaget ketika
melihat Mbak Yuli.
“Eh.. Mbak Yuli, sudah dari tadi Mbak?”
“Baa..baru saja kok mas.” Mbak Yuli terlihar agak gugup, mungkin karena kejadian
barusan.
“Ohh..maaf Mbak aku gak denger Mbak Yuli tadi datang.” Aku bicara dengan nada
santai supaya Mbak Yuli tidak gugup.
“Iya Mas Doddy, Mbak tadi ketuk pintu enggak ada yang bukain. Mbak kira di
rumah gak ada orang. Ehh.. ternyata Mas Doddy masih tidur.” Mbak Yuli sudah
bisa mengendalikan dirinya.
“Iya Mbak aku gak denger.” Aku beralasan. “Baru tidur tadi pagi. Semalam habis
lembur…”
“Ouww.”
“Mbak aku tolong dibikinin mie ya buat sarapan, dah lapar nih.”
“Iyaa mas tapi bentar lagi ya, tanggung ini mas nyucinya dah mau selesai.”
“Okai Mbak aku juga mau mandi dulu.” Aku berlalu menuju kamar mandi.
Selesai mandi..mieku sudah siap. Aku sarapan sambil duduk di depan TV,
kunyalakan TV dan mulai menyantap mieku selagi masih hangat. Mbak Yuli sedang
menyetrika baju. Tempatnya menyetrika tidak jauh dari tempat aku duduk. Aku
mencoba untuk mengajaknya mengobrol sambil sarapan.
Obrolan mulai berkembang dan suasana menjadi cair. Mbak Yuli mulai nyaman
ngobrol dengan ku. Dia bercerita kalo dia senang anaknya cukup pandai di
sekolahnya. Mbak Yuli juga bercerita kalo sekarang usaha tempat suaminya
bekerja sedang tidak bagus sehingga sudah empat bulan ini suaminya belum bisa
pulang karena belum ada ongkos.
Mbak Yuli juga tidak biasa datang ke sana karena uang yang diperolehnya sudah
habis untuk biaya sekolah anaknya. Aku agak simpati juga mendengar cerita Mbak
Yuli. Aku menyuruhnya bersabar dan menasehatinya untuk tetap semangat
bekerja.
“Kalo sudah rejekinya pasti gak akan kemana Mbak.” nasehat ku. “Yang penting
kita berusaha. Rejeki pasti tiba dengan sendirinya.”
Dari obrolan kami aku jadi tahu ternyata selain bekerja di tempatku kalo malam
Mbak Yuli juga bekerja menjaga warung makan. Selama kami mengobrol aku
mendapati Mbak Yuli beberapa kali melirik si Junior. Aku cuek saja.
Sehabis mandi tadi aku masih menggunakan boxer dan kaos saja. Seperti aku
bilang kalo sedang di rumah aku memang biasa seperti ini. Sebelum-sebelumnya
Mbak Yuli juga sudah biasa melihatku mengenakan boxer kalo sedang di rumah
jadi aku cuek saja. Karena mulai merasa biasa denganku Mbak Yuli mulai berani
menanyakan hal yang agak privat.
“Mas..Mas Doddy dan Mbak Helen memang nunda punya momongan ya?” “Eh
maaf ya mas..Mbak nanya-nanya aja..” Mbak Yuli sadar kalo pertanyaannya
mungkin agak sensitif, dia jadi salah tingkah dan terlihat agak menyesal telah
bertanya.
“Gak papa kok Mbak.” jawabku tersenyum. “Aku sebenarnya pengen segera punya
momongan Mbak, apalagi Helen kan seneng banget sama anak kecil” tambahku,
“Tapi sepertinya masih belum dikasih.”
“Sabar ya mas. Nanti juga pasti dapat kok kalo memang sudah rejekinya” Mbak
Yuli mencoba menghiburku dengan nada keibuan, seperti seorang ibu yang
menghibur anaknya yang kalah dalam lomba. Aku menjadi sedikit terharu, terharu
dengan diriku sendiri.
“Mbak dulu juga lama kosong kok. Hampir tiga tahun.”
“Iyaa ya Mbak?” aku baru tahu kalo Mbak Yuli ternyata juga lama dapat
momongan.
“Mas Doddy sudah coba cek ke dokter?” tanya Mbak Yuli.
“Sudah sih Mbak, tapi kata dokter gak ada masalah baik sama Helen maupun
sama aku. Semuanya sehat. Kata dokter sih dicoba terus aja” jawabku “Mungkin
bikinnya yang gak bener kali ya Mbak heheheehe.” aku bercanda tanpa maskud
menggoda.
Mbak Yuli tersenyum kecil kemudian menjawab dengan nada serius “Sama mas
Doddy, dulu Mbak juga cek ke dokter dan kata dokter suami Mbak dan Mbak
sehat semuanya.”
“Ohhh” jawabku singkat.
Aku melahap suapan terakhir mie ku, Mbak Yuli terlihat fokus kembali menyetrika.
Kami terdiam sejenak.
“Terus akhirnya bisa dapat Alit gimana Mbak?” aku memecah keheningan “Kata
temenku sih aku disuruh banyak-banyak makan toge dan minum jus pinang muda,
emang bener ya?”
“Kalo toge sih emang bagus buat laki-laki mas,” kata Mbak Yuli sambil melipat
kemeja yang baru selesai disetrika “Katanya dapat meningkatkan kualitas itunya.”
“Itunya?” aku memasang muka heran, aku menangkap maksud Mbak Yuli adalah
bahwa toge dapat meningkatkan kualitas ereksi atau ketahanan penis.
“Bukan anunya mas?” Mbak Yuli terkikik, “eee..itu kualitas..ee sperma.” sepertinya
Mbak Yuli agak risih mengucapkan kata sperma dihadapanku.
“Ouww. Kirain hehee..perasaan aku dah banyak makan toge tapi gak ada
perubahan kualitas di situ hehehee” Mbak Yuli ketawa mendengar komentarku.
“Jadi dulu suami Mbak banyak makan toge juga ya?” tanyaku.
“Ya gak banyak juga sih mas biasa aja, kalo Mbak kebetulan pas masak sayur toge
aja.” Mbak Yuli kemudian menambahkan,
“Oohh…”
“Trus kalo Jus Pinang muda, apa suami Mbak juga sering juga minum ??? Tanyaku
antusias
“Kalo itu mahh sering mas, suami Mbak biasanya minum dicampur dengan madu
dan kuning telur ayam kampung…katanya bagus biaar stamina tetap terjaga”
“Wowww….kuat dong” jawabku spontan
“Yah lumayanlah mas…” jawab Mbak Yuli tersenyum malu sambil menunduk.
Suasana terlihat lebih santai seolah tidak ada sekat diantara kami….sekat antara
majikan dengan seorang pembantu.
Tak lama berselang suasana menjadi hening seketika dan tiba-tiba Mbak Yuli
berkata,“Mbak dulu ke tukang urut mas.”
“Tukang urut?” aku bingung.
“Iya kebetulan nenek Mbak dulu tukang urut.” Jelas Mbak Yuli sambil mengusap
keringat dikeningnya, sepertinya hawa panas strika membuat Mbak Yuli gerah.
“Waktu itu nenek bilang supaya bisa cepet dapat momongan suami Mbak harus
mau diurut karena menurut nenek ada syaraf suami Mbak yang bekerja kurang
maksimal.”
Waktu itu aku masih berpikir kalo ‘diurut’ yang diceritakan Mbak Yuli sepeti diurut
pada umumnya.
“Mbak sih awalnya gak ngerti tapi karena gak ada ruginya ya kenapa gak dicoba
aja. Apalagi yang nyuruh orang tua kalo gak mau malah takut kualat nanti.”
Aku menyimak cerita Mbak Yuli dengan serius.
“Jadi ya sudah Mbak sama suami berangkat ke rumah nenek di dusun. Kemudian
suami Mbak diurut, nenek juga mengajari Mbak cara ngurutnya. Kata nenek
supaya berhasil gak bisa hanya diurut sekali jadi nenek mengajari Mbak cara
ngurutnya yang bener supaya Mbak bisa ngurut sendiri nantinya sehingga gak
perlu bolak-balik ke rumah nenek yang cukup jauh.”
“Nenek juga ngasih ramuan gitu, harus rutin diminum selama proses
penyembuhan”
“Percaya gak percaya sih Mas Doddy. Dua minggu setelah itu Mbak langsung isi.”
Mbak Yuli mengakhiri ceritanya sambil melipat pakaian terakhir yang disetrikanya.
Dia menghela nafas lega, setrikaannya sudah selesai semua. Mbak Yuli mengusap
butir-butir keringat diwajahnya dengan bagian bawah kaosnya. Otomatis kaosnya
sedikit terangkat dan terlihat perut Mbak Yuli yang kuning langsat mulus, perut
Mbak Yuli ramping dan masih kenceng.
Maklum Mbak Yuli kan bukan tante-tante berduit yang hobi kuliner gak jelas tapi
membanting tulang demi membantu suami menafkahi anaknya. Mbak Yuli waktu
itu memakai kaos warna krem yang agak ketat. Di bagian bawah dia menggunakan
legging sebatas lutut warna biru gelap.
Mbak Yuli berjalan ke dapur dan mengambil segelas air minum. Setelah minum
dia kembali mengusap keringat di dahi dengan punggung tangannya. Mbak Yuli
menyisir rambutnya kebelakang dengan jari mengumpulkannya menjadi satu dan
mengikatnya dengan karet gelang.
Dia berjalan menuju mesin cuci dan mulai mengeluarkan baju yang telah selesai
dicuci untuk dijemur. Aku melihat jam dinding, jam 09.00. Sebentar lagi berangkat
ke kantor pikirku. Aku berjalan kebelakang untuk menaruh piring kotor ditempat
cucian. Tempat cuci piring ada di luar rumah bersebelahan dengan tempat Mbak
Yuli menjemur.
Aku perhatikan Mbak Yuli agak kesulitan menjemur selimut, aku datang mendekat
membantu Mbak Yuli menaruh selimut di tali jemuran. Angin berhembus dan aku
mencium aroma yang aneh, bukan, bukan, bukan aroma yang tidak enak tetapi
aroma yang khas. Ini bau tubuh Mbak Yuli dugaanku. AKu seperti sedang
terhipnotis, aroma itu masuk melalui hidungku dan langsung membekukan
otakku. Aku merasakan sensasi yang aneh.
“Makasih Mas.” Mbak Yuli menyadarkanku.
“Ah..iyaa.” Gantian aku yang gugup.
Mbak Yuli melanjutkan menjemur sisanya. Aku berdiri bersandar didinding tempat
ujung tali jemuran ditambatkan.
“Mbak aku kayaknya tertarik juga urut sama neneknya Mbak Yuli, siapa tau
berhasil juga.” Aku melanjutkan obrolan kami tadi. Aku menunjukkan
keantusiasanku.
Mbak Yuli menjemur celana jeansku dan kembali mengusap keringat di dahinya,
sepertinya dia mulai kelelahan.
“Masalahnya mas,” dia kembali mengambil sisa pakaian yang akan dijemur,
“Nenek Mbak dah meninggal satu tahun yang lalu.”
“Ahh..maaf Mbak.” aku tidak menduga jawaban Mbak Yuli. “Sakit Mbak?”
“Yaa memang sakit..tapi juga karena memang sudah umur”
Angin kembali berhembus dan lagi-lagi bau aroma tubuh Mbak Yuli mengalir
melalui hidungku. Aku kembali blank.
“Kalo nenek masih sehat mungkin aku bisa berhasil juga kali ya Mbak?” aku
berbicara dengan pandangan kosong. Jujur ada sedikit perasaan kecewa dan sedih
dalam hatiku. Sebelum Mbak Yuli sempat menimpali aku menyadari sesuatu,
“ehh..bukannya Mbak Yuli pernah diajari cara ngurutnya juga ya?”
Mbak Yuli tiba-tiba berhenti bergerak, dia kaget dengan pertanyaanku.
“Ee..em..Mbak gak bisa.” Mbak Yuli gugup.
“Loh tadi kan Mbak cerita, Kalo Mbak diajari cara ngurutnya supaya Mbak bisa
ngurut sendiri tanpa harus ke rumah Nenek? Suami Mbak kan cuma diurut sekali
sama nenek, iya kan? Selebihnya Mbak Yuli yang ngurut kan, Iya kan Mbak?” aku
membrondong Mbak Yuli karena merasa ada harapan.
Maklumlah pembaca, sejak menikah beberapa tahun yang lalu….Aku sangat
mengiginkan punya momongan. Apalagi teman-teman sebayaku udah punya anak
semua.
“Bukan gitu mas Doddy.” Mbak Yuli menjawab sambil berjalan masuk rumah.
Keringatnya sepertinya semakin menjadi.
Kenapa Mbak Yuli panik pikirku? Aku berjalan masuk rumah mengikuti Mbak Yuli.
Mbak Yuli menuju ruang tengah, dan duduk di depan TV.
“Jadi gimana Mbak? masa Mbak Yuli gak mau nolongin aku?…..pleaseee” Aku
memohon.
Mbak Yuli mengambil sapu sepertinya dia hendak menyapu tapi kemudian dia
menghela nafas dan kemudian menarik kursi makan dan duduk memandangku
dengan serius. Mbak Yuli menarik nafas kemudian mulai berbicara.
“Mbak Yuli bukannya gak mau menolong Mas Doddy tapi Mbak gak bisa.” Aku
bingung, Mbak Yuli kembali menarik nafas dan melanjutkan. “Soalnya….”
“Eee..Maksud Mbak cara ngurut itu..Ehh..pokoknya Mbak gak bisa ngurut Mas
Doddy.”
Aku memandang Mbak Yuli, semakin bingung. Mbak Yuli menarik nafas panjang
seperti sedang mengumpulkan kekuatan.
“Mas..Mbak gak bisa membantu Mas Doddy karena yang harus diurut itu ada di…
syaraf yang harus diurut itu ada di..” Mbak Yuli memelankan suaranya, mukanya
memerah. “bu….burungnya…” kata si Mbak terbata-bata.
DUUAAARRRR ! Tubuhku seperti diguyur air es. Akhirnya aku paham kebingungan
Mbak Yuli. Aku mendadak jadi malu memaksa Mbak Yuli untuk mengurutku. Aku
melihat Mbak Yuli, dia menunduk memainkan gagang sapu, mukanya merah
padam. Perlahan dia mulai mengangkat kepalanya memandangku. Mbak Yuli
tersenyum, senyum yang terlihat grogi dan kikuk.
“Maaaf….Mbak, waduhhhh aku kirain urut badan kayak biasa gitu.” Aku
menimpali sambil nyengir.
Kami berdua melihat TV tapi sama sekali tidak tahu apa yang kami tonton, pikiran
kami melayang entah ke mana. Kami berdua jadi salah tingkah.
“Yaaahh mungkin memang belum waktunya Mbak, nanti juga pasti dapat kalo
sudah waktunya kan?” ujarku sambil tersenyum getir.
Mata kami berdua masih melihat TV. Aku bangkit dari tempat duduk, “Aku siap-
siap dulu ya Mbak mau ke kantor ada janji sama temen.” Aku menuju kamarku
ganti baju.
Aku baru selesai mengganti kaos yang aku kenakan dengan polo shirt ketika tiba-
tiba Mbak Yuli sudah di depan pintu kamarku yang tidak tertutup.
“Mas Doddy..” mukanya menunjukkan raut merasa bersalah.
Aku jadi serba salah, sebenernya aku sudah memahami kondisinya dan maklum.
“Mas Doddy…memangnya Mas Doddy mau kalo Mbak urut?” Whaaat? Aku jadi
bingung sendiri. Aku jadi gak enak sama Mbak Yuli, karena dari awal aku sudah
salah memahami maksud ‘diurut’ yang diceritakan Mbak Yuli.
“Mbak…” aku duduk di tepi tempat tidurku, “Mbak Yuli gak usah merasa bersalah
gitu, aku gak papa kok Mbak, tadi cuma salah paham.”
“Kalo aku tau maksud diurut yang Mbak ceritain itu seperti itu, aku gak mungkin
minta tolong ke Mbak Yuli kan?” aku melanjutkan.
Mbak Yuli menunduk, jarinya memainkan ujung kaosnya. “Mbak bukannya gak
mau nolong Mas..apalagi Mbak Helen sama Mas Doddy sudah baik dan banyak
membantu Mbak,” Memang istriku suka memberi makanan, baju dan uang
tambahan untuk Mbak Yuli. “Cuma Mbak ngerasa gak pantes aja kalo harus ngurut
Mas Doddy.”
Nahhh. Aku paling gak bisa kalo wanita sudah merasa rendah seperti ini.
“Bukan gitu Mbak…aku mau aja kok cuma kan..” Aku terdiam berpikir. Aku
bukannya gak mau cuma aku gak membayangkan bakal ‘diurut’ Mbak Yuli dan aku
berpikir Mbak Yuli juga pasti gak bakal mau. Aku jadi bingung.
“Gini aja Mbak Yuli, aku sekarang ada janjian sama temen, ada kerjaan kantor.
Kalo Mbak emang mau, gimana kalo nanti malam Mbak Yuli ke rumah lagi buat
ngurut aku?” jujur aja sejauh ini aku belum berpikir macam-macam. Aku setuju
untuk diurut hanya karena gak tega melihat Mbak Yuli. Mbak Yuli mengangkat
kepalanya melihatku, mukanya agak cerah, “Mas Doddy yakin?”
“Yuupp!” aku menjawab yakin.
“Baik mas ntar Mbak coba urut, semoga berhasil juga, supaya Mas Doddy dan
Mbak Helen cepet punya momongan.” Mbak Yuli tersenyum ringan namun jauh di
dalam matanya aku masih melihat keraguan. Aku tahu Mbak Yuli pasti sama
bimbangnya denganku.
Jam tujuh malam aku sudah mengendari BMW G80-ku menuju ke rumah. Aku
mampir ke warung untuk makan malam sekalian, karena tidak ada istriku artinya
di rumah juga tidak ada makanan. Hari ini sudah seminggu sejak kepulangan
istriku ke jawa. Kemarin dia telepon sepertinya masih belum bisa pulang karena
masih harus menemani ibunya.
Jam setengah delapan aku sudah sampai di rumah. Tepat waktu pikiriku.
Sebelumnya aku sudah bilang Mbak Yuli untuk ke rumah jam delapan saja. Aku
segera mandi dan berganti pakaian, setelah mandi aku tiduran sambil nonton TV
di kamar.
Tak terasa mataku terpejam. Aku dikagetkan suara ketukan pintu, aku terbangun
setengah sadar. Ahh iya Mbak Yuli pikirku, aku segera menuju ruang tamu dan
membuka pintu. Bener saja Mbak Yuli yang datang.
“Mas Doddy dah di rumah ya?” Mbak Yuli tersenyum menyapaku.
“Iya Mbak, ini barusan juga sampainya.” Setelah Mbak Yuli masuk, aku langsung
menutup pintu.
“Sudah makan Mbak?” tanyaku.
“Sudah mas.”
“Ouuw ya udah, soalnya di rumah juga gak ada makanan Mbak….heheee.” Kami
duduk di depan TV.
Memang di ruang tengah biasa aku gunakan untuk duduk santai, atau ketika ada
keluarga datang biasanya kami mengobrol di sofa yang ada di depan TV. Begitu
juga malam ini, rasanya akan terlalu resmi kalo aku mengajak Mbak Yuli duduk di
ruang tamu, jadi di sinilah kami duduk, di depan tv.
“Ohh Mas Doddy belum makan ya?” tanya Mbak Yuli.
“Sudah kok Mbak, tadi mampir makan sekalian pas pulang.”
Kami terdiam sejenak. Terus terang aja aku juga sedikit grogi masalah urut-
mengurut ini. Aku bingung harus bagaimana memulainya. Untungnya Mbak Yuli
yang berinisiatif memulai.
“Mau diurut sekarang mas?” Mbak Yuli bertanya sambil menatapku sekilas. Suara
Mbak Yuli terdengar agak gemetar mungkin karena grogi juga.
“Boleh Mbak, ayuk. Di kamar aja kali ya Mbak?” maksudku agar aku bisa sambil
tiduran dengan nyaman di tempat tidur.
“Iya mas.” Mbak Yuli berjalan mengikuti aku ke kamar.
Sampai di kamar aku bingung harus gimana “Gimana nih Mbak?”
“Mas Doddy ada handbody?”
“Ada Mbak.” aku segera mengambil handbody lotion istriku di meja rias.
“Mas Doddy tidur tengkurap ya mas.”
Aku langsung tengkurap masih dengan pakaian lengkap, kaos dan boxer. Detak
jantungku mulai berakselerasi. Aku pikir Mbak Yuli akan langsung mengurut
burungku hehe. Ternyata Mbak Yuli memulainya dengan menotok saraf di telapak
kakiku memakai ujung jari telunjuknya.
“aukkh….sss..” Aku meringis menahan sakit.
“Tahann…ya Mas, emang agak sedikit sakit karna mas jarang dipijit..” sahut Mbak
Yuli
Kemudian Mbak Yuli mengoleskan sedikit lotion ke tangannya dan mulai
mengurut telapak kakiku. Dia memijatnya di berapa titik bagian tapak kaki dan
kemudian mengurutnya naik dari betis ke paha. Dia melakukan beberapa kali,
dimulai dari kaki kiri kemudian pindah ke kaki kanan.
“Maaf ya mas Mbak urut di sini.” Mbak Yuli lanjut mengurut beberapa titik
dipantatku.
“Gapaapa Mbak, lanjuut aja..” Jawabku
Dia memijat sebentar dan sepertinya agak bingung karena aku masih mengenakan
boxer.
“Mas Doddy maaf celananya diturunin dikit ya, Mbak agak susah ini ngurutnya.”
“Ahh.. iya Mbak.” Aku menurunkan sedikit boxerku, sehingga setengah pantatku
terlihat.
Mbak Yuli melanjutkan mengurut pantatku. Tekanan dan urutan jari Mbak Yuli
didaerah pantat mulai mempengaruhi si “junior”. Aku mencoba mengalihkan
perhatian supaya penisku tidak menjadi tegang.
Malu kalo ketahuan si Mbak, masa baru mulai aja udah tegang. Tapi lama
kelamaan urutan Mbak Yuli membuatku merasa nikmat, sehingga aku tidak bisa
melawannya. Akibatnya si junior menjadi separuh tegang. Aku hanya bisa
memejamkan mata sambil menikmati urutan Mbak Yuli. Aku menikmati
sensasinya.
“Mas Doddy balik badannya.”
“Ahh..iya.” deg deg deg detak jantungku meningkat dengan pasti, telapak
tanganku dingin. Dengan kondisi penisku yang separuh tegang dan dengan boxer
longgar yang aku pakai, pasti Mbak Yuli akan melihatnya. Ahh tp toh nanti dia juga
akan mengurutnya pikirku.
Aku segera membalikkan badan. Aku melihat Mbak Yuli ketika membalikkan
badan, dia sama gugupnya denganku, kepalanya menunduk tidak berani
menatapku. Setelah aku mendapat posisi nyaman aku kembali memejamkan mata
biar Mbak Yuli lebih nyantai dan fokus bekerja.
Mbak Yuli kembali memijat bagian luar dan dalam kaki ku dan kemudian
mengurut dari atas ke bawah dari kaki kiri berganti kaki kanan. Aku berusaha
mengendalikan nafasku agar jantungku tidak berdetak terlalu cepat, tapi soal si
junior aku tidak bisa mengendalikannya, tekanan darah terus dipompa mengalir
terpusat. Tangan Mbak Yuli beranjak ke memijat pahaku, dia mengurut dari sisi
luar mengarah ke pangkal paha.
“Ahh..” Aku reflek melenguh pelan, mungkin Mbak Yuli tidak mendengarnya. Dia
terus mengurut seperti itu berulang-ulang. Penisku semakin tegang, tegang sejadi-
jadinya sehingga tampak menonjol dari boxerku. Dari luar nampak penisku
bergoyang luntang lantung kanan-kekiri mengikuti irama pijatan Mbak Yuli ke
pahaku.
Getaran-getaran kenikmatan mulai kurasakan, gila padahal Mbak Yuli sama sekali
belum menyentuhnya. Perlahan nafasku memburu. Kurang lebih 15 menit dia
mengurut pahaku. Selama itu pula aku menahan malu karna “juniorku” sesekali
dilihatin si Mbak. Sensasinya jadi beda, aku terangsang amat kuat. Aku mulai
menikmati setiap pijatan Mbak Yuli.
“Mas sekarang perutnya,” kata Mbak Yuli sambil menyelesaikan urutan terakhir di
pahaku. Segera aku sedikit menarik kaosku ke atas hingga tampak perut dan
sedikit dadaku.
"Mas Doddy....lumayan banyak bulunya...,"ujar Mbak Yuli sedikit kaget saat meliat
bulu dadaku."Iya mbak, kenapa? Mbak suka ya..."candaku. "Ah mas bisa
aja...,"jawab Mbak Yuli gugup, mukanya memerah sepertinya dia sadar atas
kata2nya tadi. Terasa tangan Mbak Yuli menyentuh perutku, pergelangan tangan
Mbak Yuli sempat menyentuh penisku ketika tangannya menuju perutku.
Membuatku bergetar. Mbak Yuli mengurut perutku pelan dari atas ke bawah
menuju ke penisku.
Aku sedang mencoba mengendalikan diri kembali. Sensasi kenikmatan kembali
kurasakan. Sesekali ketika mengurut ke bawah pergelangan Mbak Yuli kembali
mengenai ujung penisku yang membuatku merinding menahan nikmat.
Aku mulai khawatir tidak dapat menahan kenikmatan dan menyemburkan
cairanku, aku rasa diujung penisku mulai keluar lelehan cairan mani. Pelumas itu
mulai membasahi sedikit ujung boxerku tepat diatas kepala penis. Rasa malu
perlahan mulai pudar seiring kenikmatan yg kurasakan dari pijatan Mbak Yuli.
Mbak Yuli menghentikan urutannya di perutku, dia mengambil botol di dalam
tasnya dan menuangkan sedikit di tapak jari tangannya.
“Mas maaf sekarang itunya,”ujar Mbak Yuli, detak jantungku meningkat tak
karuan, penisku semakin berdenyut tegang.
“I..iya a Mbakk,” aku membuka mata. Mbak Yuli mengusap butiran keringat
didahinya, sepertinya dia cukup tenang dan fokus mengurutku.
“Minyak apa tu Mbak..???” Aku berusaha untuk mencairkan ketegangan akibat
nafsu birahi yang telah menjalar ke seluruh otakku.
“Minyak ramuan nenek, untung masih ada Mbak simpan dikit di rumah”
“Ooow…” hatiku merasa bersyukur mendengarnya walaupun minyak itu baunya
terasa agak sedikit menyengat di hidungku.
“Ehhmm....maaf mas...tolong diturunin sedikit mas celananya,” Mbak Yuli
melihatku sekilas kemudian menunduk, suaranya sedikit bergetar, sepertinya tidak
setenang yang aku kira.
Perlahan aku menurunkan boxerku, Batang penisku yang sudah tegang meloncat
keluar, aku tidak melepas boxerku hanya menurunkan sebatas paha. Terlihat Mbak
Yuli mengendalikan nafasnya sepertinya dia mencoba untuk tak terlihat grogi.
Dia kembali mengusap keringat di dahinya dan melap tangannya dengan daster
yang dikenakannya. Emang dari awal sewaktu memulai proses pijit, Mbak Yuli
berpesan supaya AC jangan dihidupkan karena pori2 tubuh aku terbuka. Alhasil
ruangan jadi panas dan kami berdua bercucuran keringat.
“Maaf ya mas,” dia memajukan tangannya ke penisku, aku bersiap-siap.
“Nyantai aja Mas…biar hasilnya akan terasa nanti..” Mbak Yuli berusaha
menenangkanku.
“Iya mbak.…” Sentuhan tangannya mulai terasa di penisku “eghh..” aku menahan
nikmat. Mbak Yuli diam saja.
Mbak Yuli mengurut batang penisku perlahan dengan sedikit tekanan dari bawah
ke atas menggunakan jempolnya. Dia mengulangnya kembali dari bawah ke atas.
Penisku terasa tegang sekali dan aku merasa kenikmatan yang sangat.
Aku melihat Mbak Yuli, dia sepertinya menghindari memandang langsung penisku,
pandangannya sedikit lebih ke atas ke arah perutku. Karena agak membungkuk
ketika mengurut, aku dapat melihat sedikit belahan dada Mbak Yuli melalui
lubang atas dasternya, membuat sensasi yang kurasakan semakin menjadi.
Kami sama-sama diam, entah apa yang dirasakan dan dipikirkan Mbak Yuli. Aku?
Tak ada pikiran apapun di kepalaku tapi apa yang kurasakan membuatku
melayang, seluruh tubuhku dibaluri oleh sensasi kenikmatan, aku tak dapat
menahannya. Dan benar saja, aku rasa Mbak Yuli baru mengurut penisku lima
atau enam kali ketika aku merasakan puncak kenikmatan tiba.
“Akhhhhhhh…Kluarrr mbaakkk....” aku mengerang nikmat, memejamkan mata,
menegangkan badanku ke atas, tanganku meremas sprei.
Seketika Mbak Yuli menghentikan urutannya, dia menekan agak keras urat yang
ada di pangkal sebelah bawah batang penisku dengan jarinya. Sementara Jari yang
lain menotok urat di bawah buah zakar. Aku merasakan denyut berulang
dipenisku, ledakan-ledakan kenikmatan menghantamku, orgasme, aku mencapai
klimaks.
Terengah-engah, perlahan ketika kenikmatanku mulai mereda aku mulai merasa
heran, sepertinya aku tidak mengeluarkan sperma sama sekali ketika orgasme.
Aku membuka mataku, tangan Mbak Yuli masih menekan batang penisku, kulihat
diujung penisku hanya terdapat sedikit lelehan cairan bening.
Perlahan Mbak Yuli melepaskan tangannya dari penisku, kulihat dahinya dipenuhi
butiran peluh dan terlihat nafasnya sedikit memburu. Dia melap keringat di wajah
dan lehernya, aku mengambil tisu yang ada di samping ranjangku dan
menyodorkan ke Mbak Yuli. Mbak Yuli tersenyum mengambilnya. Aku masih
terbaring, penisku mulai menyusut, rasa gugupku hilang seketika.
“Mbak kok aneh ya?” aku membuka percakapan. Mbak Yuli duduk di sampingku
menghadapku.
“Aku tadi kayaknya orgasme deh, tapi kok gak keluar spermanya ya?”
“Iya mas,” Mbak Yuli maklum dengan keherananku, “tadi pas Mas Doddy mau
keluar Mbak tekan supaya gak keluar.”
Suasana memang sudah lebih cair tapi terlihat Mbak Yuli masih belum tenang
seperti menahan sesuatu. Aku hanya menerka-nerka sepertinya dia terbawa
suasana.
“Ohh.. bisa ya seperti itu, aku baru tahu Mbak, belum pernah kayak gini, tapi tadi
bener-bener enak banget Mbak,” aku ngomong asal tanpa mempedulikan kondisi
Mbak Yuli dan sepintas lupa tujuan urut sebenarnya. Begitulah lelaki kalo sudah
klimaks, nafsu langsung hilang seketika hehehee.
Mbak Yuli hanya tersenyum menanggapiku.
“Mbak minum sebentar ya mas, ntar Mbak lanjutkan lagi,” Mbak Yuli bangkit
keluar dari kamar menuju dapur.
Aku tersadar, aku masih dalam prosesi urut, heran bercampur penasaran, dan
ternyata ini belum selesai?
Minyak yang dioles Mbak Yuli di Penisku tadi mulai terasa agak sedikit panas,
mungkin ini salah satu kunci rahasia pijatan Mbak Yuli dalam lamunanku.
Tidak lama Mbak Yuli kembali ke kamarku, dia duduk disampingku. Aku mendapati
dia melirik si Junior yang sekarang terkulai lemas, sadar aku memperhatikannya
Mbak Yuli membuang muka pura-pura mencari body lotion.
“Mbak lanjut urut ya mas,” Mbak Yuli meneteskan lotion ke tangannya.
“Iya Mbak,” aku kemudian mengungkapkan rasa penasaranku, “Kirain dah selesai
Mbak.”
“Masak cuma gitu aja mas,”jawabnya sambil tersenyum.
“Kata nenek yang tadi itu untuk mengecek apakah syaraf-syarafnya masih normal,”
tangan Mbak Yuli meluncur ke kedua pahaku, kemudian mengurut dari sisi luar ke
arah tengah, nyaris mengenai pangkal penisku. Karena aku baru saja mencapai
klimaks, maka si “junior” belum terlalu terpengaruh. Aku merasakan urutan Mbak
Yuli ini sengaja untuk memperlancar aliran darah ke penisku.
“Jadi punyaku masih normal gak Mbak?” aku bertanya. “Tadi aku cepet banget
langsung klimaks, padahal biasanya gak gitu. Apa memang karena ada yang salah
ya Mbak?”
Sesi kedua ini berbeda, rasa gugupku sudah hilang dan aku menjadi lebih santai
menghadapi Mbak Yuli makanya aku jadi blak-blakan aja ngomong ke Mbak Yuli,
mungkin karena pengaruh klimaks tadi.
“Baguus dan normal kok mas,” kembali Mbak Yuli tersenyum, “Memang sengaja
diurut pas ke syarafnya, kalo tidak ada masalah pasti langsung itu mas,” terangnya.
“Itu?” aku bingung.
“Itu mas..langsung keluar.”
“Ohh..” aku paham.
“Mbak dulu juga kaget, waktu lihat suami diurut nenek, tahu-tahu dia mengerang
kayak kesakitan, Mbak kira dia kesakitan karena nenek salah urut,” dia berbicara
sambil terus mengurut pahaku, “ehh ternyata…”
“ternyata keenakan ya Mbak hehee,” aku menyahut. Geli juga aku membayangkan
waktu suami Mbak Yuli diurut oleh neneknya yang sudah tua, bisa keluar juga ya
hehehee.
Mbak Yuli tersenyum. Dia mengambil lotion dan melanjutkan mengurut. Kali ini
perutku kembali diurut dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Si junior
mulai merespon dan sedikit demi sedikit mulai membengkak lagi.
“Waktu itu suami Mbak baru diurut juga langsung keluar ya Mbak?” aku iseng
bertanya.
“Iya mas baru sebentar, padahal biasanya juga gak secepat itu loh mas,” Mbak Yuli
juga jadi lebih terbuka mungkin terpengaruh olehku.
“Wahh.. biasanya lama ya Mbak, enak dong hehehe,” aku mulai berani menggoda
Mbak Yuli.
“Ahh..Mas Doddy,” Mbak Yuli menunduk malu, mukanya memerah.
Aku tersenyum, kembali memejamkan mata, sensai kenikmatan mulai aku
rasakan. Penisku semakin membengkak tapi belum sepenuhnya tegang. Kami
kembali terdiam.
“Ahh…” aku mengerang halus, tangan Mbak Yuli kembali menyentuh penisku.
Mbak Yuli mengurut penisku dengan jempolnya, sama seperti tadi tapi kali ini
tidak terlalu banyak tekanan lebih seperti mengelus. Penisku perlahan mulai
tegang. Aku membuka mata, melihat Mbak Yuli.
Dia mengurut sambil melihat langsung penisku kali ini. Kulihat ke arah lubang
kepala dasternya berharap bisa melihat belahan dada Mbak Yuli lagi. Nafsu mulai
membuaiku. Aku memperhatikan Mbak Yuli, jika diperhatikan baik-baik ternyata
Mbak Yuli menarik juga, wajahnya menggambarkan dia wanita yang kuat dan juga
terlihat manis dihiasai dengan rambut sebahu, meski kulitnya tidak terlalu putih
tapi cukup mulus.
Terlintas di kepalaku gambaran Mbak Yuli sedang bersetubuh dengan suaminya,
bagaimana ya dia di atas ranjang. Ahhh aku sungguh menikmati sensasi ini. Mbak
Yuli mengangkat tangannya menyisir sebelah rambutnya dengan jari dan
menyisipkan ke belakang telinga.
Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya melihat ke arahku. Aku tersenyum tipis,
memandangnya sayu, menahan kenikmatan yang ku rasa. Mbak Yuli kembali
menunduk mengetahui aku tidak terpejam, nafasnya sedikit tersengal.
Apakah Mbak Yuli lelah mengurut atau mulai terangsang, aku tidak tahu tapi
melihat Mbak Yuli dalam kondisi tersebut malah membuat pikiran liar tentangnya
terlintas di kepalaku. Setahuku wanita pada umumnya lebih susah terangsang dari
pada laki-laki tapi bersentuhan dengan penis orang lain yang bukan suaminya dan
membuatnya terangsang hingga orgasme, apakah hal seperti ini tidak
mempengaruhinya?
Aku menjadi ingin mengetahuinya, lebih-lebih aku jadi tertarik untuk membuatnya
terangsang. Aku ingin Mbak Yuli merasakan apa yang ku rasakan. Tapi aku belum
kehilangan kendali, akal sehatku masih bekerja jadi aku gak mungkin main tubruk
aja, sabarrr hehee.
Hembusan angin dari luar jendela kamarku menghantarkan aroma tubuh Mbak
Yuli, sungguh aroma yang khas, membuatku merasa diawang-awang, aku menarik
nafas dalam memasukan aroma Mbak Yuli ke dalam tubuhku.
Urutan Mbak Yuli berubah menjadi pijitan-pijitan ringan. Dia menekan beberapa
titik di penisku secara bergantian. Rasanya aliran darah di penisku menjadi lancar
sehingga membuat penisku mengeras.
“Aghh..Mbak,” tiba-tiba Mbak Yuli mengurut ujung kepala penisku dengan
melingkarkan jempol dan jari telunjuknya.Aku menggelinjang, tanganku secara
spontan menepuk dan mencengkram paha Mbak Yuli yang duduk bersimpuh
disampingku.
“Ahh..ahh…” aku terengah, nikmat sekali.
Setelah aku bisa mengendalikan diri aku baru sadar tangan kananku berada di
paha Mbak Yuli, namun tidak secara langsung bersentuhan dengan kulitnya
karena masih tertutup daster. Aku melihat Mbak Yuli, dia diam saja masih
mengurut, tidak ada protes darinya dan tidak ada usaha untuk menyingkirkan
tanganku, akupun tidak berniat memindahkan tanganku.
Seiring dengan urutan Mbak Yuli dan desahan nafasku, aku menggesek-gesekan
tanganku ke pahanya, perlahan. Aku melirik ke arah pahanya, dasternya bergerak
seiring gesekan tanganku.
Muncul ideku untuk menyingkap sedikit dasternya aku melakukannya seolah-olah
tidak sengaja hingga sekarang tanganku bersentuhan langsung dengan kulit
pahanya, namun baru sedikit di atas lutut belum terlalu masuk ke dalam. Aku
mengelusnya pelan, aku tatap Mbak Yuli, dia terlihat mencoba mengendalikan
nafasnya yang tersengal. Rasanya ingin memasukan tanganku jauh lebih dalam
tapi aku masih ragu, aku belum berani berbuat nekat.
Mbak Yuli menghentikan urutannya di kepala penisku. “Uhh..” aku melenguh
pelan. Aku hentikan gesekan tanganku di pahanya tapi aku tidak memindahkan
tanganku.
Mbak Yuli menarik nafas panjang, mengusap keringatnya, dan sedikit
membetulkan dasternya yang tersingkap, tidak berani menatapnya, aku pura-pura
menutup mataku. Tanganku masih di pahanya, Mbak Yuli hanya sedikit menarik
turun dasternya sehingga kini ujung jariku kini sedikit tertutup oleh dasternya.
Mbak Yuli kembali melanjutkan tugasnya, sekarang buah zakarku yang menjadi
sasaran pijitannya. Ujung jari Mbak Yuli kemudian berpindah menotok urat di
antara buah zakar dan anus. Hmmm rasanya seperti aliran sperma berkumpul
menjadi satu di situ, buah zakarku mengencang. Aku mulai menggesek-gesekan
tanganku kembali. Mungkin sekitar sepuluh menit Mbak Yuli memijatnya, rasanya
air maniku sudah siap untuk diledakkan.
Sesaat kemudian ujung jari tengah Mbak Yuli pindah ke daerah lubang anus,
sambil sesekali menusuk pelan ke arah lubang diiringi jari lain mengurut pelan
kantong zakar. Kepala Penisku mengangguk2 pelan mengikuti irama urutan buah
zakarku. Benar-benar sensasi yang sungguh luar biasa nikmat dan berkesan.
Setelah itu Mbak Yuli kembali mengurut kepala penisku seperti tadi, kali ini
dengan tempo yang sedikit lebih cepat.
“Arrrgghh…” aku tidak siap karena aku memejamkan mata. Tanganku
mencengkram pahanya.
“Ahh..” aku tidak yakin tapi sepertinya aku mendengar Mbak Yuli melenguh pelan.
Beberapi kali Mbak Yuli mengurut kepala penisku kemudian dia melingkarkan
seluruh jarinya di batang penisku, penisku ditarik ke atas sehingga sekarang
posisinya berdiri 90 derajat. Kemudian dia kembali mengurut pelan naik turun.
Cairan mani bening mulai keluar dari ujung penisku. Lumayan banyak keluar
pelumas, mungkin karena pikiranku udah benar-benar terangsang hebat sehingga
penisku udah siap tempur.
“Ahh..ahh..aahh” nafasku memburu. Tanganku terus mengelus dan meremas paha
Mbak Yuli berusaha semakin masuk ke dalam.
Lama-lama aku rasakan urutan Mbak Yuli semakin cepat, ini lebih seperti
mengocok.
“Ahh..ahh..Mbak..” diperlakukan seperti itu membuat gerakan tanganku semakin
liar, ujung jariku sudah menyentuh pinggang Mbak Yuli, tanganku sudah masuk
cukup dalam.
“Mbak ahh..Mbak Yuli” aku menyebut namanya dalam desahanku, nikmat sekali.
Aku mencoba menahan klimaksku, aku tidak mau ini cepat berakhir. Aku mencoba
mengarahkan tanganku supaya dapat masuk ke bagian dalam paha Mbak Yuli.
“Ahh..” aku yakin mendengar Mbak Yuli melenguh.
“Ma..mass…jangan ditahann” suara Mbak Yuli bergetar, sepertinya dia tahu aku
menahan klimaksku, “Ini memang harus ahh..dikeluarin...” dia mencoba
mengendalikan diri supaya dapat berbicara.
“Har..haruuss dikeluar..in mas Do..ddy, kalo enggak gak bagus.”kata Mbak Yuli
dengan nada sedikit terputus-putus & bergetar.
"Ja..ngan ditahan...maasss,"lanjutnya.
Nantinya Mbak Yuli bercerita bahwa sebenarnya ini memang prosesi terakhir dari
proses urut yang sengaja ditujukan untuk mengeluarkan sperma karena
sebelumnya sperma ditahan untuk tidak keluar.
Aku masih berusaha mati-matian menahan klimaksku, tanganku menyusup ke
bagian dalam paha Mbak Yuli, aku ingin meraba … memeknya !!!
“Aghhh…aghhh...” Mbak Yuli mempercepat kocokan jarinya.
“AGGHHHH…Mbaaaakk..jangan berhentii!!!” aku tidak dapat menahannya lagi,
tanganku mencengkram kuat paha montok Mbak Yuli, tangan kiriku meremas
sprei.
Crretttt..crett…cretttttt……!!!! berkali-kali penisku berdenyut-denyut meledakkan
sperma yang begitu banyak dan kental, tubuhku menegang merasakan
kenikmatan yang luar biasa. Semburan kenikmatan itu meluap deras dari mulut
penisku dipompa kuat bertebangan ke segala arah tak terkendali. Mbak Yuli tidak
berhenti mengocokku.
Aku merasakan tumpahan sperma berceceran di perut dan hampir mengenai
wajahku, sebagian lagi mengenai kasur. Mbak Yuli terus mengocok pelan hingga
penisku tidak mengeluarkan sperma lagi.
“Ahh..ahh…” aku masih terengah-engah, aku merasakan Mbak Yuli masih
mengusap penisku pelan.
Aku membuka mata. Kaget aku melihat ternyata sebagaian spermaku mengenai
sedikit daster Mbak Yuli dibagian dada dan rambutnya juga terkena. Mungkin
karena posisi duduk si Mbak yang sejajar di samping badanku ditambah lagi
penisku berdenyut kuat memompa sperma keluar. Sungguh pemandangan yang
luar biasa.
Mbak Yuli menatapku, nafasnya juga terengah-engah, dia mencoba tersenyum
ditengah deru nafasnya. Setelah selesai membersihkan sperma dari penis dan
perutku, dia membersihkan tangannya kemudian memegang dan menarik
tanganku dari pahanya. Dia menariknya tanpa bicara dan menatapku.
Ada sedikit rasa khawatir padaku, aku takut Mbak Yuli marah. Tanpa sedikitpun
bicara, setelah meletakkan tanganku dia membersihkan sperma yang ada
didasternya. Mbak Yuli beranjak bangkit dari duduknya.
“Mbak..” aku meraih handuk kecil dari tangannya.
“Maaf Mbak, itu rambutnya juga kena,” ucapku sambil meringis dan
membersihkan sperma dari rambutnya, sepertinya dia tidak tahu ada sperma
dirambutnya.
Mbak Yuli hanya diam saja dan beranjak keluar dari kamar setelah aku selesai
membersihkannya.
Aku masih terbaring lemah di tempat tidur dengan penis terkulai lemah tak
berdaya. Aku berniat untuk mengenakan kembali boxerku namun aku masih
penasaran apakah prosesi ini sudah selesai. Jadi aku urungkan niatku dan masih
terbaring di kamar tanpa sehelai benangpun.
Mbak Yuli kembali ke kamar dengan membawa baskom berisi air hangat kuku
beserta sebuah handuk kecil. Dia segera mengakhiri ritual pijat dengan mengelap
ulang seluruh badanku yang kena cipratan sperma dengan handuk hangat perasan
air panas. Sensasi yang begitu luar biasa nyaman aku rasakan detik demi detik
sentuhan tangan Mbak Yuli.
“Mas sudah urutnya..Mbak Pulang dulu ya.”
“Eh..iya Mbak,” sudah selesai pikirku, aku menyambar boxerku dan memakainya,
“Terima kasih ya Mbak”.
Kami berbicara seolah-olah tidak ada hal luar biasa yang terjadi. Hanya pijatan
biasa.
“Mbak aku antar aja pulangnya?” aku menawarkan, karena sudah malam aku
tidak tega membirakan Mbak Yuli pulang jalan kaki.
“Enggak usah mas,” dia menolak.
“Enggak papa Mbak,” aku memaksa, Mbak Yuli tidak menjawab. Aku segera
bangkit memakai kaos dan mengambil celana pendek. Aku beranjak keluar kamar,
Mbak Yuli mengikutiku.
“Jadi harus berapa kali diurut Mbak?” aku berharap Mbak Yuli mau mengurutku
lagi.
“Harus beberapa kali sih mas, tapi tidak boleh terlalu sering. Dua atau tiga hari
sekali bagusnya,” Mbak Yuli menjelaskan.
“Jadi lusa diurut lagi Mbak?” aku bertanya lebih seperti memohon.
“Kalo Mas Doddy mau?” Mbak Yuli menawarkan.
Mau? Bukan mau, tapi aku mengharapkannya. Akhirnya kami menyepakati akan
kembali melakukannya besok lusa. Aku sungguh antusias mendengarnya tidak
sabar menanti esok lusa.
“Ayo Mbak.” aku sudah siap duduk di mobilku.
Mbak Yuli kemudian masuk & duduk disampingku. Sepanjang ja!an kami hanya
diam. Aku tersenyum masih terbayang urutan Mbak Yuli. Aku tidak tahu apa yang
Mbak Yuli pikirkan dalam diamya.
Senin. Hari yang ku tunggu-tunggu tiba, nanti malam Mbak Yuli akan kembali
mengurutku. Aku jadi tidak konsen bekerja, ingin segera pulang. Berputar-putar di
kepalaku rasa penasaran.
Penasaran dengan apa yang Mbak Yuli rasa dan pikirkan waktu mengurutku dan
penasaran mencari cara bagaimana mempengaruhi Mbak Yuli karena aku juga
ingin melihat dan membuatnya terangsang hingga orgasme. Dengan
membayangkannya saja membuat si junior sudah berontak. Ahh Damn! Aku
fokuskan pikiranku kembali untuk menyelesaikan kerjaanku. Bisa gawat kalo nanti
malam harus lembur.
Sore hari aku telah menyelesaikan seluruh pekerjaanku. Yupp beres semua. aku
segera mengemas barang-barangku dan bergegas pulang. Sebelum pulang aku
menyempatkan membeli jus pinang muda dicampur telur ayam kampung plus
madu jahe.
Aku biasa beli di tempat langgananku Kang mamat yang berjualan di tepi jalan
masuk komplek perumahan. Kata teman ramuan itu sangat berkhasiat menjaga
stamina dan membuat junior tahan lama…Wallahu a’lam hehe. Aku juga membeli
pisang goreng untuk cemilan nanti malam.
Tepat jam setengah enam aku sampai ke rumah. Di luar mendung sepertinya akan
turun hujan dan benar saja baru separuh perjalanan air mulai menetes dari langit,
gerimis. Sampai rumah aku buru-buru mandi. Selesai mandi air panas badan jadi
segar apalagi sebentar lagi akan diurut Mbak Yuli jadi tambah semangat.
Rasa capek akibat seharian bekerja sirna sudah. Jujur aku mulai merasakan efek
dari pijatan Mbak Yuli, batang penisku jadi lebih keras dari biasanya dan muntahan
spermapun lebih banyak pekatt. Padahal kalo dipikir baru sekali terapi udah terasa
khasiatnya, apalagi kalo teratur…..wah bisa super Jreng nih pikirku.
Tak lama setelah aku mengenakan baju terdengar ketukan pintu. Mbak Yuli pikirku
semangat bergegas menuju pintu.
“Masuk Mbak,” ku bukakan pintu dan mempersilahkannya masuk.
Dia datang berja!an kaki dengan payung warna biru. Sebagian kaosnya basah
terkena air hujan. Aku tadi sempat berpikir mungkin Mbak Yuli tidak akan datang
karena hujan atau mungkin mengurungkan niatnya untuk kembali mengurutku.
Mbak Yuli mengenakan kaos yang agak ketat dan celana pendek jeans sedikit ketat
sehingga menampakkan bentuk pinggang, paha dan pantatnya.
Aku ajak Mbak Yuli masuk ke ruang tengah. “Sudah Makan Mbak?” “Sudah mas.”
Mbak Yuli sedikit menggigil kedinginan karena air hujan. “Aku makan dulu bentar
ya Mbak.”
“Oh iya mas tidak pa pa.”
Aku menuju dapur mengambil piring. Ketika pulang tadi aku mampir beli makan,
aku sudah memperkirakan mungkin Mbak Yuli tidak mau aku tawarin makan atau
memang dia sudah makan jadi aku membelikan cemilan saja untuknya.
“Mbak ini ada pisang goreng masih anget lumayan biar enggak kedinginan.” aku
menyodorkan pisang goreng yang tadi aku beli. Ku taruh di meja kecil di samping
tempat Mbak Yuli duduk.
‘Iyaa, terima kasih mas,” dia mengambil satu, dan melahapnya.
Aku mengajaknya mengobrol sambil melahap makan malamku. Suasana kami
yang awalnya sempat agak grogi jadi lebih cair karena kami bercerita panjang
lebar layaknya dokter dan pasien.
Baru kali ini aku berkonsultasi dengan seorang pembantu yang ternyata punya
kelebihan lain. Setelah 15 menitan makan, aku menyudahinya dengan meminum
obat ramuan yang diberi Mbak Yuli. Katanya ramuan ini diminum tiap hari selama
tiga minggu guna membuang racun dan menambah vitalitas badan terutama si
junior.
“Yuk Mbak kita mulai, takut keburu malam,” aku berjalan menuju kamar diikuti
Mbak Yuli.
Karena di luar gerimis suhu di kamarku jadi dingin sekali. Mbak Yuli mengusap
lengannya, kedinginan ketika masuk kamarku. Aku meraih remote AC dan
menaikan suhunya biar tidak terlalu dingin. Handbody lotion sudah aku siapkan di
atas ranjang.
“Mbak celanaku di buka sekalian aja ya. biar gak kena lotion,” aku langsung
menurunkan boxerku tanpa menunggu jawabannya. Mbak Yuli juga tidak
menjawab hanya diam saja sambil meraih lotion. Aku membaringkan tubuhku
diranjang. Mbak Yuli duduk di sampingku dan segera mengurutku. Mbak Yuli
melakukannya sama dengan sebelumnya.
Ketika urutan Mbak Yuli sudah sampai penisku aku pura-pura mengerang dan
mengarahkan tanganku ke pahanya. Memang nikmat sih tetapi aku sedikit
overacting agar terkesan pendaratan tanganku ke pahanya terlihat natural
hehehee. Berhasil.
Well…kali ini aku memang tidak bisa merasakan halusnya kulit paha Mbak Yuli.
Dengan celana pendek yang dia pakai, dalam posisi duduk tidak memberikan
celah sedikitpun untuk tanganku dapat masuk ke dalam.
Tapi aku aku tidak kehabisan akal. aku tetap mengusap-usap paha Mbak Yuli dari
luar celananya, menggeser sedikit tanganku ke sisi dalam pahanya dan meluncur
sedikit menuju pangkal pahanya.
Prosesi urut yang dilakukan Mbak Yuli sama persis. Pada sesi kedua aku berusaha
mati-matian supaya aku tidak cepat keluar hingga Mbak Yuli mengocok penisku
dengan RPM tinggi. Bukannya keluar tapi penisku malah jadi sedikit perih dengan
kocokan Mbak Yuli yang brutal.
“Ahh … ahh …” Mbak Yuli terengah setelah akhirnya berhasil meledakkan penisku.
Aku? lebih-lebih lagi “ahhh … ahh …makasih Mbak.” aku berterima kasih karena
sudah diberikan kenikmatan yang luar biasa.”ahh … ah ..,” Mbak Yuli masih
mengatur nafas.
“Mas Doddy nakal banget sih … kan Mbak udah bilang jangan ditahan keluarin
aja”. Mbak Yuli sedikit cemberut karena kesusahan mengeluarkan spermaku.
“Ha..habisnya..enak banget Mbak.” aku ngomong apa adanya, “bener-bener enak
banget Mbak, sumpahhh.”
Mbak Yuli diam saja, masih agak cemberut tapi sedikit tersenyum. Dia
membersihkan ceceran spermaku di perut dengan handuk hangat. Kepala penis
yang mulai kendur diusap pelan dengan handuk hangat, kemudian buah zakar dan
anus juga tak luput diusap bersih. Aku baru sadar tanganku masih berada di paha
Mbak Yuli. diam. aku tidak berani menggerakkannya.
Mbak Yuli duduk bersimpuh dengan tanganku di tengahnya. Jariku sudah
menyentuh pangkal paha Mbak Yuli. Karena bahan celana Mbak Yuli tidak terlalu
tebal. aku bisa merasakan kelembapan di pangkal pahanya. Mbak Yuli juga
terangsang? Otakku langsung berputar. Mbak Yuli selesai melap sisa sperma di
penis dan perutku dia beralih membersihkan celananya.
“Duhh …Mbak maaf kena celana juga. Jadi basah ya Mbak.” sambil berkata seperti
itu aku mengelus dan sedikit menekan pangkal paha Mbak Yuli. sepertinya jariku
menyentuh memeknya dari luar. “Sampai sini basah juga Mbak.”
“Arrhh …. mass!!” Mbak Yuli kaget dan melenguh, dengan cepat dia menarik
tanganku.
“Ehh ..kenapa Mbak?? maaf..maaaff,” aku pura-pura tidak tahu apa yang aku
lakukan. hehehe aku tersenyum dalam hati berhasil mengusili Mbak Yuli.
Mbak Yuli diam lalu segera keluar setelah selesai membersihkan celananya. Aku
bangun mengenakan pakaianku, bersiap mengantar Mbak Yuli pulang.
“Mass, Ramuannya jangan lupa diminum teratur….Ntar kalo lupa diminum gak
terasa khasiatnya”
“Ya Mbak..” sahutku
Diperjalanan kami tidak banyak bicara. Aku hanya memastikan lusa dia akan
kembali mengurutku. “lya mas,” Mbak Yuli hanya menjawab pendek.
Seperti biasa ketika hari pengurutan tiba aku selalu antusias hehehe. Tapi kali ini
aku dibuat kecewa. Mbak Yuli tidak datang. Aku menjadi berpikir. jangan-jangan
aku bertindak terlalu jauh. Damn!!!
Semalaman aku jadi susah tidur. karena kecewa dan sedikit khawatir Mbak Yuli
marah padaku. Karena banyaknya pekerjaan keesokan harinya aku tidak terlalu
memikirkan Mbak Yuli. Malamnya badanku terasa lesu dan lelah sekali.
Pekerjaan hari ini sungguh menguras tenaga dan pikiran. Setelah mandi aku
membaringkan badan di tempat tidur. Suhu AC aku set cukup sejuk. Tok tok tok.
Aku mendengar suara pintu diketuk. Dengan malas aku berjalan ke luar kamar
untuk membukakan pintu.
“Eh Mbak Yuli,” aku kaget ternyata yang datang ke rumah adalah Mbak Yuli
pembantuku.
“Iya Mas.” Mbak Yuli menjawab, “Hari ini mau diurut lagi mas?”
Degg deg!! Aku masih tertegun dengan kedatangan Mbak Yuli. “bo … boleh
Mbak.” aku jadi salah tingkah, “ayo masuk Mbak.”
Detak jantungku meningkat dan tanganku sedikit dingin. Perasaanku campur aduk
antara kaget dan antusias. Aku segera mengarahkan Mbak Yuli ke kamar, aku jalan
duluan diikuti olehnya. Tanpa banyak bicara setelah sampai kamar aku langsung
menyiapkan posisi. Mbak Yuli duduk disampingku dan mulai memijat.
Aku tidak menanyakan kenapa Mbak Yuli kemarin tidak datang dan dia juga tidak
membahasnya. Mbak Yuli tidak banyak bicara. aku juga hanya diam menikmati
pijatannya.
Meski diam, Mbak Yuli tidak terlihat marah padaku, jadi aku juga tidak mau
merusak suasana dengan menanyakannya, kehadirannya malam ini yang tidak
terduga sudah cukup membuatku bahagia. Semakin membuatku senang, malam
ini dia memakai daster batik merah bermotif dan menjurus ke you-can-see,
dasternya juga tidak terlalu panjang. Sedikit diatas lutut, cukup ketat untuk daster
hingga body Mbak Yuli yg montok tercetak. Sangat seksi menurutku !!! Apakah dia
sengaja memancingku karena dia merasakan godaan nafsu juga, pikirku dan
artinya tanganku bakal bebas berpetualang !!!
Prosesi urut terus berlanjut, aku sudah berhasil mendaratkan tanganku di paha
Mbak Yuli. Langsung menyentuh kulitnya. Menelusup dibalik daster Mbak Yuli.
“Ahhhhhh mbaakkk … ” aku mencapai orgasmeku yg pertama. Tanganku kutekan
masuk semakin ke dalam dan meremas paha Mbak Yuli. Jari tangan kanan Mbak
Yuli menekan pangkal batang penisku untuk menahan laju spermaku keluar.
Sementara ujung jari tangan kirinya menotok titik syaraf dibawah lobang anus dan
kantung Zakar. Denyut-denyut Syaraf penisku seketika berhenti seolah tak kuat
memompa sperma keluar. Emang proses ini agak sakit dan ngilu kurasakan di
kantung zakar. Tapi demi keberhasilan terapi gapapalah berkorban dikit pikirku.
Setelah gelombang orgasmeku mereda Mbak Yuli melepaskan genggaman jarinya
dari penisku. Dia mengangkat tangannya mengusap keringat di wajahnya.
Tanganku masih di dalam pahanya, aku merasakan kelembaban di dalamnya.
Mbak Yuli melanjutkan mengurutku. aku melanjutkan mengusap pahanya.
Ku geser tanganku ke sisi dalam, dengan sedikit tekanan ujung jariku sudah
mengenai celana dalamnya. Sangat lembab dan terasa agak basah karena ujung
jariku sepertinya tepat di memeknya. Penisku langsung menegang.
Aku mendengar deru nafas Mbak Yuli. Pelan-pelan aku mengusap memeknya dari
luar celana dalamnya. Sesekali nampak Mbak Yuli berusaha menarik pahanya dari
tanganku tapi aku gak pantang nyerah. Aku mulai berani menusuk-nusuk kecil
belahan memek Mbak Yuli dengan jari tengahku.
“Ahh ..” aku mendesah Mbak Yuli sudah mulai mengurut penisku. Kurasakan
celana dalam Mbak Yuli sudah basah. aku meningkatkan kecepatan usapanku di
memeknya. lni sudah tidak terlihat natural lagi, jelas-jelas aku sedang
merangsangnya.
Aku menekan-nekan jariku mencoba menemukan belahan memeknya meski
masih dari luar celana dalamnya. Kugesek-gesek belahan memeknya yg sudah
basah sehingga terasa sampai luar celana dalamnya.
“Ahh ..ahh ..ahh … ” meski pelan aku bisa mendengar desahan Mbak Yuli.
Kuarahkan pandanganku ke Mbak Yuli, dia mengurut penisku sambil menunduk
tapi aku bisa melihat raut mukanya yg memerah menahan rangsangan. Berhasil !!!
Aku berteriak dalam hati.
Penisku sudah sangat tegang. Aliran sperma sepertinya sudah sulit untuk
dibendung, namun aku masih bisa menahannya untuk tidak meledak karena
urutan Mbak Yuli terasa mulai tidak konstan, kadang cepat, kadang lambat tapi
tetap dia meneruskannya.
Mbak Yuli kemudian mengubah teknik mengurutnya yang semula fokus pada
batang penis, sekarang berpindah ke buah zakar. Buah zakar diurut pelan sambil
jari tangan kanannya menjepit kuat kepala penisku dan dikocok.
Aku fokus mengatur nafasku untuk menahan klimaksku sembari meneruskan
usapanku di memek Mbak Yuli.
“Ahh … aghh …aghh …” desahan kecil Mbak Yuli semakin jelas.
Tiba-tiba....tanpa aku duga Mbak Yuli mengambrukkan tubuhnya di dadaku.
Nafasnya tersengal. Samar aku bisa merasakan jantungnya berdetak kencang.
Meskipun tanganku menjadi tertahan oleh badannya tapi jariku masih dapat
menggesek-gesek memeknya. Mbak Yuli sudah tidak dapat menahan nafsunya.
Kendali ditanganku sekarang !!!
“Aghh ..aghh … ” nafasnya berat, “Mas… Doddy … kok nakal sih …”
“Jangan dong Mas…” Mbak Yuli berbicara dengan nafas yang tidak karuan, “Mbak
jadi gak bisa ngurut ni.”
Meskipun berkata seperti itu tapi dia tidak menyingkirkan tanganku. Mbak Yuli
tersungkur lemah di atasku.
‘Iya Mbak … aku selesai dulu ya biar Mbak bisa ngurut lagi.”
Mbak Yuli tidak menjawab, hanya desahan yang ku dengar.
Tanpa melepas tanganku dari memeknya aku sedikit mengangkat badannya untuk
aku baringkan disampingku. Begitu sudah kubaringkan, Mbak Yuli mengangkat
tangan kanannya dan menutup mukanya dengan lengannya. Nafasnya semakin
memburu. Pergerakanku jadi semakin mudah.
Aku duduk di samping kanannya, sekarang posisi kami terbalik. Malah aku yang
akan mengurut Mbak Yuli. Aku sibakkan dasternya ke atas hingga kini aku bisa
melihat celana dalamnya dengan jelas. Tidak ada perlawanan.
Tampak bagian tengah celana dalam Mbak Yuli sudah sangat basah. Begitu jelas
terlihat karena celana dalamnya tipis dan berwarna kuning cerah. Bulu kemaluan
Mbak Yuli sepertinya dicukur bersih karena tidak terlihat mencuat dari samping
celana dalamnya. Aku mengesek-gesek memeknya dari luar semakin kencang.
“Akhh…mas...oohh…” Mbak Yuli tak berhenti mendesah, walaupun pelan tapi
nampak Mbak Yuli mulai menikmatinya. Ini nampak dari matanya yang dipejam
dan mulutnya sedikit menganga.
Aku menyelipkan jariku dari samping celana dalamnya, langsung jariku menyentuh
bibir kemaluannya yang tembem. Jariku merayap mencari belahan memeknya.
Kini aku bisa merasakan langsung memeknya yang sudah dibasahi dengan cairan
nafsu. Ujung jari tengahku menyusup lubang memeknya mencari klitorisnya.
“Arggghh…Maaass Doddy…!!!” Mbak Yuli melenguh keras ketika jariku menyentuh
dan kemudian menggesek klentitnya. Jariku basah sepenuhnya oleh cairan memek
Mbak Yuli.
Kuusap dengan lembut klirotisnya. Setelah beberapa saat kususupkan jariku
masuk ke lubang memeknya lebih dalam.
“Ahh..ahh…ahhh...mas..Do...ddy.... ”desahnya sambil terputus-putus menyebut
namaku. Karena pergerakan tanganku terganggu oleh celana dalamnya, aku
menariknya lepas dan tidak akan ada perlawanan sama sekali, Mbak Yuli benar2
sudah dikuasai nafsu birahi dan pasrah menghadapi kenakalanku. Pembantuku
sudah tidak mempedulikan perbedaan status kami.
Lubang memek Mbak Yuli masih terasa cukup rapat walau udah mempunyai anak.
Ketika pandanganku tertuju ke memek Mbak Yuli, kulihat memeknya malah mirip
memek ABG karena dicukur plontos dan tembem. Bibir vaginanya merekah
berwarna coklat gelap, benar-benar suatu pemandangan yang gak bisa kulupakan.
Aku menggerakan jariku keluar masuk. Setiap gesekan kupastikan mengenai
klitotisnya. Selagi tangan kananku sibuk dengan memeknya, tangan kiriku
menyusup melalui bawah daster menuju payudaranya.
“Ooghhh…maasss, ” Mbak Yuli kaget dengan remasan tanganku di dadanya.
Tangan kirinya menangkap tanganku tapi tidak menariknya, malah diremas2nya
tanganku. Kuusap dan remas payudaranya dari balik BH-nya.
Ku angkat dasternya semakin ke atas sehingga aku bisa melihat langsung
payudaranya. Meskipun disangga oleh bra tidak dapat menyembunyikan bahwa
payudara Mbak Yuli besar. Karena tali bra yang dikenakan Mbak Yuli sudah sedikit
terlepas, dengan mudah aku bisa mengeluarkan payudaranya dari cup branya.
Aku teruskan mengusap dan meremas payudara Mbak Yuli tapi menghindari
menyentuh putingnya. sengaja aku lakukan untuk membangkitkan rasa
penasarannya. Putingnya terlihat mengacung keras menghiasi payudaranya yang
menantang. Kutaksir ukuran payudara Mbak Yuli adalah 38.
Tubuh Mbak Yuli lumayan sempurna, memiliki daya tarik tersendiri. Terlebih
lubang memeknya kuakui masih sangat rapet, jauh lebih rapet dari punya istriku.
Ntah apa ramuan yang dipakai Mbak Yuli, padahal dia udah punya anak.
“Aghh…ahh…ahh.” Mbak Yuli mendesah semakin keras. Nafasnya sudah sangat
memburu. Kurasakan denyutan-denyutan memeknya dijariku. Sepertinya Mbak
Yuli medekati orgasmenya. Pergerakan jariku di memeknya semakin ku percepat.
“Crepp…crepp… cepp...” Bunyi Memeknya berdecek semakin basah. Cairan nafsu
meleleh keluar dari lubangnya.
Tanpa diketahui Mbak Yuli kudekatkan kepalaku ke payudaranya. Dengan tiba-tiba
kukulum, kukenyot-kenyot dan kujilati puting cokelatnya yang sudah mengacung
keras.
“Argghh…mass..Do..ddy...eghhh,”desah Mbak Yuli tidak karuan.
Terus ku kulum dan ku jilati puting dan payudara Mbak Yuli, sambil terus ku kocok
semakin cepat memeknya hingga mengeluarkan bunyi crepps…crepps…
ceppss...creeppss...tidak lama Mbak Yuli mengejang kelojotan begitu liar.
“Maaaaaaass…Arrrggggghhhhhh!!!” badannya membusung ke atas. Matanya
terpejam pahanya mengapit tanganku. Tangan kanannya meremas bantal, dan
tangan kirinya menekan dan meramas kepalaku tapi aku tak menghentikan jilatan
dan kocokanku. Ledakan kepuasan melanda Mbak Yuli. Tubuhnya terus mengejang
berulang-ulang diiringi desah-desahan....“eeerghhsss…shhh…argghh.”
Ketika gelombang orgasmenya sudah mereda kuangkat kepalaku dari
payudaranya. Perlahan kutarik jariku dari memeknya, jariku sangat basah. Kuhirup
jariku, aroma memek Mbak Yuli sungguh nikmat. Memek itu tidak berbau seperti
memek-memek perempuan lain yang pernah kutiduri. Karena fokus memuaskan
Mbak Yuli, aku lupa kalo penisku masih mengacung tegang dan belum terpuaskan
dengan tuntas hehehe.
Kutatap Mbak Yuli. “Esshh…essshhh…” dia mulai mengendalikan nafasnya.
Matanya masih terpejam tapi tangannya sudah diturunkan dari mukanya. lni baru
permulaan, aku menyeringai, nafsu sepenuhnya sudah menguasaiku. Aku harus
segera bertindak sebelum Mbak Yuli bisa mengendalikan dirinya. Aku berbaring di
samping Mbak Yuli dan memeluknya.
Tubuh Mbak Yuli sedikit bergidik, kaget dengan pelukanku. Tanganku mengusap
dari perut ke dadanya dan kuusap dengan lembut pipinya. Ku kecup pipi Mbak
Yuli. Ku bisikan ditelinganya. “Mbak tolong gantian aku diurut ya.” Ku raih tangan
Mbak Yuli dan ku arahkan ke penisku. “Ayo Mbak diurut dong.”
Tangannya menggenggam penisku dan mulai mengelus pelan. Kumiringkan sedikit
muka Mbak Yuli, dia masih memejamkan matannya. Ku arahkan mulutku ke
mulutnya, kulumat bibir Mbak Yuli. Mbak Yuli kaget. Dia membuka mata,
berusaha memalingkan mukanya tapi aku menahannya.
Meski Mbak Yuli sepertinya menolak untuk kucium tapi aku terus melumat
bibirnya dengan lidahku, aku berusaha membuka mulutnya. Tanganku merayap
menyerang dadanya, kembali aku remas payudaranya dan ku pilin-pilin putingnya.
Mbak Yuli menurunkan perlawanannya. Ketika mulutnya sedikit terbuka langsung
kususupkan lidahku.
Aku hisap dan lumat mulutnya. Aku mainkan lidahku menyentuh lidahnya. Tak
lama dia mulai mengikuti permainanku. Mbak Yuli mulai memainkan lidahnya dan
kembali memejamkan matanya. Kami berdua sudah dilanda nafsu birahi yang
semakin membara.
“Mbak jangan berhenti dong.” Dia berhenti mengelus penisku karena ciumanku
yang tiba-tiba. Kembali dia menggerakan tangannya.
“Ahh gilaaa…terus Mbak… ahh sumpaah..enak banget mbaaak…”
Kami masih saling menikmati bibir satu sama lain. Lidah kami saling membelai. Air
liur kami saling bercampur jadi satu. Tanganku merayap turun ke memeknya.
Kembali jemariku bermain di klirotis dan lubang memeknya.
“Argghhh…masss Doddy....” Mbak Yuli menggelinjang. Aku terus merangsangnya
tanpa henti, aku tidak mau Mbak Yuli tersadar dan mengubah pikirannya jika
rangsangannya mereda.
Aku memegang kendali .sepenuhnya, “Cpeekk … cekk …cekk” bunyi jariku
dimemeknya yang basah menggema di seluruh sudut kamarku. Mbak Yuli
mengkombinasikan kocokan dan elusan di penisku. Tanpa disadari tangannya yang
satu telah memelukku sangat erat, kami berusaha saling memuaskan satu sama
lain.
“Aghhh…ahhh…ahh…mass…” desahan Mbak Yuli semakin keras dan cepat. Aku
merasakan kedutan-kedutan di memeknya. Sepertinya dia akan segera mencapai
orgasme keduanya. Sebenarnya aku pun juga sudah mulai merasakan klimaksku
tapi aku tidak mau selesai di sini. Aku menunggu waktu yang tepat untuk
menghentikannya.
“Maaass Doddy…agghhhh…” hanya beberapa saat sebelum orgasmenya aku
menarik jariku dari memeknya. Mbak Yuli mengangkat pantatnya tidak mau
melepaskan jariku tetapi jariku telah meninggalkan memeknya. Aku tahu dia
kecewa dan memang itu yang aku harapkan. Aku melepaskan kulumanku dari
mulutnya.
Aku tarik kedua tangannya pelan dan aku letakkan di samping kepalanya, aku
tahan tangannya namun tidak terlalu kuat. Sehingga nampak kedua ketiaknya
yang sedikit ditumbuhi bulu, baunya sangat menggairahkan. Aku mengangkat
badanku menindih Mbak Yuli, dia membuka matanya.
Aku kulum bibirnya sebentar dan menggeser mulutku ke arah telinganya, aku jilati
dengan lembut telinganya. Tampak Mbak Yuli menggigit kecil bibir bawahnya
menahan geli yang merangsang. Aku arahkan penisku ke memeknya. Aku usapkan
kepala penisku ke bibir memeknya.
“Ahh…jaa..ngann mass….jaaa..jangaaan....” Dia kembali menolaknya namun tidak
melakukan perlawanan sama sekali. “Bantuin aku ya Mbak. sebentar aja. Mbak
Yuli makin manis kalo keringetan begini. Saya suka banget liatnya,” aku berbisik
pelan di telinganya. Aku lumat telinganya kemudian turun ke ketiaknya, kucium
kujilat dengan penuh nafsu dan kuhirup aroma ketiaknya yang merangsang,
kemudian aku turun arah payudaranya, kujilati dan kukenyot dengan gemas
putingnya yang mancung keras menantang.
“Shhhh aahh...maaass Dod..maasss” desahan terus keluar dari mulutnya.
“Ahhh enak banget memek Mbak Yuli” Aku terus memainkan kepala penisku di
lubang memeknya. Ujung penisku sudah penuh dengan cairan memeknya.
Aku menggesek batang penis di celah bibir vagina Mbak Yuli dan terkadang
memasukan ujung penisku ke memeknya dengan ritme yang random. Aku ingin
Mbak Yuli tetap bernafsu tapi aku ingin sedikit menurunkan rangsangan di
memeknya sebelum ku amblaskan penisku di sana.
Setelah ku rasa pas, perlahan mulai kumasukan batang penisku ke lubang
memeknya. Aku masukkan setengah trus aku tarik lagi. Perlahan semakin dalam.
Aku sungguh menikmati posisi seks misionaris ini. Kedua kaki Mbak Yuli terbuka
mengangkang lebar membuka ruang agar penisku bisa masuk lebih dalam.
“Aghh ahhh maaass Doddy…...” Desahan Mbak Yuli lebih keras setiap aku tusukkan
hujamkan penisku kedalam memek tembemnya.
“Ahh Mbak...gilaaa....berasa enak banget kontolku mbak....” Aku sengaja bicara
vulgar untuk memancing nafsu Mbak Yuli. Ketika penisku sudah seluruhnya
amblas masuk ke memeknya aku diamkan beberapa saat. Kurasakan dinding
memek Mbak Yuli seperti meremas menghisap menyedot batang kontolku yang
sedang amblas didalamnya.
“Ahh…ahh…aaahhh...” Hanya ada suara desahan nafas kami berdua. Aku lepaskan
pegangan tanganku dari tangannya. Aku peluk Mbak Yuli dan melumat bibirnya.
Setelah beberapa saat aku mulai menggoyangkan pinggulku. Ku lakukan dengan
pelan dan kemudian menaikan temponya berlahan. Seiring dengan bertambahnya
tempo Mbak Yuli juga mulai memainkan pinggulnya mengikuti iramaku.
Sleppp….sleep…slep terdengar bunyi gesekan setiap penisku menghujam vagina
pembantuku ini. Bunyi yang semakin memacu gelora nafsu kami.
“Ahhh…aghh …mass…aghh mas Dod....” Mbak Yuli tak mengucapkan sepatah
katapun dia hanya terus mendesah. Entah apakah karena tadi aku menghentikan
rangsangan ketika dia hampir orgasme, sekarang belum ada tanda-tanda dia akan
mencapai klimaks tapi memang terlihat setiap saat Mbak Yuli semakin bernafsu.
Aku memeluk Mbak Yuli dan menggulingkan badanku tanpa menarik penisku dari
memeknya sehingga kini dia berada di atasku. Mbak Yuli membuka matanya sayu
penuh nafsu menatapku.
“Gantian ya Mbak,”kataku sambil mengusap rambut dan pipinya.
Mbak Yuli tidak menjawab tapi sedikit tersenyum, kemudian mulai menggerakan
pinggulnya. Dengan mata sayu, wajahnya sedikit menunduk, aku baru menyadari
pembantuku ini cukup manis ternyata. Dengan keringat mengaliri wajahnya &
rambut tergerai basah oleh keringat, kulihat Mbak Yuli menggigit bibir bawahnya
menahan nafsu. She's not bad at all !
"Teruss…Mbak…ahh.” Memek Mbak Yuli memang nikmat sekali. Bibir memek itu
seakan mencengkram kuat kepala dan batang penisku . Dia mempercepat kocokan
memeknya di penisku. Tangannya diletakkan di dadaku, mencengkeram dadaku
dan kemudian dia sedikit mengangkat badannya. Payudaranya yang cukup besar,
dengan puting coklat mengeras disertai areola yg cukup lebar menantang,
menggelantung terlempar naik turun kencang sekali sampai mengeluarkan bunyi
PLAAK...PLAAAK..PLAAAAK....langsung menarik perhatianku. Kedua tanganku
langsung meremasnya sambil memainkan putingnya yang tegang mancung
menantang.
“ARRGHHH…OOOOHH…AARRGHHH...MAASSS DOD...” Mbak Yuli bergerak
bergoyang sangat liar di atasku diiringi desahan & erangan yang keras memenuhi
ruangan kamarku. GILAAAA, SEORANG PEMBANTU TANPA MALU-MALU
MENUNJUKKAN NAFSU BIRAHI KE MAJIKANNYA !!! Aku semakin terangsang
melihatnya. Ternyata Mbak Yuli bisa seliar ini kalo sedang bercinta, aku tersenyum
memandangnya. Dia memalingkan mukanya, mungkin dia masih agak risih
telanjang bulat diatas tubuh majikannya. Keringat kami semakin deras bercucuran
keluar bercampur jadi satu, sungguh panas sekali permainan kami malam ini. Kami
seolah tidak peduli dengan sprei yang basah dan lengket oleh keringat dan cairan
lendir nafsu kami berdua.
Sebenarnya aku melakukan kesalahan dengan meminta Mbak Yuli di atas sekarang
ini. Penisku telah menerima rangsangan cukup lama dan Mbak Yuli pegang kendali
ritme permainan. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi. Aku di ujung tanduk.
“Teruss Mbak…jangan berhenti…kencengannn dooong...,”ujarku. Dan gilanya
Mbak Yuli memenuhi semua ucapanku, dia menggoyangkan pinggulnya semakin
cepat & liar sekali !!! Aku merasakan kedutan-kedutan di memeknya sepertinya
dia juga akan segera orgasme. Tapi dengan gerakannya yang seliar itu
pertahananku mulai hancur dibuatnya. “ARRGHHHHH…MBAK YU...LIIII…
AKU...MAU KELU.....ARR....!!"
Mendengar ucapanku sontak Mbak Yuli agak panik dan segera melambatkan
sedikit goyangan pinggulnya.
“Keluarinnya diluar yahh Massss Dod…..” sahut pembantuku dengan posisi siap-
siap untuk mencabut batang penisku dari vaginanya. Aku mengangguk
mengiyakan, mulutku tak sanggup berbicara lagi akibat menahan nikmatnya surga
dunia ini.…sungguh super dahsyat sekali !!!
Aku semakin kenceng menghujamkan menghantamkan batang kontolku ke dalam
dinding memek pembantuku ini. Gesekan demi gesekan seolah semakin memaksa
spermaku untuk segera keluar dari sarangnya. “Sleerrpp…sleppp…sleeppp…”
bunyi gesekan pahaku ketika beradu dengan buah pantat Yuli. Irama itu beraturan
dan semakin lama semakin kencang tak terkendali.
Aku mendorong tubuh Mbak Yuli keatas sebagai isyarat penisku mau
menyemburkan sperma. Mbak Yuli sedikit mengangkat pinggangnya sehingga
kontolku lepas dari jepitan memeknya tapi tetap mengacung keras, sebagai
gantinya Mbak Yuli mengocok penisku dengan tangannya agar spermaku segera
keluar.
“Akhhhhhh….ahhhhhhhh……gilaaaaaaa !!!,”teriakku. Dan tak lama
kemudian…..croottt crot crooottttt !!! Aku mengerang keras saat penisku
memuntahkan sperma. Letupan dahsyat air mani bercampur sperma putih kental
keluar dari ujung penisku. Payudaranya aku remas kuat-kuat. Mbak Yuli tetap
mengocok penisku sampai spermaku habis tuntas.
Nikmat yang sangat luar biasa aku alami. Belum pernah aku berteriak keras seperti
sekarang ini sebelum-sebelumnya. Aku yakin suaraku sampai terdengar keluar
kamar, untung tidak ada orang lain di rumah selain aku dan Mbak Yuli,
pembantuku ini.
“Aghhh…aghh…mas Doddy...” Mbak Yuli mengerang sangat liar sedang berusaha
mengejar klimaksnya dengan kembali menggesekkan bibir clitoris vaginanya ke
batang penisku yang mulai terkapar tak berdaya. Tapi sebelum Mbak Yuli
mencapai klimaks penisku sudah mulai melemah. Dia sepertinya menyadari dan
memelankan gerakannya. Kulihat mukanya sungguh kecewa, tapi aku senang
sekali melihat raut mukanya saat itu. Sexy. Sangat sexy.
Mbak Yuli menarik pinggangnya sehingga penisku tidak lagi bergesek dengan bibir
memeknya. Entah apa yang akan dilakukannya tapi aku segera menarik badannya
jatuh ke tubuhku aku memeluknya.
Aku berbicara pelan di telinganya. “Terima kasih ya Mbak…sumpah enak
bangeeet. Belum pernah ngrasa enak kaya gini sebelum2nya. lstirahat bentar ya
Mbak…habis ini giliran Mbak Yuli.”
Kemudian aku kecup bibirnya dan aku gulingkan Mbak Yuli disebelahku. Aku
bersihkan sperma yang menggenangi perutku dengan tisu di samping tempat
tidur. Sungguh banyak spermaku yang keluar hari ini hingga perlu 3 lembar tisu
untuk melapnya.
Mbak Yuli hanya diam saja memandang ke langit-langit. Nafasnya masih terengah-
engah. Aku ragu apakah dia ingin melanjutkan permainan ini atau tidak.
Sejenak aku terbaring lemah sambil kembali mengumpulkan tenaga untuk
memulai permainan baru lagi…
Aku kembali berbaring di sampingnya. Kurengkuh dan kupeluk tubuh Mbak Yuli,
kukecup pipi dan keningnya, dia memejamkan mata. Sebenernya aku sudah puas
karena baru saja orgasme tapi aku harus menyelesaikan apa yang telah aku
perbuat. Setelah beberapa menit istirahat, aku bangkit dan duduk di antara paha
montok mulus Mbak Yuli.
Aku tundukkan kepalaku dan tanpa ada rasa malu aku memberanikan diri
melumat dan menjilat liar bibir memeknya. Sontak kedua kaki Mbak Yuli langsung
menggelinjang serta mengangkang lebar, sementara jarinya meremas sprei
tempat tidur menahan geli bercampur nikmat. Aku terus menjilati memeknya
karena bagaimanapun memeknya masih terus mengeluarkan cairan kenikmatan .
“Ahh…ahh…mas Doddy...jangaaan masss....oohh aaahhh maasss...” Tak berapa
lama desahan kembali keluar dari mulutnya.
Sambil menjilati klitorisnya, aku susupkan jari jempolku ke lubang memeknya.
Nafsu Mbak Yuli mulai bangkit lagi, terdengar desahannya. "Eghhh.....ahhh……
ahhh…maasss....udaaaahh maaassss.......”desahannya sangat keras dan tak
terkendali, tiba-tiba......
“Mas Dod.…eehh...eeehhmm...pakai...itu...itunya...mas Doddy dong.” Aku kaget
mendengar Mbak Yuli berani bicara seperti itu. Aku menghentikan jilatanku.
Kulihat mukanya merona, sepertinya dia malu tapi nafsu sudah merasukinya.
“Aaa..apa...Mbak?” Aku tidak yakin dengan apa yang barusan aku dengar.
“Ehh… anu mas...ehh itu...ehhh anuu...pakai burungnya....mas Doddy....” Mbak
Yuli hanya memandangku sayu. Ucapannya tidak karuan karena Mbak Yuli sudah
benar2 dikuasai dan dirasuki nafsu birahi.
“lni ya?” Aku tersenyum mengarahkan penisku ke pandangannya. Mbak Yuli hanya
menjawab pertanyaanku dengan tersenyum, wajahnya merona menahan nafsu.
Aku makin sadar, ternyata Mbak Yuli benar2 manis apalagi dengan wajah
menahan nafsu seperti sekarang. Gila !!!!!
“Bantuin dong Mbak biar keras dulu.” Mbak Yuli langsung duduk meraih penisku
dengan tangannya.
“Mbak diemut dong.” Aku ingin merasakan kulumannya. Ku Iihat dia agak kaget
dengan permintaanku. Aku turun dari tempat tidur dan berdirl disampingnya. Aku
tarik kembali tangan Mbak Yuli ke penisku, kemudian ku arahkan kemulutnya. Aku
melihat keraguan di mukanya.
“Ayo dong Mbak, gantian.” bujukku dan mendorong penisku hingga mendekati
bibimya.
“Iihhh…..bentaaar bersihin dulu dong Mas...” Mbak Yuli tersenyum dan
memalingkan mukanya sambil berusaha mengambil tisu basah di meja sebelah
tempat tidurku. Emang penisku bau sperma kering gitu….amis yahhhh maklumlah
belum sempat dicuci….hihihiii.
Kepala dan batang penisku dibersihkan dengan teliti oleh jari lentik pembantuku
ini. Perlahan penisku mulai berdenyut berayun ayun.
“Udah bersih kok” sahutku ke Mbak Yuli. Meski awalnya ragu akhirnya Mbak Yuli
mulai menjilat penisku.
“Ahhh....ooohhhh....iya Mbak gitu.”
Beberapa saat dia mulai mengulum kepala penisku. “Ahhh enak banget Mbak
Yuli.....” Penisku mulai mengeras.
Jari Mbak Yuli kembali mengocok pelan batang penisku sambal lidahnya bermain
di kepala penis. Sesekali mulut pembantuku ini menyedot kepala penisku.
“Uppss….hoooee...ekhhhhs....masih ada isinya mas….hooeee...eekkhhhs” Mbak
Yuli tersedak seakan mau muntah tatkala sisa spermaku tersedot keluar dari ujung
penisku masuk kedalam kerongkongannya. Kembali Mbak Yuli membersihkan
kepala penisku dan mulai mengulum & menghisap lagi.
Setelah penisku cukup keras aku menarik keluar dari mulutnya. Aku mengarahkan
Mbak Yuli untuk posisi doggy style. Dia sedikit bingung, sepertinya Mbak Yuli
belum pernah mencoba posisi ini dengan suaminya.
Aku gesek-gesekan terlebih dahulu penisku ke belahan pantat Mbak Yuli sambil
kuremas-remas. Air ludah kulumuri ke batang penisku supaya lebih licin tatkala
kugesekkan ke dinding pantatnya. Bongkahan pantat pembantuku ini kutarik
melebar biar lubang anusnya keliatan.
Aku semakin penasaran melihat lubang anus pembantuku. Ingin rasanya aku
memasukkan penisku ke lubang anusnya alias anal sex tapi rada ngeri juga takut
penyakit. Tapi nafsu yang besar mengalahkan akal sehatku. Aku mencoba
menusuk pelan lubang anus pembantuku, pengen merasakan gimana nikmatnya
anal sex. Ketika kepala kontolku secara perlahan sedikit masuk ke dalam lubang
anusnya....
“Jangann….jaangan Massss Doddy…..Sakitttt maasss...,” teriak Mbak Yuli komplain
tatkala aku semakin keras menusuk anusnya. Nada suaranya terdengar sedikit
meninggi. Yahhhh pupuslah sudah rasa penasaranku. Akhirnya aku mengubah
arah permainan ke bawah lubang anus.
Perlahan mulai ku benamkan penisku ke memeknya. Karena penasaran kutarik
belahan pantatnya ke arah berlawanan sehingga terpampang lagi lubang
pantatnya yang ditumbuhi bulu halus.
Penisku sudah sepenuhnya masuk dalam memeknya. Mbak Yuli sepertinya tidak
sabar & berinisiatif menggerakkan pinggulnya terlebih dahulu. Dalam hitungan
detik kami sudah berpacu dengan RPM tinggi. Mbak Yuli dengan penuh semangat
mengejar klimaksnya yang tertunda, gerakannya menjadi sangat liar. “Argghh…
aghhh…mas Doddy… ”
“lyaa Mbakk…aaaahh…memek Mbak enak banget.” Nafsuku sudah sepenuhnya
kembali. “Kontolku enak gak Mbak?”
“Ahhh…ahh…ooohhh....aaahhhh....” Mbak Yuli tidak menjawab.
Aku memperlambat gerakanku tapi Mbak Yuli terus menggerakkan pinggulnya
dengan liar. Kutarik kontolku, Mbak Yuli menengok kebelakang menatapku
bingung. Aku rebahkan tubuhnya terlentang dan kutindih tubuh Mbak Yuli. Tanpa
kuminta, Mbak Yuli membuka lebar kakinya, sehingga nampak lubang memeknya
terbuka lebar seperti menantangku untuk bergelut kembali.
“Kontolku enak ya Mbak?” aku kembali bertanya, sambil kuusap rambutnya yang
basah oleh keringat dan kucium keningnya yang berkeringat.
“Mass..…jangan gitu ah...apaan sih...” mukanya merona merah, tangan kirinya
memeluk leherku. Langsung saja, tanpa aba-aba aku hujamkan sodokkan penisku
ke memeknya dengan cukup kasar.
“ARGHHHH MAASSSS …!!!!!” Mbak Yuli menggelinjang dan menjerit keras sekali,
matanya terbelalak, bibirnya merekah terbuka, kaget dengan hujaman kasar
kontolku. Aku gerakkan pinggulku maju mundur dengan cepat dan sangat liar.
“Gimana Mbak enak kan?”kataku memancing nafsu Mbak Yuli, aku ingin
mendengarnya mengerang mendesah liar karena sodokan hujaman kontolku
bertubi-tubi tanpa ampun dalam memeknya.
Mbak Yuli masih tidak mau menjawab, dia hanya mengangguk pelan dengan mata
terpejam & tangan kirinya masih memeluk leherku. Aku tersenyum menatapnya.
Kembali kucium keningnya yang berkeringat.
Aku sedang bercinta dengan seorang pembantu, dengan penampilan yang biasa
aja setiap harinya, mungkin bagi beberapa orang dianggap tidak menarik. Bahkan
dianggap beda kasta, namun dia juga manusia, seorang perempuan yang harus
diperlakukan dengan layak dan jika kamu melihat raut mukanya malam ini,
sungguh menawan sekali.
Aku mampu bertahan cukup lama kali ini. Kami berpacu dalam kenikmatan. Aku
mengulum bibir Mbak Yuli, lidah kami saling bergelut liar dirasuki nafsu birahi, air
liur kami kembali bercampur. Keringat membasahi juga memandikan wajah dan
tubuh kami berdua. Keringatku bercampur jadi satu dengan keringat Mbak Yuli
pembantuku. Meski kamar ini ber-AC tetap tidak dapat meredakan panasnya
gairah kami.
“Aghh…aarghh masss Dod... ” Mbak Yuli menarik lepas mulutnya dari kulumanku,
tangan kirinya semakin erat memeluk leherku, sementara tangan kanannya
mencengkeram punggungku kuat sekali.
“Maasss....teeruussss maass…eeenaaak bangeeet.....,”Mbak Yuli akan segera
mencapai klimaks.
“Mbak keluarin bareng yaa....,” Aku mempercepat gerakanku berusaha meraih
kenikmatanku. “Heeh ..ehh ..aghh … ahhh..iyah mas .. terserah mas Doddy....apa
ajaaahh...eenaaak bangeeet maassss....,” Mbak Yuli semakin keras mendesah tak
beraturan.
“Tahaannn Mbak....” Kedutan di memeknya mulai kurasakan. Mbak Yuli menuruti
permintaanku dia berusaha menahan klimaksnya meskipun penisku terus
menerus menghantam memeknya tanpa ampun.
“Eghghhh…eghhhh…masss...mas Dod....udah mas...mbak ga tahaaaan...udaaah
mas....mbak udaaah gaa tahaaaan........” Mbak Yuli sudah tidak mampu
menahannya lagi. Bunyi gesekan penisku dengan memeknya semakin kencang dan
keras….SLEEPPP SLEEEP SLEEEPPPPPS….
Dan tak lama...
“MASSS...EEGHHHGAAAAAHH...EEE..NAAAAAK...MASSS...DOD...DY..............AAAAA
RRRGGGHHHHHHH.......!!!!!!!!!”
Mbak Yuli mendapatkan orgasmenya, teriakannya keras sekali memenuhi dinding
kamarku, untung tidak ada orang lain di rumah kecuali aku dan pembantuku ini.
Tangannya mencengkeram punggungku kuat sekali. Badannya membusung ke
atas, menggelinjang kelojotan berulang-ulang. Matanya terbelalak, mulutnya
terbuka lebar, bibir tebal sensualnya bergetaran. Sangat sensual sekali saat Mbak
Yuli mencapai orgasmenya.
Aku terus mengocok, memompa, menghajar memeknya dengan batang penisku
semakin liar kasar dan tak memberinya ampun. Keringatku bercucuran menetes
ke tubuh montok Mbak Yuli, bercampur satu dengan keringatnya membasahi
seprei dan tempat tidurku. Sudah tidak ada lagi jarak batasan antara majikan dan
pembantu.
“Aghhhh … aghhhh …” Gelombang kenikmatan melanda kami berdua terus
menerus.
“AGHHHHHHH.” Giliran ledakan kenikmatan menyerangku, kuamblaskan
sedalam2nya seluruh penisku ke dalam memeknya sampai mentok.
CROTTTSS...CROTTTTTTSSS……CROTTTS...CROOOTTTSSS !!!! Penisku berdenyut
keras menembakkan lahar sperma panas ke dalam rahim pembantuku ini. Kami
berdua hanyut dalam surga dunia, benar-benar nikmat tiada tara !!!
“Hehhh…ehhh…eeehhhh.....” kami berdua kembali terengah-engah. Aku masih
menindih Mbak Yuli dan memeluknya, kubiarkan penisku di dalam memeknya
hingga mengkerut sendiri. Aku masih bisa merasakan kedutan di memeknya.
Malam ini sungguh luar biasa. Saking luar biasanya sampai-sampai Mbak Yuli lupa
menyuruhku untuk mencabut penis jika mau keluar sperma.
Ketika aku mengangkat badanku menatapnya, dari sudut matanya yang terpejam
keluar air mata. Kuusap lembut air mata di pipinya dan kukecup keningnya,
kembali ku peluk Mbak Yuli. Aku tau mungkin dia kecewa, menyesal atau marah.
Tanpa bicara sepatah katapun Mbak Yuli berusaha mendorong badanku keatas
tapi aku menahannya.
“Maaf ya Mbak…aku.."
“Sudah mas…sudah malam” Mbak Yuli memotongku, suaranya bergetar sambil
memalingkan wajahnya.
Penisku yang tadi membengkak keras otomatis layu mengecil dan keluar sendiri
dari vagina pembantuku.
Aku mengangkat tubuhku darinya. Mbak Yuli memungut daster, BH serta celana
dalamnya yang berserakan di lantai kamarku dan menuju kamar mandi. Tampak
spermaku tumpah berceceran di sekitar selangkangan Mbak Yuli.
Wowww….sungguh berkesan !!
Aku sendiri membersihkan diriku ala kadarnya memakai tissue basah dan
mengenakan pakaian lalu menunggu Mbak Yuli keluar dari kamar mandi.
Mbak Yuli keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap rambutnya dikeramas
diikat ke belakang, mukanya basah. Sepertinya dia habis membasuhnya. Aku
mendekatinya dan langsung ku peluk sebelum dia menghindar.
“Mbak maafin aku ya sudah kayak gini sama Mbak Yuli. Aku yang salah Mbak,
Mbak boleh marah sama aku, Mbak boleh pukul aku sepuasnya.” Aku mencoba
meredakan apa yang sepertinya disesalinya. “Tapi bagaimanapun, aku juga terima
kasih sama Mbak. Mbak Yuli sungguh luar biasa membantuku”
Mbak Yuli mendorongku pelan. Meski raut mukanya sedih tapi dia masih
tersenyum. “Mbak pulang dulu ya Mas.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Aku mengantarnya pulang. Di perjalanan kami tidak berbicara sepatah katapun,
tapi Mbak Yuli tidak menolak saat aku genggam tangannya sambil menyetir
bahkan kurasakan Mbak Yuli sedikit meremas tanganku, jari2nya mengelus-ngelus
lembut jari2ku. Mungkin diantara kami masih tidak percaya dengan apa yang
barusan terjadi. Sesampai di rumah Mbak Yuli, aku spontan menyelipkan amplot
sejumlah satu juta yang telah kusiapkan sebelumnya ke tangan Mbak Yuli.
“Gak usah Mass…..” Mbak Yuli tampak ragu untuk menerima, aku langsung
membalas dengan mendorong tangannya kembali.
“Gak Mbakk….aku ikhlas 100%, mungkin gak seberapa tapi benar aku ikhlas ngasih
ke Mbak….jangan ditolak ya Mbak ….pleaseeee”
“Anggap aja sebagai ungkapan terima kasihku…pleaseee…aku jadi gak enak kalo
Mbak gak nerima” aku sedikit memohon ke Mbak Yuli. Aku takut terjadi salah
paham akan niat baikku ini.
“Terima Kasih Mas Doddy….” Suara Mbak Yuli terdengar agak gemetar.
Aku tersenyum senang, kukecup keningnya sambil memeluknya. Tidak ada
penolakan darinya, bahkan dia sempat membalas pelukanku tapi buru-buru Mbak
Yuli melepaskan kedua tangannya dari pinggangku. Aku bisa merasakan hembusan
nafasnya didadaku. Entah apa yang dirasakan Mbak Yuli saat itu, tapi sepertinya
dia sangat menikmati pelukan majikannya. Kemudian aku beranjak menuju
mobilku, Mbak Yuli berjalan dibelakangku dengan kepala sedikit tertunduk.
“Jangan lupa rutin minum ramuannya ya mas, semoga terkabul impiannya…” kata
Mbak Yuli saat aku hendak masuk ke mobilku. "Aamiin, iya Mbak Yuli...terima
kasih atas doa dan bantuannya,"jawabku. Mbak Yuli kembali menunduk saat aku
memperhatikan wajahnya, kedua tangannya sedikit mempermainkan dasternya.
Akhirnya aku buka pintu mobilku, mungkin sudah saatnya pulang pikirku. Bahaya
berlama-lama dirumah Mbak Yuli apalagi suaminya masih diluar kota dan Alit,
anaknya sedang menginap di rumah orang tua Mbak Yuli.
Tiba-tiba Mbak Yuli memanggilku,"Ehm...Mas Doddy...eehhmmm...." Kuurungkan
niat masuk ke mobilku,"Iya ada apa mbak?" Mbak Yuli tidak menjawab sepatah
kata pun, malah semakin menundukkan wajahnya. Aku hanya berdiri
memandangnya, kupegang pundak pembantuku itu dengan tangan kiriku,
sementara tangan kananku membelai lembut lengan mulusnya. Mbak Yuli hanya
terdiam dan tetap menundukkan kepalanya. Entah kenapa ada perasaan aneh saat
aku memandangnya, tiba-tiba aku tarik tubuh Mbak Yuli kepelukanku dan
kudekap amat erat tubuhnya. Kembali tidak ada penolakan dari pembantuku ini,
kurasakan deru nafasnya menderu tak beraturan didadaku. Aku jadi merasa berat
buat beranjak pulang. Hatiku berdesir aneh, apakah aku mulai jatuh hati pada
pembantuku ini setelah persetubuhan dahsyat kami tadi?
Aku angkat dagu Mbak Yuli, wajahnya terlihat manis sekali. Matanya sayu
menatapku. Bibir tebal sensualnya merekah seperti meminta aku cium. Perlahan
kurasakan kedua tangan Mbak Yuli memeluk pinggangku, apakah ini pertanda dia
ingin meneruskan persetubuhan hebat kami di rumahnya? Apalagi suami dan
anaknya sedang tidak di rumah. Tubuhnya bergidik saat kukecup lembut kening
Mbak Yuli cukup lama, tapi aku urungkan niatku untuk bertindak lebih jauh dan
segera masuk ke mobilku. Kulihat dari spion Mbak Yuli masih berdiri di depan
rumahnya sampai mobilku jauh meninggalkan rumahnya.
Sejak saat itu dalam waktu yang agak lama aku tidak bertemu dengan Mbak Yuli
karena aku sibuk di kantor, dan pulang selalu malam. Beberapa hari kemudian
istriku pulang, aku sedikit khawatir dan cemas. Aku khawatir jika ada perubahan
sikap dari Mbak Yuli atau lebih parah lagi jika Mbak Yuli bercerita ke istriku.
Tapi aku tidak mendengar cerita apapun dari Istriku tentang Mbak Yuli. Sekitar
satu bulan kemudian aku bertemu dengan Mbak Yuli ketika dia datang ke rumah
dan kebetulan aku juga sedang di rumah. Dia menyapaku ramah sepertl tidak
pernah terjadi apa-apa. Aku sedikit lega.
Bulan demi bulan berlalu, aku terus berdoa semoga terapi Mbak Yuli berhasil. Tak
lupa juga aku rutin minum ramuannya dan memperbanyak frekuensi berhubungan
badan dengan istri. Setiap siap berhubungan aku merasakan sperma yang keluar
lebih banyak dari sebelumnya dan lebih kental.
Setahun berikutnya kami berhasil memperoleh momongan. Anakku lahir laki-laki
dengan kondisi sehat dan kami sangat sangat mensyukurinya. Aku benar-benar
bersyukur kepada Tuhan ternyata doaku dikabulkan….tak lupa juga aku berterima
kasih ke Mbak Yuli pembantuku yang telah me”nyembuh”kanku.
Ohh ya, hampir lupa aku ceritakan……ternyata Mbak Yuli pembantuku juga
melahirkan seorang anak perempuan. Kalau dihitung-hitung jarak kehamilan
dengan waktu kami berhubungan badan saat terakhir terapi memang sangat
klop !!! Yah sudahlah, yang penting kami berdua tetap teguh memegang rahasia
sampai akhir. Tidak ada yang dirugikan dari kami berdua pikirku, Mbak Yuli juga
tidak pernah membahas sama sekali atau menuntut apapun.
Meski begitu, secara tidak langsung aku tetap menunjukkan tanggung jawabku.
Dengan alasan karena Mbak Yuli sudah lama ikut bekerja dengan kami dan
pekerjaannya memuaskan, aku meminta persetujuan istriku untuk menaikkan gaji
Mbak Yuli, yang langsung disetujui istriku tanpa curiga sama sekali. Semua
berakhir indah.
TAMAT
Mbak Yuli Pembantu Mesum
Aku diangkat jadi manager area sebuah perusahaan consumer goods. Kantorku di
Jakarta dan diberi fasilitas rumah kontrakan tipe 45. Setelah 2-3 minggu tinggal
sendirian di rumah itu lama-lama aku merasa capai juga karena harus melakukan
pekerjaan rumah tangga seperti nyapu, ngepel, cuci pakaian, cuci perabot, bersih-
bersih rumah tiap hari. Akhirnya kuputuskan cari pembantu rumah tangga yang
kugaji sendiri daripada aku sakit. Lewat sebuah biro tenaga kerja, sore itu
datanglah seorang wanita sekitar 35 tahunan, Yulianti namanya, berasal dari
Jakarta dan sudah punya dua anak yang tinggal bersama ortunya di Ciputat.
"Anaknya ditinggal dengan neneknya tidak apa-apa, Mbak?" tanyaku.
"Tidak, pak. Mereka kan sudah besar-besar, sudah SMP dan SD kelas 6," jawabnya.
"Lalu suami Mbak Yuli dimana?"
"Sudah cerai tiga tahun lalu, pak."
"Ooo.. pernah kerja di mana saja, Mbak?"
"Ikut rumah tangga, tapi berhenti karena saya tidak kuat harus kerja terus dari
pagi sampai malam, maklum keluarga itu anaknya banyak dan masih kecil-kecil..
Kalau di sini kan katanya hanya bapak sendiri yang tinggal, jadi pekerjaannya tidak
berat sekali."
Dengan janji akan kucoba dulu selama sebulan, jadilah Mbak Yuli mulai kerja hari
itu juga dan tinggal bersamaku. Dia kuberi satu kamar, karena memang rumahku
hanya punya dua kamar. Tugas rutinnya, kalau pagi sebelum aku ke kantor
membersihkan kamarku dan menyiapkan sarapanku. Setelah aku ke kantor
barulah ruangan lain, nyuci, belanja, masak dst. Dia kubuatkan kunci duplikat
untuk keluar masuk rumah dan pagar depan. Setelah seminggu tinggal bersama,
kami bertambah akrab. Kalau di rumah dan tidak ada tamu dia kusuruh
memanggilku "Mas" bukan "bapak". Beruntung dia jujur dan pintar masak
sehingga setiap pagi dan malam hari aku dapat makan di rumah, tidak seperti dulu
selalu jajan ke luar. Waktu makan malam Mbak Yuli biasanya juga kuajak makan
semeja denganku. Biasanya, selesai cuci piring dia nonton TV. Duduk di permadani
yang kugelar di depan pesawat. Kalau tidak ada kerjaan yang harus dilembur aku
pun ikut nonton TV. Aku suka nonton TV sambil tiduran di permadani, sampai-
sampai ketiduran dan seringkali dibangunkan Mbak Yuli supaya pindah ke kamar.
Suhu udara Jakarta yang tinggi sering membuat libidoku jadi cepat tinggi juga.
Lebih lagi hanya tinggal berdua dengan Mbak Yuli dan setiap hari menatap liku-
liku tubuh super bahenolnya, terutama kalau dia pakai daster di atas paha.
Terlebih payudara besarnya yang menantang, kuperkirakan size-nya 38. Maka lalu
kupikir-pikir rencana terbaik untuk bisa mendekap tubuhnya. Bisa saja sih aku
tembak langsung memperkosanya toh dia nggak bakal melawan majikan, tapi aku
bukan orang jenis itu. Menikmatinya perlahan-lahan tentu lebih memberi
kepuasan daripada langsung tembak dan cuma dapat nikmat sesaat.
"Mbak Yuli bisa mijit nggak?" tanyaku ketika suatu malam kami nonton TV bareng.
Dia duduk dan aku tiduran di permadani.
"Kalau asal-asalan sih bisa, Mas," jawabnya lugu.
"Nggak apa-apa, Mbak. Ini lho, punggungku kaku banget.. Seharian duduk terus
sampai nggak sempat makan siang. "Tolong dipijat ya, Mbak.." sambil aku
tengkurap.
Mbak Yuli pun bersimpuh di sebelahku. Tangannya mulai memijat punggungku
tapi matanya tetap mengikuti sinetron di TV. Uuhh.. nikmatnya disentuh wanita
ini. Mata kupejamkan, menikmati. Saat itu aku sengaja tidak pakai CD (celana
dalam) dan hanya pakai celana olahraga longgar.
"Mijatnya sampai kaki ya, Mbak," pintaku ketika layar TV menayangkan iklan.
"Ya, Mas," lalu pijatan Mbak Yuli mulai menuruni pinggangku, terus ke pantat.
"Tekan lebih keras, Mbak," pintaku lagi dan Mbak Yuli pun menekan pantatku
lebih keras.
Penisku jadi tergencet ke permadani, nikmat, greng dan semakin.. berkembang.
Aku tak tahu apakah Mbak Yuli merasakan kalau aku tak pakai CD atau tidak.
Tangannya terus meluncur ke pahaku, betis hingga telapak kaki. Cukup lama juga,
hampir 30 menit.
"Sudah capai belum, Mbak?"
"Belum, Mas."
"Kalau capai, sini gantian, Mbak kupijitin," usulku sambil bangkit duduk.
"Nggak usah, Mas."
"Nggak apa-apa, Mbak. Sekarang gantian Mbak Yuli tengkurap," setengah paksa
dan merajuk seperti anak-anak kutarik tangannya dan mendorong badannya
supaya telungkup.
"Ah, Mas ini, saya jadi malu.."
"Malu sama siapa, Mbak? Kan nggak ada orang lain?"
Agak canggung dia telungkup dan langsung kutekan dan kupijit punggungnya
supaya lebih tiarap lagi. Kuremas-remas dan kupijit-pijit punggung dan
pinggangnya.
"Kurang keras nggak, Mbak?"
"Cukup, Mas.." Sementara matanya sekarang sudah tidak lagi terlalu konsentrasi
ke layar kaca. Kadang merem melek. Tanganku mencapai pantatnya yang tertutup
daster. Kuremas, kutekan, kadang tanganku kusisipkan di antara pahanya hingga
dasternya mencetak pantat gempal itu. Kusengaja berlama-lama mengolah
pantatnya, toh dia diam saja.
"Pantat Mbak empuk lo.." godaku sambil sedikit kucubit.
"Ah, Mas ini bisa saja.. Mbak jadi malu ah, masak pembantu dipijitin juragannya..
Sudah ah, Mas.." pintanya.
Sambil berusaha berdiri.
"Sabar, Mbak, belum sampai ke bawah," kataku sambil mendorongnya balik ke
permadani.
"Aku masih kuat kok."
Tanganku bergerak ke arah pahanya. Meremas-remas mulai di atas lutut yang
tidak tertutup daster, lalu makin naik dan naik merambat ke balik dasternya. Mbak
Yuli mula-mula diam namun ketika tanganku makin tinggi memasuki dasternya ia
jadi gelisah.
"Sudah, Mas.."
"Tenang saja, Mbak.. Biar capainya hilang," sahutku sambil menempelkan bagian
depan celanaku yang menonjol ke samping pahanya yang kanan sementara
tanganku memijat sisi kiri pahanya. Sengaja kutekankan "tonjolan"ku. Dan seolah
tanpa sengaja kadang-kadang kulingkarkan jari tangan ke salah satu pahanya lalu
kudorong ke atas hingga menyentuh bawah vaginanya. Tentu saja gerakanku
masih di luar dasternya supaya ia tidak menolak. Ingin kulihat reaksinya. Dan yang
terdengar hanya eh.. eh.. eh.. tiap kali tanganku mendorong ke atas.
"Sekarang balik, Mbak, biar depannya kupijat sekalian.."
"Cukup, Mas, nanti capai.."
"Nggak apa-apa, Mbak, nanti gantian Mbak Yuli mijit aku lagi.."
Kudorong balik tubuhnya sampai telentang. Daster di bagian pahanya agak
terangkat naik. Mula-mula betisnya kupijat lagi lalu tanganku merayap ke arah
pahanya. Naik dan terus naik dan dasternya kusibak sedikit sedikit sampai
kelihatan CD-nya.
"Mbak Yuli pakai celana item ya?" gurauku sampai dia malu-malu.
"Saya jadi malu, Mas, kelihatan celananya.." sambil tangannya berusaha
menurunkan dasternya lagi.
"Alaa.. yang penting kan nggak kelihatan isinya to, Mbak.." godaku lagi sambil
menahan tangannya dan mengelus gundukan CD-nya dan membuat Mbak Yuli
menggelinjang.
Tangannya berusaha menepis tanganku. Melihat reaksinya yang tidak terlalu
menolak, aku tambah berani. Dasternya makin kusingkap sehingga kedua pahanya
yang besar mengkal terpampang di depanku. Namun aku tidak terburu nafsu.
Kusibakkan kedua belah paha itu ke kiri-kanan lalu aku duduk di sela-selanya.
Kupijat-pijat pangkal paha sekitar selangkangannya sambil sesekali jariku nakal
menelusupi CD-nya.
"Egh.. egh.. sudah Mas, nanti keterusan.." tolaknya lemah.
Tangannya berusaha menahan tanganku, tapi tubuhnya tak menunjukkan reaksi
menolak malah tergial-gial setiap kali menanggapi pijitanku.
"Keterusan gimana, Mbak?" tanyaku pura-pura bodoh sambil memajukan posisi
dudukku sehingga penisku hampir menyentuh CD-nya. Dia diam saja sambil tetap
memegangi tanganku supaya tidak keterusan.
"Ya deh, sekarang perutnya ya, Mbak.."
Tanganku meluncur ke arah perutnya sambil membungkuk di antara pahanya.
Sambil memijat dan mengelus-elus perutnya, otomatis zakarku (yang masih
terbungkus celana) menekan CD-nya. Merasa ada tekanan di CD-nya Mbak Yuli
segera bangun.
"Jangan Mas.. nanti keterusan.. Tidak baik.." lalu memegang tanganku dan
setengah menariknya.
Kontan tubuhku malah tertarik maju dan menimpanya. Posisi zakarku tetap
menekan selangkangannya sedang wajah kami berhadap-hadapan sampai
hembusan nafasnya terasa.
"Jangan, Mas.. jangan.." pintanya lemah.
"Cuma begini saja, nggak apa-apa kan Mbak?" ujarku sambil mengecup pipinya.
"Aku janji, Mbak, kita hanya akan begini saja dan tidak sampai copot celana,"
sambil kupandang matanya dan pelan kugeser bibirku menuju ke bibirnya.
Dia melengos tapi ketika kepalanya kupegangi dengan dua tangan jadi terdiam.
Begitu pula ketika lidahku menelusuri relung-relung mulutnya dan bibir kami
berciuman. Sesaat kemudian dia pun mulai merespons dengan hisapan-
hisapannya pada lidah dan bibirku.
Targetku hari itu memang belum akan menyetubuhi Mbak Yuli sampai telanjang.
Karena itulah kami selanjutnya hanya berciuman dan berpelukan erat-erat,
kutekan-tekankan pantatku. Bergulingan liar di atas permadani. Kuremas-remas
payudaranya yang montok mengkal di balik daster. Entah berapa jam kami
begituan terus sampai akhirnya kantuk menyerang dan kami tertidur di permadani
sampai pagi. Dan ketika bangun Mbak Yuli jadi tersipu-sipu.
"Maaf ya, Mas," bisiknya sambil memberesi diri.
Tapi tangannya kutarik sampai ia jatuh ke pelukanku lagi.
"Nggak apa-apa, Mbak. Aku suka kok tidur sambil pelukan kayak tadi. Tiap malam
juga boleh kok.." candaku.
Mbak Yuli melengos ketika melihat tonjolan besar di celanaku.
Sejak saat itu hubunganku dengan Mbak Yuli semakin hangat saja. Aku bebas
memeluk dan menciumnya kapan saja. Bagai istri sendiri. Dan terutama waktu
tidur, kami jadi lebih suka tidur berdua. Entah di kamarku, di kamarnya atau di
atas permadani. Sengaja selama ini aku menahan diri untuk tidak memaksanya
telanjang total dan berhubungan kelamin. Dengan berlama-lama menahan diri ini
lebih indah dan nikmat rasanya, sama seperti kalau kita menyimpan makanan
terenak untuk disantap paling akhir.
Hingga suatu malam di ranjangku yang besar kami saling berpelukan. Aku
bertelanjang dada dan Mbak Yuli pakai daster. Masih sekitar jam 9 waktu itu dan
kami terus asyik berciuman, berpagutan, berpelukan erat-erat saling raba, pijat,
remas. Kuselusupkan tanganku di bawah dasternya lalu menariknya ke atas. Terus
ke atas hingga pahanya menganga, perutnya terbuka dan akhirnya beha putihnya
nampak menantang. Tanpa bicara dasternya terus kulepas lewat kepalanya.
"Jangan, Mas.." Mbak Yuli menolak.
"Nggak apa-apa, Mbak, cuma dasternya kan.." rayuku.
Dia jadi melepaskan tanganku. Juga diam saja ketika aku terang-terangan
membuka celana luarku hingga kami sekarang tinggal berpakaian dalam. Kembali
tubuh gempal janda montok itu kugeluti, kuhisap-hisap puncak branya yang
nampak kekecilan menampung teteknya. Mbak Yuli mendesis-desis sambil
meremasi rambut kepalaku dan mengapitkan pahanya kuat-kuat ke pahaku.
"Mbak Yuli pingin kita telanjang?" tanyaku.
"Jangan, Mas. Pingin sih pingin.. tapi.. gimana ya.."
"Sudah berapa lama Mbak Yuli tidak ngeseks?"
"Ya sejak cerai Mas..."
"Pasti Mbak jadi sering masturbasi ya?"
"Kadang-kadang kalau sudah nggak tahan, Mas.."
"Kalau main dengan pria lain?"
"Belum pernah, Mas.."
"Masak sih, Mbak? masak nggak ada yang mau?"
"Bukan begitu, tapi aku yang nggak mau, Mas.."
"Kalau sama aku kok mau sih, Mbak?" godaku lagi.
"Ah, kan Mas yang mulai.. dan lagi, kita kan nggak sampai anu.."
"Anu apa, Mbak?"
"Ya itu.. telanjang gitu.."
"Sekarang kita telanjang ya, Mbak.."
"Eee.. kalau hamil gimana, Mas?"
"Aku pakai kondom deh.."
"Ng.. tapi itu kan dosa, Mas?"
"Kalau yang sekarang ini dosa nggak, Mbak?" tanyaku mentesnya.
"Eee.. sedikit, Mas," jawabnya bingung.
Aku tersenyum mendengar jawaban mengambang itu dan kembali memeluk erat-
erat tubuh sekalnya yang menggemaskan. Kuremas dan kucium-cium pembungkus
teteknya. Ia memeluk punggungku lebih erat. Kuraba-raba belakang punggungnya
mencari lalu melepas kaitan branya.
"Ja..jangan, Mas.." Bisiknya tanpa reaksi menolak dan kulanjutkan gerakanku.
Mbak Yuli hanya melenguh kecil ketika branya kutarik dan kulemparkan entah
kemana. Dua buah semangka segar itu langsung kukemut-kemut putingnya.
Kuhisap, kumasukkan mulut sebesar-besarnya, kugelegak, sambil kulepas CD-ku.
Mbak Yuli terus mendesis-desis dan bergetar-getar tubuhnya. Kami bergumul
berguling-guling. Kutekan-tekan selangkangannya dengan zakarku.
"Gimana, Mbak.. sudah siap kuperawani?" tanganku menjangkau CD-nya dan
hendak melepasnya.
"Jangan, Mas. Kalau hamil gimana?"
"Ya ditunggu saja sampai lahir to, Mbak.." gurauku sambil berusaha menarik lepas
CD-nya.
Mbak Yuli berusaha memegangi CD-nya tapi seranganku di bagian atas tubuhnya
membuatnya geli dan tangannya jadi lengah. Cd-nya pun merosot melewati
pantatnya.
"Kalau hamil, siapa yang ngurus bayinya?"
"Ya, Mbak lah, kan itu anakmu.. tugasku kan cuma bikin anak, bukan ngurusi
anak.." godaku terus.
"Dasar, mau enaknya sendiri.." Mbak Yuli memukulku pelan, tangannya berusaha
menjangkau CD dari bawah pahanya tapi kalah cepat dengan gerakanku melepas
CD itu dari kakinya. Buru-buru kukangkangkan pahanya lalu kubenamkan lidahku
ke situ. Slep.. slep.. slep.. Mbak Yuli melenguh dan menggeliat lagi sambil
meremasi kepalaku. Nampak dia berada dalam kenikmatan. Beberapa menit
kemudian, aku memutar posisi tubuhku sampai batang zakarku tepat di mulutnya
sementara lidahku tetap beroperasi di vulvanya (posisi 69 tepatnya). Dengan agak
canggung-canggung dia mulai menjilati, mengulum dan menghisapnya. Vulvanya
mulai basah, zakarku menegang panjang. Eksplorasi dengan lidah kuteruskan
sementara tanganku memijit-mijit sekitar selangkangan hingga anusnya.
"Agh.. agh.. Maas.. ak.. aku.."
Mbak Yuli tak mampu bersuara lagi, hanya pantatnya terasa kejang berkejat-kejat
dan mengalirlah cairan maninya mengaliri mulutku. Kugelegak sampai habis cairan
bening itu.
"Isap anuku lebih keras, Mbak!" perintahku ketika kurasakan maniku juga sudah di
ujung zakar.
Dan benar saja, begitu diisap lebih keras sebentar kemudian spermaku
menyembur masuk ke kerongkongan Mbak Yuli yang buru-buru melepasnya
sampai mulutnya tersedak berlepotan sperma. Kami pun terjelepak kelelahan.
Kuputar tubuhku lagi dan malam itu kami tidur telanjang berpelukan untuk
pertama kalinya. Tapi zakarku tetap tidak memerawani vaginanya. Aku masih ingin
menyimpan "makanan terenak" itu berlama-lama.
Selanjutnya kegiatan oral seks jadi kegemaran kami setiap hari. Entah pagi, siang
maupun malam bila salah satu dari kami (biasanya aku yang berinisiatif) ingin
bersetubuh ya langsung saja tancap. Entah itu di kamar, sambil mandi bersama
atau bergulingan di permadani. Tiap hari kami mandi keramas dan entah berapa
banyak bercak mani di permadani. Selama itu aku masih bertahan dan paling
banter hanya memasukkan kepala zakarku ke vaginanya lalu kutarik lagi.
Batangnya tidak sampai masuk meski kadang Mbak Yuli sudah ingin sekali dan
menekan-nekan pantatku.
"Kok nggak jadi masuk, Mas?" tanyanya suatu hari.
"Apa Mbak siap hamil?" balikku.
"Kan aku bisa minum pil kabe to Mas.."
"Bener nih Mbak rela?" jawabku menggodanya sambil memasukkan lagi kepala
zakarku ke memeknya yang sudah basah kuyup.
"Heeh, Mas," dia mengangguk.
"Mbak nggak merasa bersalah sama suami?"
"Kan sudah cerai, Mas."
"Sama anak-anak?"
Ia terdiam sesaat, lalu jawabnya lirih, "A...aa.. aku kan juga butuh seks, Mas
Doddy...."
"Mana yang Mbak butuhkan, seks atau suami?" tanyaku terus ingin tahu isi
hatinya.
Kuangkat lagi kepala zakarku dari mulut memeknya lalu kusisipkan saja di sela-sela
pahanya.
"Pinginnya sih suami, Mas.. tapi kalo Mas jadi suamiku kan nggak mungkin....aku
ini cuma orang desa dan pembantu...." jawabnya jujur.
"Jadi, kalau sama aku cuma butuh seksnya aja ya Mbak? Mbak cuma butuh
nikmatnya kan? Mbak Yuli pingin bisa orgasme tiap hari kan?"
Mbak Yuli tersipu. Tidak menjawab malah memegang kepalaku dan menyosor
bibirku dengan bibirnya. Kami kembali berpagutan dan bergulingan. Zakar besar
tegangku terjepit di sela pahanya lalu cepat-cepat aku berbalik tubuh dan
memasukkan ke mulutnya. Otomatis Mbak Yuli menghisap kuat-kuat zakarku sama
seperti aku yang segera mengobok-obok vaginanya dengan tiga jari dan lidahku.
Sejenak kemudian kembali kami orgasme dan ejakulasi hampir bersamaan. Yah,
bisakah pembaca bersetubuh seperti kami? Saling memuasi tanpa memasukkan
zakar ke vagina.
Hubungan nikmat ini terus berlangsung hingga suatu sore sepulangku kerja Mbak
Yuli memberiku sekaplet pil kabe dan sekotak kondom kepadaku.
"Sekarang terserah Mas, mau pakai yang mana? Mbak sudah siap.." tantangnya.
Aku jadi membayangkan penisku memompa vaginanya yang menggunduk itu.
"Mbak benar-benar ikhlas?" tanyaku.
"Lha memang selama ini apa Mas? Saya kan sudah pasrah diapakan saja sama
Mas."
"Mbak tidak kuatir meskipun aku nggak bakalan jadi suami Mbak?" lanjutku
sambil berjaga-jaga untuk menghindari resiko bila terjadi sesuatu di belakang hari.
"Saya sudah ikhlas lega, mau dikawini saja tiap hari atau dinikahi sekalian terserah
Mas saja. Saya benar-benar tidak ada pamrih apa-apa di belakang nanti.. Saya
hanya ingin kita berhubungan seks dengan maksimal.. tidak setengah-setengah
seperti sekarang ini.."
Haah...!!!, ternyata Mbak Yuli pun jadi berkobar nafsu syahwatnya setelah
berhubungan seks denganku secara khusus selama ini. Ternyata wanita ini
memendam hasrat seksual yang besar juga. Sampai rela mengorbankan harga
dirinya. Aku jadi tak tega, tapi sekaligus senang karena tidak bakal menanggung
resiko apapun dalam berhubungan seks dengan dia. Aku selama ini kan memang
hanya mengejar nafsu dan nampaknya Mbak Yuli pun terbawa iramaku itu. Ya,
seks hanya untuk kesenangan nafsu dan tubuh. Tanpa rasa cinta. Tidak perlu ada
ketakutan terhadap resiko harus menikahi, punya anak dsb. Kapan lagi aku dapat
prt sekaligus pemuas nafsu dengan tarif semurah ini (gajinya sebulan 2 juta
rupiah kadang kutambah 500 atau 800 ribu kalau ada rejeki lebih). Bandingkan
biayanya bila aku harus cari wanita penghibur setiap hari. Dan kayaknya yang
seperti inilah yang disukai para pria pengobral zakar. Mau nikmatnya, nggak mau
pahitnya. Begitu, kan? He he he..
"Sekarang aku mau mandi dulu, Mbak. Urusan itu pikirin nanti saja," jawabku
sambil melepas pakaian dan jalan ke kamar mandi bertelanjang.
Kutarik tangan Mbak Yuli untuk menemaniku mandi. Pakaiannya pun sudah
kulepasi sebelum kami sampai ke pintu kamar mandi. Hal seperti ini sudah biasa
kami lakukan. Saling menggosok dan memandikan sambil membangkitkan nafsu-
nafsu erotis kami. Dan acara mandi bersama selalu berakhir dengan tumpahnya
sperma dan mani kami bersama-sama karena saling isep.
Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelah ada pil kabe
dan kondom yang dibeli Mbak Yuli. Esok malamnya eksperimen itu akan kami
mulai dengan kondom lebih dulu. Soalnya aku takut kalau ada efek samping bila
Mbak Yuli minum pil kabe. Kata orang kalau nggak cocok malah bikin kering rahim.
Kan kasihan kalau orang semontok Mbak Yuli rahimnya kering. Malam itu seusai
makan malam dan nonton TV sampai jam sembilan, kami mulai bergulingan di
permadani. Satu persatu penutup tubuh kami bertebaran di lantai. Putingya
kupelintir dan sebelah lagi kukemut dan kugigit-gigit kecil sementara tangan
kananku menggosok-gosok pintu memek Mbak Yuli sampai dia mengerang-erang
mau orgasme.
"Sekarang pakai ya, Mas," bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang
tegang memanjang.
"Heeh," jawabku lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah disediakan
di sebelah TV.
Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku.
Mbak Yuli nampak hati-hati sekali.
"Wah, jadi gak bisa diisep Mbak nih," kataku.
"Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas.." Guraunya membuatku tersenyum
sambil terus meremas-remas teteknya.
Sleeb.. lalu karet tipis itupun digulungnya turun sampai menutupi seluruh
batangku.
"Sudah, Mas," katanya sambil menelentangkan tubuh dan mengangkan pahanya
lebar-lebar.
Perlahan aku mengangkanginya.
"Sekarang ya, Mbak," bisikku sambil memeluknya mesra.
Mbak Yuli memejamkan mata. Perlahan zakarku dipegang, diarahkan ke lobang
nikmatnya. Kugesek-gesekkan sedikit di bibir vagina Mbak Yuli lalu kulesakkan
masuk. Masuk separuh. Mbak Yuli melenguh keras....
"Aaarrggghhhh Mas Doddy.....!!"
"Sakit Mbak?"tanyaku.
"Sedikit Mas....,"mata Mbak Yuli sayu sepertinya sangat menikmati hantaman
penisku ke dalam vaginanya.
Kuhentikan sebentar lalu kudorong lagi pelan-pelan dan dia mulai melepasnya.
Bless.. slep.. kugerakkan pantatku maju-mundur naik-turun. Matanya merem
melek, tangan kami berpelukan, tetek besarnya tergencet dadaku, bibir kami
saling kulum. Kugenjot terus, kupompa, kubajak, kucangkul, kumasuki,
kubenamkan, dalam dan semakin dalam, gencar, cepat dan kencang.
Mbak Yuli memeluk dan meremas2 pantatku merasakan sensasi itu. Aku ingin
menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan
lembut. Suasana begitu romantis. Tangan kirinya merangkul erat leherku,
sementara tangan kanannya memeluk pinggangku dan mengelus2 punggungku.
“Uhh....ohh...shhh...aahhhh….mas Doddy....” Mbak Yuli mendesah mengerang
menyebut namaku setiap kali penisku menghantam menghujam menghajar
vaginanya bertubi2 tanpa ampun.
Sampai akhirnya gerakanku terhambat ketika mendadak Mbak Yuli memelukkan
pahanya erat-erat ke pahaku....dan.....
“Ohhhh…aahhh… mas Doddy….aduuuhh..oohh maaassss....huhhu..huh
uuu..oohh...aaahhhhh maaasss.....keluaaarrrr maaassss....aaaarrgghhhhh maassss
Doooddy.....!!!!” Mbak Yuli meracau mengerang liar tak terkendali. Tangannya
mencengkeram punggungku kuat sekali. Badannya membusung ke atas,
menggelinjang kelojotan berulang-ulang. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka
lebar, bibir tebal sensualnya bergetaran. Sangat sensual sekali saat Mbak Yuli
mencapai orgasmenya.
Dan seerr....terasa cairan hangat menerpa zakarku. Kuhentikan gerakanku, dan
hanya membenamkannya dalam-dalam. Menekan dan menekan masuk. Rasanya
agak kurang enak karena batangku terbungkus karet tipis itu.
Kubiarkan Mbak Yuli istirahat sejenak sebelum aku mulai memompanya lagi
bertubi-tubi sambil kueksplorasi bagian sensitif tubuhnya hingga dia kembali
terangsang.
"Mbak pingin keluar lagi.....?" tanyaku.
"Kkk...kalau bisa, Mas Dod....keluar sama-sama....." ajaknya sambil mulai
menggoyang dan memutar-mutar bokongnya. Mata Mbak Yuli sayu menatapku,
bibirnya sedikit bergetar. Butiran2 keringat mengalir di kening dan wajahnya,
rambutnya juga basah kuyup bermandikan keringat.
Aku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan. Soalnya kan baru pertama
kali ini zakarku menancapi lubangnya. Ternyata Mbak Yuli hebat juga
goyangannya !!! Dan kenikmatan itu semakin terasa diujung batangku. Gerakan
pompaku semakin cepat dan cepat.
"Mbak.. hh.. hh.. hh.." dengus nafasku terus memacu gerak maju mundur
pantatku.
Sementara dengan tak kalah brutalnya Mbak Yuli melakukan yang sama dari
bawah.
"Ak.. aku sudah mau Mbak.." pelukku ketat ke tubuh super bahenolnya.
Kutindih, kuhunjamkan dalam-dalam, kuhentakkan ketika sperma keluar dari
ujung batangku. Yang pasti Mbak Yuli tak bakalan merasakan semburannya karena
toh sudah tertampung di ujung kondom. Sejenak kemudian Mbak Yuli pun
meregang dan berkejat-kejat beberapa kali sambil membeliak-beliak matanya. Dia
orgasme lagi. Tubuhnya tetap kutelungkupi. Nafas kami memburu. Mata kami
terpejam kecapaian.
"Puas, Mbak?" bisikku sambil mengulum telinganya. Dia mengangguk kecil. Kami
kembali tidur berpelukan. Mungkin dia tengah membayangkan tidur dengan
suaminya. (Sementara aku tidak membayangkan apapun kecuali sesosok daging
mentah kenyal yang siap kugenjot setiap saat). Hehehe.. kasihan Mbak Yuli kalau
dia tahu otak mesumku. Tapi kenapa mesti dikasihani kalau dia juga menikmati?
Ya kan? Ya kan? Aku sering bertanya-tanya: Bila seorang wanita orgasme ketika dia
diperkosa, apakah itu bisa disebut perkosaan?
Aku dan Mbak Yuli terus mereguk kepuasan dengan pakai kondom. Sayangnya
satu kondom hanya bisa dipakai satu kali main. Kalau lebih dikuatirkan bocor.
Makanya hanya dalam sehari itu kondom satu dus habislah sudah. Anda bisa
hitung sendiri berapa kali aku ejakulasi.
Esoknya, "Mbak Yuli, kondomnya habis, mau pakai pil?" tanyaku.
"Boleh mas.....," jawabnya sambil menunduk tersenyum.
Dan malam itu mulailah ia minum pil sesuai jadwal dan hasilnya.. ternyata kami
lebih puas karena tidak ada lagi selaput karet tipis yang menahan semburan
spermaku memasuki gua garba Mbak Yuli.
"Mas Doddy....Mas....semprot terus Mas Dod, enak banget.." serunya ketika aku
ejakulasi sambil berkejat-kejat diatas pahanya belasan kali menghunjamkan zakar
yang menyemprot puluhan kali.
Dari cret, crit, crut, crat sampai crot crot crot lalu cret cret cret lagi!! Soal rahim
kering sudah tak kupikir lagi. Biar saja mau kering mau basah wong yang
melakukan manggut-manggut saja tuh. Yah, dalam semalam minimal kami pasti
sampai tiga kali orgasme dan ejakulasi. Sedangkan pagi atau siang tidak selalu
kami lakukan. Kami bagaikan sepasang maniak seks. Ditambah subscription-ku di
PornHub, Kink, Brazzers dll yang kutunjukkan padanya, Mbak Yuli jadi semakin ahli
mengolah persetubuhan kami jadi kenikmatan tiada tara.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai