Anda di halaman 1dari 25

BAHAN BACAAN TEKNOLOGI INFORMASI

Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar


Dosen : Badruddin Kaddas, S.Ag., M.Ag.
PERALATAN DAN PERKEBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
A. Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
1. Media Komunikasi Masa Lalu (Kuno)
a. Kentongan
b. Asap
c. Prasasti dan Daun Lontar
2. Media Komunikasi Modern
a. Telepon
b. Koran
c. Televisi
d. Internet
B. Sejarah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
1. Sejarah Perkembangan Alat Hitung
Awalnya, nenek moyang kita belum mengenal lambang
bilangan. Tetapi mereka tetap dapat menghitung binatang ternak
yg dimilikinya. Bagaimana cara mereka melakukannya? Setiap
pagi ketika mereka melepaskan ternaknya untuk digembalakan,
mereka membuat keretan (coretan) pada pohon. 1 keratan untuk
satu hewan ternak. Pada sore harinya ketika membawa kembali
hewan ternaknya ke kandang, mereka memperpadankan setiap
hewan ternak dengan satu keratan yg terdapat pada pohon tadi.
Dengan

cara

itulah

orang

zaman

dahulu

melakukan

perhitungan.
Selain dengan menggunakan keratan pada pohon,
mereka pun menggunakan alat sederhana lainnya, seperti : jari
tangan dan anggota tubuh lainnya, batu kerikil, serta simpul
simpul pada tali untuk mencatat bilangan yg mereka gunakan
dalam perhitungan. Orang Indian Inka di Amerika Selatan
menggunakan simpul - simpul pada tali

sebagai lambang

bilangan. Setiap lambang bilangan dilambangkan oleh susunan

simpul - simpul yg khusus. Keseluruhan simpul - simpul itu


disebut kuipu.
Seiring dengan waktu dan ditemukannya lambang
bilangan, alat hitung mengalami kemajuan.
Sekitar 1800 tahun yg lalu ditemukan alat hitung sederhana
yg

disebut

dengan sempoa (abacus).

Sempoa

paling

tua

ditemukan di Mesopotamia di Pulau Salamis dan Hiroglif Fir'aun


di Mesir. Abacus ini merupakan cikal bakal lairnya komputer.
Sempoa saat ini masih digunakan dalam perhitungan
cepat dalam perdagangan, khususnya oleh para pedagang Cina.
Selain itu sempoa juga digunakan oleh para pelajar sekolah
dasar dalam pelajaran Mental Aritmatika. Inti kerja sempoa
adalah menaikkan dan menurunkan biji - bijinya dengan jari.
Setelah ditemukannya sempoa, alat hitung pun berkembang
dengan ditemukannya tulang tulang Napier (Napier's Bones).
Dengan menggunakannya, kita dapat melakukan perhitungan
logaritma.
Jika dulu kita hanya bisa melakukan perhitungan secara
analog, maka seiring dengan kemajuan teknologi alat hitungpun
mengalami berbagai kemajuan. Kini kita bisa berhitung secara
digital dan cepat menggunakan kalkulator. Kalkulator membuat
proses hitung yg rumit menjadi cepat. Proses perkalian,
penambahan, pengurangan, pembagian, atau fungsi lain seperti
sinus, cosinus, dan tangen, dapat dengan mudah diambil alih
oleh alat hitung pintar ini. Jenis dan ragam kalkulator pun
bervariasi. Mulai dari model yg paling sederhana hingga
kalkulator scientific yg sarat fitur.
Perkembangan alat hitung itu telah memungkinkan kita
untuk mengembangkan teknologi alat hitung yg lebih rumit dan

canggih. Kemajuan alat hitung merupakan cikal bakal dari


perkembangan komputer.
2. Sejarah Perkembangan Komputer
a. Komputer Generasi Pertama
b. Komputer Generasi Kedua
c. Komputer Generasi Ketiga
d. Komputer Generasi Kempat
e. Komputer Generasi Kelima

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TEKNOLOGI INFORMASI


A.

Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi


1. Memudahkan orang dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi
2. Membuka peluang bisnis baru
3. Mendorong Tumbuhnya Proses Demokrasi
4. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Layanan Publik
5. Meningkatkan Layanan Informasi Kesehatan Jarak Jauh
6. Memperbaiki Pendidikan Melalui e-Learning
7. Mengembangkan kemampuan dan kesadaran masyarakat
8. Memperkaya kebudayaan
9. Menunjang pertanian
10. Meniciptakan lapangan kerja

B. Dampak Negatif atau Kerugian Penggunaan Teknologi Infomasi.


1. Mendorong munculnya jenis kejatahan baru
2. Mempermudahnya masuknya nilai-nilai budaya asing yang negatif.
3. Mempermudah penyebaran karya-karya pornografi.
4. Mendorong tindakan konsumtif dan pemborosan dalam masyarakat.
5. Mendorong kekejaman dan kesadisan.
6. Memperluas perjudian.
C. Dampak Negatif Komputer terhadap kesehatan dan solusinya
Tenyata tak selamanya kemajuan dunia komputer berdampak positif bagi
manusia.

Salah

satu

hal

yang

paling

mudah

diamati

adalah

dampak komputer bagi kesehatan individu pemakainya. Dan dari semua


keluhan kesehatan yang pernah ada, kebanyakan keluhan datang dari para
pengguna

laptop. Laptop atau notebook sebagai

sarana mobile-

computingmemang dirancang seefesien mungkin untuk dapat dengan mudah


dibawa ke manapun. Namun efesiensi yang didapat dari penggunaan laptop ini

rupanya harus dibayar mahal dengan mengorbankan faktor ergonomic yang


sangat berperan dalam menjamin kenyamanan dan kesehatan sang pemakai.
Salah satu kasus gangguan kesehatan dalam penggunaan laptop dialami
oleh Danielle Weatherbee (29 tahun) dari Seattle, seperti yang ditulis dalam
buku Using Information Technology. Karena kebiasaannya sehari-hari yang
mempergunakan laptop di mana pun berada, ia kemudian mengalami gangguan
tulang belakang. Setelah diperiksa, dokter mendapati tulang belakangnya sudah
seperti seorang berusia 50 tahun. Inilah salah satu akibat dari dikorbankannya
nilai ergonomic sebuah barang, dalam hal ini laptop.
Secara luas, memang dikenal beberapa gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh pemakaian komputer, antara lain Repetitive Stress/Strain
Injury (RSI), Kelelahan Mata dan Sakit Kepala, Sakit Punggung dan Leher, dan
Medan Elektromagnetik. Lebih lanjut mengenai Repetitive Stress/Strain Injury
(RSI) sendiri adalah sakit pada pergelangan tangan, lengan, tangan dan leher
karena otot-ototnya harus bekerja cepat dan berulang. Hal ini dapat menjadi
semakin parah jika sang pemakai komputer tidak memperhatikan faktor
ergonomic pemakaian komputer dalam jangka waktu lama. Faktor ergonomic
sendiri sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh kenyamanan dan posisi
ideal yang sehat bagi tubuh selama pemakaian komputer.
Yang kedua adalah kelelahan mata dan sakit kepala. Sebenarnya ini
merupakan

keluhan

yang

paling

banyak

dikeluhkan

para

pemakai

komputer, Computer Vision Sindrome (CVS) sendiri merupakan kelelahan mata


yang dapat mengakibatkan sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan
silau terhadap cahaya di waktu malam, dan berbagai masalah penglihatan
lainnya.

Untuk masalah medan elektromantik (EMF), sebenarnya telah


marak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Banyak pihak yang
mengkhawatirkan dampak medan magnetic yang terdapat pada berbagai
jenis peralatan elektronik, termasuk komputer, terhadap para
pemakainya. Mulai dari ketakutan akan gangguan kelahiran yang
menyebabkan bayi lahir cacat hingga gangguan yang menyebabkan
kanker, pernah menjadi isu seputar dampak medan magnetic. Akan tetapi
hingga saat ini belum ada yang tahu pasti mengenai kebenaran dugaan
tersebut. Namun begitu, di negara-negara maju seperti Inggris,
pemerintahnya telah menganjurkan agar anak-anak di bawah umur
mengurangi pemakaian barang-barang yang bermedan elektronik,
termasuk komputerbagi anak. Menanggapi kekhawatiran tersebut,
Federal Communication Commission (FCC) sebenarnya telah membuat

pengukuran khusus yang disebut Specifik Absorption Rate (SAR). SAR


sendiri berfungsi untuk menyediakan data tingkat radiasi dari tiap type
ponsel yang ada.

CARA
NEGATIF

MENGATASI

TIMBULNYA

DAMPAK

Berbagai bahaya kesehatan dari penggunaan computer bukannya


tidak dapat diatasi. Dengan mengetahui dampak-dampak negative dari
penggunaan computer, kita dapat tahu cara menanggulangi atau
meminimalisir timbulnya dampak negative itu adalah sebagai berikut :
1. Pastikan Pencahayaan Pada Ruangan yang Ditempati Memakai
Komputer Baik.
Pencahayaan ruangan harus baik karena jika pencahayaan dalam ruangan
itu kurang baik, sama saja dengan kita membaca ditempat gelap atau kita
membaca sambil tidur. Efek-efek yang ditimbulkan antara lain penglihatan
menjadi kabur, mata menjadi mines, dll.
2. Usahakan Sesering Melakukan Peregangan.
Peregangan sangat di sarankan bagi penggunaan computer yang lama,
sebab jika kita melakukan sedikit peregangan, saraf-saraf yang awalnya kaku
dan tegang akan kembali relax.
3. Gunakan Meja atau Kursi yang Sesuai Dengan Postur Tubuh.
Meja dan kursi yang kita gunakan pada saat menggunakan computer
sangat berpengaruh bagi kesehatan kita. Meja dan kursi yang kita gunakan
sangat berperan penting karena karena jika kita salah memilih atau memakai
meja dan kursi dalam megoprasikan suatu kegiatan, maka itu dapat
menimbulkan penyakit-penyakit yang bersal dari berubahnya posisi tulang,
misalnya pegal pada tangan, leher, bahu, sakit pinggang, sampai benngkoknya
ruas tulang belakang.
4. Gunakan Kaca Pengurang Radiasi cahaya pada Monitor.
Kaca pengurang radiasi sangat dianjurkan karena dengan menggunakan
kaca ini, radisai yang sampai dimata kita sangatlah berkurang bahkan tinggal
20% dari tinggkat radiasi awalnya.

5. Putarlah Musik yang Disukai Dengan Volume yang kacil.


Musik atau hiburan lain sangatlah penting agar kita tidak terlaju jenuh
dan stress akibat pekerjaan kita.
6. Seringlah Meminum Air Putih.
Kita juga sebaiknya sesering mungkin meminum air putih untuk
mengurangi dehidrasi pada saat bekerja, apalagi pada ruangan yang ber-AC.

1) GENERASI PERTAMA (1940-1959)


Komputer dihasilkan adalah elektronik sepenuhnya. Saiznya agak besar (hampir
menyamai sebuah bilik tidur) dan dikategorikan kepada Kerangka Utama
(Mainframe), la menggunakan tiub vakum untuk memproses dan menyimpan
maklumat. Tiub vakum berukuran seperti mentol lampu kecil yang cepat panas dan
mudah terbakar. Jumlah tiub vakum yang diperlukan amat banyak agar tidak
menjejaskan keupayaan komputer. la juga menggunakan tenaga elektrik dengan
banyak.
Pada tahun 1946, menyaksikan komputer elektronik sepenuhnya direka oleh Dr. John
Mauchly dan Prosper Eckert telah mencipta ENIAC (Electronic Numerical Integrator
And Calculator). ENIAC mengambil ruang sebanyak 140 meter persegi, berat 30 ton,
menggunakan 130 kilowatt tenaga dan 1800 tiub vakum. Ingatannya disimpan diluar
dengan menggunakan suiz dan wayar. la berupaya melakukan 5000 pencampuran
dan 300 pendaraban sesaat. la dikendalikan oleh hanya jurutera terlatih. John Von
Neumann akhirnya mencadangkan penggunaan Konsep Aturcara Tersimpan iaitu
komputer menyimpan ingatan di dalam storan utama. la menggunakan nombor
binari.
Dr. John Mauchly dan Prosper Eckert sekali lagi mencipta EDVAC (Electronic
Discrete Variable Automatic Computer) yang mengurangkan penggunaan tiub
vakum. la lebih cekap dari ENIAC dan menggunakan Konsep Aturcara Tersimpan.
EDSAC (Electronic Delay Storage Automatic Calculator) yang menggunakan raksa
dan tiub vakum untuk menyimpan ingatan telah dicipta. UNIVAC1 (Universal
Automatik Calculator) ciptaan Dr. John Mauchly dan Prosper Eckert mula
dikeluarkan pada tahun 1951 adalah komputer pertama yang digunakan untuk
memproses data perniagaan. la juga menggunakan raksa untuk storan.

2) GENERASI KEDUA (1959-1964)


Transistor dan diod digunakan bagi menggantikan tiub vakum walaupun ia mudah
terbakar. Cara baru untuk menyimpan ingatan iaitu Teras Magnetik diperkenalkan. la
menggunakan besi-besi halus yang dililit oleh litar elektrik. Keupayaannya
memproses lebih besar. la mula menggunakan bahasa pengaturcaraan peringkat
tinggi iaitu FOTRAN(1954) dan COBOL(1959) bagi menggantikan bahasa mesin.
Minikomputer dihasilkan. la lebih murah dan lebih kecil berbanding dengan
Kerangka Utama. la digunakan bagi tujuan memproses data perniagaan, universiti
selain di bidang ketenteraan. (Contoh : DEC PDP-8, IBM 7090 dan IBM 7094)
3) GENERASI KETIGA (1964-1980)
la bermula apabila IBM (Internatinal Business Machine) memperkenalkan
Sistem/360 iaitu Kerangka Utama yang mengandungi alatan-alatan yang lengkap

bagi memenuhi semua keperluan pengaturcaraan pada masa tersebut.Sistem/360


memperkenalkan ciri baru Sistem Pengoperasian iaitu Konsep Perkongsian Masa.
Sistem ini adalah satu kumpulan aturcara yang mengurus dan menyelaras
keseluruhan operasi komputer, la memudahkan penggunaan komputer. Disimpan
secara kekal dalam Ingatan Utama (ROM) komputer atau storan sekunder.
Konsep ini membenarkan penggunaan banyak stesen secara berasaingan dan dikawal
oleh Sistem Induk dimana pemprosesan boleh dilakukan serentak pada sesuatu masa
walaupun stesen yang lain digunakan. Supercomputer seperti Cray-1 diperkenalkan
bagi mengkaji cuaca dan alam semulajadi.
4) GENERASI KEEMPAT (1980-sekarang)
Penyelidikan microelektronik telah berjaya menghasilkan Litar Bersepadu/Terkamir
atau Cip dimana beribu transistor dipadatkan didalam kepingan empat segi silikon
melalui proses Pengamiran Skala Besar (Large Scale Integration). Cip mula
menggantikan transistor sebagai bahan logik komputer. MicroKomputer merupakan
yang terkecil didalam keluarga komputer digital mula dinasilkan seperti Apple II,
IBM PC, NEC PC dan Sinclair.
Bahasa pengaturcaraan BASIC, Pascal, PL/1 C dan Logo mula digunakan.
Kebanyakan komputer dibekalkan dengan bahasa secara "bina-dalam" di dalam
ROM untuk bahasa BASIC. Bahasa ini merupakan bahasa yang paling popular untuk
microkompuler. Perisian tambahan juga diperkenalkan bagi membantu penyelesaian
masalah. Laptop, Notebook, Handheld dan Palmtop diperkenalkan. la lebih kecil dari
Microkomputer serta mudah dibawa ke mana-mana. Internet iaitu Sistem Rangkaian
yang luas menggunakan protokol TCP/IP diperkenalkan sebagai rangkaian
perkongsian maklumat secara global. (Processor 6086,80286, 80386,80486, Pentium,
Celeron, Pentium II, Pentium 111 dan Pentium 4)
Kesimpulan:
Setelah meninjau keempat-empat generasi komputer, mungkin terbayang difikiran
kita tentang bagaimana bentuk komputer pada masa depan. Komputer masa depan
mungkin akan berada pada generasi atau tahap kelima yang menggunakan teknologi
masa depan. Dapatkah anda bayangkan bagaimana keupayaannya?

MATERI LANJUTAN BAGIAN DARI ISI TUGAS BLOGSPOT


1. Sejarah perkembangan komputer dalam keperawatan
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu pesat
telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia
kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat informationintensive, akan tetapi adopsi teknologi komputer relatif tertinggal.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian
besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai
organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi
informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju
baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasi komputer,
rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer
merupakan salah satu tool penting dalam peradaban manusia untuk
mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi
informasi dan komunikasi komputer saat ini adalah bagian penting dalam
manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan
pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di
jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal
jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan
terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah
menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas
jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi
komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara mudah
dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan
yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan
kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen
informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian
istimewa. Artikel ini secara khusus akan membahas perkembangan
teknologi informasi untuk mendukung manajemen rekam medis secara
lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai dengan berbagai contoh
aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi keberhasilan
serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Komputer banyak berperan membantu di dunia kesehatan antara
lain :
- adminstrasi
- obat-obatan
- penyakit diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status
pasien)
- Penelitian

Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi


(TIK) komputer, atau yang biasa disebut sebagai e-Health, tengah
mendapat banyak perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh janji dan
peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Tulisan ini mencoba mengulas bagaimana sebenarnya e-Health
tersebut dan bagaimana implikasi teknologi dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Pengertian e-Health sendiri secara luas dapat bermakna bidang
pengetahuan baru yang merupakan persilangan dari informasi medis,
kesehatan public, dan usaha, berkaitan dengan jasa pelayanan dan
informasi kesehatan yang dipertukarkan atau ditingkatkan melalui
saluran internet dan teknologi berkaitan dengannya (Gunter Eysenbach, J
Med Internet Res 2001; 3(2): e20).
Dalam pengertian lebih luas, e-Health dapat diartikan sebagai tidak
hanya pengembangan teknologi pelayanan kesehatan, namun juga
mencakup pengembangan sikap, perilaku, komitmen, dan tata cara
berpikir untuk mengembangkan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Mengapa e-Health perlu dilaksanakan?
Di seluruh dunia, terjadi peningkatan biaya pelayanan kesehatan.
Banyak orang tidak mendapat kesempatan bagi pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Catatan kesehatan yang masih mengandalkan dokumen
kertas banyak menimbulkan kesalahan dan mengurangi produktivitas
layanan.
Walau demikian, patut diakui terdapat juga kenaikan pelayanan
kesehatan di masyarakat, yang memberikan peluang kehidupan yang
lebih baik, namun juga berarti terdapatkan golongan masyarakat manula
(manusia usia lanjut) yang lebih besar. Pada umumnya manula juga
memerlukan layanan kesehatan yang lebih besar dibandingkan usia
produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat
tantangan untuk menanggulangi meningkatkan biaya pelayanan
kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan. Selain itu,
mereka juga bertanggungjawab terhadap pemantauan kesehatan umum
dan kemungkinan penyebaran penyakit menular tertentu.
Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihak-pihak
penyedia layanan kesehatan termasuk pemerintah untuk mencapai hal
tersebut di atas. E-Health akan memberikan kesempatan kepada semua
pihak untuk melakukan kolaborasi, pengumpulan dan analisa data
kesehatan yang melampaui batasan fisik dan waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu
pemerintah mengembangkan program yang membantu dokter, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik,
mengambil data rekam medis pasien kapan dan dimana diperlukan, dan
melakukan kolaborasi dengan memberi layanan jasa kesehatan lainnya
secara real time melalui internet. Layanan kesehatan seperti ini akan
memberikan banyak sekali penghematan dari sisi biaya dokumen dan

administrasi layanan dan memberikan keuntungan pemberian keputusan


layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.
Pemberi layanan jasa kesehatan, seperti dokter dan rumah sakit,
juga dapat mengembangkan layanan jasa kesehatan berbasis internet.
Program Dokter Keluarga yang tengah diperkenalkan oleh Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) misalnya; berupaya untuk mengembangkan konsep
dokter sebagai pengelola data kesehatan masyarakat. Tujuan program
dokter keluarga adalah memberikan peranan lebih besar kepada dokter
untuk menjaga kesehatan masyarakat, ketimbang untuk mengobati.
Dengan memanfaatkan basis data kesehatan masyarakat yang
dilayaninya, seorang dokter keluarga dapat menentukan program
kesehatan apa yang paling tepat untuk masyakarat tersebut. Karena
dengan melakukan analisa data kesehatan masyakarat, dapat diketahui
pola dan kecenderungan penyakit yang mungkin terjadi dan dapat
dilakukan analisa sebab dan akibat. Untuk itulah dalam program dokter
keluarga, komputer dikatakan sebagai stetoskop kedua para dokter.
Data kesehatan masyarakat dalam kelompok-kelompok kecil dapat
dikumpulkan dan dianalisa menjadi data kesehatan masyarakat yang
lebih luas untuk mencerminkan pola kesehatan secara regional maupun
nasional.
Peranan komputer dalam mengelola dan melakukan pertukaran
data kesehatan melalui internet menjadi sangat vital dalam
menyelenggarakan e-Health. Karena data kesehatan tidak hanya berupa
teks, bahkan bisa merupakan data gambar, suara, dan multimedia lainnya.
Diperlukan komputer yang memiliki kemampuan proses yang tinggi
untuk dapat mengolah data yang ada menjadi informasi yang berharga
bagi suatu keputusan layanan kesehatan. Komputer dengan multi-inti dan
ukuran cache yang besar, seperti yang berbasis pada prosesor Intel Core 2
Duo adalah antara lain yang disarankan sebagai komputer bagi penyedia
jasa layanan kesehatan.
Pertukaran jasa layanan kesehatan melalui internet juga harus
didukung oleh infrastruktur komunikasi pita lebar. Sekali lagi alasannya
karena data yang dipertukarkan tidak hanya berupa teks, tetapi berupa
data multimedia.
Pada akhirnya, pelayanan jasa kesehatan dengan TIK, atau e-Health
memerlukan komitmen dari penyelenggara jasa kesehatan untuk
melakukan modernisasi dari perangkat dan infrastruktur yang
digunakannya. Dalam tahapan awal, memang hal tersebut akan
merupakan investasi dari sisi biaya, namun dalam tahapan berkelanjutan,
penerapan e-Health akan memberikan keuntungan dari penghematan
biaya-biaya.
2. Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral pelayanan
kesehatan yang professional. Pelayanan keperawatan berperan
penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan secara umum. Sebagai bentuk konsekwensi pelayanan


professional, pemberian pelayanan keperawatan yang dilakukan
melalui proses asuhan keperawatan harus memiliki akuntabilitas
sebagai wujud pertanggungjawaban terhadap profesi.
Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan suatu
upaya untuk menegakkan akuntabilitas profesi perawat, yang secara
umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Namun hingga saat ini pendokumentasian asuhan keperawatan
memiliki masalah yang cukup komplek, sehingga dibutuhkan
berbagai strategi dan upaya pemecahan masalah pendokumentasian
yang relevan dengan situasi pelayanan keperawatan di Indonesia.
Salah satu fasilitas yang memberikan pelayanan keperawatan
adalah puskesmas. Pelayanan keperawatan puskesmas memiliki
sasaran individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dalam
bentuk kegiatan yang salah satunya dilakukan di dalam dan di luar
gedung berupa kunjungan rumah.
Sampai saat ini pendokumentasian dan pelaporan asuhan
keperawatan di puskesmas belum berjalan dengan optimal, padahal
kegiatan pelayanan keperawatan mungkin saja telah dilakukan secara
adekuat di puskesmas, namun kegiatan keperawatan yang telah
dilakukan tidak dapat memberikan konntribusi informasi yang
optimal terhadap sistem kesehatan yang ada, termasuk pembuat
kebijakan.
Pemerintah telah melakukan beberapa strategi untuk
meningkatan efisiensi sistem informasi kesehatan di tingkat
puskesmas yang salah satunya berupa pembentukan Sistem
Informasi Puskesmas atau dikenal dengan SIMPUS. SIMPUS adalah
salah satu bentuk inovasi sistem pencatatan dan pelaporan berbasis
komputer. Namun, secara mendasar SIMPUS yang dikembangkan
belum merangkum pendokumentasian asuhan keperawatan terutama
kegiatan asuhan keperawatan di luar gedung atau dikenal dengan
kunjungan rumah.
Pendokumentasian yang berkembang saat ini ternyata belum
dapat mengintegrasikan data dan informasi dari kegiatan pelayanan
kunjungan rumah secara real time. Kegiatan kunjungan rumah yang
telah dilakukan saat ini belum memberikan gambaran secara nyata
tetang aktifitias/pelayanan keperawatan apa saja yang telah
dilakukan perawat dan bagaimana dampaknya terhadap status
kesehatan klien. Kondisi ini juga dapat berimplikasi pada lemahnya

upaya monitoring dan evaluasi kegiatan dan pada tahap lanjut tidak
dapat memberikan informasi yang dapat mendukung keputusan
terhadap kegiatan kunjungan rumah.
Kondisi tersebut di atas, tentunya berhubungan dengan
berbagai faktor mulai dari kebijakan yang yang belum menekankan
pada utilisasi sistem informasi keperawatan berbasis komputer,
sumber daya keperawatan yang belum kompeten di bidang teknologi
informasi (IT) serta dibutuhkannya investasi pembiayaan yang relatif
besar.
Dari beberapa survey di negara maju menyatakan bahwa
kehadiran pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputer
secara umum dapat memberikan peningkatan efisiensi pembiayaan
operasional pelaporan, peningkatan kecepatan pelaporan, dan
ketepatan dalam pembuatan keputusan. Namun di pihak lain
pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis komputer dapat
memberikan
beban
yang
baru
bagi
perawat
akibat
ketidakkompetenan perawat dalam mengakses dan menggunakan
sistem teknologi informasi yang ada.
Di Indonesia perkembangan sistem informasi keperawatan
masih sangat terbatas. Keterlibatan perawat dalam mengembangkan
sistem informasi mungkin dapat membantu mengidentifikasi
berbagai aktifitas asuhan keperawatan melalui kunjungan rumah
yang dapat dikembangkan melalui pendokumentasian berbasis
komputerisasi.
Upaya ini telah dilakukan di beberapa negara dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di luar gedung.
Melalui pelaporan yang cepat dan tepat diharapkan dapat
memberikan informasi evidence based tentang proses pelayanan
kunjungan rumah yang telah dilakukan perawat.
Kondisi-kondisi di atas memberikan suatu pemikiran tentang
suatu inovasi pendokumentasian aktifias kunjungan rumah berbasis
teknologi. Tentunya pengembangan sistem pendokumentasian yang
dilakukan harus dapat disesuaikan dengan karakteristik pengguna
agar utilitas pengembangan sistem dapat memebrikan daya guna
pada pengingkatan kualitas pelayanan keperawatan dan kesehatan.
3. Peran teknologi informasi untuk mendukung manajemen informasi kesehatan
di rumah sakit

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah


merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia
kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat informationintensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian
besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai
organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi
informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif
maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk
teknologi informasi. Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa
teknologi informasi merupakan salah satu tool penting dalam
peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus
informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah
bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000
artikel terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter
akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk
mengudapte perkembangan terbaru. Selain memiliki potensi dalam
memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari caracara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga
memungkinkan data kesehatan di-share secara mudah dan cepat.
Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang
sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan
kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif
terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila
manajemen informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan
perhatian istimewa. Artikel ini secara khusus akan membahas
perkembangan teknologi informasi untuk mendukung manajemen
rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai
dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam
medis.
B. Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen
informasi kesehatan
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi
dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur.
Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch
screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader,
maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat
keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam
bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer.
Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai

CPU (central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras


ini berfungsi untuk mengolah serta mengelola sistem komputer
dengan dikendalikan oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat
juga perangkat keras penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard
disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat keras berikutnya
adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer
kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun
bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi
(misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola
hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta
mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di
komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah program praktis yang
digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti
menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola
database dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility
yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu
seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan
komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu
(misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area
Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu
kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network
(WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi
seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi informasi dan
komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan
sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi
(baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh
diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun
output), perangkat lunak serta infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki
potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi
manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh penting yang akan
diulas adalah (1)rekam medis berbasis komputer, (2) teknologi
penyimpan portabel seperti smart card,(3) teknologi nirkabel dan (4)
komputer genggam.
B.1. Rekam medis berbasis komputer (Computer based patient
record)
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi
dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis medis
berbasis komputer. Dalam laporan resminya, Intitute of Medicine
mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit bukti yang menunjukkan
keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh,
komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit
lainnya.

Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan


tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat
semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen
pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan
menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil
pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll),
konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis.
Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai
dengan fasilitas sistem pendukung keputusan (SPK) yang
memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun
terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
Gambar 1. Alert tentang permintaan lab yang berlebihan dalam
salah satu model aplikasi rekam medis berbasis komputer
B.2. Teknologi penyimpan data portable
Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang
menggunakan pendekatan rujukan (referral system) adalah continuity
of care. Dalam konsep ini, pelayanan kesehatan di tingkat primer
memiliki tingkat konektivitas yang tinggi dengan tingkat rujukan di
atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi data medis
secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang dilakukan
menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card
(kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara).
Smart card sudah digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS
sehingga memudahkan pasien, dokter maupun pihak asuransi
kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data demografis,
beberapa data diagnosisi terakhir juga akan tercatat. Teknologi
penyimpan portabel lainnya adalah model web based electronic health
record yang memungkinkan pasien menyimpan data sementara
kesehatan mereka di Internet. Data tersebut kemudian dapat diakses
oleh dokter atau rumah sakit setelah diotorisasi oleh pasien. Teknologi
ini merupakan salah satu model aplikasi telemedicine yang tidak
berjalan secara real time.
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code
(atau kode batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di
kalangan industri sebagai penanda unik merek datang tertentu. Hal ini
jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen
retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah
mew
ajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode
sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat
bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat
proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan
sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah
RFID
(radio
frequency
identifier)
yang
memungkinkan
pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika
menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode

reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat


tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis)
yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke
dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan
secara otomatis.
B. 3. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya
sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977,
University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital
mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan
pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di
nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel
koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena
pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat
mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter dapat
selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.
B. 4. Komputer genggam (Personal Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal
yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh
persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA.
PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien,
informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu.
Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang
dapta digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang
sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap
dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumahs akit melalui
jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine
adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan
secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat
memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan
feedback kepada rumah sakit.
C. Apa faktor keberhasilan penerapan rekam medis berbasis
komputer?
Memang, hingga saat ini tidak ada satu rumah sakit di dunia
yang dapat menerapkan konsep rekam medis elektronik yang ideal.
Namun demikian, beberapa penelitian melaporkan karakteristik dan
pengalaman rumah sakit dalam menerapkan rekam medis elektronik.
Doolan, Bates dan James mempublikasikan suatu studi tentang
keberhasilan penerapan 5 rumah sakit utama di AS yang menerapkan
rekam medis berbasis komputer dan mendapatkan penghargaan
Computer-Based Patient Record Institute Davies Award. Kelimanya
adalah :
1. LDS Hospital, Salt Lake City (LDSH) pada 1995
2. Wishard Memorial Hospital, Indianapolis (WMH) tahun 1997
3. Brigham and Womens Hospital, Boston (BWH) tahun 1996

4. Queens Medical Center, Honolulu (QMC) in1999


5. Veterans Affairs Puget Sound Healthcare System, Seattle and
Tacoma (VAPS) tahun 2000
Kelima rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan
dengan jumlah tempat tidur bervariasi (dari 246-712 TT). Berdasarkan
kepemilikan, 3 diantaranya merupakan rumah sakit swasta non profit
(no 1, 3 dan 4), 1 merupakan rumah sakit daerah (nomer 2) dan 1
rumah sakit tentara (nomer 5).
Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung
pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai
hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar
(seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke
neurologi sudah tersedia dalam format elektronik. Disamping itu,
catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat
juga telah dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam
bentuk teks bebas atau terkode) maupun menggunakan dictation
system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan
mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan
elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan
untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis,
pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol
klinik. Dengan kelengkapan fasilitas elektronik, dokter secara rutin
menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis
serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti
kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk
mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan
visit. Di bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf
administratif terlebih dahulu.
Meskipun menggunakan pendekatan, jenis aplikasi serta
pengalaman yang berbeda-beda, namun secara umum ada kesamaan
faktor yang faktor yang menentukan keberhasilan mereka dalam
menerapkan rekam medis berbasis komputer, yaitu:
Leadership, komitmen dan visi organisasi
Leadership dari pimpinan rumah sakit merupakan faktor
terpenting. Hal ini ditandai dengan komitmen jangka panjang serta
visi sangat jelas. Seringkali klinisi senior yang menjadi leader dalam
komputerisasi dan menjalin kerjasama dengan ahli informatika.
Selanjutnya komitmen tersebut direalisasikan secara finansial maupun
sumber daya manusia.
Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan
pasien.
Kunci keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan
investasi untuk memperbaiki dan meningkatkan proses klinis dan
pelayanan pasien. Saat ini, seiring dengan isyu medical error dan
patient safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi semakin
dominan.
Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem.

Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik


formal maupun non formal untuk melibatkan dokter dan dalam
perancangan dan modifikasi sistem. Dokter, perawat maupun tenaga
kesehatan lain yang memiliki pengalaman informatik dilibatkan
sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi. Hal ini
terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung
keputusan klinis. Salah satu manajer IT mengatakan bahwa We had
over 530 people involved, and doctors hired to help us design screens
and everything. The doctors were very much part of the effort.
Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis
Meskipun diakui bahwa penggunaan komputer menambah
beban bagi dokter, tetapi rumah sakit menyediakan fasilitas yang
sangat mendukung. Jaringan nir kabel disediakan agar dokter tetap
dapat mengakses data secara mobile. Demikian juga, fasilitas Internet
memungkinkan mereka memantau perkembangan pasien dari rumah.
Komputer juga tersedia secara merata, untuk rawat jalan perbandingan
tempat tidur dengan komputer antara 1:3-5, bahkan di LDS 1:1.
Sedangkan di unit rawat jalan 1 ruang 1 komputer.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu dokter mengatakan bahwa ..We demonstrated and
talked about it and evangelized the clinical staff that this was
something good, something sexy, high tech and innovative and it was
going to be expected to be utilized. Karena kesemuanya adalah
rumah sakit pendidikan, setiap residen diharuskan menggunakan
komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi,
memelihara momentum agar dokter dapat menggunakan komputer
secara langsung bervariasi, dari 3 tahunan hingga satu dekade.
Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa penerapan IT untuk
rekam medis merupakan effort yang luar biasa yang tercermin mulai
dari leadership pimpinan, komitmen finansial dan SDM, tujuan
organisasi, proses perancangan yang melelahkan, networking antara
tenaga medis, non medis dan informatik hingga menjaga momentum.
D. Hambatan dan kendala
Namun demiki
an, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam
penerapan teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah
sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi
transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis)
problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika
sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain,
persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman
tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi
lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan
pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu
kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa
disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI
hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai lebihnya. Yang

terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,


konfidensialitas dan privacy data medis.
E. Menerapkan aplikasi
Bagaimana memilih dan menerapkan aplikasi teknologi
informasi untuk manajemen kesehatan di rumah sakit?
Ini merupakan pertanyaan krusial yang harus dijawab. Melihat
pada pengalaman di atas, kita harus mengembalikan kepada
komitmen, visi dan leadership dari organisasi. Apakah ini hanya
karena ikut-ikutan atau memang sudah tertuang dalam rencana
stratejik rumah sakit? Selain itu, bagaimana implikasi biaya dan
sumber daya manusia? Bagaimana menjalin kerjasama antar berbagai
komponen di rumah sakit, baik tenaga medis maupun non medis?
Jika pertanyaan tersebut sudah dijawab, kita dapat memilih
aplikasi yang sesuai dengan kemampuan organisasi. Langkah yang
paling penting adalah pengembangan sistem informasi transaksional
(data administratif dan klinis sederhana). Selanjutnya, pengembangan
level kedua, yaitu sistem informasi manajemen dan sistem sistem
informasi eksekutif(sistem pendukung keputusan) dapat dilakukan
kemudian. Aplikasi SMS sebagai reminder bagi ibu hamil untuk
memeriksakan secara tepat waktu juga meruapakan salah satu model
SPK bagi pasien. Demikian juga model serupa agar jadwal imunisasi
bagi balita tidak terlambat. Investasi yang diperlukan cukup dengan
komputer yang telah diisi dengan database klinik pasien, nomer HP
serta rule mengenai penjadwalan imunisasi. Penerapan jaringan
wireless saat ini juga bukan investasi yang mahal. Dan masih seabreg
inovasi lain yang dapat dikembangkan.
Dari konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat
dikatakan bahwa pelbagai aplikasi sangat potensial sekali diterapkan
di dunia medis. Akan tetapi kita harus memperhatikan bahwa hingga
saat ini secara kultural, dunia medis, termasuk yang sudah
menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih sebagian besar
transaksi informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga
tidak salah bila ada yang mengatakan bahwa keberhasilan sistem
informasi di rumah sakit 90% merupakan masalah sosial kultural dan
hanya 10% saja yang merupakan masalah informatika.
F. Penutup: refleksi bagi komunitas rekam medis
Mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang cukup pesat, komunitas rekam medis perlu
memahami berbagai konsep serta aplikasi medical informatics
(informatika kedokteran). Informatika kedokteran (kadang disebut
juga informatika kesehatan) adalah disiplin yang terlibat erat dengan
komputer dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan
kedokteran dikenal sebagai informatika kedokteran (medical
informatics). Dalam pengertian yang lebih rinci, Shortliffe
mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: Disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan
penyimpanan, penarikan dan penggunaan data, informasi, serta

pengetahuan (knowledge) biomedik secara optimal untuk tujuan


problem solving dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
informatika kedokteran bersentuhan dengan semua ilmu dasar dan
terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi
informasi modern, yaitu komputer dan komunikasi. Kehadiran
informatika kedokteran sebagai disiplin baru yang terutama
disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan
komputer, menimbulkan kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran
secara esensial tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh
metode berbasis kertas (paper-based methods).. Lingkup kajian
informatika kedokteran meliputi teori dan terapan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan disiplin
ilmu tersendiri.
Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam
medik elektronik, sistem pendukung keputusan medik, sistem
penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan
intranet untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan sistem
informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet.
Dengan demikian, komunitas rekam medis akan memiliki wawasan
yang luas mengenai prospek teknologi informasi serta mampu
menjembatani klinisi (pengguna dan penyedia utama informasi
kesehatan) dengan para ahli komputer (informatika) yang bertujuan
merancang desain aplikasi dan sistem agar dapat menghasilkan produk
aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah sakit yang lebih
efektif dan efisien.
sistm informasi keperawatan berbasis kompter.
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi
besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan
mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang
dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E.
1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti
akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar
maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung
jawabkan
Sistem informasi keperawatan
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat
mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga
apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak
bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan
kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini
sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan,

salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang


cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di
Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat
khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan
keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan
penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari
mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting
adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun
pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih
bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem
/perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya
kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat
untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah
satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang
sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia
internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di
masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah
dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat,
dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia
adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang
tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus
berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai
kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan
menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan
memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat
berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan
media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless
Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya
menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan
PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian
muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti
yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm
Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm

menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa


perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya .
Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang
banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9)
Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba
klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan datang,
pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal
digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat,
bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir. Aplikasi klinis yang banyak digunakan
selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat
ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan
untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses
rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat
medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula
diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth
ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel
kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien
atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk
tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan
komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan
kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana
saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat
dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan
perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus;
perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table,
mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat
mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan
dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan
daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA
sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan;
meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila
pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan
tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran
tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA
dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang
berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah
selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan
penekanan
penting
dalam
kurikulumnya,
untuk
mulai
mengaplikasikan touch over tech (sentuhan tehnologi dalam
bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus,
mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat,
dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta

kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien,


dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar
perawat secara umum masih gaptek tehnologi, termasuk PDA. Kita
bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk
dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter,
membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan
dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah
mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer,
mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang
kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan
keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar
mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing
computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan
lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan
AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam
interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference
pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat
obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa
dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat
Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun
demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu
bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap
kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan
teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang
ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset
keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan
penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan
tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan
online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan
program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan
keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan
perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan
dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak
berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di
ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang
dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data
base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat
pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer
menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada
saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi
beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan
keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan
Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar

negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor


penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan
teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat
pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya
sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di
klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi
perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih
mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam
memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan
dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program
tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat
sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan
keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi
format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru,
merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer.
Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu
diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan
keperawatan)
4. Pemanfaatan teknologi informasi pada riset keperwatan
5. Sistem informasi keperawtan berbasis komputer.
Isi dari materi di atas dapat diperoleh melalu searching di google.

Anda mungkin juga menyukai