Anda di halaman 1dari 11

Hubungan antara Onset Menarche dengan Obesitas Pada Remaja Putri

Kurnia Ayu Nurasis K 1, Ikhlas M. Jenie 2


1

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen Fisiologi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI
Latar belakang: Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan biologis. Pada perempuan, indikasi klinis
bahwa seorang remaja telah mencapai fase ini adalah dengan munculnya menstruasi pertama
(menarke). Pasca menarke, pertumbuhan lemak anak perempuan tumbuh pesat, mulai 15% pada
masa pra-remaja menjadi 22% pada masa remaja. Penambahan lemak pada masa remaja dapat
mempengaruhi timbulnya obesitas. Timbul pertanyaan apakah usia terjadinya (onset) menarke
mempengaruhi timbulnya obesitas, berdasar parameter indeks masa tubuh (IMT), panjang
lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul pada remaja putri.
Metode penelitian: Penelitian ini mengkaji hubungan antara usia onset menarke dengan
timbulnya obesitas, berdasar parameter panjang lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang dan
lingkar pinggul pada 60 subyek remaja putri. Rancangan penelitian ini menggunakan desain
observasional retrospektif. Parameter obesitas diperoleh dengan melakukan pengukuran pada
subyek dan data usia onset menarke diperoleh dari pengisian kuesioner.
Hasil Analisis: Uji chi-square menunjukan nilai signifikansi antara onset menarke dengan indeks
masa tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul, berturutturut sebesar 0,020; 0,014; dan 0,036 (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara usia onset menarke dengan parameter obesitas,
seperti IMT, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul pada remaja putri.
Kata Kunci: menarche, IMT, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul

Relation between the Onset of Menarche with Obesty in Female Adolescent

Kurnia Ayu Nurasis K 1, Ikhlas M. Jenie 2


1

Medical Student of Yogyakarta Muhammadiyah University


Department of Physiologi, Medical & Health Science Faculty,
Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Adolescents is a phase of growth which marked by the rapid shifting in physical,
mental, emotional, social, and biological aspect. On women, the clinical indication that a
teenager has biologically reached this phase is the menarche. Having after menarche, lipid
grown on girl rapidly, starting by 15% in pre-adolescents to be 22% at this phase. The extra fat
on the body (obesity) could influence the Body Mass Index, waist circumference and waist-hip
ratio. Which made a question is there a relation between onset menarche, obesity, waist
circumference and waist-hip ratio on girl?
Methods: This research looking for the relation between BMI, waist circumference and waist-hip
ratio with onset of menarche, involving 60 participants. This research plan is using cross
sectional research methods, and the data was found from examination and questionnaire.
Results: Analysis of chi square test showed that there is a significant relation between BMI,
waist circumference, and waist-hip ratio with onset of menarche, with p value are 0,020; 0,014
and 0,036 (p<0,05).
Conclusions: These result showed that there is a significant relation between BMI, waist
circumference, and waist-hip ratio with onset of menarche
Key Word: BMI, waist circumference, waist-hip ratio, menarche

Pendahuluan
Masa remaja atau masa adolescence adalah suatu fase perkembangan yang dinamis
dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan
berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan1.
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosial, masa remaja adalah suatu fenomena fisik
yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja
dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada
kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi percepatan pertumbuhan (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas, dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok1.
Pada perempuan, salah satu tanda dari perkembangan kemampuan reproduksi adalah
dengan munculnya menstruasi pertama (menarke). Menarke adalah pembentukan atau permulaan
menstruasi, sedangkan menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa
melalui vagina dari uterus yang tidak hamil; dibawah kendali hormonal dan berulang secara
normal, biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode
reproduktif (pubertas sampai menopause) pada wanita dan beberapa spesies primata2.
Selama masa remaja, ovarium yang semula pasif mulai berfungsi di bawah pengaruh
releasing factor dari hipotalamus. Dalam ovarium folikel mulai tumbuh dan walaupun folikelfolikel ini tidak sampai menjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikelfolikel tersebut sudah sangup mengeluarkan estrogen. Di dalam tubuh, estrogen mempunyai
banyak fungsi, salah satunya adalah efek anabolic dan peningkatan jumlah deposit lemak. Pada
masa pra-remaja, komposisi lemak tubuh pada anak perempuan adalah 19%, sedangkan pada
masa remaja pertumbuhan lemak anak perempuan tumbuh pesat menjadi 22 %. Sehingga muncul
permasalahan, apakah terdapat hubungan antara onset menarche dengan obesitas pada remaja
putri.

Metode Penelitian
Untuk mengetahui hubungan onset menarke dengan obesitas pada remaja putri, dilakukan
penelitian analitik observasional, yang menggunakan rancangan retrospektif. Penelitian
dilakukan pada September 2009 dengan subyek penelitian adalah siswi kelas satu dan dua SMP
dengan kriteria inklusi, yaitu usia 10-13 tahun, sehat jasmani, dan bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini adalah siswi yang mempunyai penyakit kronis.
Instrument yang digunakan antara lain timbangan berat badan, microise untuk mengukur
tinggi badan, dan pita meteran untuk mengukur lingkar pinggang dan lingkar panggul subyek.
Data mengenai menarke dan siklus menstruasi didapatkan melalui pengisian kuesioner.
Kuesioner disusun secara sistematis dan berisi pertanyaan-pertanyaan meliputi identitas subyek,
riwayat menarke dan riwayat penyakit. Setelah pengumpulan data, data di analisis dengan
menggunakan uji chi-square.

Hasil
Subyek dalam penelitian ini adalah siswi SMP 1 Bantul dan SMP 2 Bantul yang berusia
10-13 tahun pada saat penelitian. Distribusi usia subyek dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Dari

Usia
10
11
12
13
Total

Tabel 1
Distribusi usia subyek
Frekuensi
%
1
1,7
3
5
25
41,7
31
51,7
60
100

Rerata (tahun)
12,43

tabel 1 di atas

diketahui bahwa subyek terbanyak berusia 13 tahun, sebesar 31%. Subyek rata-rata berusia
12,43 tahun.
Seluruh subyek dilakukan pengukuran antropometri berupa berat badan dan tinggi badan.
Hasil yang diperoleh dari pengambilan data antropometri tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2
Data ukuran BB, TB dan IMT subyek
Parameter
Minimum
Maximum
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
IMT (kg/m2)

35
130
18,51

85
161
34,92

Mean
55,4 9,9
146,5 7,8
26,1 5,2

Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa berat badan minimum dalam penelitian
adalah 35 kg dan berat badan maximum adalah 85 kg. Tinggi badan minimum adalah 130cm
dan tinggi badan maximum adalah 161 cm. Sedangkan untuk BMI, BMI minimum adalah
18,51 kg/m2 dan BMI maximum adalah 34,92 kg/m2.
Jumlah subyek yang diteliti adalah 60 siswi SMP. Distribusi usia menarche subyek pada
penelitian ini dapat dilihat dari tabel 3.

Usia menarke
9
10
11
12
13
Total

Tabel 3
Distribusi usia menarche
Frekuensi
%
Rerata (tahun)
1
1,7
10
16,7
23
38,3
11,42
15
25
11
18,3
60
100

Median (tahun)

11

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa responden terbanyak mengalami menarke


pada usia 11 tahun dengan prosentase sebesar 38,3%. Rata-rata menarke terjadi pada usia
11,42 tahun.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel, digunakan tabel 2 x 2 untuk dianalisis


dengan Chi square.
Tabel 4
Tabel 2x2 antara onset menarke dengan IMT
IMT
Total
obesitas normal

OR

Onset
menarke
Total

< 11 tahun
> atau = 11 tahun

9
21
30

2
28
30

11
49
60

0,020

Dari tabel 4 di atas, terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas melalui parameter
IMT dengan onset menarke (p=0,02). Nilai signifikansi untuk variable IMT adalah sebesar 0,02
(p<0,05), hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan onset menarke.

onset
menarke

Tabel 5
Tabel 2x2 antara onset menarke dengan lingkar pinggang
Lingkar pinggang
Total
P
<0,8
> atau = 0,8
< 11 tahun
2
9
11
0,014
> atau = 11 tahun
29
20
49
Total
31
29
60

OR
0,153

Dari tabel 5 di atas, terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas melalui parameter
lingkar pinggang dengan onset menarke (p=0,014). Nilai signifikansi untuk variable lingkar
pinggang adalah sebesar 0,014 (p<0,05), hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
lingkar pinggang dengan onset menarke.

onset
menarke

Tabel 6
Tabel 2x2 antara onset menarke dengan
rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul
Rasio lingkar pinggang
dengan lingkar pinggul
Total
<0,8
> atau = 0,8
< 11 tahun
1
10
11
> atau = 11 tahun
21
28
49
Total
22
38
60

OR

0,036

0,133

Dari tabel 6 di atas, terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan onset
menarke melalui parameter rasio antara lingkar pinggang dan lingkar pinggul (p=0,02). Nilai
signifikansi untuk variable rasio antara lingkar pinggang dan lingkar pinggul adalah sebesar
0,036 (p<0,05), hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara onset menarke dengan
rasio antara lingkar pinggang dan lingkar pinggul.

Diskusi
Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan onset menarke pada remaja putri. Penyebab obesitas secara faktual adalah
asupan energi yang melebihi kebutuhan atau pemakaian energi yang kurang. Faktor-faktor
penyebab obesitas sangat multidimensional. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yakni faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah
faktor yang berasal dari berbagai variabel baik yang bersifat herediter maupun yang bersifat non
herediter. Variabel yang bersifat herediter (internal factor) merupakan vaiabel yang berasal dari
faktor keturunan. Sedangkan variable non herediter (eksternal variable) yakni faktor yang
berasal dari luar individu, seperti jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang
dilakukan individu. Faktor ekternal merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada peningkatan
obesitas di kalangan praremaja khususnya. Obesitas selalu mengikuti perkembangan umur, 50%
obesitas pada masa anak akan berlanjut pada masa praremaja, remaja, dan 70% menjadi
penyebab obesitas pada masa dewasa3.
Sedangkan faktor psikologis penyebab terjadinya obesitas, ialah bagaimana gambaran
kondisi emosional yang tidak stabil (unstabil emotional) yang menyebabkan individu cenderung
untuk melakukan pelarian diri (self defence mechanism) dengan cara banyak makan makanan
yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi. Kondisi emosi ini biasanya bersifat ekstrim,
artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dasyat dan traumatis3.
Peningkatan angka obesitas pada saat ini lebih banyak disebabkan faktor ekternal
dibanding faktor internal. Pola hidup pasif dan pola makanan yang tinggi lemak, rendah serat,
memungkinkan sebagai pemicu peningkatan prevalensi obesitas. Walaupun faktor penyebab
obesitas sangat multidemensi, namun perilaku makan kemungkinan sebagai pemicu obesitas
sampai saat ini belum mendapat perhatian, khususnya dikalangan remaja4.
Pubertas yang terjadi pada masa remaja akan menimbulkan banyak kejadian penting,
misalnya pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan
perubahan psikis. Penyebab dari timbulnya pubertas adalah mulai berfungsinya ovarium di
bawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis, dan hormone ini dikeluarkan atas pengaruh
releasing factor dari hipotalamus. Dalam ovarium, folikel-folikel mulai mengeluarkan hormone
estrogen5.

Estrogen merupakan family hormone yang disintesis di berbagai jaringan. 17-estradiol


merupakan hormone estrogen primer yang asalnya dari ovarium. Estrogen dibentuk melalui
reaksi aromatisasi androgen dalam suatu proses yang kompleks dan melibatkan tiga tahap
hidroksilasi yang masing-masing memerlukan O2 dan NADPH. Aktivitas enzim aromatase
terdapat di sel adipose dan juga di sel hati, kulit serta jaringan lainnya. Penigkatan aktifitas
enzim ini turut menimbulkan estrogenisasi yang menjadi cirri khas penyakit sepeti sirosis
hepatis, hipertiroid, penuaan dan obesitas6.
Penelitian yang dilakukan oleh Pederson et al. (2004)7, tentang efek estradiol secara in
vivo dan in vitro pada metabolism jaringan adipose menunjukan bahwa estradiol secara langsung
dapat menaikkan jumlah reseptor antilipolisis 2A-adrenergik di adiposit subkutan. Tetapi kadar
estradiol tidak berpengaruh pada ekspresi mRNA dari reseptor 2A-adrenergik yang berasal dari
lemak intraabdomen. Di dalam adipositus visceral, epinefrin mempunyai peran yang penting
pada aktifitas lipolisis. Penemuan bahwa estradiol tidak berefek pada reseptor 2A-adrenergik di
intraabdomen tapi meningkatkan reseptor adiposit subkutan mungkin bisa menjelaskan
bagaimana estradiol dapat menjaga distribusi lemak pada wanita.
Estradiol tidak hanya menyebabkan peningkatan jumlah deposit lemak dalam jaringan
subkutan, tetapi juga pada payudara, bokong dan paha yang merupakan karakteristik dari sosok
seorang wanita8. Pada remaja puber, distribusi lemak atau masa lemak tubuh mempunyai
hubungan dengan profil hormone di dalam plasma. Masa lemak tidak berhubungan dengan
konsentrasi sex steroid plasma atau gonadotropin. Tetapi, masa lemak tubuh mempunyai
hubungan dengan bagian dari hormone testosterone yang tidak terhubung dengan globulin
pengikat hormone dan dianggap sebagai bagian yang dapat digunakan untuk aktifitas biologis.
Wanita dengan distribusi lemak dominan di panggul, mempunyai level steroid sex dan
gonadotropin yang paling tinggi. Distribusi lemak ini tampaknya merupakan hasil dari aktifitas
ovarium. Wanita dengan distribusi lemak dominan di perut menunjukan kenaikan jumlah
estradiol total dan penurunan rasio androgen/estrogen dalam plasma, yang memungkinkan
terjadinya aromatisasi dalam jaringan lemak abdomen9.
Biosintesis estrogen melalui aromatiasi androgen terutama terjadi di jaringan endokrin,
yaitu sejumlah besar di ovarium dan sejumlah kecil di korteks adrenal. Namun tedapat pula
aktifitas aromatisasi di jaringan non-endokrin yaitu di jaringan adipose, hati, fibroblast (kulit)
dansel-sel kelenjar payudara. Kadar enzim aromatase untuk mengaromatisasi androgen menjadi
estrogen di jaringan lemak sangat tinggi10. Sehingga memungkinkan semakin tebal lemak, lebih

banyak terjadi aromatisasi androgen menjadi estrogen. Peningkatan cepat kadar estrogen dapat
menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus untuk mensekresikan GnRH sehingga
terjadi sentakan peninggian LH (LH surge). Keadaan ini akan menginduksi menarche 11. Hasil
studi yang dilakukan oleh Lassek dan Gaulin et al. (2007)12, menunjukan bahwa jika seorang
perempuan memiliki lemak gluteofemoral relative lebih banyak, akan memproduksi leptin lebih
banyak pula. Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi pulsatil GnRh dan memicu menarche.
Nilai signifikansi untuk variable IMT adalah sebesar 0,02 (p<0,05), hal ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan onset menarche. Nilai odds ratio (OR) untuk IMT
adalah sebesar 6, artinya remaja putri dengan onset menarche lebih awal mempunyai resiko
untuk obes (IMT > 30) 6 kali lipat lebih tinggi dibanding remaja putri orang dengan onset
menarche lambat. Nilai signifikansi untuk variable lingkar pinggang adalah sebesar 0,014
(p<0,05), hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan onset
menarche. Nilai odd rationya (OR) adalah sebesar 0,153, artinya orang dengan lingkar pinggang
lebih besar mempunyai resiko untuk obesitas 0,153 kali lipat dibanding orang dengan lingkar
pinggang kecil. Sedangkan nilai signifikansi untuk rasio lingkar pinggang dengan lingkar
panggul adalah sebesar 0,036 (p<0,05), hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara
rasio antara lingkar pinggang dan lingkar panggul dengan onset menarche. Nilai odd rationya
(OR) adalah 0,133, artinya orang dengan rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul besar
mempunyai resiko untuk obesitas 0,133 kali lpat dibanding orang dengan rasio lingkar pinggang
dan lingkar panggul kecil.
Obesitas merupakan salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas sumberdaya
manusia di masa mendatang, yang merupakan perioritas pembangunan nasional. Hal ini karena
obesitas merupakan prediktor dari beberapa penyakit degeneratif diantaranya penyakit diabetes
mellitus tipe I, hiperlipidemia, hipertensi, terjadinya kanker dan gangguan sendi 13, radang sendi,
asam urat. Pada wanita, beresiko terhadap ganguan mentruasi dan meningkatnya prevalensi
kanker yang sensitif terhadap hormon wanita. Kerentanan penyakit pada obesitas disebabkan
oleh karena sel-sel lemak tidak hanya penyimpan energi tetapi juga berperan sebagai organ
endokrin yang aktif. Sampai saat ini terdapat 14 hormon dan memiliki sifat bervariasi,
diantaranya adalah estrogen dan adiponektin yang melindungi darah arteri, terdapat juga TNF

alfa yang dapat menyebabkan hormon insulin tidak peka, sehingga beberapa penyakit
mengancam penderita obesitas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara onset menarke dengan indeks masa tubuh
pada remaja putri
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara onset menarke dengan lingkar pinggang
remaja putri
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara onset menarke dengan rasio antara lingkar
pinggang dan lingkar pinggul remaja putri
Daftar Pustaka
1. Moersintowati, dkk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi pertama.
Jakarta : Sagung Seto
2. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
3. Wulandari, Tri dan Zulkaida, Anita. 2007. Self Regulated Behavior Pada Remaja Putri
yang Mengalami Obesits. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Gunadarma
4. Merawati, Desiana dan Kinanti, Rias. 2005. Perilaku Makan pada Siswa Obesitas. Jurnal
Iptek Olahraga, Vol 7 No 3, September 2005 : 182-192. Universitas Negeri Malang.
5. Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan edisi kedua cetakan keempat. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Murray, Robert., Granner, Daryl., Mayes, Peter., and Rodwell, Victor., 2003. Biokimia
Harper edisi 25. Jakarta : EGC
7. Pedersen, Steen., Kristensen, Kurt., Hermann, Pernille., Katzenellenbogen, John.,
Richelsen, Bjorn. 2004. Estrogen Controls Lipolysis by Up-Regulating 2A-Adrenergic
Receptors Directly in Human Adipose Tissue through the Estrogen Receptor .
Implications for the Female Fat Distribution. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism Vol. 89, No. 4 1869-1878
8. Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta : EGC
9. Ridder, C.M., et al. 1990. Body Fat Mass, Body Fat Distribution and Plasma Hormones
in Early Puberty in Females. Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism Vol. 70,
No. 4 888-893

10. Zhu, B.T. and Conney, A.H. 1998. REVIEW : Functional role of Estrogen Metabolism in
Target Cells : review and Perspectives. Carcinogenesis 19(1):1-27
11. Jones, D.J. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi edisi keenam. Jakarta :
Hipokrates
12. Lassek, W.D., and Gaulin, S.J. 2007. Menarche Related to fat Distribution. American
Journal of Physical Anthropology. www.interscience.wiley.com
13. Golay, A. and Bobbioni, E. (1997). The Role of dietary Fat in Obesity. Int J Obes Relat
Metab Disord. 1997 Jun;21 Suppl 3:S2-11

Anda mungkin juga menyukai