Anda di halaman 1dari 25

Shindu wahyudia P

Athira Sumawati
Pembimbing : Dr. dr Ardik Lahdimawan Sp.BS

Pendahuluan

Trauma kapitis tetap menjadi penyebab


utama dan terbanyak kasus trauma yang
menyebabkan kematian1

penyebab kematian sebagai akibat trauma


kapitis
disebabkan
oleh
penyebab
sekunder seperti edema serebri difus,
nekrosis dan herniasi2

manajemen terapi cairan yang tidak tepat


dapat menyebabkan
cedera kepala
sekunder

Fisiologis cairan IV
Ket :
TBW : total body
water
ECF : extracelular
fluid
ICF : intra cellular
fluid
IVF : intravascular
Fluid
ISF : interstitial fluid

Kebutuhan Cairan Tubuh

Sejarah pemberian cairan


IV

Pemberian cairan intravena pertama kali dilakukan


pada tahun 1830 pada pasien dengan kolera

Pemberan cairan pada pasien yang akan menjalani


operasi pertama kali dilakukan pada tahun 1880,
dimana pada saat itu diberikan untuk pertama
kalinya cairan salin 0,9%.

Pada perang dunia II, penggunaan produk darah


diperkenalkan sebagai metode resusitasi pada
prajurit yang mengalami perdarahan.

Transportasi cairan antar


kompartemen

Mengikuti postulat Starling :


Qf = Kf [(Pc Pi) R(c i)]
ket :
Qf : kecepatan transportasi cairan antar

kompartemen
Kf : koofesien filtrasi
Pc : tekanan hisdrostatik vaskular
Pi : tekanan hidrostatik interstitial
c : tekanan colloid osmotic dalam vaskular
i : perbedaan gradien tekanan colloid untuk
transportasi transmembran
R : koofesien osmosis

Proses transportasi cairan

difusi
Perpindahan cairan akibat
dorongan tekana hidrostatik dari
tekanan tinggi ke rendah

osmosis
Perpindahan cairan akibat
perbedaan tekanan osmotik, dari
tekanan rendah ke tinggi

Faktor yang mempengaruhi


transportasi lintas membran

Tekanan hidrostatik intravaskular dan


interstitial
Tekanan osmotik intravaskular dan
interstitial
Koofesien osmosis
Koofesien filtrasi
Berat molekul dan ukuran molekul dalam
larutan
Muatan atom ion dalam larutan
Ukuran pori vaskular

Proses transportasi cairan

Transportasi cairan sistemik dari intra ke


ekstravaskular /sebaliknya diatur oleh EGL
(Endotelial Glycocalyx Layer)

Cairan kristaloid dengan indeks osmotik


rendah cendrung dapat melewati EGL
dengan mudah

Cairan koloid dengan indeks osmotik tinggi


dan ukuran partikel besar sulit untuk
melewati membran EGL

Regulasi transport cairan pada


endotel pembuluh darah otak :
BBB

Transport cairan terjadi secara selektif, terjadi sebagai


akibat ukuran pori endotel BBB yang kecil

Transport cairan cenderung terjadi secara osmosis


dibanding difusi

Pada kasus kerusakan BBB ( abses, trauma, tumor,


kejang) proses difusi terjadi bersamaan dengan osmosis
edema cerebri

Pada kasus trauma kapitis dengan perdarahan sistemik :


kerusakan BBB + kehilangan voume plasma ( menurunkan
osmositas cairan intra sel) : mobilisasi cairan ke jaringan
otak edema cerebri

Cairan IV dan mekanisme


terjadinya edema secara umum
Pori EGL pada
pembuluh perifer
memilki diameter
besar

Akumulasi cairan di
interstitial/ruang ke -3
( pleura, perikardium,
cavum abdomen)

Permeabilitas
membran tinggi

Tekanan hidrostatik
tinggi (pada kasus
overload cairan)

Berat molekul dan


diameter dalam
larutan rendah

Perbandingan transportasi
cairan pada pembuluh pereifer
dan BBB

Cairan Intravena

Kristaloid

Koloid

Cairan dapat mengisi intravena


dengan cepat

Tersusun atas bahan alamin


(albumin) dan sintetik (HES)

Cairan dapat berpindah ke


interstitial dengan cepat dan
menyisakan hanya 25% pada IV

Cendrung bertahan didalam IV


akibat ukuran dan berta molekul
yang besar

Tersusun atas cairan hipotonik,


isotonik dan hipertonik

Pemberian cairan hipertonik


disarankan pada trauma kapitis
guna mencegah edema serebri,
cairan hipotonik (D5) tidak
direkomendasikan

Cairan intravena akan


bertambah lebih besar jumlah
volume cairan yang dimasukan
(efek osmosis dari cairan IV
kterhadap interstitial)

Memiliki efek samping terhadap


fungsi hemostasis
meningkatkan resiko
perdarahan ( Dextran)

Nilai isoosmolar = 300 mOsm/l

kristaloid

Koloid

Patomekanisme edema cerebri


Kerusakan BBB

Edema cerebri ICP


naik,

Osmolaritas
meningkat

Kegagalan regulasi
transport
transmemban

Transportasi ion dan


bahan organik
transmembran
meningkat

Managemen terapi cairan pada


pasien trauma kapitis

Pasien dengan trauma kapitis sering diikuti dengan


kerusakan BBB

Mortalitas dan morbiditas terjadi paling akibat karna


cedera sekunder

Anggapan lama : restriksi cairan dapat mencegah


cedera sekunder terbukti minim

Pemberian cairan hipertonik maupun koloid terbukti


meningkatkan perfusi cerebral, tekanan oksigen otak,
dan menurunkan ICP meningkatkan angka harapan
hidup

Fungsi cairan hipertonik


Menjaga cairan
intravaskular
tetap hipertonik

Formasi edema
tidak terbentuk,
ICP turun, CPP
naik

Osmosis dari
ekstra ke intra
vaskular

Osmolaritas
intravaskular >
ekstravaskular

Gradien
osmolaritas
tinggi

Penelitian terkait

Teranishi et.al
perbandingan pemberian koloid dengan cairan
isotonik pada hewan coba dengan trauma kapitis :
didapatkan perfusi serebral dan tekanan oksigen
cerebral berbeda bermakna dibanding isotonik

Eliot et al
membandingkan pemberian salin hipertonik dengan
onset cepat dan lambat post trauma didapatkan
pada onset lambat post trauma angka kerusakan
jaringan parenkim otak jauh lebih besar

kesimpulan

Trauma kapitis memilki angka mortalitas dan


morbiditas yang tinggi

Penyebab mortalitas dan morbiditas yang tinggi


pada pasien trauma kapitis terutama disebabkan
oleh cedera sekunder

Cedera sekunder pada trauma kapitis antara lain


edema cerebri, peningkatan ICP, iskemia dan
nekrosis

Pemberian cairan hipertonik dapat meningkatkan


angka harapan hidup pasien dengan mencegah
terjadinya trauma sekunder

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai