Chapter II s2
Chapter II s2
subtropis. Daun tembakau yang disimpan selama bertahun-tahun dapat menjadi tempat
berkembangnya
serangga
hama
simpan.
Aplikasi
pestisida
untuk
tembakau simpan dengan Fosfin fumigasi biasa dilakukan di gudang. Namun, kumbang
ini masih dapat bertahan sehingga metode fumigasi dianggap kurang efisien
(Imai dan Harada, 2006).
Formulasi lain yang lebih ramah lingkungan yaitu menggunakan biopestida yang
mengandung bakteri Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan hama produk simpan
seperti Lepidoptera, ngengat dan kumbang tembakau L. serricorne (Kaelin dkk, 1994).
Penggunaan sari bawang putih (Sirinol) untuk menolak datangnya kumbang L.
serricorne pada produk simpan. Alternatif tersebut digunakan untuk mengontrol
serangga hama bahan simpan karena lebih aman, ekonomis, mudah digunakan dan
ramah lingkungan. Sari bawang putih digunakan untuk menolak datangnya kumbang
tembakau L. serricorne dan kumbang tepung merah Tribolium castaneum yang
merupakan hama produk simpan penting di dunia (Jahromi dkk, 2012).
Perangkap Warna
Pengelolaan hama dengan sistim pemantauan selain untuk mengetahui jumlah
dan jenis hama, juga dapat mengatahui jumlah populasi dari waktu ke waktu agar
diketahui waktu dan cara yang sesuai untuk tindakan pengendalian selanjutnya.
Penggunaan perangkap tertentu dapat dilakukan untuk memantau dinamika populasinya
(Saeed dkk, 2007).
Perangkap warna berperekat merupakan suatu metode sederhana untuk
mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga.
Metode ini lebih efisien dibanding dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap
langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman (Hoddle dkk, 2001).
Pemakaian perangkap warna cukup efektif bagi pengendalian serangga hama,
alatnya mudah dibuat dan tidak mahal. Alat ini hanya berupa lampu petromak atau
lentera (juga boleh ditambah plastik yang telah dilumuri dengan minyak makan atau
lem) yang di letakkan dalam areal pertanian. Biasanya digunakan untuk memantau
populasi
hama
dan
sekaligus
untuk
mengendalikan
hama
pemakan
daun
(Soemarno, 2007).
Metode pengendalian hama serangga dengan mekanik atau fisik dapat
dikembangkan sebagai pengganti insektisida. Metode ini memanfaatkan sifat-sifat
serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna, aroma makanan, atau bau tetentu.
Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada
perangkap. Pada akhirnya serangga yang terperangkap tersebut tidak dapat terbang dan
akan mati. Pengendalian hama dengan metode ini cukup efektif bila digunakan secara
meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama serangga (Kusnaedi, 1999).
Sejumlah serangga yang terperangkap di lapangan tidak hanya tergantung pada
potensi pada atraktan, tetapi juga bentuk dari alat perangkap dan penempatannya.
Warna, ukuran, dan bentuk juga sangat penting dalam desain alat perangkap.
Pergerakan angin atau udara sangat penting dalam penempatan perangkap. Perangkap
yang diletakkan berlawanan dengan arah angin akan menangkap serangga lebih banyak
dari pada yang diletakkan ke bawah atau sejajar dengan angin. Aroma atau bau dari zat
kimia cenderung terbenam atau bergerak ke tanah, karena bau tersebut lebih berat dari
udara itu sendiri (NAS, 1969 dalam Dalyanto, 2006).
Pemasangan perangkap harus memikirkan ruangan dan posisi perangkap.
Tempat yang yang biasa dipasang perangkap sebagai berikut :
1. Di dinding /lantai persimpangan dengan jarak 5m sampai 10 m tergantung pada
ukuran ruangan.
2. Di sudut, dekat dengan pintu, ventilasi, di kusen jendela.
3. Di tempat-tempat penyimpanan seperti lemari kain yang rentan diserang
(Bros, 1998).