Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
Hidrosefalus telah dikenal sejak zaman Hippocrates. Saat itu hidrosefalus dianggap
sebagai penyebab epilepsi. Pengobatan hidrosefalus semula dilakukan dengan mengiris
kulit kepala. Baru pada tahun 1879 dilakukan operasi oleh Hilton.
Deskripsi tentang hidrosefalus cukup bervariasi. Dari beberapa defenisi hidrosefalus
yang dikenal di buku-buku, maka defenisi oleh Swaiman (1981) memberikan gambaran
yang lengkap bahwa hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat
peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsinya. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan
hidrodinamik CSS. Kondisi seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan
abnormal CSS dalam susunan saraf pusat (SSP). Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak
meninggalkan ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS. Kondisi seperti itu
bukan hasil dari gangguan hidrodinamik dan dengan demikian tidak diklasifikasikan
sebagai hidrosefalus.

BAB II
STATUS PASIEN
II.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tanggal Masuk
Bangsal

:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. SR
47 tahun
Perempuan
Bogeman Kidul, Panjang, Magelang
Ibu Rumah Tangga
Islam
8 Mei 2014 pukul 17.00
Melati

II.2. ANAMNESA (SUBYEKTIF)


Keluhan Utama :
Pusing.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan pusing sejak 1 minggu yang lalu. Pusing dirasakan seperti berat
di kepala. Nyeri kepala terus menerus dan semakin bertambah parah. Kemudian pasien
dibawa ke RSU Tidar, dirawat selama 10 hari dan dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala.
Dari hasil CT Scan ditemukan adanya pembesaran rongga cairan serebrospinal sehingga
dirujuk ke RST Soedjono untuk dilakukan pembedahan. Keluhan seperti kelemahan pada
anggota gerak tubuh, penurunan daya ingat dan penurunan fungsi panca indera disangkal.
Pasien sempat mengeluhkan mual namun tidak muntah, serta nafsu makan pasien menurun.
BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien menderita Ca Mammae sejak Juni 2013 dan telah mendapat tindakan

mastektomi dekstra dan chemo-radioterapi sebanyak 6x dari RS Sardjito, Yogyakarta.


- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal.
- Riwayat Asma : disangkal.
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal.
- Riwayat Stroke : disangkal.
Riwayat Trauma : pasien menyangkal pernah mengalami kecelakaan yang mengenai kepala
Riwayat Penyakit Keluarga :
-

Riwayat Serupa : disangkal.

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus, Asma, Penyakit Jantung dan Stroke : disangkal.

Riwayat Keganasan : disangkal

Riwayat Pengobatan :
Pasien sempat dirawat dan mendapat pengobatan di RSU Tidar selama 10 hari.
Riwayat Kebiasaan :
2

Pola makan pasien teratur, sering mengkonsumsi sayuran dan serat. Kebiasaan
merokok dan minum-minuman beralkohol disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Biaya selama perawatan ditanggung oleh BPJS.
II.3. PEMERIKSAAN FISIK (OBYEKTIF) dilakukan tanggal 8 Mei 2014
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran/GCS

: Compos mentis/E4V5M6.

Vital Sign

Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan

: 130/80 mmHg
: 64 kali/menit
: 37,0 C
: 18 kali/menit

II.3.1. STATUS GENERALIS


Kepala/Leher:
-

Tidak terlihat ikterik pada kedua sklera kanan dan kiri


Tidak ada tanda-tanda anemia pada konjungtiva
Pupil isokor simetris diameter 3 mm/3 mm
Faring tidak hiperemis
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks:
-

Jantung :
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi
: Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat.
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
o Auskultasi : SI>SII regular, tidak terdapat gallop dan murmur
Paru :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi
: Fremitus taktil kanan dan kiri sama
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : SDV +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/Abdomen:
o Inspeksi : Tampak datar, tidak ada kelainan.
o Auskultasi : BU (+) normal
o Palpasi
: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
o Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
o Tidak ada edema.
o Kekuatan motorik pada keempat ekstemitas: 5/5/5/5
o Tidak terdapat akral yang dingin dan sianosis.

II.3.2. STATUS NEUROLOGI


GCS : E4V5M6
MENINGEAL SIGN :
Kaku Kuduk
: Kernig
: Brudzinski I-IV : NERVUS CRANIALIS :
1. N. Olfaktorius (N. I)
: tidak dilakukan
2. N. Optikus (N. II)
a. Tajam Penglihatan
: DBN
b. Lapang pandang (visual field)
: DBN
c. Warna
: tidak dilakukan
d. Funduskopi
: tidak dilakukan
3. N. okulomotorius, troklearis, abducen (N. III,IV,VI)
a. Kedudukan bola mata saat diam : DBN
b. Gerakan bola mata : DBN
c. Pupil:
i. Bentuk, lebar, perbedaan lebar
: DBN
ii. Reaksi cahaya langsung dan konsensuil : +/+
iii. Reaksi akomodasi dan konvergensi
: DBN
4. N. Trigeminus (N. V)
a. Sensorik : DBN
b. Motorik :
i. Merapatkan gigi
: DBN
ii. Buka mulut
: DBN
iii. Menggigit tongue spatel kayu
: tidak dilakukan
iv. Menggerakkan rahang
: DBN
c. Refleks :
i. Maseter /mandibular
: (-)
ii. Kornea
: DBN
5. N. Facialis (N. VII)
a. Sensorik
: sensorik raba DBN
b. Motorik
Kondisi diam : simetris
Kondisi bergerak
:
i.
Musculus frontalis
: DBN
ii. Musculus korugator supersili : DBN
iii. Musculus nasalis
: DBN
iv. Musculus orbicularis oculi
: DBN
v.
Musculus orbicularis oris
: DBN
vi. Musculus zigomaticus
: DBN
vii. Musculus risorius
: DBN
viii. Musculus bucinator
: DBN
ix. Musculus mentalis
: DBN
x.
Musculus plysma
: DBN
b. Sensorik khusus
i. Lakrimasi
: tidak dilakukan
ii. Refleks stapedius
: tidak dilakukan
4

6.

7.

8.
9.

iii. Pengecapan 2/3 anterior lidah


: tidak dilakukan
N. Statoakustikus (N. VIII)
a. Suara bisik
: DBN
b. Arloji
: DBN
c. Garpu tala
: tidak dilakukan
d. Nistagmus
: tidak dilakukan
e. Tes Kalori
: tidak dilakukan
N. Glosopharingeus, Vagus (N.IX, X)
a. Inspeksi oropharing keadaan istirahat: uvula simetris
b. Inspeksi oropharing saat berfonasi : uvula simetris
c. Sensorik khusus :
- Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
d. Suara serak atau parau : (-)
e. Menelan :
- Sulit menelan air atau cairan dibandingkan padat: (-)
N. Acesorius (N.XI)
a. Kekuatan m. trapezius
: DBN
b. Kekuatan m. sternokleidomastoideus
: DBN
N. hipoglosus (N. XII)
a. Kondisi diam
: DBN
b. Kondisi bergerak
: DBN

MOTORIK :
1. Observasi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Tonus

: DBN
: konsistensi otot kenyal
: DBN
: DBN

5. Kekuatan otot

5
a. Extremitas atas :
i. M. deltoid
ii. M. biceps brakii
iii. M. triceps
iv. M. brakioradialis
v. M. pronator teres
vi. Genggaman tangan
b. Extremitas bawah :
i. M. iliopsoas
ii. M. kwadricep femoris
iii. M. hamstring
iv. M. tibialis anterior
v. M. gastrocnemius
vi. M. soleus

5
5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5
: +5 / +5

SENSORIK
1. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, raba halus/kasar): DBN
2. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dan tekan)
: DBN
3. Kombinasi :
5

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Stereognosis
Barognosis
Graphestesia
Two point tactile discrimination
Sensory extinction
Loss of body image

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: DBN
: DBN
: DBN
: (-)

REFLEKS FISIOLOGIS
1.
Refleks Superficial
a. Dinding perut /BHR : tidak dilakukan
b. Cremaster
:2.
Refleks tendon / periostenum :
a. BPR / Biceps
: +2/ +2
b. TPR / Triceps
: +2/ +2
c. KPR / Patella
: +2/ +2
d. APR / Achilles
: +2 / +2
e. Klonus :
Lutut / patella : - / Kaki / ankle
:-/REFLEKS PATOLOGIS
1. Babinski
:-/2. Chaddock
:-/3. Oppenheim
:-/4. Gordon
:-/5. Schaeffer
:-/6. Gonda
:-/7. Stransky
:-/8. Rossolimo
:-/9. Mendel-Bechtrew : - / 10. Hoffman
: -/ 11. Tromner
: -/ REFLEKS PRIMITIF
1. Grasp refleks
2. Palmo-mental refleks

: -/: -/-

PEMERIKSAAN SEREBELLUM
1.
Koordinasi:
a. Asinergia /disinergia : (-)
b. Diadokinesia
: (-)
c. Metria
: (-)
d. Tes memelihara sikap
i. Rebound phenomenon : sulit dievaluasi
ii. Tes lengan lurus
: sulit dievaluasi
e. Keseimbangan
i. Sikap duduk
: sulit dievaluasi
ii. Sikap berdiri
Wide base / broad base stance : sulit dievaluasi
Modifikasi Romberg
: sulit dievaluasi
6

Dekomposisi sikap
: sulit dievaluasi
iii. Berjalan / gait :
Tendem walking
: sulit dievaluasi
Berjalan memutari kursi / meja
: sulit dievaluasi
Berjalan maju-mundur
: sulit dievaluasi
Lari ditempat
: sulit dievaluasi
f. Tonus : DBN
g. Tremor: (-)
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
1. Aphasia
: (-)
2. Alexia
: (-)
3. Apraksia
: (-)
4. Agraphia
: (-)
5. Akalkulia
: (-)
6. Right-left disorientation : (-)
7. Fingeragnosia
: (-)
TES SENDI SACRO-ILIACA
1. Patricks
: -/2. Contra patricks : -/TES PROVOKASI NERVUS ISCHIADICUS
1. Laseque
: -/2. Sicards
: -/3. Bragards
: -/4. Minors
: -/5. Neris
: -/6. Door bell sign
: -/7. Kemp test
: -/PEMERIKSAAN DISARTRIA
1. Labial
2. Palatal
3. Lingual

: DBN
: DBN
: DBN

II.4. ASSESMENT
1. Klinis
2. Etiologi

: Cephalgia, Hidrocephalus
: Obstruksi saluran cerebrospinal fluid e.c metastasis tumor

II.5. PLANNING

Planning diagnosis :
-

Cek laboratorium :

o Darah lengkap, Clotting time/Bleeding Time, Gula Darah, Profil Lipid, Fungsi
-

Ginjal, Fungsi Hati, Golongan Darah


Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan EKG.
Cek kondisi umum :
o Konsul SpPD
o Konsul SpJP
o Konsul SpAn.
Rencana pemasangan VP shunt

2.

Planning terapi :
-

Infus RL 16 tpm

Dexamethasone 3 x 1 ampul

Rantin 2 x 1 ampul

Ketorolac 3 x 1 ampul

Persiapan pre-op: cukur gundul dan siapkan PRC 1 kolf.

3.

Planning edukasi :
-

Persiapan pre op : puasa 6 jam pre-op.

Menjelaskan penyakit yang diderita.

Tidak boleh terlalu banyak pengunjung.

4.

Planning monitoring
-

Monitoring keadaan umum dan kesadaran


Monitoring tanda vital
Monitoring tanda-tanda peningkatan TIK
Monitoring gejala klinis dan keluhan-keluhannya

HASIL LABORATORIUM TANGGAL 9 Mei 2014


Parameter
Hasil
Hemoglobin
14 g/dL
JUMLAH SEL DARAH
Leukosit
6,7 x 103/uL ()
Eritrosit
4,34 x 106/uL
Hematokrit
37,8 %
Trombosit
234 x 10/uL
DIFF COUNT PERSENTASE
Granulosit
5,4 K/uL
Limfosit
1,2 K/uL
Monosit
0,2 K/uL
%Limfosit
17,6 % ()

RDW-CV

11,7 %

Nilai rujukan
11,5 16,5
4,0 11,0
3,80 5,80
37,0 47,0
150 450
2,0-8,0
1,0-5,0
0,1-1,0
125,0-50,0

11,7 14,4
8

CALCULATED
MCV
MCH
MCHC
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu
FUNGSI GINJAL
Ureum
Creatinin
Chlorida
Natrium
Kalium
FUNGSI HATI
SGOT
SGPT

87 Fl
32,3 pg
37 gr/dL ()

76 96
27,5 32,0
30,0 35,0

139 mg/dL ()

70 105

29 mg/dL
1 mg/dL
98,26 mmol/L
135,72 mmol/L
4,27 mmol/L

10,0 50,0
0,50 0,90
96,0-106,0
135,37 145,0
3,48-5,50

22 U/L
23 U/L

8 20
5 20

HASIL RONTGEN THORAX TANGGAL 8 Mei 2014


-

Paru dalam batas normal

Cardiomegali

Sistem tulang intak

II.4. OPERASI PEMASANGAN VP SHUNT


II.4.1. PRE-OPERASI

Subjective
- Sakit kepala (+)

Objective
Keadaan umum: sakit sedang

- Kejang (-)

Kesadaran/GCS: compos mentis, E4V5M6

- Mual / muntah -/-

Vital sign:

- Ma / mi +/+

- Tekanan darah: 130/80 mmHg


- Suhu: 37C
- Nadi: 64 x/menit
- RR: 20 x/menit
Status generalis :
- K/L : A/I/C/D -/-/-/- Pulmo : SDV +/+, Rh-/-, Wh -/- Abdomen : BU (+), NT (-)
- Ekstremitas : dbn

- BAK / BAB +/+

Assessment
- Klinis :
Cephalgia
- Etiologi :
Hidrocephalus

Planning
Infus RL 16 tpm

Dexamethasone 3 x 1
ampul

Rantin 2 x 1 ampul

Ketorolac 3 x 1 ampul

Persiapan

pre-op:

cukur

gundul dan siapkan PRC 1


kolf.
-

Puasa pre-op 6 jam

Status neurologis :
- Motorik : 5 - 5
5-5
10

- Sensorik : dbn
- R. Fisiologis : dbn
- R. Patologis : Follow up Pre-Operasi, Tanggal 9 Mei 2014

11

II.6.2. DURANTE OPERASI


1.

Langkah Tindakan Operasi


a. Pasien telentang di atas meja operasi dalam GA.
b. Kepala hadap ke kanan.
c. A dan antisepsis daerah operasi.
d. Insisi kulit setengah lingkaran di Kochers position.
e. Dibuat 1 burr hole
f. Insisi di abdomen paramedical kiri
g. Dibuat track ke intrakranial
h. Drain disiapkan lalu dirangkai dengan flugg device.
i. Insisi dura
j. LCS keluar dari drain
k. Luka dipasang LDL.

2.

Foto Operasi Pemasangan VP Shunt

12

II.6.3. DIAGNOSIS POST OPERASI


Hidrocephalus
II.6.4. POST OPERASI
INSTRUKSI POST OPERASI :
1.
2.
3.
4.
5.

Observasi kesadaran & tanda vital


Puasa sampai bising usus (+)
Cek DL post op
Analisa LCS
Terapi post op :
Inj. Cefriaxon 2x1
Inj. Ketorolac 3x1
Inj. Dexametason 3x1
Inj. Ranitidin 2x1

13

Follow up Post-op Pemasangan VP Shunt H+1, Tanggal 10 Mei 2014


Subjective
- Pusing (+)

Keadaan umum: Baik

Assessment
Post op Pemasangan VP

Planning
Pindah ruangan

- Nyeri bekas op (+)

Kesadaran/GCS: compos mentis, E4V5M6

Shunt H+1

Infus NaCl : RL = 2 : 2

- Kejang (-)

Vital sign:

Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr

- Demam (-)

- Tekanan darah: 110/60 mmHg


- Suhu: 36,8C
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 20 x/menit
Status generalis :
- K/L : A/I/C/D -/-/-/- Pulmo : SDV +/+, Rh-/-, Wh -/- Abdomen : BU (+), NT (-)
- Ekstremitas : dbn

Inj Ketorolac 3 x 1 amp

Inj. Dexa 3 x 1 amp

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Aff kateter urin

Boleh duduk

Diet bebas

Planning
Pindah ruangan

- Mual/muntah -/- Ma/mi ()


- BAK/BAB +/+

Objective

Status neurologis :
- Motorik : 5 - 5
5-5
- Sensorik : dbn
- R. Fisiologis : dbn
- R. Patologis : -

Follow up Post-op Pemasangan VP Shunt H+2, Tanggal 11 Mei 2014


Subjective
- Pusing (+)

Objective
Keadaan umum: Sedang

Assessment
Post op Pemasangan VP

14

- Nyeri bekas op (+)

Kesadaran/GCS: compos mentis, E4V5M6

- Kejang (-)
- Demam (-)
- Mual/muntah +/+
- Ma/mi +/+
- BAK/BAB +/+

Shunt H+2

Infus NaCl : RL = 2 : 2

Vital sign:

Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr

- Tekanan darah: 110/60 mmHg


- Suhu: 36C
- Nadi: 68 x/menit
- RR: 20 x/menit
Status generalis :
- K/L : A/I/C/D -/-/-/- Pulmo : SDV +/+, Rh-/-, Wh -/- Abdomen : BU (+), NT (-)
- Ekstremitas : dbn

Inj Ketorolac 3 x 1 amp

Inj. Dexa 3 x 1 amp

Ondansentron 3 x 1 amp

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

Boleh duduk

Diet bebas

Status neurologis :
- Motorik : 5 - 5
5-5
- Sensorik : dbn
- R. Fisiologis : dbn
- R. Patologis : -

Follow up Post-op Pemasangan VP Shunt H+3, Tanggal 12 Mei 2014


Subjective
- Pusing (+)

Objective
Keadaan umum: Sedang

Assessment
Post op Pemasangan VP

Planning
Infus NaCl : RL = 2 : 2

- Nyeri bekas op (+)

Kesadaran/GCS: compos mentis, E4V5M6

Shunt H+3

Inj Ceftriaxon 2 x 1 gr

- Kejang (-)

Vital sign:

Inj Ketorolac 3 x 1 amp


15

- Demam (-)
- Mual/muntah +/+
- Ma/mi +/+
- BAK/BAB +/+

- Tekanan darah: 110/60 mmHg


- Suhu: 36C
- Nadi: 68 x/menit
- RR: 20 x/menit
Status generalis :
- K/L : A/I/C/D -/-/-/- Pulmo : SDV +/+, Rh-/-, Wh -/- Abdomen : BU (+), NT (-)
- Ekstremitas : dbn

Inj. Dexa 3 x 1 amp

Ondansentron 3 x 1 amp

Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

CT Scan Kepala

Boleh duduk

Diet bebas

Status neurologis :
- Motorik : 5 - 5
5-5
- Sensorik : dbn
- R. Fisiologis : dbn
- R. Patologis : -

16

HASIL CT SCAN KEPALA TANGGAL 12 Mei 2014

HCTS Potongan Axial, Interval slice 10 mm, tanpa dan dengan kontras, simetris
Diagnosa klinis: Post VP Shunt pada Ca Mammae curiga brain metastasis
Kesan:

Tak tampak tanda-tanda nodul metastasis di intracerebral /


intracerebellar

Pneumocephalus region parietalis sinistra (slice 10-11, 13)


17

Sistema ventrikel dan cysterna tampak menyempit

Terpasang VP shunt dengan ujung distal di proyeksi


ventrikel lateralis sinistra

Defect calvaria os frontalis sinistra (slice 13)

18

Follow up Post-op Pemasangan VP Shunt H+4, Tanggal 13 Mei 2014


Subjective
- Pusing (+)

Objective
Keadaan umum: Sedang

- Nyeri bekas op Kesadaran/GCS:

Assessment
Post op

compos Pemasangan

Planning
Cephalosporin 3 x 1

Mertigo 3 x 1

(+)

mentis, E4V5M6

VP Shunt

Primperan 3 x1

- Kejang (-)

Vital sign:

H+4

Aff infus

- Demam (-)

- Tekanan

Boleh duduk/berdiri

- Mual/muntah

mmHg
- Suhu: 36,7C
- Nadi: 82 x/menit
- RR: 20 x/menit
Status generalis :
- K/L : A/I/C/D -/-/-/- Pulmo : SDV +/+, Rh-/-,

CT Kontrol:

Diet bebas

Wh -/- Abdomen : BU (+), NT (-)


- Ekstremitas : dbn

dgn ring

+/+
- Ma/mi +/+
- BAK/BAB +/+

darah:

140/80
Hidrocephal -,
tip VPS di V3
Terdapat
massa kistik
enhancement
irregular

Status neurologis :
- Motorik : 5 - 5
5-5
- Sensorik : dbn
- R. Fisiologis : dbn
- R. Patologis : -

BAB III
19

PEMBAHASAN
III.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya, tanpa
perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita seperti adanya, akan mudah sekali
terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di
perbaiki lagi. Secara lengkap, otak akan dilindungi oleh :
1. SCALP
SCALP/Kulit kepala terdiri atas 5 lapisan, 3 lapisan pertama saling melekat dan bergerak
sebagai satu unit. SCALP terdiri dari:
a. Skin atau kulit, tebal, berambut dan mengandung banyak kelenjar sebacea.
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung, merupakan jaringan lemak fibrosa
yang menghubungkan kulit dengan aponeurosis dari m. occipito frontalis di
bawahnya. Banyak mengandung pembuluh darah besar terutama dari lima arteri
utama yaitu cabang supratrokhlear dan supraorbital dari arteri oftalmik di sebelah
depan, dan tiga cabang dari karotid eksternal-temporal superfisial, aurikuler posterior,
dan oksipital di sebelah posterior dan lateral. Pembuluh darah ini melekat erat dengan
septa fibrosa jaringan subkutis sehingga sukar berkontraksi atau mengkerut. Apabila
pembuluh ini robek, maka pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang bermakna pada penderita laserasi kulit kepala.
Perdarahan sukar dijepit dengan forcep arteri. Perdarahan diatasi dengan menekannya
dengan jari atau dengan menjahit laserasi.
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika, merupakan suatu jaringan fibrosa, padat, dapat
digerakkan dengan bebas, yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal,
menghubungkan otot frontalis dan otot occipitalis. Spatium subaponeuroticum adalah
ruang potensial dibawah aponeurosis epicranial. Dibatasi di depan dan di belakang
oleh origo m. Occipito frontalis, dan meluas ke lateral sampai ke tempat perlekatan
aponeurosis pada fascia temporalis.
d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar, menghubungkan aponeurosis
galea dengan periosteum cranium (pericranium). Mengandung beberapa arteri kecil
dan beberapa v.emmisaria yang menghubungkan v.diploica tulang tengkorak dan
sinus venosus intrakranial. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit
kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, sehingga pembersihan dan debridement kulit
kepala harus dilakukan secara seksama bila galea terkoyak. Darah atau pus terkumpul
di daerah ini dan tidak bisa mengalir ke region occipital atau subtemporal karena
20

adanya perlekatan occipitofrontalis. Cairan bisa masuk ke orbita dan menyebabkan


hematom yang bisa jadi terbentuk dalam beberapa waktu setelah trauma kapitis berat
atau operasi kranium.
e. Pericranium merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang
tengkorak. Sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan periousteum pada permukaan
luar tulang berlanjut dengan periousteum pada permukaan dalam tulang-tulang
tengkorak.

Gambar 1. Lapisan Otak


2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari calvarium (kubah) dan basis cranii (bagian terbawah). Pada
kalvaria di regio temporal tipis, tetapi di daerah ini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii
terbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
akselerasi dan deselarasi.
Pada orang dewasa, tulang tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak
memungkinkan perluasan isi intracranial. Tulang tengkorak mempunyai 3 lapisan, yaitu:
Tabula interna (lapisan tengkorak bagian dalam)
Diploe (rongga di antara tabula), dan
Tabula eksterna (lapisan tengkorak bagian luar)
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior yang merupakan tempat
lobus frontalis, fossa media yang merupakan tempat lobus temporalis, fossa posterior yang
merupakan tempat bagian bawah batang otak dan cerebellum.
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10 miliar neuron
yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai
volume sekitar 1200 cc. Otak laki-laki 10% lebih besar dari perempuan dan tidak ada korelasi
21

yang berarti antara besar otak dengan tingkat intelegensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil
(750 cc) dan ukuran otak besar (1200 cc) secara fungsional adalah sama menurut Simon &
Scuster, 1998 (Muttaqin, 2008). Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan
orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi tiap harinya.

Gambar 2. Anatomi Otak


Bagian-Bagian Otak :

Hemisfer serebri
Hemisfer serebri terbagi menjadi 4 lobus yaitu:
a. Lobus frontalis
Gyrus precentralis (tepat di depan sulcus centralis) merupakan area motorik otak.
Bagian anterior berperan dalam kontrol tingkah laku tidak sadar seperti kepribadian,
tingkah laku sosial, pendapat dan aktifitas intelektual yang kompleks. Bagian sentral
dan posterior mengatur fungsi motorik.
b. Lobus parietalis
Gyrus postcentralis terletak dibelakang sulcus centralis, merupakan area sensorik
Kesadaran bagian-bagian tubuh dan pengembangan gambaran diri.
c. Lobus occipitalis
Mengandung area visual otak, tempat tujuan sensasi yang datang dari mata.
d. Lobus temporalis
Mengandung area auditorius, tempat tujuan sensasi yang datang dari telinga. Area
bicara adalah bagian dari korteks yang berhubungan dengan semua aspek bicara
(mendengar, bicara, membaca, menulis), emosi dan memori. Terletak pada hemisfer
kiri pada semua orang yang dominan tangan kanan dan sebagian besar orang dominan
tangankiri.

Otak tengah (mesensefalon)


22

Otak tengah adalah struktur kecil di antara hemisfer serebri dibagian atas dan pons di
bagian bawah. Berfungsi untuk memproses data audio visual, generasi dari respons motor

somatik, pemeliharaan kesadaran.


Pons
Pusat motorik viseral alam bawah sadar.
Medulla oblongata
Pusat regulasi otonom dari organ viseral kardiovaskuler, pernapasan, dan aktivitas
sistem pencernaan.

Cerebrum
Wilayah terbesar dari otak yang terdiri dari substansia grisea (gray matter) ditemukan
pada korteks serebri dan nukleus serebri. Substansia alba (white matter) terdapat pada
korteks neural dan sekitar nukleus. Berfungsi untuk proses pikiran alam sadar, fungsi
intelektual; memproses dan menyimpan memori; regulasi alam sadar dan bawah sadar

dari kontraksi otot rangka.


Cerebellum
Fungsi utama adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan

otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.


Ventrikel
Serangkaian ruang yang saling berhubungan di dalam otak. Memproduksi cairan

cerebrospinal.
Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) atau Liquor cerebrospinal (LCS) mengisi ventrikel. CSS
merupakan cairan jernih yang dibentuk dari plasma darah di dalam plexus choroideus.
Sekitar 500 ml disekresi setiap hari. CSS berfungsi untuk mempertahankan volume
didalam tengkorak tetap konstan dengan meningkatkan atau menurunkan jumlah pada
setiap penurunan atau peningkatan isi kranial lain, bekerja sebagai bufer yang melindungi
otak darisemua gangguan, menerima produk sampah dari metabolisme otak dan

mentransfernya ke dalam darah


Medula spinalis bersambungan dengan medula oblongata di
atas memiliki panjang 45 cm, menempati dua pertiga atas canalisvertebralis dan berakhir
pada tingkat vertebrae lumbalis I dan II dan mengecil membentuk kerucut dihubungkan

dengan coccygeus oleh filum terminale, pita jaringan ikat yang ditutupi oleh meningen.
Hipotalamus adalah daerah sentral sel saraf kecil tepat dibawah
talamus. Hipotalamus berhubungan dengan talamus dengan ujung saraf autonom, dengan
kelenjar hipofisis melalui infundibulum. Hipofisis adalah pusat penting untuk integrasi
fungsi dasar seseorang. Hipofisis merupakan bagian dari sistem endokrin, oleh karena itu
berhubungan erat dengan kelenjar hipofisis, mengirimkan faktor-faktor kimia melalui
infundibulum ke dalam kelenjar dan mengontrol aktivitas hormonalnya. Mengontrol jam
23

biologis, mengatur aktivitas 24 jam, tidur, suhu, sekresi hormon. Mengontrol nafsu

makan, mengontrol keseimbangan air, mengintegrasikan reaksi emosional.


Meninges merupakan selaput yang membungkus otak dan
sumsum tulang belakang. Lapisan luarnya adalah pachymenings atau duramater. Lapisan
dalamnya adalah leptomeninges yang dibagi menjadi membrana arachnoidea dan
piamater. Fungsi meninges yaitu melindungi struktur saraf pusat yang membawa

1.

pembuluh darah dan cairan serebrospinalis, serta memperkecil benturan atau getaran.
Pachymenings/Duramater
Duramater atau pachymenings adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal
dari jaringan ikat yang tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang
tengkorak dan duramater propia di bagian dalam. Kedua lapisan ini terpisah di dalam
kanalis vertebralis. Lapisan luar duramater yang melekat pada permukaan dalam cranium
membentuk periosteum dan terpisah oleh spatium epidural. Spatium epidural ini bisa
mengalami proses patologis, seperti epidural hematom. Lapisan dalam duramater akan
berlanjut menjadi dura spinalis. Durameter pada tempat tertentu mengandung rongga
yang

mengalirkan

darah

vena

dari

otak.

Rongga

ini

dinamakan

sinus

longitudinal superior yang terletak diantara kedua hemisfer otak


Di antara kedua hemisfer terdapat invaginasi yang disebut falx serebri. Falx serebri
melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke
protuberantia occipitalis interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium
cerebelli yang meluas ke duasisi. Tentorium cerebelli terbentang seperti tenda yang
menutupi cerebellumdan letaknya di fossa craniii posterior. Cerebrum dengan cerebellum
dipisahkan oleh tentorium. Tentorium melekat di sepanjang sulcus transversusos
occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus.Pembukaan antara kedua
bagian tentorium, dikenal sebagai incisura tentorii, tempat lewatnya trunkus serebri. Falx
serebri memisahkan antara dua hemisfer serebri yang dibatasi oleh superior dan inferior
sagitalsinus pada bagian atas dan bawah.
2.

Arachnoidea/Membrana Arachoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan terpisah oleh
spatium subdural. Membrana arachnoidea menutupi ruang subarachnoideum yang berisi
cairan cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh
trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi sistem
rongga-rongga yang saling berhubungan. Subdural hematom, akan terjadi jika spatium
subdural inidiisi oleh kumpulan darah. Dari arachnoidea menonjol keluar tonjolan24

tonjolan mirip jamur ke dalam sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes pacchioni
(granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat di
sekitar sinus

sagitalis

superior dalam

lacunae

lateralis.

Diduga bahwa

cairan

serebrospinalis memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang lanjut usia villi
tersebut menyusup ke dalam tulang (foveola egranulares) dan berinvaginasi ke dalam
vena diploe.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara araknoid dan piamater yang secara
relatif sempit dan terletak diatas permukaan hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut
menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini
disebut cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang
berdekatan. Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan
dengan rongga subarachnoid umum.PSA akan terjadi jika ruang subarachnoid ini terluka.

Gambar 3. Struktur meninges


Cisterna magna terletak diantara medulla oblongata dan hemisfer cerebellum; cistena
ini bersinambung dengan rongga subarachnoid spinalis. Cisterna pontin yang terletak
pada aspek ventral dari pons mengandung arteri basilaris dan beberapa vena. Di bawah
cerebrum terdapat rongga yang lebar di antara kedua lobus temporalis. Rongga ini dibagi
menjadi cisternachiasmaticus diatas chiasma opticum, cisterna supraselaris diatas
diafragmasellae, dan cisterna interpeduncularis diantara peduncle cerebrum. Rongga

25

diantara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis dinamakan cisterna fissurelateralis


(cisterna Sylvii).

Gambar 5. Penampang otak sagital

3.

Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus, fissura dansekitar pembuluh darah di
seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissura transversalis dibawah corpus
callosum. Di tempat ini piamater membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan
lateralis, dan bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus
untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini, yang mengeluarkan
cairan

serebrospinalis.

Ruang

perivaskular

tertutup

oleh

membran

(spatium

Virchow- Robin) berisi cairan serebrospinalis. Piamater dan ependim berjalan di atas atap
dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea di tempat itu.

Gambar 7. Sirkulasi Darah Otak


Darah dipompa dari ventrikel kiri jantung ke aorta dan dari situ keartericarotis
communis, yang mensuplai darah untuk sirkulasi anterior otak (arteri carotis interna, arteri
26

cerebri media, dan arteri cerebri anterior); arteri subklavia; dan sirkulasi posterior otak (a.
vertebralis, a. basilaris, dan artericerebri posterior). Sirkulasi anterior otak memenuhi
kebutuhan darah pada mata, ganglia basalis, bagian dari hipotalamus, yang lobus frontal dan
parietal,dan sebagian besar lobus temporal. Sedangkan sirkulasi posterior otak memenuhi
kebutuhan darah pada batang otak, cerebellum, telinga bagian dalam, lobus oksipital,
thalamus, bagian dari hipotalamus,dan sebagian kecil dari lobus temporal.
Darah vena dari bagian permukaan dan dalam vena cerebri mengalir melalui sinus
vena dural ke dalam vena jugularis interna dan dari situ ke vena kava superior dan atrium
kanan jantung.

Gambar 8. Sirkulasi darah dari serebral


Arteri cerebri media merupakan tempat aneurisma yang paling sering terjadi yang
menyebabkan pendarahan subarachnoid (29%), diikuti oleh arteri carotis interna (16%), arteri
communicans anterior (15%), dan arteri basilaris(14%), arteri cerebri anterior (9%), dan arteri
cerebri posterior (3%).

27

Gambar 9. Otak dilihat dari potongan coronal (sirkulus Willisi), dengan bagian-bagian
yang paling sering mengalami aneurisma sakular (dilingkari).

Sistem Persarafan

Gambar 10. Nervus Kranialis


III.2. HIDROCEPHALUS
A. Definisi
28

Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume dari


cairan serebrospinal didalam ruangan ventrikel dan ruangan subarakhnoid. Keadaan ini bisa
disebabkan oleh karena terdapat produksi cairan serebrospinal yang berlebihan, obstruksi
jalur cairan cerebrospinal, maupun gangguan absorpsi cairan serebrospinal.
B. Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus cukup beragam, bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya. Berikut ini klasifikasi hidrosefalus yang sering dijumpai :
1. Menurut gambaran klinik, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus yang tersembunyi (occult hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak
jelas tanda-tanda klinis yang khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara itu,
hidrosefalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus yang
2.

tersembunyi.
Menurut waktu pembentukannya, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita. Hidrosefalus yang terjadi pada neonatus atau berkembang selama intra-uterin
disebut hidrosefalus kongenital. Hidrosefalus yang terjadi karena cedera kepala
selama proses kelahiran disebut hidrosefalus infantil. Hidrosefalus akuisita adalah
hidrosefalus yang terjadi setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor-faktor

3.

lain setelah masa neonatus.


Menurut proses terbentuknya

hidrosefalus,

dikenal

hidrosefalus

akut

dan

hidroseafalus kronik. Hidrosefalus akut adalah hidrosefalus yang terjadi secara


mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan absorbsi CSS. Disebut hidrosefalus
kronik apabila perkembangan hidrosefalus tejadi setelah aliran CSS mengalami
4.

obstruksi beberapa minggu.


Menurut sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidosefalus nonkomunikans. Hidrosefalus non-komunikans berarti CSS sistem ventrikulus tidak
berhubungan dengan CSS ruang subaraknoid misalnya yang terjadi bila akuaduktus
Sylvii, atau foramina Luschka dan Magendie tersumbat. Hidrosefalus komunikans
adalah hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid; contohnya, terjadi bila penyerapan CSS
di dalam vili araknoidalis terhambat.
dan hidrosefalus

5. Pseudohidrosefalus

tekanan

normal

(normal

pressure

hydrocephalus). Pseudohidrosefalus adalah disproporsi kepala dan badan bayi. Kepala


bayi tumbuh cepat selama bulan kedua sampai bulan kedelapan. Sesudah itu
disproporsinya berkurang dan kemudian menghilang sebelum berumur tiga tahun.

29

Hidrosefalus tekanan normal ditandai oleh pelebaran sitem ventrikulus otak tetapi
tekanan CSS dalam batas normal.
C. Epidemiologi
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Juga tidak ada perbedaan ras. Pada
remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil,
46% diantaranya adalah akibat abnormalitas prekembangan otak, 50% karena perdarahan
subaraknoid dan meningitis, kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.

D. Etiologi
Apapun sebab dan faktor resikonya, hidrosefalus terjadi sebagai akibat obstruksi,
gangguan absorbsi atau kelebihan produksi CSS. Tempat predileksi obstruksi adalah
foramen Monroe, foramen Sylvii, foramen Luschka, foramen Magendi dan vili araknoid.
Hidrosefalus secara umum dapat disebabkan oleh banyak hal seperti tumor, infeksi,
peradangan dan perdarahan.
Obstruksi CSS disebabkan oleh faktor-faktor intraventrikular, ekstraventrikular dan
kelainan kongenital. Faktor intraventrikular meliputi stenosis herediter, stenosis
intraventrikular, ventrikulitis, papiloma pleksus koroideus atau neoplasma lain. Faktor
ekstraventrikular meliputi stenosis kompresi akibat tumor dekat ventrikulus, tumor di
fossa posterior atau tumor cerebellum. Kelainan kongenital meliputi malformasi ArnoldChairi dan sindrom Dandy Walker.
Secara terperinci penyebab dari hidrosefalus adalah sebagai berikut :
1. Hidrosefalus kongenital (congenital Hydrocephalus) pada bayi dan anak-anak dapat
disebabkan oleh :
Malformasi batang otak menyebabkan stenosis dari akuaduktus Sylvius
Malformasi Dandy-Walker
Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan tipe 2
Agenesis dari foramen Monroe
Kongenital toksoplasmosis
Sindrom Bickers-Adams
2. Hidrosefalus akuisita (aquired Hydrocephalus) pada bayi dan anak-anak dapat
disebabkan oleh :
Massa lesi: biasanya tumor (misalnya, medulloblastoma, astrocytoma), tetapi
kista, abses, atau hematom juga dapat menjadi penyebab hidrosefalus ini.
Perdarahan: perdarahan intraventrikular dapat dikaitkan dengan prematur, cedera
kepala, atau pecahnya suatu malformasi vaskular.
30

Infeksi: Meningitis
Idiopatik
3. Hidrosefalus pada orang dewasa dapat disebabkan oleh :
Perdarahan subarachnoid (SAH), menghalangi dan membatasi penyerapan dari
CSS.
Hidrosefalus idiopatik.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan di sepanjang jalur CSS. Tumor yang
paling sering berhubungan dengan hidrosefalus adalah ependymoma, papiloma
pleksus choroid, adenoma hipofisis, hipotalamus atau glioma saraf optik, dan
metastasis tumor.
Meningitis
E. Anatomi Dan Fisiologi
E.1. Anatomi
Secara umum sirkulasi CSS terdiri dari pleksus koroideus, ventrikulus, ruang
subaraknoid dan vili araknoidea.

1.

Pleksus koroideus
Pleksus koroideus terletak pada ventrikulus lateralis, tertius dan quartus. Pada saat
embrio, pleksus ini berkembang dari invaginasi mesenkim pada daerah mielensefalon
selama minggu keenam intra-uterin. Pada usia minggu ke-7 sampai ke-9, pleksus
koroideus mulai kehilangan jaringan mesenkimal dan ditutupi oleh sel-sel ependimal.

2.

Sistem ventrikulus
a. Ventrikulus Lateralis
Ventrikulus lateral berjumlah dua buah dan berbentuk huruf C, secara anatomi,
ventrikel ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian kornu anterior, korpus
dan kornu posterior. Corpus dari ventrikulus lateralis menjadi dasar dari septum
b.

pelusida.
Ventrikulus Tertius
31

Ventrikulus tertius berada diantara dua thalami dan dibatasi oleh hypothalamus di
bagian inferior. Bagian anterior dari ventrikulus tertius berhubungan dengan
lamina teminalis dan foramen interventrikularis atau foramen Monroe. Sedangkan
bagian posteriornya berhubungan dengan ventrikulus quartus melalui aquaduktus
c.

cerebri Sylvii.
Ventrikulus Quartus
Ventrikulus quartus terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian superior (bagian dari
isthmus rhombensefalon), intermedius (bagian metensefalon) dan inferior (bagain
mielensefalon). Dinding dari ventrikel ini dibatasi oleh sel-sel ependim, berlanjut
ke bawah oleh canalis sentralis dari medulla dan bagian superior oleh aquaduktus

3.

cerebri Sylvii dan melebar ke foramen lateralis/foramen Luschka.


Spatium/Ruang Subaraknoid
Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh menings yang terdiri dari tiga lapisan. Dari
luar ke dalam dimulai dari duramater, araknoid dan piamater.Duramater merupakan
lapisan paling superfisial dan melekat pada calvaria cranii, kemudian lapisan kedua
adalah araknoid. Dan selaput otak (menings) yang langsung melekat pada girus otak
adalah piamater. Antara araknoid dan piamater terdapat spatium subaraknoid. Spatium
subaraknoid diisi oleh CSS dan arteri-arteri utama yang memperdarahi otak. Pada
bagian tertentu spatium subaraknoid melebar dan membentuk suatu cisterna. Antara

4.

medulla dan cerebellum terdapat cisterna magna.


Granulatio dan vili araknoidea
Telah diketahui bahwa granulatio dan vili araknoidea sangat berperan penting dalam
mengatur aliran CSS ke sistem venosus pada tubuh manusia.

E.2. Fisiologi aliran CSS


Sebagian besar (sekitar 70%) CSF diproduksi terus menerus oleh pleksus choroideus
yang terletak di dalam sistem ventrikel, terutama pada ventrikel lateralis (80-90%) dan
ventrikel III dan IV sebesar (10-20%). Produksi CSF normal adalah 0,20-0,35 mL / menit;
atau sekitar 300-500 ml/hari. Kapasitas ventrikel lateralis dan tertius orang yang sehat adalah
20 mL dan total volume CSF pada orang dewasa adalah 120 -160 mL. Tekanan CSF
merupakan fungsi kecepatan pembentukan cairan dan resistensi terhadap resabsorpsi oleh vili
araknoidalis. Tekanan CSF sering diukur waktu dilakukan pungsi lumbal, dan pada saat
posisi terlentang biasanya tekanan berkisar antara 130 mmH2O (13 mmHg).

32

Pleksus koroideus terdiri dari jalinan pembuluh darah piameter yang mempunyai
hubungan langsung dengan ependima. Pleksus koroideus menyekresikan CSF jernih dan tak
berwarna, yang merupakan bantal cairan pelindung disekitar SSP. CSF terdiri atas air,
elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit (terutama
limfosit), dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dengan cairan ekstraseluler lainnya karena
cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang tinggi, sedangkan kadar glukosa dan
kaliumnya rendah. Ini menunjukan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi
dibandingkan hanya filtrasi.
Aliran CSS dimulai dari pleksus choroideus yang terdapat pada ventrikulus lateralis
kemudian ke ventrikel tertius melalui foramen interventrikular (foramen Monroe), dari
ventrikel tertius CSS dialirkan ke dalam ventrikulus quartus melalui aquaductus cerebri
Sylvii, dan pada akhirnya ke ruang subaraknoid melalui foramen Luschka dan Magendie dan
selanjutnya diabsorbsi di granulatio dan vili araknoidea ke sistem sinus venosus (sinus
sagitalis superior otak) karena SSP tidak mengandung sistem getah bening.
Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan
medula spinalis dan juga sebagai pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak
serta medula spinalis.

Tanda panah memperlihtakan aliran cairan serebrospinal dari ventrikulus lateralis ke villi arachnoidea.

F. Patofisiologi
Patogenesis hidrosefalus dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:
1.

Bentuk hidrosefalus akut, didasari oleh faktor mekanik. Perdarahan otak,


tumor/infeksi/abses otak, stenosis akuaduktus cerebri Sylvii, hematoma ekstradural
33

dan edema otak akut akan mengganggu aliran dan absorbsi CSS sehingga terjadi
peningkatan TIK. Akibatnya tekanan intraventrikular meningkat, sehingga kornu
anterior ventrikulus lateral melebar.
Kemudian diikuti oleh pelebaran seluruh ventrikulus lateralis. Dalam waktu singkat
diikuti penipisan lapisan ependim ventrikulus. Hal ini akan mengakibatkan
permeabilitas ventrikulus meningkat sehingga memungkinkan absorbsi CSS dan akan
menimbulkan edema substantia alba di dekatnya.
Apabila peningkatan absorbsi ini dapat mengimbangi produksinya yang berlebihan
maka tekanannya secara bertahap akan menurun sampai normal, meskipun penderita
masih memeperlihatkan tanda-tanda hidrosefalus. Keadaan demikian ini disebut
hidrosefalus tekanan normal. Namun biasanya peningkatan absorbsi ini gagal
mengimbangi kapasitas produksinya. Sehingga terjadi pelebaran ventrikulus
2.

berkelanjutan dengan tekanan yang juga tetap meningkat.


Hidrosefalus kronik terjadi beberapa minggu setelah aliaran CSS mengalami
sumbatan atau mengalami gangguan absorbsi, apabila sumbatan dapat dikendalikan
atau dihilangkan, tekanan intraventrikular akan menjadi progresif normotensif karena
adanya resorbsi transependimal parenkim paraventrikular. Akibat dari peningkatan
tekanan CSS intraventrikular mengakibatkan sistem venosa menjadi kolaps dan
penurunan volume aliaran darah, sehingga terjadi hipoksia dan perubahan
metabolisme parenkim (kehilangan lipid dan protein). Akibat lebih jauh adalah
terjadinya dilatasi ventrikulus karena jaringan periventrikular menjadi atrofi.

Patogenesis hidrosefalus komunikans dan non-komunikas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Pada hidrosefalus komunikans terjadi hubungan langsung antara CSS sistem

ventrikulus dan CSS di ruang subaraknoid. Hambatan aliran CSS pada tipe ini
biasanya pada bagian distal dari sistem ventrikulus ini, yaitu pada ruang subaraknoid
(sebagai akibat fibrosis dari infeksi sebelumnya) atau pada granulatio arachnoidea
(sebagai akibat kelainan bentuk struktur ini). Hal ini mengakibatkan akumulasi CSS
dan pembesaran ruang ventrikulus.
CT Scan potongan axial,

dimana tampak semua ventrikel


membesar.

2.

Pada

hidrosefalus

ventrikulus

tidak

subaraknoid karena

nonkomunikans, CSS pada ruang


bias

mencapai

ruang

adanya hambatan aliran CSS


34

pada foramen Monroe, aquaductus cerebri Sylvii atau pada foramen Magendi dan
Luschka. Obstruksi pada foramen Monroe misalnya diakibatkan oleh tumor,
menghalangi

aliran

CSS

dari

ventrikulus

lateralis

ke

ventrikulus

tertius,

mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran pada ventrikulus lateralis pada sisi
yang mengalami sumbatan. Obstruksi aquaductus cerebri Sylvii oleh tumor,
peradangan atau atresia kongenital mengakibatkan akumulasi cairan dan pembesaran
pada ventrikulus tertius dan kedua ventrikulus lateralis. Obstruksi pada foramen
Magendi dan Luschka oleh tumor, inflamasi atau atresia Kongenital mengakibatkan
akumulasi dan pembesaran pada ventrikulus quartus, ventrikulus tertius dan kedua
ventrikulus lateralis.

Tanda panah memperlihtakan aliran cairan serebrospinal dari ventrikulus lateralis ke villi arachnoidea dan lokasilokasi obstruksi CSS yang bisa menyebabkan hidrosefalus

Berdasarkan keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara


produksi, absorpsi, dan obtruksi dari CSS adalah :

Disgenesis serebri
Pada hidrosefalus anak akibat malformasi otak sebesar 46% dan penyebab terbanyak
adalah malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan
dalam proses pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSF sebagai
kompensasi dari tidak terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh adalah

hidroanensefali yang terjadi akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.


Produksi CSS yang berlebihan
Penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah terjadinya
papiloma pleksus koroideus
35

Obstruksi aliran CSS


Sebagian besar terjadi pada kasus hidrosefalus. Obtruksi dapat diakibatkan oleh
didalam dan diluar sistem ventrikel.
Absorpsi CSS berkurang
Kerusakan villi arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS sehingga
mengakibatkan penimbunan CSS. Keadaan yang dapat menimbulkan keluahan
adalah, post meningitis, post perdarahan subdural, dan kadar protein CSS yang sangat

tinggi.
Akibat atrofi serebri
Terjadi akibat penimbunan CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses
atrofi tersebut.

G. Diagnosis
Gambaran Klinik
Gambaran klinik hidrosefalus dipengaruhi oleh umur penderita, penyebab, lokasi
obstruksi, durasi dan perlangsungan penyakit. Gejala-gejala yang menonjol merupakan
refleksi dari peningkatan TIK. Rincian gambaran klinik adalah sebagai berikut :
1. Neonatus
Gejala hidrosefalus yang paling umum dijumpai pada neonatus adalah iritabilitas.
Sering kali anak tidak mau makan dan minum, kadang-kadang kesadaran menurun
kearah letargi. Anak kadang-kadang muntah, jarang yang bersifat proyektil. Pada
masa neonatus ini gejala-gejala lainnya belum tampak, sehingga apabila dijumpai
gejala-gejala sepeti diatas, perlu dicurigai hidrosefalus.
2. Anak umur kurang dari 6 tahun
Pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala, sebagai suatu manifestasi
peningkatan TIK. Lokasi nyeri tidak khas. Kadang-kadang muntah di pagi hari. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan Visus.
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui perubahan cara berjalan. Hal
ini disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks parietal sebagai akaibat
pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang medial lebih dahulu tertekan,
sehingga menimbulkan pola berjalan yang khas.
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan proses belajar.
Apabila dilakukan pemeriksaan psikometrik akan terlihat adanya labilitas emosional
dan kesulitan dalam hal konseptualisasi.
Pada anak dibawah enam tahun, termasuk neonatus, akan tampak pembesaran
kepala karena sutura belum menutup secara sempurna. Pembesaran kepala ini harus
36

dipantau dari waktu ke waktu, dengan mengukur lingkar kepala. Kepala yang besar
(makrosefal) belum tentu disebabkan oleh hidrosefalus tetapi bisa disebabkan oleh
kraniostosis.
Fontanela anterior tampak menonjol, pada palpasi terasa tegang dan padat. Tidak
ditemukannya fontanela yang menonjol bukan berarti tidak ada hidrosefalus. Pada
umur satu tahun, fontanela anterior sudah menutup atau oleh karena rongga tengkorak
yang melebar maka TIK secara relatif akan mengalami dekompresi.
Perkusi pada kepala anak memberi sensai yang khas. Pada hidrosefalus akan
terdengar suara yang sangat mirip dengan suara ketuk pada semangka masak. Pada
anak lebih tua akan terdengar suara kendi retak (cracked-pot). Hal ini
menggambarkan adanya pelebaran sutura.
Vena-vena di kulit kepala sangat menonjol, terutama bila bayi menangis.
Peningktan TIK akan mendesak darah vena dari alur normal di basis otak menuju ke
sistem kolateral.
Mata penderita hidrosefalus memperlihatkan gambaran yang khas, yang disebut
sebagai setting-sun sign : skelera yang berwarna putih akan tampak diatas iris.
Paralisis nervus abdusens, yang sebenarnya tidak menunjukkan letak lesi, sering
dijumpai pada anak yang lebih tua atau pada orang dewasa.
Kadang-kadang terlihat nistagmus dan strabismus. Pada hidrosefalus yang sudah
lanjut dapat terjadi edema papil atau atrofi papil.
3. Dewasa
Gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala. Mual, muntah, gelisah.
Sementara itu gangguan visus, gangguan motorik/bejalan dan kejang terjadi pada 1/3
kasus hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologi pada umumnya tidak
menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan atau paralisis nervus
abdusens. Ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan
kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II. tekanan intrakranial meninggi karena ubunubun dan sutura sudah menutup. Aktifitas fisik dan mental akan menurun secara
bertahap, penurunan mental yang sering dijumpai adalah respon terhadap lingkungan
yang lambat, kurang perhatian.
4. Hidrosefalus tekanan normal
Hidrosefalus ini dicirikan dengan trias demensia, gangguan berjalan dan
inkontinensia urin. Hal ini terutama pada penderita dewasa. Gangguan berjalan
dicirikan oleh berjalan lambat, langkah pendek dengan pengurangan ketinggian
langkah dan ataksia dimana kaki diletakkan di permukaan jalan dengan kekuatan yang
bervarisasi. Pada saat mata tertutupakan tampak jelas ketidakstabilan postur tubuh.

37

Tremor dan gangguan gerakan halus jari-jari tangan akan mengganggu tulisan tangan
penderita.
Gambaran Radiologi
1.

Foto Polos Kepala


Foto polos kepala dapat memberikan informasi penting seperti ukuran tengkorak,
tanda peningkatan TIK, massa pada fossa cranii serta kalsifikasi abnormal.
Hidrosefalus pada foto polos kepala akan memberikan gambaran ukuran kepala
yang lebih besar dari orang ormal, pelebaran sutura, erosi dari sella tursica,
gambaran vena-vena kepala tidak terlihat dan memperlihatkan jarak antara tabula
eksterna dan interna menyempit. Selain itu, untuk kasus yang sudah lama sering
ditemukan gambaran impressiones digitate akibat peningkatan TIK.

Foto kepala pada anak dengan hidrosefalus. Tampak kepala yang membesar kesemua arah. Namun, tidak terlihat
vena-vena kepala pada foto diatas.

2.

USG
Pada 6-12 bulan pertama kehidupan, diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan
degan USG. Pada USG akan tampak dilatasi dari ventrikel tetapi USG sangat

jarang digunakan dalam mendiagnosis hidrosefalus


3. CT Scan

38

(a)

(b)

(c)

(a) dan (b) CT Scan kepala potongan axial pada pasien hifrosefalus, dimana tampak dilatasi kedua ventrikel
lateralis. (c) CT scan kepala potongan axial pada anak umur 7 tahun, tampak fossa posterior dan hypoplastic
cerebellar hemispheres (hydrosepalus non komunikans).

Dengan menggunakan CTScan, kita dapat menentukan ukuran dari ventrikel. Jika
terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari
tumor tersebut. Pada pasien dengan hidrosefalus akan tampak dilatasi dari
ventrikel pada foto CT Scan serta dapat melihat posisi sumbatan yang
menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Dengan CT-Scan saja hidrosefalus sudah
bisa ditegakkan.
4. MRI
Dengan menggunakan MRI pada pasien hidrosefalus, kita dapat melihat adanya
dilatasi ventrikel dan juga dapat menentukan penyebab dari hidrosefalus tersebut.
Jika terdapat tumor atau obstruksi, maka dapat ditentukan lokasi dan ukuran dari
tumor tersebut. Selain itu pada MRI potongan sagital akan terlihat penipisan dari
korpus kalosum.

MRI potongan sagital pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan magendie.
Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis dan quartus serta peregangan korpus kalosum.

39

(a)

(b)

a & b. MRI potongan axial pada hidrosefalus nonkomunikans akibat obstruksi pada foramen Luschka dan
magendie. Tampak dilatasi dari ventrikel lateralis (gambar a) dan ventrikel quartus (gambar b).

MRI pada Neoplasma di vermis cerebellum dengan hidrosefalus obstruktif (nonkomunikans). Tampak massa
menekan ventikulus quartus dan menyebabkan hidrosefalus obstruktif (gambar a).

H. Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding pada hidrosefalus antara lain makrosefali, tumor otak,
abses otak, granuloma intrakranial, hematoma subdural perinatal, hidransefali. Hal tersebut
sering dijumpai pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun.
I. Pengobatan
1.

Medikamentosa:
Pengobatan dengan farmakologi dilakukan untuk menunda operasi. Biasa
dilakukan pada bayi premature dengan hidrosefalus post perdarahan.
Pengobatan dengan farmakologi tidak efektif untuk jangka waktu yang lama.

40

Pengobatan secara farmakologi bekerja dengan mengurangi produksi CSS


(Acetazolamide atau furosemide) dan meningkatkan penyerapan CSS.
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi tidak memerlukan
2.

operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25-50 mg/kgBB.


Operasi:
Operasi merupakan pilihan terapi pada pasien hidrosefalus. Shunt merupakan terapi

yang banyak dilakukan pada kebanyakan orang.Hanya 25% pasien dapat diobati tanpa
melakukan shunt. Prinsip dari shunt adalah membentuk hubungan atau saluaran antara
ventrikulus dengan rongga plura atau peritoneum.
Operasi shunting terdapat 2 jenis, yaitu :
Eksternal :

CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh dan bersifat hanya sementara.

Internal :

CSS dialirkan dari ventrikel kedalam anggota tubuh lain.

Ventriculoperitoneal (VP) Shunt : CSS dialirkan ke rongga peritoneum. Merupakan

shunt yang paling banyak digunakan.


Ventriculoatrial (VA) Shunt : CSS dialirkan ke atrium kanan. Dikenal juga sebagai
vascular shunt, prinsipnya menghubungkan ventrikel, vena jugularis dan vena cava
superior ke atrium kanan. Prosedur ini dilakukan pada pasien dengan kelainan

abdominal seperti peritonitis.


Ventrikulo sinus : CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo bronkhial : CSS dialirkan ke bronkus
41

Ventrikulo mediastinal : CSS dialirkan ke mediastinum


Ventrikulo sisternal : CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

Lumboperitoneal Shunt

CSS dialirkan dari Ressesus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan. Digunakan pada hidrosefalus
komunikans, fistula CSF dan pseudotumor.

Komplikasi Shunting

Infeksi
Hematoma subdural
Obtruksi
Kadar CSS yang rendah
Ascites
Kraniosinostosis

K. PROGNOSIS
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau
tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang
bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata)

DAFTAR PUSTAKA

42

1.
2.
3.

Noback, C.R dan Robert, J.D, Anatomi Susunan Saraf Manusia ; EGC; Jakarta
Groat, J.D, Neuroanatomi korelatif; Cetakan I; Edisi ke-21; EGC; Jakarta
Charles,P,M.D, e-Medicine Journal:Subdural Hematom Akut/subakut; Department of

4.

Neurological Surgery, Beth Israel Medical Center, New York; 2001


Sastrodiningrat, AG, Memahami Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural Akut; Majalah

5.

Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 September 2006


Meagher, R.J dan William, F.Y; e-Medicine : Subdural Hematome; Temple University;

6.
7.

2002.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16495/4/Chapter%20II.pdf
Mardjono, M dan Priguna ,S; Neurologi Klinis Dasar; Cetakan ke-8; Penerbit Dian

8.

Rakayat; 2000
Elaine,T.Kiriakopoulos,M.D, journal of Medicine:Chronic Subdural Hematom ;
Department of Neurological; Beth Israel Deaconess Medical Center, Harvard

9.

University, Boston; 2002


Scalleta
T.
Subdural

eMedicine.

URL

10.

http//www.emedicine.com/EMERG//topic560.htm.2004
Sinson
PG.
Subdural
Hematom
eMedicine.

URL

11.

http//www.emedicine.com/med/topic2885.htm.2004
Ngoerah, I Gst.Ng.Gd, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf; Airlangga University Press;

12.
13.

Surabaya
ISO Indonesia Volume 43. Jakarta. 2008
Plaha P., Malhotra, Heuer, Whitfield P. 2008. Management of Chronic Subdural

14.
15.

Haematoma. ANCR 8 (5): 12-15.


Snell R.S. 2006. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC.
Delgado-Lpez, Martn-Velasco, Castilla-Dez, Rodrguez-Salazar, Galacho-Harriero,

Hematom

Fernndez-Arconada. 2009. Dexamethasone treatment in chronic subdural haematoma.


Neurocirugia 20: 346-359.

43

Anda mungkin juga menyukai