Anda di halaman 1dari 2

Keluarga Tsubasa

001
Aku mempermainkan isi hatiku terhadap Hanekawa Tsubasa saat Golden Week yang sekarang akan
kuingat, meski terlambat. Dengan beberapa rasa hormat akan kuingat kembali kenangan yang meski
bercampur suka duka , pahit, dan asam tersebut. Yang jika bisa aku ingin lupakan, yang meski jika tak
mungkin kuharap bisa kukeluarkan dari pikiranku, sembilan hari yang berkilauan emas.
Hanekawa Tsubasa. 17 tahun. Perempuan. Siswa tahun ketiga SMA. Ketua kelas. Murid terhormat.
Dikepang rapi dirambut depannya. Berkacamata. Serius, terhadap kesalahan. Baik hati. Sangat
cemerlang. Baik kesemua orang.
Tapi, bahkan jika kuurutkan karakternya dengan informasi simbolik yang mudah dimengerti seperti
ini, aku sama sekali tidak berkhayal mengatakan gadis itu luar biasa. Ya, jika kau belum berhadapan
dengannya, jika kau belum benar-benar ada dikehadirannya, kau tak akan mengerti. Itu adalah
beberapa hal singkat yang tak bisa diungkapkan dengan bahasa manusia. Sebenarnya, jika kau ingin
bertutur kata dengan gadis yang dikenal Hanekawa Tsubasa, kau harus berbicara dengan lidah dewa.
Atau mungkin lidah iblis.
Untuk alasan ini, berbicara terus terang, sungguh, aku meminta maaf dari dasar hatiku, tapi meski jika
aku menceritakan semua tentang Golden Week secara rinci, dengan teliti, dari A sampai Z, tanpa
melewati satupun, kebenaran dari sembilan hari mimpi buruk tersebut, atau sesuatu yang lebih jauh
mendekati kebenaran dari sembilan hari mimpi buruk tersebut, tak akan sampai ke siapapun, dan
sejak awal aku telah menyerah berusaha.melempar semua tanggung jawab. Aku adalah perwujudan
dari kepasrahan, penjelamaan kepasrahan.
Tanpa ada maksud aku bertujuan untuk mengirim pikiranku ke seseorang.
Semata-mata.
Dengan sederhana dan berterus terang.
Aku hanya ingin bergumam sendiri tanpa henti entang Hanekawa Tsubasa, penyelamatku dan
temanku.
Mungkin, ini tak berarti.
Khususnya ini tak berguna.
Nol dan kosong.
Jika aku melihatnya dari sudut pandang Senjougahara Hitagi atau Kanbaru Suruga, yang akan
kutemui nantijika aku melihatnya dari sudut pandang gadis-gadis yang menyerahkan semua
kekuatan untuk mencapai tujuannya, gadis yang tak menyisakan pengorbanan untuk dirinya sendiri,
gadis-gadis yang akan menghancurkan kesayangannya dengan kakinya sendiri \tanpa ragu lagilah
yang diperlukan untuk situasi tersebut, tak ada ragu lagi keberadaanku yang mencoba membangkitkan
kembali masa lalu murni terlihat seperti aksi alur mundur, dangkal dan nostalgic, bukannya sesuatu
yang lucu melainkan sesuatu kehinaan.

Orang harus hidup melangkah maju, jika tak bisa positif setidaknya aktiflah, meski tanpa kebohongan
mereka harus terus hidup sepenuhnya, ini adalah beberapa nilai gadis yang kuat tapi lembut.
Tak apa jika tak cantik.
Tak apa menjadi kasar.
Tak apa menjadi rakus
Ini nilai bukan punya saya
Saya berbeda
Lemah masih tetap lemah dan

Anda mungkin juga menyukai