Anda di halaman 1dari 3

Batu Kebayan

(Musik daerah tipe khidmat sebagai pembuka drama kedaerahan batu kebayan)
Narrator

: diatas bumi serasan seandanan, terkenal kisah batu kebayan

dari ranah Ranau. Konon, awalnya batu kebayan adalah iring iringan pengantin
yang disumpahi oleh sipahit lidah
Sipahit lidah masuk, berdiri diatas gunung seminung dibagian tengah tingkat
kedua dan bersyair
Pengiring, penari dan pengantin perempuan membunyikan gelang kaki selama
20 detik. Sipahit lidah terdiam memperhatikan.
Alat musik pengantin dibunyikan sebagai pertanda adanya arak-arakan.
Menyanyikan potongan lagu pernikahan daerah pagar penganten sebagai
pertanda, penari masuk ke bagian tengah panggung tingkat ke tiga
menampilkan potongan tarian (cukup 3 menit). Penggiring dan pengantin
perempuan masuk ke bagian tengah tingkat ke 2 setelah setengah tarian
dilangsungkan.
Ketika tarian selesai, pengantin perempuan menyanyikan lagu bahagia sebagai
rasa senangnya akan pernikahan. Alat musik dibunyikan setelah dua atau tiga
bait nyanyian pengantin perempuan. Penari menari dengan ceria untuk
meramaikan iring iringan.
Seperempat jalan atau setelah penari menari ceria, sipahit lidah berseru santai,
seruan kedua dengan intonasi nada ditinggikan.
anggota iring-iringan terus mengabaikan si pahit lidah, alat musik dan nyanyian
makin keras.
Sipahit lidah berseru lebih lantang 2x.
Bunyi petir. Sipahit lidah lompat dari gunung seminung tepat didepan
rombongan iring-iringan.
Semua anggota iring-iringan terkejut dan bingung.
Sipahit lidah menyumpah penggiring dengan gayanya. Penggiring satu persatu
jatuh seperti habis terkena serangan fatal di perut atau didada. Pengantin pria
masuk tapi berbeda posisi dengan rombongan pengantin dan sipahit lidah.

Penari dan pengantin perempuan menjadi panik, rombongan menjadi kacau.


Diposisi lain, pengantin pria berjalan mondar mandir gelisah dan sesekali
mecoba mendengarkan apakah ada suara iring-iringan mendekat lalu gelisah
lagi. Sipahit lidah menyumpah lagi, satu persatu pengantin perempuan dan
penari menjadi terdiam. Salah satu penari berhasil kabur dan pergi ketempat
pengantin pria berada.
Penari yang lolos panik dan ketakutan, memanggil pengantin pria. Pengantin pria
yang berhenti mondar mandir dan berseru senang wah namun langsung
bingung kenapa hanya satu penari yang datang.
Pengantin pria menanyakan apa yang terjadi? Dimana calon istriku? (bahasa
daerah) harap-harap cemas
Penari menjelaskan singkat apa yang terjadi dengan panik dan ketakutan
sipahit lidah tadi marah, rombongan disumpah oleh sipahit lidah (menunjuk
kearah tempat rombongan disumpahi) aku berhasil kabur tapi calon istri kau jadi
batu (takut takut) (bahasa daerah).
Pengantin pria berseru tak percaya kenapa si pahit lidah, dimana tempatnya
(bahasa daerah). penari ragu ragu sesekali melihat kebelakang, pengantin pria
tak sabaran dan memohon. Penari merasa kasihan lalu setuju mengajak
pengantin pria ketempat pengantin wanita berada.
Lima sampai enam langkah lagi dari rombongan yang disumpahi berada,
pengantin pria bergegas terburu-buru mendekat dan terkejut karena apa yang
ditakutkannya menjadi nyata.
Pengantin pria mendekati pengantin wanita dan meratapi apa yang terjadi
sambil sesekali menyumpahi sipahit lidah. Sedangkan penari memeriksa teman
teman yang lain dan menangis sedih didekat teman temannya sambil sesekali
mengguncangkan badan penggiring pria dan memeluk kaki penari yang
membatu.
Nyanyian daerah (sedih)
Narrator

Anda mungkin juga menyukai