Anda di halaman 1dari 4

Abstraksi

Sebuah Karya Kolosal yang menceritakan tentang sejarah panjang Peradaban Pemalang dari masa
kemasa , mulai dari masa lampau sampai sekarang dengan cerita dan alur yang singkat dengan
hanya menampilkan bahasa simbol ekspresi gerak para pemain peran dengan seting pelabuhan dan
perkampungan nelayan.

Wilayah Pemalang sejak dari sepi sampai memiliki masyarakat yang ramai berdatangan para
pendatang dari manca baik luar pulau , luar kerajaan bahkan luar Benua. Di awali dengan
membangun kampung pantai hingga menjadi Pelabuhan kecil dan dihuni dari berbagai masa bangsa
dan suku. Wilayah Pemalang

berkembang hingga sampai dalam bentuk Pemerintahan. Suasana damai, sejahtera, adil, dan
makmur

menyelimutinya hingga sampai datangnya bangsa asing yaitu VOC , Inggris, Perancis ,Belanda,
Jepang hingga jaman kemerdekaan digambarkan dengan bahasa simbolik. Diambil dari sumber
sejarah, manuskrip, karya sastra, dan cerita tutur dan hanya mengm
Urutan Pementasan
Tata Urutan Adegan
Garapan karya kolosal Layar Palawangan Pemalang terbagi menjadi beberapa tahapan:

1. Pendahuluan.
Sebelum pertunjukan dimulai dikumandangkan garap komposisi musik gamelan dengan suara yang
keras dan dinamis. Pada saat intro diselingi monolog tentang garap karya kolosal Layar Palawang
Pemalang dengan Menyenandungkan Tembang Pangkur lirik tembang pangkur karangan KGPAA
Mangkunegara IV:
Mingkar mingkuring angkara Akarana
karenan mardi siwi Sinawung resmining kidung
Sinuba sinukarta Mrih kretarta
pakartining ngèlmu luhung Kang tumrap ning tanah Jawa
Agama ageming aji
tegese dalam bahasategese dalam bahasa indonesia
Menghindarkan diri dari angkara
Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Yang berlaku di tanah Jawa
Agama pegangan para pemimpin
Dalam monolog berisi ungkapan tentang
riwayat terbentuknya Tlatah Pemalang
2. Bagian awal.
Dengan iringan komposisi musik Lagu- lagu Pemalang, 10 Perahu berrgerak dari arah sungai kemuara
melakukan parade dengan format baris laksana Burung Kuntul Terbang "formasi Huruf V"menuju
arah Panggung Utama. Tujuh prau:
1. Perahu besar membawa 7 personil semua putri1 emban, 4 putri Pengapit, Rombongan dari
tokoh Utama Nyai Ageng Serang.
2. Perahu Kecil 2 prsonil membawa Ulama dan santri Peran Utama Syech Maulana Maghribi
3. Perahu Kecil membawa 2 Personil Senopati dan Teliksandi Peran Utama Pangeran Purbaya
4. Perahu Kecil membawa 2 personil Peran Saudagar Gujarad
5. Perahu Kecil 1 Personil Pangeran Benowo
6. Perahu Kecil 1 Personil Bujangga Manik
7. Perahu Kecil 1 Personil Kapiten Kompeni
8. 8.9.10 Perahu Kecil 15 pasukan Kompeni

keluar dari sungai Wirasa kemudian menuju muara berbelok ke arah barat menuju panggung utama
dengan diiringi parade Perahu sampai di depan Panggung Utama 10 perahu bersandar berbaris
dengan kapal Besar di tengan dekat Anjungan kemudian Beberapa Penari Selendang Pemalang dari

3. TARI SELENDANG PEMALANG Enam penari kelompok Penari Selendang Pemalang memasuki stage
dari arah kanan dan kiri sampai selesai
4. Adegan Bujangga Manik Satu peran tokoh Bujangga Manik mendatangi Pelabuhan dengan sambutan
Kreu Pelabuhan dengan
Bersorak “ Bandar Kali Buar Pelang Surung Sarang Suar Gading “ dengan susul letusan senapan 7 kali
Dan di iringi Gending Kodok Ngorek.
5. Adegan Saudagar Dua tokoh saudagar memsuki stagedengan memkai prahu jukung
6. Enam Orang Penari memasuki stage dari arah kanan dan kiri berperan sebagai pedagang dan
melakukan transaksi Perdagangan kemudian meninggalkan stage
7. Adegan Syech Salamudin Dua orang berperan menjadi Tokoh Ulama Syech Salamun

din dan santrinya memasuki stage disambut beberapa kelompok kuntulan dengan menyenandungkan
"Padang Bulan “, sambil bersholawat
8. Adegan Dolanan Anak Sepuluh anak berlarian menggantikan posisi kelompok kuntulan yang keluar
dari stage iringan lagu cublak cublak suweng sambil bermain diajarkan oleh sang Syech Salamudin
9. Pangeran Benawa Dua orang datang Pangeran Benowo dan Penasehat Jamurapu dengan menemui
Syech Salamudin dengan diringi lagu “Gugur Gunung” karya Kinarto Sabdo dengan dialog ajakan
bersama sama meyuarakan hayuning bawana kemudian dan keluar stage
10. Tari Petani Enam penari sebagai simbol rakyat memasuki stage diiringi dengan lagu Ilir-ilir bersamaan
dengan keluarnya penari kuda lumping. Gerak-gerak yang ditampilkan merupakan ungkapan
kegembiraan petani menggarap sawah dengan membentuk formasi kelompok. Beberapa gerak yang
ditampilkan antara lain mencangkul, mem-bajak, menanam, memanen dan bersukaria dengan iringan
gending “Lumbung Deso” Karya Kinarto Sabdo. Tiga orang penari putri dengan membawa bakul
memasuki arena stage. Para penari simbol petani bergabung degan tiga penari putri membawa bakul
menari bersukaria.
11. Adegan Kapiten Dua Kapiten Kompeni masuk stage berdialog
Kapiten 1 : “ Ini Negeri Indah Sekali hahahahah “
Kapiten 2 : “ Hahahah iya...selain indah tanahnya subur”
Kapiten 1 : “ iya hahaha kita harus kuras semuanya....hahaha “
Kapiten 1,2 : “hahahah ...pasukan Serang”
Kemudian dari berbagai penjuru pasukan Kompeni memporak purandakan semua yang ada gengan
iringan musik bergelora, letusan senapan, dan dentuman meriam.
12. Adegan Nyai Widuri peran utama Pangeran Purbaya dan teliksandi dalam kondisi lelah menghampiri
Gubuk Nyai Widuri untuk meminta bantuan dan minta air karena persediaan habis
Pangeran Purbaya : Assalamu Alaikum....
Nyai Widuri : Waalaikum Salam...
Pangeran Purbaya : Nuwun sewu Nyai.....napa kepareng kula nyuwun toya , kula sak rombongan sakeng Sunda
Kalapa Katelasan toya......
Nyai Widuri : Duh Kisanak garwa kula dereng wangsul Kisanak, kula mboten wantun....
Pangeran Purbaya: Punapa Nyai mboten tega ......Nyai, menawi nyai ajreh lamun mangke
dados fitenah...mangga nyai menika duwung ageman kula, kula suwun aturaken
Marang kang garwa.......

Kemudian Pangeran Purbaya meninggalkan stage dan datanglah Suami nyai Widuri

Suami Nyai Widuri : Widuri.....mau sajake ana pawongan lanang ngganteng teka rene....sapa

Nyai Widuri : kola mboten ngertos ...

Suami Nyai Widuri: lo ....mau rak kowe ketemu to......

Nyai Widuri : inggih malah ngaturake iki kangge panjenegan KakangMas....

Suami Nyai Widuri: endi......lolo....aduh Pangeran kula nyuwun pangapunten Pangeran......

Kemudian suami Nyai Widuri meninggalkan stage.........dilanjut Nyai Widuri.........

13. Tari Arimba Arimbi Rombongan Penari Arimba Arimbi diikuti


14. Tari Kebo Ijo Rombongan Penari Kebo Ijo
Dua tarian tersebut merupakan simbol perlawanan Rakyat kemudian keluar dari stage
15. Adegan Nyai Ageng Serang Tujuh Robongan putri masuk stage dengan dipimpin tokoh Nyai Ageng
seri melapor pada tokoh Pangeran Diponegoro datang dari arah timur membawa kuda dengan
adegan pisowanan
Nyai Ageng Serang : “Duh Pangeran , para kompeni walandi sampun ndarat wonten ing pesisir
Lor Monggo Pangeran Wedar Sabda kulo sampun ikhlas lahir kelawan batos
purun mapag dados bebentenge Negari..Rawe rawe rantas malang malang
putung ...
Pangeran Diponegoro : Duh Kanjeng Ibu Ratu, mboten usah makaten taksih katah Prejurit
Wirosaba sampun siap sigeg gegaman..
Nyai Ageng Serang : Mboten kados makaten Pangeran, kulo niki sampun dados kawula
limrah ...jejering kawula nggadahi tanggung jawab darma bekti marang Ibu
Pertiwi
Kemudian Nyai ageng maca

Geguritan

Raga nata
Nala kawula
Nyawiji pasrah marang dawuhing Gusti
Nora nggugu karepe napsu
Namung manungkal kersa
Sing bener bakal ketenger
Sing salah bakale seleh
Rawe rawe rantas malang malang putuh
Suro dira jaya jayengningrat lebur dening pangastuti
Pangeran Diponegoro : Inggih Sumangga Kanjeng Ibu Ratu kersanipun Kanjeng Ibu...
Kemudian Rombongan Putri meninggalkan stage dengan arah berlainan

16. Adegan Pasca Perang Diponegoro 25 penari berhamburan masuk stage dengan tarian teatrikal
menggambarkan suasana pasca peperangan...dengan kehancuran masah karena peperangan
terutama pelabuhan pelabuhan disepanjang pesisir pantai utara kemudian kembali keluar stage
17. Penghormatan Kreu Ilustrasi monolog menggambar duaratus tahun kemudian para generasi muda
Kusuma Bangsa terutama pemuda penerus perjuangan para luluhur bangsa sekabupaten Pemalang
berusaha
berjuang Untuk membangkitkan kembali Kejayaan Bangsa . Kemudian seluru Kreu Pementasan
berkumpul di stage dengan memberi salam hormat kepada para penonton

Anda mungkin juga menyukai