Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

A. Batuan Sedimen di Bumi


Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang
diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku
mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja.
Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan
sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian
benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang
berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan
dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena
setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis
darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1
kilometer (Endarto, 2005 ).
Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbedabeda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya
telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka
bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah
0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu
bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi.
Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan
mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x
108 kilometer kubik (Clarke ,1924).
B. Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai
sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.
Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah
5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% ( Pettijohn, 1975
)..
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2
macam :
1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan
lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi.
Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat sifat utama batuan sedimen :
1.
2.
3.
4.

Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan
detritus.
Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.

C. Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen


Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik
berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan ( Pettijohn,
1975 ).
C.1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. ( Pettjohn, 1975).
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan
laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua
batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan
detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang
termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai
laut dalam ( Pettjohn, 1975)..
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan ( Pettjohn, 1975 ).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi.
Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
1. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.
2. Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butirbutir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang
butir makin besar.
3. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.
4.

Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai
berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.
C.2. Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).

Gambar Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan Koesoemadinata (1981)


Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
1.Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain
adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.
2. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut
dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau
oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan
di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik,
sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan
karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat.
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga
adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuanbatuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya
sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati
tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
ENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan
lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang
di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut
Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari
volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi
ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di
litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%.
Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar
75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang
tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2
kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8
kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu
tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang
lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer
(Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa
centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan
beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari
seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir
5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi
cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air
tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis
terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat
berupa :
1.

Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai

2.

Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air dan vegetasi di rawa-

dan lumpur di laut atau di danau.


rawa.
3.

Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.

B.

PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen. Batuan

sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber
yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses
tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen
klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
1.

Proses sedimentasi mekanik


Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar.
Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan,
terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir sedimen)
dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen
ini membuat partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiranbutiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi oleh arus
turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
a)

Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini
adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke
bagian atas pengendapan.

b)

Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat baik
jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.

c)

Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.

d)

Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas
tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan
endapan dengan sorting buruk.

2.

Proses sedimentasi kimiawi


Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus atau
mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut
terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis
batuan sedimen klastik:
a)
b)

Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.


Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan, semen
tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.

c)
d)

Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan


Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral
yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.

e)

Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk
dan menggantikan mineral tersebut

f)

Compaction (kompaksi)

g)

Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)


Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis. Diagenesis

memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:


a)

Eoldiagenesis

Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan,
yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses
kompaksi mendominasi
b)

Mesodiagenesis = earlydiagenesis

c)

Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini,
kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan
tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah
proses

dissolution

(pelarutan).

Sampai

dengan

proses

ini,

dikategorikan

sebagai

earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi
sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis).
Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis
akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d)

Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses
pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi
susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian
mineral baru).

C.

MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1.

Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali
detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu
sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan
proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke
dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih
dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan
berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung pada
temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi,
Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan
sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini
berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di
endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batu
pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke
dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih

dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal
tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses prosesproses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn,
1975).
Proses diagenesa antara lain :
a)

Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.

b)

Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butirbutir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada
ruang butir makin besar.

c)

Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.

d)

Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai
berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.

e)

Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.

2.

Batuan Sedimen Non-Klastik


Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan
batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara
keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +
CO2 CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuhtumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang
binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn,
1975).Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a)

Golongan Detritus Kasar


Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain
adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.

b)

Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut
dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c)

Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.

d)

Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

e)

Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

f)

Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau
timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

D.

KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen
disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan
suhu 300oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga
terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1.

Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.

2.

Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam.

3.

Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan
oleh karena pengangkatan dan erosi.

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga sangat
bervariasi, yakni :

Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)

Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan terurai
bila dimasukkan ke dalam air.

Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan
tangan atau kuku.

Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.

Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

E.

KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan kawan-kawan (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi.
Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:

Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)

Meruncing (menyudut) (angular)

Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

Membundar (membulat (rounded)

Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).

F.

TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar
biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
b)

Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir
dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.

c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang
mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya lebih didasarkan pada
tekstur permukaan dari pada butir.
G.

UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau
dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat

halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan
butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

H.

Ukuran butir (mm)

Nama Butiran

Nama batuan

> 256

Boulder / block (bongkah)

Breksi

64 256

Cobble (kerakal)

4 64

Pebble

24

Granule (kerikil)

1/16 2

Sandstone (pasir)

Batupasir

1/16 1/256

Silt (lanau)

Batulanau

< 1/256

Clay (lempung)

Batulempung

(bentuk / kebundaran butiran


meruncing)

Konglomerat

(bentuk / kebundaran butiran


membulat)

POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan.
Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles)
atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya
kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai poripori.Permeabilitas adalah

tingkatan

kemampuan

batuan

meluluskan

air

(zat

cair).

Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a)

Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.

b)

Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.

c)

Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar.

d)

Batuan

yang

pecah-pecah

atau

mempunyai

banyak

retakan

rekahan.

Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a)

Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.

b)

Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung. Material
lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.

c)

Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.

Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di permukaannya
diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai
kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera
meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.
I.

STRUKTUR SEDIMEN

1.

Struktur di dalam batuan (features within strata) :


# Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm disebut struktur laminasi.
#

Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination.

Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)


~Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus.
~Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan ke atas semakin kasar.

2. Struktur permukaan (surface features)


#

Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)

Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animals.

Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals)

Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)

Gumuk pasir (dunes, antidunes)

3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)


#

Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)

Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)

Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)

Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

J. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data deskriptif) yang
meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar
ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat). Apabila
komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan tambahan dapat
diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi
batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat ditambahkan
berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi
penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.

3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun
oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau batulanau berstruktur
laminasi.
Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur

Komposisi mineral/fragmen

Nama batuan

Ciri-ciri khas

Rudit

Komposisi sejenis atau

Konglomerat

Fragmen umumnya bulat atau

campuran, terutama dengan


(2 256 mm)

agak membulat

rijang, kuarsa, granit, kuarsit,


batugamping dll.

Breksi

Fragmen umumnya runcing,


dan menyudut

Fanglomerat

Kipas aluvial yang mengalami


pembatuan

Pecahan batuan bercapur

Tillit

dengan semen

Umumnya tidak terpisah.


Fragmen batuan terdapat
bekas goresan

Arenit

Terutama kuarsa 25%, felspar

Arenit atau

Pemilahan baik dan bersih

kalium atau plagioklas 10-25%.


(1/16 2 mm)

batupasir kuarsa
Pecahan batuan: basal, riolit,
batusabak dll.

Mineral mika, serisit, klorit, bijih


besi.

Arkose

Pemilahan jelek, warna abuabu kemerahan

Batupasir felspatik

Lebih dewasa dari arkose


antara graywacke dan arenit

Graywacke

subgraywacke

Lutit

Umumnya mineral lempung,


kuarsa, opal, kalsedon, klorit

(1/16 1/256 mm)

dan bijih besi.

Serpih

Mudah membelah, tidak


plastis, bila dipanasi menjadi

Batulanau

Antara batupasir dan serpih

Batulumpur

plastis

Batulempung

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :


1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.
2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non klastika. Apabila di
dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan
karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah
terminologi untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan
karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang telah dijelaskan pada
acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan
aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat
ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.
Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur

Komposisi mineral/fragmen

Nama batuan

Ciri-ciri khas

Rapat, afanitik, berbutir

Terutama kalsit

Batugamping

Breaksi dengan HCl,

kasar, kristalin, porus, oolit

mengandung organik,

dan mosaik

bioklastika,

Terutama dolomit

Dolomit

Tidak segera bereaksi dengan


HCl, jarang mengandung fosil,
berbutir sedang

Berbutir halus

Kristal halus dengan

Kapur

mikroorganisme

Putih abu-abu terang,


sangat rapuh, mengandung
fosil

Karbonat dan lempung

Napal

Abu-abu terang, rapuh,


pecahan konkoidal

Rapat dan berlapis

Campuran silika, opal dan

Rijang

kalsedon dll.

Terutama gips

Gips

Warna beragam, keras, kilap


non logam, konkoidal

Evaporit, tidak sendiri


melainkan berasosiasi dengan

Anhidrit

mineral/batuan lain.

Terutama malit

Dijumpai kristal yang


mengelompok

Masif atau berlapis

Mineral fosfat dan fragmen

Fosforit

Diperlukan penentuan kadar

tulang

Amorf, berlapis, tebal

P2O3

Humus, tumbuhan

Batubara, lignit

Warna coklat, pecahan


prismatik

K. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat diinterpretasikan
mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya
dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di laut
(dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.
Sifat sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.
Nama

Campuran/

Fragmen/miner

Warn

Besa

Pemilaha

Bentu

Kema

Miner

Porosita

Kekom

Batuan

semen/matr

al pembentuk

k butir

al

ix

x)

butir
sedikit

pakan

Breksi

Konglomer

Tufa

Batupasir

Batulanau

Serpih

Lempung

Napal

Gamping

Dolomit

Batubara

at

Lempung

Rijang

Anhidrit

Fosfat, dll

X = Sifat yang dimiliki


- = Sifat yang tidak dimiliki
x) Termasuk jenis mineral lempung

L.

MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1.

Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan tipis di
permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung,
Kebumen.

2.

Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena
pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa
gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan
kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.

3.

Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur
ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.

4.

Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung berwarna, sehingga
disebut lempung merah. Ditemuukan di karangsambung, kebumen.

5.

Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin,
dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16
hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di
karang sambung, Kebumen.

6.

Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah
coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali
membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu pasir dapat dapat
diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.

7.

Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah
bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.

9.

Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan dari letusan
gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung.
Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.

11.

Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3).
Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah
batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya
bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik
karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.

12.

Gamping Merah
Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir
vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit. Ditemukan di karangsambung,
Kebumen

13.

Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran besar didasar laut
dari

tepian

menuju

tengah

cekungan

yang

dalam.

Fosil

yang

ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal
di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.

14.

Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir tufaan dan breksi lahar.
Breksi andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan andesitik (4
45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak
padat sebagian mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua, padu,
bertekstur kasar dan porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi lahar
umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa dan batuan agak segar yang

berukuran pasir kasar hingga kerakal, menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan
di kedung jati, Bantul.

15.

Breksi Pumice
Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara, mudah dibentuk atau
dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu
lain juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor
industri lain, batuini digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing),
pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan di
semiilir, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai