Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan
detritus.
Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai
berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.
5. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.
C.2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975).
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat.
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga
sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga
adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuanbatuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya
sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati
tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
ENGERTIAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan
lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang
di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut
Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari
volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi
ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di
litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%.
Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar
75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang
tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2
kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8
kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu
tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang
lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer
(Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa
centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan
beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari
seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir
5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi
cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air
tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis
terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat
berupa :
1.
Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai
2.
Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organism air dan vegetasi di rawa-
Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dankalsim karbonat di aut dangkal.
B.
PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen. Batuan
sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber
yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses
tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen
klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
1.
Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama pengendpan oleh arus ini
adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke
bagian atas pengendapan.
b)
Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting yang sangat baik
jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse grading.
c)
d)
Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran dengan viskositas
tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan
endapan dengan sorting buruk.
2.
c)
d)
e)
Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain yang terbentuk
dan menggantikan mineral tersebut
f)
Compaction (kompaksi)
g)
Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi pembebanan,
yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses
kompaksi mendominasi
b)
Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c)
Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap ini,
kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu dan
tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah
proses
dissolution
(pelarutan).
Sampai
dengan
proses
ini,
dikategorikan
sebagai
earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi
sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang disebut dnegan latelydigenesis).
Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis
akan berhenti dan digantikan menjadi proses metamorfisme.
d)
Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses
pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll) mempengaruhi
susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian
mineral baru).
C.
dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal
tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses prosesproses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn,
1975).
Proses diagenesa antara lain :
a)
Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain
menjadi rapat.
b)
Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butirbutir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada
ruang butir makin besar.
c)
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada
pembentukan batuan karbonat.
d)
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai
berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e)
Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume
asal.
2.
b)
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut
dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
c)
Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.
d)
Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih
menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan
golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e)
Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f)
Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau
timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
D.
KEKOMPAKAN
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen
disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan
suhu 300oC dan tekanan 1 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga
terangkat dan tersingkap kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1.
Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2.
Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam.
3.
Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan
oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen juga sangat
bervariasi, yakni :
Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering, tetapi akan terurai
bila dimasukkan ke dalam air.
Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan
tangan atau kuku.
E.
KEBUNDARAN
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan kawan-kawan (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi.
Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
F.
TEKSTUR PERMUKAAN
a) Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar
biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing-meruncing.
b)
Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir
dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
c) Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang
mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini nampaknya lebih didasarkan pada
tekstur permukaan dari pada butir.
G.
UKURAN BUTIR
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau
dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat
halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan
butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
H.
Nama Butiran
Nama batuan
> 256
Breksi
64 256
Cobble (kerakal)
4 64
Pebble
24
Granule (kerikil)
1/16 2
Sandstone (pasir)
Batupasir
1/16 1/256
Silt (lanau)
Batulanau
< 1/256
Clay (lempung)
Batulempung
Konglomerat
POROSITAS (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam batuan.
Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles)
atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya
kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai poripori.Permeabilitas adalah
tingkatan
kemampuan
batuan
meluluskan
air
(zat
cair).
Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a)
Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b)
c)
Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar.
d)
Batuan
yang
pecah-pecah
atau
mempunyai
banyak
retakan
rekahan.
Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a)
b)
Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau lempung. Material
lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c)
Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di permukaannya
diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai
kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera
meresap ke dalam batuan atau tetap di permukaan batuan.
I.
STRUKTUR SEDIMEN
1.
J. PENAMAAN BATUAN
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data deskriptif) yang
meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar
ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat). Apabila
komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan tambahan dapat
diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi
batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat ditambahkan
berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi
penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun
oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung atau batulanau berstruktur
laminasi.
Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur
Komposisi mineral/fragmen
Nama batuan
Ciri-ciri khas
Rudit
Konglomerat
agak membulat
Breksi
Fanglomerat
Tillit
dengan semen
Arenit
Arenit atau
batupasir kuarsa
Pecahan batuan: basal, riolit,
batusabak dll.
Arkose
Batupasir felspatik
Graywacke
subgraywacke
Lutit
Serpih
Batulanau
Batulumpur
plastis
Batulempung
Komposisi mineral/fragmen
Nama batuan
Ciri-ciri khas
Terutama kalsit
Batugamping
mengandung organik,
dan mosaik
bioklastika,
Terutama dolomit
Dolomit
Berbutir halus
Kapur
mikroorganisme
Napal
Rijang
kalsedon dll.
Terutama gips
Gips
Anhidrit
mineral/batuan lain.
Terutama malit
Fosforit
tulang
P2O3
Humus, tumbuhan
Batubara, lignit
K. GENESIS
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa dapat diinterpretasikan
mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya
dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di pantai atau di laut
(dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.
Sifat sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.
Nama
Campuran/
Fragmen/miner
Warn
Besa
Pemilaha
Bentu
Kema
Miner
Porosita
Kekom
Batuan
semen/matr
al pembentuk
k butir
al
ix
x)
butir
sedikit
pakan
Breksi
Konglomer
Tufa
Batupasir
Batulanau
Serpih
Lempung
Napal
Gamping
Dolomit
Batubara
at
Lempung
Rijang
Anhidrit
Fosfat, dll
L.
Tufa
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai lapisan tipis di
permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung,
Kebumen.
2.
Bentonit
Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu, Terjadi karena
pengaruh pelapukan,Terjadi karena pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa
gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic). Terjadi karena proses pengendapan
kimia dalam suasana basa (alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung kidul.
3.
Lempung
Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur
ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari
aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan, karangsambung, kebumen.
4.
Lempung Merah
Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan lempung berwarna, sehingga
disebut lempung merah. Ditemuukan di karangsambung, kebumen.
5.
Batupasir
Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin,
dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16
hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di
karang sambung, Kebumen.
6.
Batupasir Merah
Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah
coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali
membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu batu pasir dapat dapat
diidentikkan dengan daerah tertentu. Ditemukan di karang sambung, Kebumen.
7.
Pasir Besi
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah
bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.
9.
Pasir Hijau
Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal olivin yang dihasilkan dari letusan
gunung berapi kerucut yang letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling gunung.
Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.
11.
Batugamping
Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3).
Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah
batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang dari 5% dolomit. Teksturnya
bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik
karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.
12.
Gamping Merah
Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir
vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit. Ditemukan di karangsambung,
Kebumen
13.
Gamping Numulities
Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil suatu pelongsoran besar didasar laut
dari
tepian
menuju
tengah
cekungan
yang
dalam.
Fosil
yang
ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal
di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
14.
Breksi Vulkanik
Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik, lava, batupasir tufaan dan breksi lahar.
Breksi andesit umumnya melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan andesitik (4
45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak
padat sebagian mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna abu-abu tua, padu,
bertekstur kasar dan porfiritik, terkekarkan cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi lahar
umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa dan batuan agak segar yang
berukuran pasir kasar hingga kerakal, menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan
di kedung jati, Bantul.
15.
Breksi Pumice
Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2. kedap suara, mudah dibentuk atau
dipahat menjadi blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu
lain juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. Dalam sektor
industri lain, batuini digunakan sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing),
pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur tinggi dan lain-lain. Ditemukan di
semiilir, Jogjakarta.